NIM : 20080320061
CO NERS ANGKATAN XX STASE KMB
PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk
memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari fraktur dipengaruhi
oleh beberapa faktor lokal dan faktor sistemik, adapun faktor lokal:
a. Lokasi fraktur
b. Jenis tulang yang mengalami fraktur.
c. Reposisi anatomis dan immobilasi yang stabil.
d. Adanya kontak antar fragmen.
e. Ada tidaknya infeksi.
f. Tingkatan dari fraktur.
Adapun faktor sistemik adalah :
a. Keadaan umum pasien
b. Umur
c. Malnutrisi
d. Penyakit sistemik.
Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :
1. Fase Reaktif
a. Fase hematom dan inflamasi
b. Pembentukan jaringan granulasi
2. Fase Reparatif
a. Fase pembentukan callus
b. Pembentukan tulang lamellar
3. Fase Remodelling
Remodelling ke bentuk tulang semula
Proses penyembuhan fraktur juga dapat dibagi dalam beberapa fase antara lain :
1. Proses penyembuhan Fraktur Primer
Penyembuhan cara ini terjadi internal remodelling yang meliputi upaya langsung oleh korteks
untuk membangun kembali dirinya ketika kontinuitas terganggu. Agar fraktur menjadi
menyatu, tulang pada salah satu sisi korteks harus menyatu dengan tulang pada sisi lainnya
(kontak langsung) untuk membangun kontinuitas mekanis. Tidak ada hubungan dengan
pembentukan kalus. Terjadi internal remodelling dari haversian system dan penyatuan tepi
fragmen fraktur dari tulang yang patah. Ada 3 persyaratan untuk remodeling Haversian pada
tempat fraktur adalah:
a. Pelaksanaan reduksi yang tepat
b. Fiksasi yang stabil
c. Eksistensi suplay darah yang cukup
Penggunaan plate kompresi dinamis dalam model osteotomi telah diperlihatkan menyebabkan
penyembuhan tulang primer. Remodeling haversian aktif terlihat pada sekitar minggu ke
empat
fiksasi.
2. Proses Penyembuhan Fraktur Sekunder.
Penyembuhan sekunder meliputi respon dalam periostium dan jaringan-jaringan lunak
eksternal. Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar dibedakan atas 5 fase, yakni fase
hematom (inflamasi), fase proliferasi, fase kalus, osifikasi dan remodelling.
a. Fase Inflamasi:
Tahap
inflamasi
berlangsung
beberapa
hari
dan
hilang
dengan
berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan
hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya pasokan darah terjadi hipoksia dan inflamasi yang menginduksi ekpresi gen
dan mempromosikan pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur untuk memulai
penyembuhan. Produksi atau pelepasan dari faktor pertumbuhan spesifik, Sitokin, dapat
membuat kondisi mikro yang sesuai untuk :
1) Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast dan osifikasi intra membran pada
tempat fraktur,
2) Menstimulasi pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur, dan
3) Menstimulasi kondrosit untuk berdiferensiasi pada kalus lunak dengan osifikasi
endokondral yang mengiringinya.
Berkumpulnya darah pada fase hematom awalnya diduga akibat robekan pembuluh darah
lokal yang terfokus pada suatu tempat tertentu. Namun pada perkembangan selanjutnya
hematom bukan hanya disebabkan oleh robekan pembuluh darah tetapi juga berperan
faktor-faktor inflamasi yang menimbulkan kondisi pembengkakan lokal. Waktu terjadinya
proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 3 minggu.
b. Fase proliferasi
1) Bridging (soft) callus terjadi bila tepi-tepi tulang yang fraktur tidak bersambung.
2) Medullary (hard) Callus akan melengkapi bridging callus secara perlahan-lahan.
terbentuk di dalam medulla tulang di sekitar daerah fraktur.
3) periosteum periosteal callus terbentuk di antara periosteum dan tulang yang fraktur.
Kalus eksternal berada paling luar daerah fraktur.
4) Interfragmentary callus merupakan kalus yang terbentuk dan mengisi celah fraktur di
Fase Inflamasi
Fase Pembentukan
Fase Proliferasi
Fase Remodeling
sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif
dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik.
Pengaruh latihan pasca pembedahan.
1.
Preambulasi
Bertujuan mempersiapkan otot untuk berdiri dan berjalan yang dipersiapkan lebih
awal ketika pasien bergerak di tempat tidur.
2.
Sitting Balance
Membantu pasien untuk duduk di sisis tempat tidur dengan bantuan yang
diperlukan. Pasien dengan fraktur ekstermitas baeah biasanya dimulai dengan
duduk di tempat tidur. Aktivitas ini dilakukan 2-3 kali selama 10-15 menit,
kemudian dilatih untuk turun dari tempat tidur dengan bantuan perawat sesuai
kebutuhan pasien.
3.
Standing Balance
Melatih pasien berdiri dan mulai berjalan dengan selalu memperhatikan gejala
pusing, sulit bernafas dll karena banyak pasien yang tiba-tiba lemas karena
hipotensi ortostatik. Ketika membantu pasien turun dari tempat tidur perawat
harus berdiri di depannya. Pasien meletakan tangan di pundak perawat dan
perawat meletakan tangan di ketiak pasien. Pastikan pasien tidak pusing terlebih
dahulu baru memulai untuk latihan berjalan .