PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada saat ini, hampir semua negara menyatakan bahwa sistem
pemerintahannya adalah demokrasi, yang meletakkan kehendak rakyat
sebagai dasar utama kewenangan pemerintah. Namun, pada kenyataannya
mungkin tidak mudah. Pemerintahan yang berdasarkan rakyat berarti
pemerintah yang menjalankan kebijakan yang diarahkan untuk kepentingan
dan kesejahteraan rakyat. Supaya kebijakan tersebut sesuai dengan aspiratif
dan untuk kepentingan rakyat, pemerintah harus bertanggung jawab kepada
rakyat dan diawasi oleh rakyat.
Indonesia yang secara konstitusional menyatakan diri sebagai penganut
kedaulatan rakyat, serta negara hukum menegaskan pengaturan berbagai asas
tentang demokrasi dalam UUD 1945. Tulisan ini, selain menginventarisir
diskursus teoritikal soal demokrasi, juga memperllihatkan betapa secara
yuridis ketatanegaraan pilihan terhadap ideologi ini dianggap paling
memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia.
1.2
Perumusan Masalah
Dalam pelaksanaanya, banyak sekali penyimpangan terhadap nilai-nilai
demokrasi baik itu dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun
masyarakat. Permasalahan yang muncul diantaranya yaitu:
1. Apa pengertian dari sistem ketatanegaraan itu?
2. Bagaimana Sistem Ketatanegaraan di Indonesia menurut UUD 1945
sebelum Amademen?
3. Bagaimana Sistem Ketatanegaraan di Indonesia menurut Konstitusi RIS?
4. Bagaimana Sistem Ketatanegaraan Indonesia menurut UUDS 1950?
5. Bagaimana
Sistem
UUD1945?
6. Apa saja unsur- unsur pembentuk ketatanegaraan Indonesia ?
7. Apa pengertian Demokrasi ?
8. Apa saja macam-macam demokrasi ?
9. Apa prinsip-prinsip demokrasi?
10. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?
11. Bagaimana analisa saudara tentang kasus yang berjudul Politik Uang
dalam Kampanye Pemilu 2014 ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Ketatanegaraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat
prinsip dasar yang mencakup peraturan susunan pemerintah, bentuk negara dan
sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu negara. Ketatanegaraan adalah
segala sesuatu mengenai tata negara. Menurut hukumnya, tata negara adalah
suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang menyangkut
sifat, bentuk, tugas negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban para
warga terhadap pemerintah atau sebaliknya. Untuk mengerti ketatanegaraan
dari suatu negara pertama sekali perlu dimengerti apa itu negara, paham negara
secara umum dan negara menurut bangsa Indonesia.
Dalam sistem ketatanegaraan dapat diketahui melalui kebiasaan
ketatanegaraan (convention), hal ini mengacu pengertian Konstitusi, Konstitusi
mengandung dua hal yaitu Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak tertulis,
menyangkut konstitusi sekelumit disampaikan tentang sumber hukum melalui
ilmu hukum yang membedakan dalam arti materiil dan sumber hukum dalam
arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber hukum yang
menentukan isi dan substansi hukum, sedangkan sumber hukum dalam arti
formal adalah hukum yang dikenal dari bentuknya, karena bentuknya itu
menyebabkan hukum berlaku umum, contoh dari hukum formal adalah Undang
Undang dalam arti luas, hukum adat, hukum kebiasaan, dan lain lain.
Konvensi atau hukum kebiasaan ketatanegaraan adalah hukum yang tumbuh
dalam praktek penyelenggaraan negara, untuk melengkapi, menyempurnakan,
menghidupkan mendinamisasi kaidah kaidah hukum perundang undangan.
Konvensi di Negara Republik Indonesia diakui merupakan salah satu sumber
hukum tata negara.
Berdasarkan Konstitusi RIS pada bagian II mengenai Daerah Negara, ketentuan pasal
2, dinyatakan bahwa Republik Indonesia Serikat meliputi seluruh daerah Indonesia,
yaitu daerah bersama:
a.
Negara Republik Indonesia, dengan daerah menurut status quo seperti tersebut
Jawa Tengah;BangkaBelitung;
Riau;
Kalimantan Barat (daerah istimewa)
Dayak Besar;
Daerah Banjar;
Kalimantan Tenggara; dan
Kalimantan Timur.
a dan b ialah daerah-daerah bagian yang dengan kemerdekaan menetukan nasib
sendiri bersatu dalam ikatan federasi Republik Indonesia Serikat, berdasarkan yang
ditetapkan dalam konstitusi ini, dan lagi,
c.
Republik Indonesia sebagai salah satu negara bagian tetap berlaku UUD 1945 (Jimly
Asshiddiqie, 2010: 37-38).
3.
Dalam muatan Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949 maka dapat diketahui
bahwa bentuk negaranya adalah Federal. Hal ini dapat dilihat dalam Mukaddimah
Konstitusi Republik Indonesia Serikat dalam alinea III yang mengemukakan antara
lain: Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu Piagam
negara yang berbentuk republik federasi, berdasarkan.
Selain itu, dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS berbunyi, Republik
Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang
demokrasi dan berbentuk Federasi.
Hal tersebut menegaskan bahwa Republik Indonesia Serikat memiliki bentuk negara
federal.
4.
Ketentuan pada Bab III tentang Perlengkapan Republik Indonesia Serikat dalam
ketentuan umum mengatur mengenai siapa-siapa yang menjadi alat perlengkapan
negara Republik Indonesia Serikat. Ketentuan tersebut berbunyi: alat perlengkapan
federal Republik Indonesia Serikat ialah:
a.
Presiden
b.
Menteri-menteri
c.
Senat
d.
e.
f.
Senat ialah wakil dari setiap negara bagian (pasal 80 ayat 1); setiap negara bagian
diwakili oleh dua orang senat (pasal 80 ayat 2); dan tugas senat adalah setiap anggota
senat mengeluarkan satu suara dalam Senat (ketika permusyawaratan) (pasal 80 ayat
3). Anggota-anggota senat ditunjuk oleh pemerintah daerah-daerah bagian (pasal 81
ayat 1).
Dewan Perwakilan Rakyat dipilih berdasarkan aturan-aturan yang ada (pasal 111);
anggota DPR terdiri atas 150 anggota untuk mewakili seluruh bangsa Indonesia
(pasal 98). DPR memiliki hak interpelasi dan hak menanya (pasal 120) dan juga hak
menyelidiki (pasal 121), hak ini dilakukan ketika meminta pertanggungjawaban
kepada pemerintah.
Mahkamah Agung berfungsi pada bidang peradilan, sedang untuk susunan dan
kekuasaannya diatur dalam UU (pasal 113). MA diangkat oleh Presiden dengan
mendengarkan Senat (pasal 114 ayat 1). Susunan dan kekuasaan Dewan Pengawas
Keuangan diatur dalam UU (pasal 115). Dewan Pengawas Keuangan diangkat oleh
Presiden dengan mendengarkan Senat (pasal 116 ayat 1).
5.
Dalam pasal 1 ayat (2) dijelaskan bahwa kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia
Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
dan Senat.
Tugas penyelenggaraan pemerintah federal dijalankan oleh Pemerintah. Dalam
ketentuan pasal 117 (2) dinyatakan bahwa Pemerintah menyelenggarakan
kesejahteraan Indonesia dan teristimewa mengurus supaya konstitusi, UU Federal,
dan peraturan-peraturan lain yang berlaku untuk Republik Indonesia Serikat.
Asas dasar atas kekuasaan penguasa diatur dalam ketentuan pasal 34 Konstitusi RIS
yang berbunyi, Kemauan Rakyat adalah dasar kekuasaan penguasa; kemauan itu
dinyatakan dalam pemilihan berkala yang jujur dan dilakukan menurut hak pilih yang
sedapat mungkin bersifat umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara
yang rahasia ataupun menurut cara yang juga menjamin kebebasan mengeluarkan
suara.
Menurut pasal-pasal Konstitusi RIS 1949 sistem pemerintahan negara yang dianut
b.
Hak merdeka meliputi hak politik (pasal 22), hak hukum (pasal 7 ayat 2-3), hak
sipil (pasal
c.
Hak memiliki pasal 25, meliputi hak tentang pekerjaan (pasal 27 ayat 1) dan hak
Komposisi penduduknya sangat beragam, baik dari suku bangsa, etnisitas, anutan
agama, maupun dari segi-segi lainnya dengan wilayah yang sangat luas.
Kompleksitas dan keragaman itu sangat menentukan peta konfigurasi kekuatankekuatan politik dalam masyarakat, sehingga tidak dapat dihindari keharusan
berkembangnya sistem multi-partai dalam sistem demokrasi yang hendak dibangun.
Agar peta konfigurasi kekuatan-kekuatan politik dalam masyarakat tersebut dapat
disalurkan dengan sebaik-baiknya menurut prosedur demokrasi (procedural
democracy), berkembang keinginan agar sistem pemerintahan yang dibangun adalah
sistem Parlementer ataupun setidak-tidaknya varian dari sistem pemerintahan
parlementer dengan konsep negara serikat atau federal.
UUDS 1950 sejatinya merupakan hasil koreksi atas konstitusi sebelumnya yakni
Konstitusi RIS yang mengedepankan konsep negara federal . Perubahan dari
Konstitusi RIS ke UUDS 1950 merupakan hasil kehendak rakyat dimana keseluruhan
konsep federal dianggap tidak mengena dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Kehendak rakyat ialah mengganti konsep negara federal dengan konsep negara
kesatuan namun tetap menggunakan sistem pemerintahan kabinet Parlementer. Sistem
parlementer atau sistem pertanggungjawaban dewan menteri kepada Parlemen
menempatkan presiden sebagai Kepala Negara dan bukan Kepala Pemerintahan. Hal
ini disebut dengan tegas pada pasal 45 UUDS 1950. Pertanggungjawaban atas seluruh
kebijaksanaan pemerintahan sesuai dengan pasal 83 (2) UUDS 1950 diletakkan pada
pundak menteri-menteri baik secara bersama-sama atau masing-masing.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa Kabinet (Dewan Menteri) dapat dijatuhkan oleh
Parlemen (DPR), yakni bilamana parlemen menganggap cukup alasan dari tidak
diterimanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang dijalankan oleh kabinet tersebut.
Namun, sebagai imbangan dari pertanggungjawaban Menteri, DPR pun dapat
dibubarkan apabila Dewan Menteri mengganggap DPR tidaklah representatif dengan
pengajuan kepada Presiden, hal ini sesuai dengan pasal 84 UUDS 1950 dimana
pembubaran tersebut membawa konsekuensi adanya pemilihan anggota DPR ulang.
susunan
kenegaraan
(staat
structuur)
kesatuan
atau
1. Tugas
dan
a. Mengubah dan
Undang Dasar
MPR
Kiemas
wewenang MPR
menetapkan
Undangberwenang mengubah dan
usul
pengubahan,
pimpinan
MPR
memeriksa
usul
pengubahan
tidak
memenuhi
kelengkapan
sumpah/janji
secara
bersama-sama,
mengucapkan
anggota
salah
satu
fraksi.
Fraksi
dibentuk
untuk
(dua) orang wakil ketua berasal dari anggota DPR dan 2 (dua) orang
wakil ketua berasal dari anggota DPD, yang ditetapkan dalam sidang
paripurna MPR.
b. Panitia Ad Hoc
Panitia ad hoc MPR terdiri atas pimpinan MPR dan paling sedikit 5%
(lima persen) dari jumlah anggota dan paling banyak 10% (sepuluh
persen) dari jumlah anggota yang susunannya mencerminkan unsur
DPR dan unsur DPD secara proporsional dari setiap fraksi dan
Kelompok Anggota MPR.
8. Sidang
MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.
Sidang MPR sah apabila dihadiri:
a. sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus
usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
b. sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah
dan menetapkan UUD
c. sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang
lainnya
Putusan MPR sah apabila disetujui:
a. sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk
memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
b. sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk
memutus perkara lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih
dahulu diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk
mencapai hasil yang mufakat.
2.5.3 DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
dan
pemekaran
serta
penggabungan
daerah,
perimbangan
keuangan
pusat
dan
daerah,
dengan
dan
menindaklanjuti
hasil
pemeriksaan
atas
Jumlah
Anggota
Ketua
148
107
Setya Novanto
94
Tjahjo Kumolo
57
46
37
28
Mustafa Kamal
Asman Abnur
Hasrul Azwar
Marwan Ja'far
Mujiyono
Anggota
(F-PDIP)
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS)
Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN)
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP)
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB)
Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (FGerindra)
Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (F-Hanura)
DPR mempunyai hak:
a. mengajukan usul rancangan undang-undang
26
17
Haryanto
Ahmad Fauzi
t
a
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
mengajukan pertanyaan
menyampaikan usul dan pendapat
memilih dan dipilih
membela diri
imunitas
protokoler
keuangan dan administrative
6. Larangan
Anggota DPR tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat
negara lainnya, hakim pada badan peradilan, pegawai negeri sipil,
anggota TNI/Polri, pegawai pada BUMN/BUMD atau badan lain yang
anggarannya bersumber dari APBN/APBD.
DPR
terdiri
atas:
Pimpinan,
Badan
sebagai
anggota
partai
politik
berdasarkan
dan/atau
kelengkapan
DPR
memberikan
yang
kesempatan
lain
untuk
kepada
alat
memberikan
8.3 Komisi
Komisi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan
DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan jumlah komisi pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Jumlah anggota komisi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut
perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.
Pimpinan komisi merupakan satu kesatuan pimpinan yang
bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan komisi terdiri atas 1 (satu)
orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua, yang
dipilih dari dan oleh anggota komisi berdasarkan prinsip musyawarah
untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan
perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
Pemilihan pimpinan komisi dalam rapat komisi yang dipimpin oleh
pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan komisi.
Tugas komisi dalam pembentukan undang-undang adalah
mengadakan
persiapan,
penyusunan,
pembahasan,
dan
d. mengadakan
pembahasan
laporan
keuangan
negara
dan
kerja
dengan
Pemerintah
yang
diwakili
oleh
menteri/pimpinan lembaga;
2. konsultasi dengan DPD;
3. rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah yang mewakili
instansinya;
4. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan komisi
maupun atas permintaan pihak lain;
5. rapat kerja dengan menteri atau rapat dengar pendapat dengan
pejabat Pemerintah yang mewakili instansinya yang tidak
pendidikan,
pemuda,
olahraga,
di lingkungan
DPR dengan
mempertimbangkan
usul
DPD
yang
ditugaskan
oleh
Badan
Legislasi
menyusun
rancangan
anggaran
untuk
prioritas
anggaran
untuk
dijadikan
acuan
bagi
setiap
untuk
fungsi,
program,
dan
kegiatan
kementerian/lembaga;
4. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi
mengenai rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;
5. membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan
APBN; dan
6. membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang
sudah diputuskan oleh komisi. Anggota komisi dalam Badan
Anggaran harus mengupayakan alokasi anggaran yang diputuskan
komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas.
8.6 Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN)
Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (disingkat BAKN),
dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang
bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BAKN
pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Anggota BAKN berjumlah paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling
banyak 9 (sembilan) orang atas usul fraksi DPR yang ditetapkan
dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPR dan
permulaan tahun sidang.
memperhatikan
keterwakilan
perempuan
menurut
Badan
Kehormatan
dengan
memperhatikan
memperhatikan
keterwakilan
perempuan
menurut
mengembangkan,
dan
meningkatkan
hubungan
memperhatikan
keterwakilan
perempuan
menurut
MPR
yang
berhubungan
dengan
masalah
Panitia Khusus
Panitia khusus dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal DPR-RI merupakan unsur penunjang DPR,
dan
pemekaran,
dan
penggabungan
daerah,
d. Melakukan
pengawasan
atas
pelaksanaan
undang-undang
antar-
daerah;
pembentukan,
penggabungan
daerah;
pemukiman
pemekaran,
dan
dan
kependudukan;
pertanahan dan tata ruang; serta politik, hukum, dan hak asasi
manusia (HAM).
3.2 Komite II
Membidangi pertanian dan perkebunan; perhubungan;
kelautan dan perikanan; energi dan sumber daya mineral;
kehutanan dan lingkungan hidup; pemberdayaan ekonomi
kerakyatan
dan
daerah
tertinggal;
perindustrian
dan
pemuda
dan
olahraga;
kesejahteraan
sosial;
3.4 Komite IV
Membidangi anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN); pajak; perimbangan keuangan pusat dan daerah;
lembaga keuangan; dan koperasi, usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM).
mengembangkan,
dan
yang
meningkatkan
bertugas
hubungan
adalah
bagian
integral
dari
DPD
yang
merupakan
kegiatan
Anggota
DPD
di
MPR,
penelaahan
lanjutan
DPD,
yang
terhadap
bertugas
temuan
hasil
pertimbangan
Dewan
Perwakilan
Daerah,
dan
diresmikan oleh Presiden. Ketua BPK saat ini adalah Drs. Hadi
Poernomo, Ak (Ketua).
bertujuan
memenuhi
kebutuhan
dan
harapan
pemilik
meningkatkan
sistem
menyampaikan
temuan
rekomendasi
dan
pengendalian
kepada
intern,
pemilik
2) Integritas
BPK RI menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap
pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi Kode
Etik Pemeriksa dan Standar Perilaku Profesional
3) Profesionalisme
Pengadilan
merupakan
Negara
pengadilan
Tertinggi,
kasasi
yang
Mahkamah
bertugas
Agung
membina
oleh kapal
peradilan
yang
dilakukan
Pengadilan-pengadilan
pengawasan
terhadap
kebebasan
Hakim
(Pasal
32
Undang-undang
3. FUNGSI MENGATUR
a) Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila
terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang
tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi
kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi
memberikan
pertimbangan-pertimbangan
dalam
Lembaga
lain
Tinggi
Negara
nasihat-nasihat
bidang
(Pasal
hukum
37
atau
kepada
Undang-undang
grasi
juga
rehabilitasi.
Namun
demikian,
dalam
petunjuk
kepada
pengadilan
disemua
lingkunga
peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undangundang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a) Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana
dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970
secara organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini
Komisi
Yudisial
adalah
lembaga
negara
yang
dibentuk
dapat
melakukan
monitoring
secara
intensif
terhadap
utama:
wewenang
dan
kewajiban
untuk
mengkoordinasikan,
(valas)
menerima pembayaran pajak
membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah,
membantu pengedaran surat berharga pemerintah
mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi
ketatanegaraan
perubahan
ini,
di
Indonesia
telah
mengalami
2.6.2
1)
UUD 1945
2)
TAP MPR
3)
UU/PERPU
4)
Peraturan Pemerintah
5)
Keputusan Presiden
6)
Peraturan Menteri
7)
Instruksi Menteri
2.6.3
1)
UUD 1945
2)
TAP MPR
3)
UU
4)
PERPU
5)
PP
6)
Keputusan Presiden
7)
Peraturan Daerah
2.6.4
1)
UUD 1945
2)
UU/PERPU
3)
Peraturan Pemerintah
4)
Peraturan Presiden
5)
Peraturan Daerah
UUD 1945
2)
TAP MPR
3)
UU/PERPU
4)
Peraturan Pemerintah
5)
Peraturan Presiden
6)
7)
mengenai
peraturan
perundang-undangan
mengatur,
melainkan
hanya
bersifat
administratif
6.
7.
Peraturan Daerah
Peraturan Daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan
aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari
daerah yang bersangkutan. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh
DPRD provinsi dengan gubernur, di kabupaten dibuat DPRD
kabupaten dengan bupati.
Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata Yunani, yaitu Demos,
yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan cratos yang berarti
Asas Pemilu yaitu Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang akan diuraikan sebagai berikut :
1. Langsung berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa
perantara;
2. Umum berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan
minimal dalam usia , yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau
telah/pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum. Warganegara
yang sudah berumu 21 (dua puluh satu) tahun berhak dipilih. Jadi, pemilihan
yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku
menyeluruh bagi semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan
tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial;
3. Bebas berarti setiap warganegara yang berhak memilih bebas menentukan
pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan
haknya, setiap warganegara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih
sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya;
4. Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa
pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan
apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat
diketahui oleh orang lain kepada suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak
berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara dan
secara sukarela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun;
5. Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/
pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan
pemantau Pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara
tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
6. Adil berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan partai politik
peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan
pihak manapun.
Syarat Pemilu Demokratis
Disepakati bahwa pemilu merupakan sarana demokrasi untuk membentuk
kepemimpinan negara. Dua cabang kekuasaan negara yang penting, yaitu lembaga
perwakilan rakyat ( badan legislatif) dan pemerintah (badan eksekutif), umumnya
dibentuk melalui pemilu. Walau pemilu merupakan sarana demokrasi, tetapi belum
b)
Penyesuaian struktur organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal KPU
paling lambat 3 bulan sejak pelantikan anggota KPU;
c)
Mempersiapkan pembentukan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) paling
lambat 5 (lima) bulan setelah pelantikan anggota KPU;
d)
Bersama-sama Bawaslu menyiapkan kode etik, paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah Bawaslu terbentuk;
e)
Memverifikasi secara administratif dan faktual serta menetapkan peserta
Pemilu;
f)
Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan
menetapkannya sebagai daftar pemilih tetap;
g)
Menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian
perlengkapan barang dan jasa Pemilu.
Pemilu 1955
Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia
setelah kemerdekaan tahun 1945. Inilah tonggak pertama masyarakat Indonesia
belajar tentang demokrasi. Indonesia baru yang sangat muda terseok- seok dalam
mempersiapkan pemilu. Situasi keamanan yang belum kondusif, kabinet yang penuh
friksi, dan gagalnya pemerintahan baru menyiapkan perangkat Undang-Undang
pemilu membuat pemungutan suara baru bisa dilaksanakan 10 tahun setelah
kemerdekaan.
Pasca pemilu 1971 ada lima pemilu yang diselenggarakan di bawah rezim orde baru,
yaitu pemilu tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Lima pemilu itu berlangsung
"seragam" dan diikuti oleh dua partai yaitu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya (Golkar). Pemilu selalu
dimenangkan oleh Golongan Karya dan MPR selalu menunjuk Soeharto sebagai
Presiden.
Setelah pemilu 1971 yang diikuti 10 konstestan, terbitlah Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Undang-Undang baru ini mengatur
soal penggabungan partai politik. Sembilan partai politik yang ada diciutkan menjadi
hanya dua. Partai-partai beraliran islam bergabung dalam satu wadah Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Sementara, partai-partai di luar islam bergabung dalam Partai
Demokrasi Indonesia (PDI). Kedua partai itu bertarung dengan Golongan Karya
dalam setiap pemilu di masa orde baru.
Selama periode orde baru masyarakat Indonesia memilih partai dalam setiap pemilu.
Lalu partai menentukan siapa yang menjadi wakil rakyat di Dewan Permusyarawatan
Rakyat (DPR). Semua anggota DPR adalah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Selain anggota DPR, anggota MPR berisikan utusan golongan. MPR
bermusyawarah untuk menunjuk presiden.
Pemilu 1977
Pemilu 1982
Pemilu 1987
Pemilu 1992
Pemilu 1997
: 2 Mei
: 4 Mei
: 23 April
: 9 Juni
: 29 Mei
Pemilu 1971
Pemilu 1999
Pemilu 1999 merupakan tonggak baru demokrasi Indonesia. Penguasa Orde Baru
Soeharto mundur dari kekuasaan pada 20 Mei 1998 karena desakan masyarakat. BJ
Habibie yang semula adalah wakil presiden naik menjadi Presiden menggantikan
Soeharto. Roh demokrasi yang semasa rezim orde baru dipasung hidup kembali.
Ratusan partai politik terbentuk dan mendaftarkan diri sebagai peserta pemilu.
Komisi Pemilihan Umum melakukan seleksi dan meloloskan 48 partai politik. Golkar
yang semula bukan partai di tahun ini berubah menjadi partai politik. Lima besar
partai pemenang pemilu adalah:
No
1
2
3
4
5
Partai
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Partai Golkar
Partai Persatuan Pembangunan
Partai Kebangkitan Bangsa
Partai Amanat Nasional
Suara
35.689.073
23.741.749
11.329.905
13.336.982
7.528.956
Persen
33,74
22,44
10,71
12,61
7,12
Kursi DPR
153
120
58
51
34
Pemilu 2004
Pemilu 2004 menjadi catatan sangat penting dalam sejarah pemilu di Indonesia. Pada
tahun ini untuk pertama kali rakyat Indonesia memilih langsung wakilnya di
parlemen dan pasangan presiden dan wakil presiden. Sebelumnya, presiden dan wakil
presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Oleh karena itu pelaksanaan
pemilu dibagi menjadi dua yaitu pemilu legislatif dan pemilu presiden.
Pemilu legislatif
Pemilu legislatif digelar sebagai rangkaian pertama pada 5 April 2004 dan diikuti 24
partai politik. Partai-partai politik yang memperoleh suara lebih besar atau sama
dengan tiga persen dapat mencalonkan pasangan calonnya untuk maju pada
pemilihan Presiden.
Hasil lima besar pemilu legislatif 2004
No
1
2
3
4
5
Partai
Partai Golongan Karya
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Partai Kebangkitan Bangsa
Partai Persatuan Pembangunan
Partai Demokrat
Suara
24.480.757
21.026.629
11.989.564
9.248.764
8.455.225
Persen
21,58
18,53
10,57
8,15
7,45
Kursi DPR
128
109
52
58
57
Pemilu Presiden
Pemilu presiden tahun 2004 diikuti lima pasang calon yaitu,
1. Susilo Bambang Yudhoyono Jusuf Kalla
2. Megawati Soekarnoputri Hasyim Muzadi
3. Wiranto - Solahuddin Wahid
4. Amien Rais Siswono YudoHusodo
5. Hamzah Haz Agum Gumelar
Hasil pemilu presiden putaran pertama 5 April 2004
Rankin
Pasangan Capres
g
1
Susilo B.Y. - J. Kalla
2
Megawati - Hasyim M.
3
Wiranto-Sallahudin W.
4
AmienRais - Siswono Y.H.
5
Hamzah H. - Agum G.
Jumlah Suara
Suara
Persen
36.070.622
28.186.780
23.827.512
16.042.105
3.276.001
107.403.020
33.58 %
26.24 %
22.19 %
14.94 %
3.05 %
100%
PEMILU 2009
Pemilu Legislatif 2009 digelar pada 9 April 2009 dan diikuti 38 partai politik. Ribuan
calon anggota legislatif memperebutkan 560 kursi DPR, 132 kursi DPD, dan banyak
kursi di DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Untuk pertama kalinya, sistem sistem proporsional terbuka diterapkan pada Pileg
2009. Melalui sistem ini, pemilih tak lagi memilih partai politik, melainkan caleg.
Penetapan calon terpilih pada suatu daerah pemilihan dilakukan berdasarkan
perolehan suara terbanyak, bukan nomor urut.
Sebanyak 121.588.366 pemilih yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia
berpartisipasi dalam pileg 2009. Partai Demokrat yang dipimpin oleh Ketua Dewan
Pembina Susilo Bambang Yudhoyono berhasil memenangi pileg 2009 dengan meraup
21.703.137 suara atau sebanyak 20,85 persen. Selain itu, ada 8 partai lainnya yang
lolos parliamentary threshold, yakni, Partai Golkar, PDI Perjuangan, Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
STUDI KASUS
2.11
KRONOLOGI KASUS
Sekelompok orang yang mengaku sebagai kader dari partai tersebut membagikan
telur dengan cara mendatangi rumah-rumah warga sekaligus memberikan sebuah
poster seorang caleg itu.
Selasa (8/4), "serangan fajar" datang dari seorang caleg perempuan untuk DPRD
Kota Pekanbaru, juga dari partai berkelas.
Kali ini, bentuk "sogokan" yang dilakukan dengan membagikan paket sembako
berisikan, beras, teh kotak, gula, serta susu kental berkemasan kaleng.
Caleg tersebut menggunakan tangan para pengikutnya untuk membagikan paket
sembako itu ke masyarakat di Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya.
"Dari tadi sore sampai tengah malam ini sembako dibagikan ke masyarakat," kata Ali
(53), seorang warga di Kompeks Perumahan Bertuah Sejahtera kepada pers.
Warga lainnya mengungkap pembagian sembako tersebut dilakukan oleh beberapa
pemuka masyarakat dengan disertakan pula kartu nama caleg tersebut.
Sejumlah warga tampak menerima bantuan sembako yang dianggap sebagai
sumbangan sukarela itu.
"Hanya saja ada pesan terselubung, dia minta dicoblos besok," kata warga.
Sementara di Kecamatan Tampan, dua caleg perempuan untuk Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) dan DPRD Provinsi Riau (ibu dan anak) dikabarkan melakukan
"serangan fajar" melalui tangan Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat.
Ketua RT tersebut kemudian membagikan kartu nama dan ajakan memilih caleg
tersebut dengan diselipkan ke surat pemberitahuan pemungutan suara kepada pemilih
(C6).
Dilaporkan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Riau sebelumnya juga
telah melaporkan seorang calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang
ketahuan membagi-bagikan baju batik ke masyarakat.
Menurut laporan tersebut di Polda Riau, Bawaslu menduga adanya praktik politik
uang dalam pembagian batik tersebut.
"Mulai dari Golkar, PAN, PDI Perjuangan, Demokrat dan Gerindra serta caeg dari
partai lainnya, hampir semua partai," katanya.
Saat ini, kata dia, yang sudah dinaikkan atau dilaporkan ke Polda Riau ada dua
temuan kasus dugaan politik uang.
"Satu merupakan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan satu dari calon
legislatif DPRD Riau," katanya.
Mandul Pengamat Politik dari Universitas Andalas, Syaiful Wahab, berpendapat,
politik uang tidak akan pernah bisa dihilangkan dalam tiap penyelenggaraan
kampanye politik.
"Sebab penegakkan aturan mengenai politik uang itu sangat mandul, terbukti bahwa
hampir semua kasus dugaan 'money politik' selalu gugur di Mahkamah Konstitusi
lantaran lemahnya pembuktian," kata Syaiful dihubungi dari Pekanbaru.
Bahkan menurut Syaiful Wahab yang juga Ketua Jurusan Ilmu Politik FISIP
Universitas Andalas itu, senada dengan politik uang dan kampanye hitam memang
tidak akan pernah bisa dihilangkan dalam suatu kampanye politik.
Ia menjelaskan penegakkan aturan mengenai politik uang sangat mandul, juga
disebabkan oleh konsep mengenai politik uang tersebut sangat multi tafsir.
"Karena hampir semua kasus dugaan politik uang sulit sekali membuktikan apakah
ada korelasi yang signifikan antara uang yang diberikan dengan perolehan suara
seorang kandidat," katanya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan telah menegaskan, politik uang (money
politic) dan politik transaksional berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW adalah
haram.
Informasi ini diungkapkan Ketua MUI, Din Syamsuddin kepada para wartawan usai
konferensi pers di Gedung MUI Pusat beberapa waktu lalu.
Din Syamsuddin mengatakan, yang namanya politik uang, serangan fajar, serangan
dhuha, serangan tengah malam, serta politik transasksional yang terjadi selama ini
jelas melanggar ketentuan agama.
MUI berharap agar bangsa dan negara yang akhir-akhir ini dilanda oleh musibah
dapat melaksanakan demokrasi dengan baik dan benar tanpa ada upaya-upaya yang
diharamkan.
Din Syamsuddin mengimbau masyarakat untuk tidak memilih para caleg yang
menggunakan strategi haram tersebut. Termasuk "serangan fajar" dalam bentuk
membagikan susu dan telur.
2.12 ANALISA KASUS
Berdasarkan kasus diatas, menurut kelompok kami kami sangat setuju dengan
usaha pemerintah daerah untuk melapor ke pemerintah pusat karena meskipun
hanya membagikan telur, susu , sembako , baju batik dan lain-lain merupakan
salah satu tindakan politik uang dalam kampanye. Kami mengharap pemerintah
untuk lebih menindaklanjuti secara tegas terhadap kasus-kasus. Kini hanya
terjadi pada pemilu calon legislative saja padahal sebentar lagi akan diadakan
pemilu presiden jangan sampai dalam pemilu presiden nanti dalam kampanye
masih menggunakian politik uang ini . Sebab, dengan adanya politik uang ini
semakin susah Indonesia untuk menjadi lebih maju apalagi mengurangi angka
korupsi, apalagi para calonnya saja sudah melakukan antisipasi pemilih supaya
dirinya terpilih menjadi wakil rakyat. Dengan begitu para calon yang terpilih
pasti akan berusa mengembalikan uang yang telah mereka keluarkan untuk
kampanye mereka saat itu. Hal ini sama saja telur yang dibagikan kepada rakyat
tersebut bukanlah gratisan melainkan utang karena suatu saat nanti mereka akan
menggantinya dengan uang yang mereka bayar untuk pemerintah. Karena uang
yang mereka bayar bukanlah masuk ke kantong pemerintah tetapi masuk ke
kantong wakil rakyat tersebut sebagai ganti pembelian telur yang beberapa ton
untuk rakyat ditambah dengan bunga mereka. Karena para caleg yang
kampanyenya menggunakan politik uang sama saja dengan seorang rentenir
dengan bunga beberapa puluh persen sehingga akan menyiksa nasabahnya.
Sehingga wakil rakyat akan menyiksa rakyatnya. Oleh sebab itu politik uang ini
harus ditumpaskan sebersih dan secepat mungkin supaya tidak terjadi pada
pemilu selanjutnya karena sebentar lagi akan diadakan pemilu presiden jangan
sampai dalam pemilu presiden nanti dalam kampanye masih menggunakian
politik uang ini. Dan semoga tidak terjadi ke genasi muda kelak. Supaya
generasi muda menjadi generasi wakil rakyat yang bersih yang membantu
rakyatnya dalam menyampaikan aspirasi, menyelesaikan masalah, dan lain-lain.
Sehingga rakyat manjadi aman , tentram dan tidak tersiksa.
2.13 SOLUSI
Bagi pemerintah :
1. Bahwa sebaiknya pengedar dan pemakai wajib diberi sanksi yang
tegas agar mereka tidak lagi melakukan kampanye politik uang.
2. Pemerintah diharapkan supaya bisa bertindak bijaksana dalam
memutuskan suatu perkara.
3. Dalam memutuskan suatu perkara sebaiknya menggunakan asas
demokrasi sebagai dasar pengambilan keputusan yang sesuai
dengan hukum yang berlaku.
Bagi rakyat
1. Masyarakat seharusnya harus lebih teliti dalam memilih wakil
rakyat karena dalam pemilihan tersebut menentukan masa depan
Negara dan pemerintah dalam 5 tahu ke depan.
2. Saling mengingatkan kepada sesama rakyat untuk lebih waspada.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik.
Dengan kata lain , pemerintahan yang demokrasi adalah pemerintahan di
2.
3.
1999-sekarang.
Sistem ketatanegaraan Indonesia adalah suatu susunan dalam tata negara
Indonesia yang mempunyai tugas dan kewajiban masing- masing dalam
4.
5.
3.2 Saran
1. Sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai dan
asas demokrasi.
2. Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, baik rakyat maupun calon wakil
rakyat patuhilah dan taatilah peraturan dan hukum yang berlaku.
3. Dalam pengambilan keputusan hendaknya mementingkan kepentingan
bersama yang tidak mengambil hak orang lain.
4. Jika melanggar hukum hendaknya dihukum sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
http://akubukanmanusiapurba.blogspot.com/2011/06/ketatanegaraan-indonesiamenurut-uuds.html
http://batam.bisnis.com/m/read/20140409/14/44089/pileg-2014-riau-duh-jamansekarang-masih-banyak-yang-pakai-serangan-fajar
http://wowewuckz.blogspot.com/2009/10/pelaksanaan-pemilu-orde-lamaorde-baru.html
MGMP KABUPTEN BLORA, 2012, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
XII,BLORA: SWA
MGMP KABUPATEN BLORA,2011, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN XI,
BLORA : SWA