Anda di halaman 1dari 5

HIPERTENSI

NA01070714

NURSING ART

DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat
spesifik usia. (Corwin, 484:2009)
Hipertensi (merupakan) kenaikan tekanan darah diastolik atau
sistolik, ditemukan dalam dua tipe: hipertensi esensial (primer), yang
paling sering terjadi, dan hipertensi sekunder, yang disebabkan oleh
penyakit renal atau penyebab lain yang dapat diidentifikasi. Hipertensi
malignan adalah bentuk hipertensi yang berat, fulminan dan sering
dijumpai pada kedua tipe hipertensi tersebut. (Kowalak, 179:2012)

High blood pressure, or hypertension, is a disease. Even though it typically has no symptoms, HBP can have deadly
health consequences if not treated. 76.4 million U.S. adults have been diagnosed with high blood pressure.
(American Heart Asociation)

ETIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS

Faktor risiko untuk hipertensi primer


Meskipun hipertensi sering terjadi tanpa
meliputi :
gejala (asimtomatis), namun beberapa tanda klinis
Riwayat keluarga
di bawah ini dapat terjadi.
Usia lajut
Hasil pengukuran tekanan darah yang
Sleep apnea
menunjukkan kenaikan.
Ras (Sering terjadi pada orang kulit hitam)
Nyeri kepala oksipital (yang semakin parah
Obesitas
pada saat bangun di pagi hari karena terjadi
Kebiasaan merokok
peningkatan intrakranial)
Asupan natrium dalam jumlah besar
Nausea dan vomitus
Asupan lemak jenuh dalam jumlah besar
Epitaksis yang mungkin terjadi akibat
Konsumsi alkohol secara berlebihan
kelainan vaskuler akibat hipertensi
Gaya hidup banyak duduk (sedentari)
Bruits, hal ini dapat diakibatkan oleh
Stress
stenosis atau aneurisma.
Renin berlebihan
Perasaan pening, bingung dan keletihan
Defisiensi mineral (kalsium, kalium dan
yang disebabkan penurunan perfusi darah
magnesium)
akibat vasokontriksi pembuluh darah.
Diabetes melitus
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
Nokturia yang disebabkan oleh peningkatan
Penyebab hipertensi sekunder meliputi
aliran darah ke ginjal dan peningkatan
Koarktasio aorta
filtrasi oleh glomerulus
Stenosis arteri renalis dan penyakit
Edema yang disebabkan oleh peningkatan
parenkim ginjal
tekanan kapiler.
Tumor otak, kuadriplegia dan cedera kepala
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH
Feokromositoma,
sindro
Cushing,
hiperaldosteronisme dan disfungsi tiroid,
hipofisis atau paratiroid
Pemakaian preparat kontrasepsi oral,
kokain, epoetin alfa, obat-obat stimulan saraf
simpatik, inhibitor monoamin oksidase yang
digunakan bersama tiramin, terapi sulih
estreogen dan obat-obatan antiinflamasi
nonsteroid
Hipertensi yang diakibatkan oleh kehamilan
American Heart Asociation

PATOFISIOLOGI

Tekanan darah arteri merupakan produk


total resistensi perifer dan curah jantung. Curah
jantung meningkat karena keadaan yang
meningkatkan frekuensi jantung, volume sekuncup
atau keduanya. Resistensi perifer meingkat karena
faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah
atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh
darah, khususnya pembuluh arteriol.
Beberapa teori membantu menjelaskan
terjadinya hipertensi. Teori-teori tersebut meliputi:
Perubahan pada bantalan dinding pembuluh
darah
arteriolar
yang
menyebabkan
peningkatan resistensi perifer
Peningkatan tonus pada sistem saraf
simpatik yang abnormal dan berasal dari
dalam pusat sistem vasomotor. Peningkatan
tonus
ini
menyebabkan
peningkatan
resistensi vaskuler perifer.
Penambahan volume darah yang terjadi
karena disfungsi renal atau hormonal.
Peningkatan penebalan dinding arteriol
akibat faktor genetik yang menyebabkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer.
Pelepasan renin yang abnormal sehingga
terbentuk angiotensin yang menimbulkan
konstriksi arteriol dan meningkatkan volume
darah.
Hipertensi yang berlangsung lama akan
meningkatkan beban kerja jantung karena terjadi
peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel
kiri. Untuk meningkatkan kekuatan kontraksinya,
ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga
kebutuhan jantung akan oksigen dan beban kerja
jantung meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung
dapat terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi
mampu mempertahankan curah jantung yang
memadai. Karena hipertensi memicu proses
aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung
dapat mengalami gangguan lebih lanjut akibat
penurunan aliran darah ke dalam miocardium
sehingga timbul angina pektoris atau infark
miocard. Hipertensi juga menyebabkan kerusakan
pembuluh darah yang semakin mempercepat
proses aterosklerosis serta kerusakan organ
seperti cedera retina, gagal ginjal, stroke, dan
aneurisma serta diseksi aorta.
Patofisiologi
hipertensi
sekunder
berhubungan dengan penyakit yang mendasari,
sebagai contoh :
Penyebab hipertensi sekunder yang paling
sering terjadi adalah penyakit ginjal kronis.
Serangan
pada
ginjal
akibat
glomerulonefritis kronis atau stenosis arteri
renalis akan mengganggu ekskresi natrium,
sistem renin angiotensin-aldosteron, atau
perfusi renal sehingga tekanan darah
meningkat.

Pada sindrom Cushing, peningkatan kadar


kortisol akan menaikkan tekanan darah
melalui peningkatan retensi natrium renal,
kadar angiotensin II, dan respons vaskuler
terhadap norepinefrin.
Pada aldosteronisme primer, penambahan
volume
intravaskuler,
perubahan
konsentrasi
natrium
dalam
dinding
pembuluh darah, atau kadar aldosteron
yang terlampau tinggi menyebabkan
vasokontriksi dan peningkatan resistensi.
Feokromositoma merupakan tumor sel
kromafin medula adrenal yang menyekresi
epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin
meningkatkan kontraktilitas dan frekuensi
jantung,
sementara
norepinefrin
meningkatkan resistensi vasuler perifer

Aterosklerosis dapat menyebabkan resistensi


perifer meningkat

KOMPLIKASI

Komplikasi hipertensi meliputi :


Krisis hipertensi
Penyakit arteri perifer
Aneurisma
Aorta dissecting
Penyakit jantung koroner
Angina pectoris
Infark miocard
Gagal jantung
Aritmia dan kematian mendadak
Serangan iskemik sepintas (transient
ischemic attac, TIA)
Stroke
Retinopati
Ensefalopati hipertensi
Gagal ginjal

Hipertensi dapat
menyebabkan
aneurisma

DIAGNOSIS

Pemeriksaan
berikut
ini
membantu
menegakkan diagnosis hipertensi:
Pengukuran tekanan darah secara serial
dapat memantu
Urinalisis dapat memperlihatkan protein,
sedimen, sel darah merah atau sel darah
putih yang menunjukkan kemungkinan
penyakit renal.
Pemeriksaan
laboratorium
dapat
mengungkapkan kenaikan kadar ureum
dan kreatinin serum yang memberikan
kesan penyakit ginjal atau keadaan
hipokalemia yang menunjukkan disfungsi
adrenal (hiperaldosteronisme primer)
Hitung
darah
lengkap
dapat
mengungkapkan penyebab hipertensi yang
lain, seperti polisitemia atau anemia.
Urografi
ekskretorik
dapat
mengungkapkan atrofi renal, menunjukkan
penyakit renal yang kronis. Ginjal yang
satu lebih kecil daripada yang lain
memberikan
kesan
penyakit
renal
unilateral.
Elektrokardiografi dapat memperlihatkan
hipertrofi ventrikel kiri atau iskemia.
Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan
kardiomegali
Ekokardiografi dapat mengungkapkan
hipertrofi ventrikel kiri.

Terapi
obat
bersifat
individu
dan
diarahakan
oleh
penyakit
yang
meyertainya. Obat-obat yang disukai
meliputi preparat diuretik inhibitor ACE,
atau beta-bloker. Semua obat ini terbukti
efektif untuk menurunkan angka morbiditas
dan
mortalitas
kardiovaskler.
Jika
pengobatan dengan preparat diuretik,
inhibitor ACE, atau beta-bloker tidak efektif
atau tidak bisa diterima, dokter dapat
merespkan preparat antagonis kalsium,
penyekat reseptor-alfa, atau penyekat alfabeta. Meskipun efektif untuk menurunkan
tekanan darah, obat-obatan ini belum
terbukti
efektif
menurunkan
angka
morbiditas dan mortalitas.
Tahap III : Jika pasien tidak berhasil
mencapai tekanan darah yang diinginkan
atau tidak mengalami kemajuan yang
berarti, tingkatkan dosis obat atau ganti
obat yang sudah diberikan itu dengan obat
pengganti dari golongan yang sama atau
tambahkan dengan obat dari golongan
berbeda.
Tahap IV : Jika pasien tidak berhasil
mencapai tekanan darah yang diinginkan
atau tidak mengalami kemajuan yang
berarti, tambahkan pengobatan dengan
preparat kedua atau ketiga atau dengan
preparat diuretik (jika golongan ini belum
diberikan). Preparat kedua atau ketiga
dapat
berupa
preparat
vasodilator,
antagonis-alfa,
antagonis
neuron
adrenergik yang kerjanya perifer, inhibitor
ACE atau penhambat kanal kalsium.

Tensimeter merupakan alat utama


untuk diagnosis tekanan darah

PENATALAKSANAAN

National
Institutes
of
Health
merekomendasikan pendekatan bertahap berikut
ini dalam penanganan hipertensi primer.
Tahap I : Bantu pasien untuk memulai
mengubah gaya hidup sebagaimana
diperlukan, yang meliputi penurunan berat
badan, pengurangan asupan alkohol,
latihan fisik secara teratur, pengurangan
asupan garam dan penghentian kebiasaan
merokok.
Tahap II : jika pasien tidak berhasil
mencapai tekanan darah yang diinginkan
atau tidak mengalami kemajuan yang
berarti, lanjutkan modifikasi gaya hidup
dan mulailah terapi obat.

Pola hidup sehat merupakan langkah awal


pencegahan hipertensi

Penanganan hipertensi sekunder berfokus


pada koreksi penyebab yang mendasari dan
pengendalian efek hipertensi.
Secara
khas,
kegawatan
hipertensi
memerlukan pemberian obat-obatan golongan
vasodilator atau inhibitor adrenergik secara
parenteral atau pemberian per oral, obat pilihan

Seperti nifedipin, kaptopril, klonidin, atau labetalol


untuk menurunkan tekanan darah dengan cepat.
Tujuan awal adalah penurunan tekanan darah
arterial rata-rata sampai tidak lebih dari 25%
(dalam waktu beberapa menit hingga beberapa
jam), kemudian penurunan lebih lanjut hingga
tekanan dicapai 160/110 mmHg dalam waktu dua
jam seraya menghindari penurunan tekanan darah
yang berleihan karena keadaan ini dapat
menimbulkan iskemia renal, serebral, atau
miokard.
Contoh-contoh
kegawatan
hipertensi
meliputi ensefalopati hipertensi, perdarahan
intrakranial, gagal jantung kiri akut, disertai
edema paru dan aneurisma aorta dissecting
kegawatan hipertensi juga menyertai keadaan
eklamsia atau hipertensi berat yang ditimbulkan
oleh kehamilan, angina tidak stabil dan infark akut
miokard.
Hipertensi tanpa gejala yang menyertai
ataupun tanpa penyakit pada organ target jarang
memerlukan terapi atau pengobatan kedaruratan.

DAFTAR BACA
Corwin, Elizabeth. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:
EGC
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC
Kowalak, Jennifer P., Welsh, William., Mayer, Brenna. 2012.
Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik (Vol 2). Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
William&Wilkins. 2012. Nursing: Memahami Berbagai Macam
Penyakit. Jakarta: PT. Indeks
William&Wilkins. 2012. Nursing: Menafsirkan Tanda-Tanda
dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT. Indeks

www.heart.org

Anda mungkin juga menyukai