Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh:
Wahyu milansari

0141913

Wahyuni ayu ningrum

0141914

Selviana nono

0141994

Silvestre nono

0141995

Simao da silva costa

0141996

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2015/2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
HIPEREMESIS GRAVIDARUM tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas serta untuk memahami hiperemesis gravidarum.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penulisan makalah ini.
Terdapat

banyak

kesalahan

dalam

makalah

HIPEREMESIS

GRAVIDARUM, untuk itu penulis mengharapkan agar pembaca dapat


memberikan sanggahan, kritik, dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada semua pembaca.

Ungaran, 07 September 2015


Penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... iii
A.Latar belakang.......................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C.Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
A.Devinisi hyperemesis gravidarum...........................................................
3
B.Etiologi hyperemesis gravidarum............................................................. 3
C.Manisfestasi klinis.................................................................................... 4
D.Patofisiologi............................................................................................. 5
E.Penatalaksanaan........................................................................................ 6
F.Komplikasi ............................................................................................... 8
G.Pencegahan............................................................................................... 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 9
A.Simpulan.................................................................................................. 9
B.Saran......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual atau nausea dan muntah atau emesisi gravidum adalah gejala yang
wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala
gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60 80 % primi gravida dan 40 60 %
multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone
estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini
belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung
yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan
ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung
sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari hari menjadi terganggu dan eadaan umum
menjadi buruk. Keadaan inlah yang disebut dengan hiperemisis gravidum.
Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya
penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah makalah ini, adalah:
1. Apa pengertian dari hiperemesis gravidarum?
2. Bagaimana etiologi hiperemesis gravidarum?
3. Bagaimana manifestasi klinis hiperemesis gravidarum?
4. Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum?
5. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?
6. Bagaimana komplikasi hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana pencegahan hiperemesis gravidarum?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian hiperemesis gravidarum
2. Etiologi hiperemesis gravidarum
3. Manifestasi klinis hiperemesis gravidarum
4. Patofisiologi hiperemesis gravidarum
5. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
1

6. Komplikasi hiperemesis gravidarum


7. Pencegahan hiperemesis gravidarum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai
pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50% dari wanita yang hamil,
terutama diketemukan pada primigravida, kehamilan ganda dan mola
hydatidosa. Tetapi kalau seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan
dan diminum hingga berat badan sangat turun, turgor kulit, diuresis kurang
dan timbul acetos dalam air kencing, maka keadaan ini disebut hyperemesis
gravidarum.
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga
pekerjaan sehari hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual
dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan
trimester I, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10
minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida mengalami
mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari
1.000 kehamilan.
2.2 Etiologi
Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui secra pasti. Tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Perubahan perubahan anatomic pada otak,
jantung hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat
zat lain akibat inanisi.
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan perubahan yang
cukup besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam badan. Misalnya
saja yang dapat menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya bagian
bagian villus ke dalam peredaran darah ibu, perubahan endokin misalnya

hypofungsi cortex glandula suprarenalis, perubahan metabolik dan kurangnya


pergerakan lambung.
Namun

meskipun

hyperemesis

gravidarum

belum

diketahui

penyebabnya secara pasti, ada beberapa faktor predisposisi dan faktor lain
yang mempengaruhi yaitu :
1. Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola
hidatidosadan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormone memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut
hormone khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Faktor organic yaitu masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak
ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic. Selain itu faktor
organic yang lain yaitu alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu
terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organic.
3. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut berat ringannya gejala, hyperemesis gravidarum dibagi dalam
3 tingkatan :
1. Tingkat I. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,
menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tak ada, berat badan turun, dan
nyeri epigastrium. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100 kali per menit,
tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata
cekung.

2. Tingkat II. pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor nadi kecil dan
cepat, suhu kadang naik, dan mata sedikit ikterik. Berat badan pasien
turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi, dan napas
berbau aseton.
3. Tingkat III. Kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai koma,
muntah berhenti, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah
semakin turun.
Diagnosis pada hyperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Dari
anamnesis didapatkan adanya amenore, tanda kehamilan muda, dan muntah
terusmenerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus
ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis sampai
koma, nadi meningkat sampai 100 kali per menit, suhu meningkat, tekanan
darah turun, atau tanda deehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit daarh
ditemukan kadar natrium dan klorida turun. Pada pemeriksaan urin kadar
klorida turun dan dapat ditemukan keton.
2.4 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat meningkatnya kadar estrogen, oleh karena
keluhan ini terjadi pada trimester I. Pengaruh fisiologik hormone estrogen ini
tidak jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat atau akibat berkuangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil,
meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan bulan.
Mual dan muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi,
hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi
hemokonsentrasi

yang

mengurangi

perfusi

darah

ke

jaringan

dan

menyebabkan tertimbunnya zat toksik.


Belum jelas mengapa gejala gejala ini hanya terjadi pada sebagian
kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping
pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah
5

menderita lambung spastic dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan
mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hyperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang
diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler ke plasma berkurang. Natrium dan khlorida
darah menurun, demikian pula khlorida air kemih. selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolic yang toksik. Hipokalemia
akibat muntah dan ekskresi berlebihan selanjutnya menambah frekuensi
muntah dan meruska hepar. Selaput lendir esophagus dan lambung dapat
robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi pedarahan gastrointestinal.
Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri,
jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif.
2.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis yang penting adalah memeriksa adanya dehidrasi
dan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian
nutrisi secara oral atau cairan IV. Obat-abatan anti muntah ( antiemetic )
bisa

dianjurkan

setelah

dokter

memberitahu

ibu

hamil

tentang

kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari obat tersebut terhadap


perkembangan janin.
Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain :
1. Sedative ( luminal, stesolid)
2. Vitamin ( B1 dan B6 )
3. Anti-muntah (mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan)
4. Antasida, dan anti mulas.

( Rustam, 1998)

2. Perawat mencatat cairan yang keluar dan masuk, serta frekuensi makanan
dan cairan yang masuk abdomen sebaiknya dalam jumlah yang kecil agar
abdomen tidak menjadi sangat penuh. Karbohidrat yang mudah dicerna,
serperti biscuit atau roti kentang bias di toleransi dengan baik. Makanan
seharusnya di sajikan dalm bentuk yang menarikdan tanpa memberikan
komentar negative.
3. Stress bisa turut menyebabkan hiperemesis gravidarum, dan bisa sebagai
komplikasi. Support emosional dapat diberikan dengan mendengarkan
pendapat dari ibu hamil tentang kehamilannya, tentang perawatan anak
dan hidup dengan mual yang menetap. Meskipun factor psikologi bisa
berpengaruh pada beberapa kasus H.G, perawat sebaiknya tidak
beranggapan bahwa setiap wanita dengan komplikasi ini dianggap biasa
karena bisa memperburuk keadaan.
( W.B Saunders)
4. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk
ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau
makan.
5. Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan
memburuk.

Delirium,

kebutaan,

takhikardi,ikterus,

anuria

dan

perdarahan ,erupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan


demikian perlu di pertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di
satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak
boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada organ vital.
( Wiknjosastro, 2005)

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi yaitu Ensefalopati Wernieke dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental serta payah hati dengan gejala
tumbuhnya ikterus.
2.5 Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tak terjadi
hiperemesis. Pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Penerangan bahwa kehamilan dan kehamilan merupakan proses fisiologis.
2. Makan sedikit sedikit tetapi sering. Berikan makanan selingan seperti
biscuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur,
hindari makan makanan berminyak dan berbau. Makanan sebaiknya dalam
keadaan panas atau sangat dingin.
3. Defekasi teratur.

BAB III
8

PENUTUP
3.1 Simpulan
a. Pengertian
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita
jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50% dari wanita
yang hamil, terutama diketemukan pada primigravida, kehamilan ganda
dan mola hydatidosa. Tetapi kalau seorang ibu memuntahkan segala apa
yang dimakan dan diminum hingga berat badan sangat turun, turgor
kulit, diuresis kurang dan timbul acetos dalam air kencing, maka
keadaan ini disebut hyperemesis gravidarum.
b. Faktor predisposisi dan faktor lain yang mempengaruhi

Hiperemesis

gravidarum yaitu :
1. Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda
2. Faktor organic yaitu masuknya villi khorialis dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolic akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organic
3. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit
hiperemesis gravidarum.
Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain :

Sedative ( luminal, stesolid)


Vitamin ( B1 dan B6 )
Anti-muntah ( mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan

)
Antasida, dan anti mulas

c. Komplikasi

Komplikasi yang biasa terjadi yaitu Ensefalopati Wernieke dengan


gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental serta payah hati
dengan gejala tumbuhnya ikterus.
3.2 Saran
Penulis berharap agar karya tulis ini dapat menambah khasanah keilmuan
bagi pembaca.Selain itu, topik penelitianini dapat dikembangkan lagi menjadi
penelitian yang lebih luas.

10

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual.2000. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8 (Alih bahasa :
monica Ester). Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn. 2001. Rencana Keperaawatan Maternal/ Bayi, Edisi 2 (Ahli
bahasa ; Monica Ester). Jakarta : EGC
Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2. Jakarta : EGC
Thompson & W.B. Saunders. 1993. Maternity and Pediatric Nursing, Secon
Edition. Company Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai