Pada genus Leishmania hanya ada tiga spesies yang penting bagi manusia, akan tetapi yang
akan kita bahas pada kesempatan kali ini hanya dua spesies, yaitu:
1. Leishmania donovani yang menyebabkan Leismaniasis viseral atau kala azar
2. Leishmania braziliensis yang menyebabkan Leismaniasis mukokutis atau espundia.
Leishmania donovani
Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes definitif dan parasit ini dapat menyebabkan leismaniasis viseral,
yang disebut juga kala azar atau tropical splenogaly atau dum-dum fever. Hospes reservoarnya adalah
anjing. Di beberapa dearah penyakit ini dapat merupakan penyakit pada anjing yang sewaktu-waktu
dapat ditularkan kepada manusia. Lalat Phlebotomus merupakan hospes perantara atau vektornya.
Pada leismaniasis viseral atau kala azar didapatkan lima tipe kala azar yang disesuaikan dengan letak
geografik dan strain vektornya. Kelima macam penyakit kala azar tersebut adalah: 1) tipe India yang
menyerang orang dewasa muda. Tipe ini adalah tipe kala azar klasik, dan tidak ditemukan pada
hospes reservoar. 2) tipe Mediterania, yang menyerang anak balita dan mempunyai hospes reservoar
anjing atau binatang buas. 3) tipe Cina, yang biasanya menyerang anak balita tetapi dapat menyerang
orang dewasa. 4) tipe Sudan, yang menghinggapi anak remaja dan orang dewasa muda. Tidak
ditemukan pada anjing, tetapi mempunyai reservoar binatang buas. 5) tipe Amerika Selatan, penyakit
ini jarang terjadi (sporadis) dan dapat menyerang semua umur.
Distribusi Geografik
Daerah endemi penyakit ini sangat luas, yaitu berbagai negara di Asia (India), Afrika, Eropa
(sektar laut tengah), Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia penyakit ini belum pernah ditemukan.
Morfologi dan Daur Hidup
Pada manusia, parasit ini hidup di intraseluler dalam darah, yaitu dalam sel retikuloendotel(RE) sebagai stadium amastigot yang disebut benda Leishman-Donovan. Parasit ini
berkembang biak secara belah pasang dan berukuran kira-kira 2 mikron. Sel RE dapat terisi penuh
oleh parasit, sehingga sel itu pecah. Stadium amistigot sementara berada dalam peredaran darah tepi,
kemudian masuk atau mencari sel RE yang lain, sehingga stadium ini dapat ditemukan dalam sel RE
hati, limpa, sumsum tulang dan kelenjar limfe viseral. Di lambung Phlebotomus, stadim amastigot ini
berubah menjadi stadium promastigot yang kemudian bermigrasi ke probosis.
Infeksi terjadi dengan tusukan lalat Phlebotomus yang memsukan stadium promastigot
melalui probosisnya ke dalam badan manusia.
Patologi dan Gejala Klinis
Oleh karena banyak sel RE yang rusk, maka tubuh berusaha membentuk sel-sel baru,
sehingga terjadi hiperplasi dan hipertrofi sel RE. Akibatnya terjadi pembesaran limpa (splenomegali),
pembesaran hati (hepatomegali) pembesaran kelenjar limfe (limfadenopati), dan anemia oleh karena
pembentukan sel darah terdesak. Masa tunas penyakit ini belum pasti, biasanya berkisar antar 2-4
bulan. Setelah masa tunas, timbul demam yang berlangsung 2-4 minggu., mula-mula tidak teratur
kemudian intermiten. Kadang-kadang demam menunjukan dua puncak sehari (double rise). Demam
lalu hilang, tetapi dapat kambuh lagi. Lambat laun timbul splenomegali dan hepatomegali. Kelenjar
;limfe di usus dapat diserang parasit ini. Pada infeksi berat di usus dapat terjadi diare dan disentri.
Anemia dan leukopenia terjadi sebagai akibat diserangnya sumsum tulang. Kemudian, timbul
anoreksia (tidak nafsu makan) dan terjadi kakeksia (kurus kering), sehingga penderita menjadi sangat
lemah sekali. Daya tahan tubuh menurun, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder. Sebagai penyulit
dapat terjadi konkrum oris dan noma. Penyakit kala azar biasanya bersifat menahun. Sesudah gejala
kala azar surut dapat timbul Leishmanoid dermal ,yaitu kelainan kulit yang disebut juga leismaniasis
pasca kala azar.
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, yang kemudian ditegakkan dengan: 1)
menemukan parasit dalam sediaan darah langsung, biopsi hati, limpa, kelenjar limfe dan fungsi
sumsum tulang penderita. 2) pembiakan dalam medium NNN. 3) inokulasi bahan pada binatang
percobaan. 4) reaksi imunologi yaitu:
1. Uji aglutinasi langsung
2. ELISA untuk mendeteksi zat anti. Untuk mengidentifikasi parasit secara cepat dikembangkan
zat anti monoklonal yang spesifik, yang juga dapat digunakan untuk mendeteksi antigen guna
keperluan diagnostik.
3. Western blot untuk mendeteksi antigen yang timbul selama infeksi.
4. Polymerase Chain Reaction untuk mengdiagnosis leismaniasis pada penderita dengan infeksi
HIV karena uji serologi untuk mendeteksi zat anti tidak berguna banyak pada kasus ini.
Pengobatan
Natrium antimonium glukonat, etilstibamin, pentamidin, amfoterisin B dan stilbamidin
merupakan obat toksik tetapi sangat efektif untuk pengobatan penyakit ini. Penderita memerlukan
istirahat total selama menderita penyakit akut, juga memerlukan banyak makanan yang mengandung
kadar protein tinggi dan vitamin. Transfusi darah diberikan pada penderita dengan anemia berat, atau
perdarahan pada selaput mukosa.
Sebagai usaha penanggulangan leismaniasis maka dilakukan pengembangan vaksin antara
lain vaksin yang terbuat dari leismaniamati ataupun vaksin yang terbuat dari leismania mati ataupun
vaksin yang terbuat dari rekayasa genetik.
Epidemiologi
Di sekitarlaut tengah, penyakit ini hanya terdapat pada anak balita dan disebut kala azar
infantil. Anjing merupakan hospes reservoar dan penting sebagai sumber infeksi. Pada anjing kelainan
terdapat pada kulit, dinamakan hunde kala azar. Di Eropa dan Amerika Selatan anjing sebagai
binatang peliharaan juga merupakan hospes reservoar, sedangkan di India penularan terjadi secara
langsung antara manusia dan manusia karena anjing tidak penting sebagai reservoar.
Leishmania brasiliensis
Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes definitif parasit ini dan alat Phlebotomus berperan sebagai hospes
perantara. Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini disebut leismaniasis mukokutis atau leismaniasis
Amerika atau penyakit Espundia. Penyakit dapat dapat dibagi menjadi tiga tipe menurut strain, yaitu :
1) tipe ulkus Meksiko dengan lesi yang tebatas pada telinga. Penyakitnya menahun , parasitnya sedikit
, ulkusnya kecil-kecil dan tidak menyebar ke mukosa lainnya ; 2) tipe uta , lesi kulit yang
,menyerupai oriental sore , pada lesi yang dini lebih banyak ditemukan parasitnya daripada lesi yang
sudah lama ; penyakit ini jarang menyebar ke selaput mukosa ; 3) tipe Espundia , sering bersifat
polipoid dan ulkus dapat meyebar ke lapisan mukokutis dan kutis.
Distribusi Geografik
Penyakit ini ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan (mulai dari Guatemala sampai ke
Argentina Utara dan Paraguay). Di Indonesia penyakit ini belum pernah ditemukan.
Morfologi dan Daur Hidup
Morfologi parasit ini tidak dapat dibedakan dari L.donovani dan L.tropica. Stadium amastigot
gidup dalam sel RE di bawah kulit pada porte dentree dan menyebar ke selaput lendir (mukosa)
yang berdekatan, seperti mulut ,hidung dan tulang rawan telinga. Stadium promastigot terdapat pada
lalat Phlebotomus sebagai bentuk invektif. Bentuk ini ditemukan pula dalam biakan NNN.
Infeksi terjadi seperti pada L.donovani dan L.tropica.
Patologo dan Gejala Klinis
Masa tunas penyakit ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Pada porte
dentree terjadi hiperplasi sel RE yang mengandung stadium amastigot. Kemudian timbul makula dan
papul ;setelah itu papul pecah dan terjadi ulkus. Parasit yang keluar bersama sekret ulkus
menyebabkan ulkus baru atau granuloma. Saluran limfe tersumbat dan terjadilah nekrosis. Infeksi
sekunder oleh bakteri merupakan penyulit, sehingga terjadi dekstruksi pada tulang rawan pada hidung
atau telinga. Penyakit ini berlangsung bertahun-tahun dan bila tidak diobati dapat sembuh sendiri.
Ulkus dapat sembuh sendiri dengan meninggalkan parut.
Lesi yang terjadi pada tipe uta ,sama bentuknya dengan tipe Meksiko , hanya predileksi pada
telinga kurang dan jarang menghinggapi selaput lendir. Masa tunas pada Espundia adalah 2-3 bulan
dan biasanya lesi pertama terjadi terjadi pada kulit dan mungkin juga terjadi pada selaput lendir.
Setelah 1 tahun terjadi lesi sekunder yang dapat menyebabkan cacat.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan : 1) menemukan parasit dalam sediaan apus atau sediaan biopsi
dari tepi ulkus ;2) pembiakan dalam medium NNN ;3) reaksi imunologi.
Pengobatan
Terapi intravena dengan dengan etilstibamin harus dilakukan dengan segera setelah diagnosis
dibuat , mengingat luka mukokutan yang dekstruktif. Natrium antimonium tartrat dan stibofen dapat
digunakan dalam pengobatan secara berturut-turut. Amfoterisin B juga mempunyai nilai teraputik.
Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.
Epidemiologi
Di daerah endemi penyakit terbatas di daaerah pinggiran hutan dan banyak terdapat pada
orang dewasa laki-laki yang bekerja di hutan , sedangkan di Brazil sepertiga penderitanya adalah
anak-anak. Diduga hospes reservoar adalah binatang liar. Anjing kadang-kadang mengandung parasit
ini tetapi tidak menimbulkan kelainan pada tubuh binatang tersebut.
Di Tunisia penanggulangan lesimaniasis kulit dilakukan dengan membasmi koloni gerbil
(hospes reservoar) dan menghilangkan sumber makanan gerbil dengan membuang semak-semak serta
mencegah pertumbuhannya kembali denag cara menanami pohon di tempat tersebut. Di Peru
penanggulangan leismaniasis kuit meliputi pemakaian insektisida di daerah perumahan dan sekitarnya
yang merupakan fokus transmisi , serta memakai pakaian , gelang , topi yang telah dicelup dalam
repelen.