1. Pengertian
Kanker serviks adalah kanker yang bermula dari serviks uteri. Serviks adalah
pintu rahim. Rahim adalah rongga yang berbentuk seperti buah alpokat dimana
bayi tumbuh selama kehamilan (www.geogle.com 2005).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks,
dimana terdapat kelompok abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan
disekitarnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Lukman dan Sorensen,
1999).
2. Anatomi
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, masing-masing
dikanan dan dikiri rahim.
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar
ovarium berada diintraperitonial dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian
ovarium kecil berada didalam liga mentum latum. Disitu masuk pembuluhpembuluh darah dan saraf keovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan
belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Bentuknya
seperti buah lemon, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5 5 cm x 1,5
2 cm x 0,6 1 cm.
Menurut strukturnya ovarium terdiri dari :
Penyebab belum diketahui dengan pasti tapi faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan smegma, infeksi virus Human Papiloma Virus (HPV) dan
spermatozoa.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
antara lain adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker
serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan
hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih
besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human
papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat
pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping
itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.
3. Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
4. Insiden
Karsinoma Serviks.
Epidemiologi
Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki
peringkat pertama di Indonesia. Selama kurun waktu 5 tahun (1975 1979)
penulis menemukan di RSUGM / RSUP Sardjito 179 diantara 263 kasus (68,1).
Soeripto dkk menemukan frekuensi relative karsinoma serviks di Propinsi D.I.Y
25,7 % dalam kurung 1970 1973 (3 tahun) dan 20,0 % dalam kurun 1980
0982 (2 tahun) diantara 5 jenis kanker terbanyak pada wanita sebagai peringkat
pertama. Umur penderita antara 30 60 tahun, terbanyak antara 45 50 tahun.
Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasive memakan waktu sekitar
10 tahun. Hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan kanker serviks
yang inbasif pada saat didiagnosis, sedangkan 53 % dari KIS terdapat pada
wanita dibawah usia 35 tahun. Mempertimbangkan keterbatasan yang ada, kita
sepakat secara nasional melacak ( mendeteksi dini ) setiap wanita sekali saja
setelah melewati usia 30 tahun dan menyediakan sarana penanganannya, untuk
berhenti
sampai
usia
60
tahun.(
Ilmu
kandungan,sarwono
prawiroharjo,1999,hal,381).
5. Patofisiologi
Pada awal perkembangan kanker serviks tak memberi tanda-tanda dan
keluhan. Pada pemeriksaan dengan speculum, tampak sebagai porsio yang
erosive (metaplase skuamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh ; 1) eksofitik mulai dari SCJ kearah lumen vagina
sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. 2)
Endofitik mulai dari SCJ tumbuh kedalam stoma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infilterasi menjadi ulkus. 3) Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung
merusak struk jaringan serviks dengan ,melibatkan awal fornises vagina untuk
menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplase (erosio)
akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan
masuknya mutagen, porsio yang erosive (metaplasia skuamosa ) yang semula
faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik (diplastik-diskariotik) melalui
tingkatan NIS- I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma infasif. Sekali
menjadi mikro infasif, proses keganasan akan berjalan terus. (sarwono
prawiroharjo, 1999 hal,380 )
Trauma
Mekanik
Nutrisi
kurang
Kawin
muda
Paritas
Trauma serviks
Kaitus
Gangguan
keseimbangan
Volume
serviks
ber (+)
hormon
Infeksi
Infksi Traktus
Urogenitalis
Terlalu sering
Reaksi badan
menebalkan epitel
kolumner
Proses
metaplasia
Terjadi eversi
Masuk dalam vagina
pH rendah
Sekret Vagina
Abnormal
Mutagen di serviks
Aktifitas regenerasi epitel
Diplasia
Merusak pembuluh
Darah
Ca
Penekanan pada
saraf Simpatik di
parametrium
Cemas
Pembuluh darah pecah
Pendarahan
Lemah
Nafsu makan
Intake
Refleks nyeri
dipersepsikan
Nyeri
Imobilisasi
Disfungsi
seksual
Intoleransi
Aktifitas
Resiko syok
Hypovolemik
Ansietas kematian
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Gangguan
konsep diri
6. Manifestasi klinik
Mengenali tanda-tanda pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau
tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut :
1
2
3
kencing dan rectum.
(www.geogle.com 2005).
7. Klasifikasi
Klasifikasi tingkat keganasan menurut The Internasional Federation of
Gynecologi and Obstetrics (IFGO), 1978 yang didasarkan atas pemeriksaan
klinik, radiology, kuretase endoserviks dan biopsy yaitu :
Statium 0 :
Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra epitel atau karsinoma pre invasif :
Membrane beralis masih utuh.
Stadium I :
Ca terbatas pada serviks.
Stadium 1a :
Karsinoma mikroinvasif : bila membran basalissudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stroma 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalm pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
Stadium 1b :
Secaraklinis sudah diduga adanya tumor histogolik menunjukkan invasi kedalam
stroma serviks.
Stadium II :
Ca meluas keluar serviks tetapi tidak mencapai dinding panggul Ca sudah
mengenai vagina tapi1/3 distal masih bebas.
Stadium IIa :
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium, masih bebas dari infiltrate tumor.
Stadium IIb :
8. Tes Diagnostik
1.
klien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret
yang diambil dari porsi serviks.
10
2.
Biopsi : untuk melengkapi hasil pap smear. Hasil biopsy akan lebih
gangguan pada saluran pelvic atau peroatik limfe; dan pemeriksaan adanya
obstrksia pada ureter terminal.
6.
Histerektomi
suatu
tindakan
pembedahan
yang
bertujuan
mengangkat uterus dan serviks (total) atau salah satunya. Biasanya dilakukan
pada stadium Ia Iia. Umur klien sebaiknya sebelum menopause atau bila
11
keadaan umum baik. Dapat juga pada umur kurang dari 65 tahun. Pasien
harus bebas dari penyakit resiko tinggi seperti penyakit jantung, ginjal dan
hepar.
B.
Khemoterapi
pemberian
obat
melalui
infuse,
tablet
atau
12
Pengkajian (assessment)
2.
perencanaan (planning)
3.
Pelaksanaan (implementasi)
4.
Penilaian (evaluasi)
1.
Pengkajian keperawatan.
Identitas pasien.
13
2. Riwayat kesehatan saat ini yaitu keluhan sampai saat klien pergi kerumah
sakit seperti terjadinya pendarahan pervagina diluar siklus haid,
pendarahan post koitus, nyeri pada abdomen, amenorrhoe dan
hipernorrhoe, pengeluaran cairan vagina yang berbau.
3. Riwayat kesehatan keluarga yaitu tentang anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit yang sama.
4. Riwayat tumbuh kembang yaitu meliputi usia pertama kali melakukan
hubungan seks, menarche, banyaknya kehamilan dan melahirkan, lama
dan siklus haid, usia pertama kali menikah, adanya pasangan yang lebih
dari satu, beberapa kali menikah dan bagaimana perkembangan klien
pada saat ini.
5. Riwayat psikososial yaitu tentang penerimaan klien terhadap penyakitnya
serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap klien dari sumber keuangan. Konsep diri klien
meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah klien
yang murung atau sedih serta keluhan klien yang merasa tidak berguna
atau menyusahkan orang lain.
6. Riwayat kebiasaan sehari-hari meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi,
elimenasi, aktivitas klien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur.
c.
14
15
5. Auskultasi :
Abdomen, meliputi peristaltik usus, bising aorta abdominalis, arteri
renalis dan arteri iliaca.
6. Riwayat psikososial klien meliputi reaksi emosional setelah diagnosa
penyakit diketahui : ibu menginginkan mendapatkan pertolongan dokter.
7. Pola kegiatan sehari-hari meliputi : riwayat kebiasaan makanan : hari
yang meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi (BAB/BAK)
aktivitas klien sehari-hari, pemenuhan kebetuhan istirahat dan tidur,
rekreasi dan olah raga.
8. Pemeriksaan penunjang.
1) Pap smear
2) Biopsi
3) Kolposkopi
4) Laboratorium
5) Radiologi
6) Tes Schiler, ditambah pemeriksaan lainnya.
7) Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan
darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
8) Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
9) Pemeriksaan kardiovaskulr, antara lain EKG.
10) Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap
obat.
16
2.
Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah hasil interpretasi analisa data yang
dirangkum dalam satu diagnosa sesuai dengan masalah klien dan dengan datadata yang telah ada.
Pada klien dengan ca serviks Pre Op. Diagnosa yang mungkin didapatkan
adalah sebagai berikut :
1) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
2) Nyeri berhubungan dengan penekanan pada saraf simpatik di parametrium.
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.
4) Keterbatasan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan
fisik.
5) Gangguan konsep diri berhubungan dengan disfungsi seksual
6) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau informasi.
3.
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dari pasien dengan Pre Op ca serviks
sebagai berikut :
1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan.
1) Tujuan :
Pendarahan tidak terjadi
2) Rencana tindakan :
a. Observasi tanda-tanda vital.
17
pengganti.
18
1. Tujuan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Rencana tindakan
-
19
kelemahan fisik.
1. Tujuan :
Pemenuhan ADL terpenuhi
2. Rencana tindakan
-
klien
sendiri
sehingga
mengurangi
rasa
20
1. Tujuan
Tidak terjadi disfungsi seksual.
2. Rencana tindakan
-
setelah sakit.
Rasional : Informasi yang jelas bagi pasangan akan memberikan
pemahaman yang jelas tentang masalah yang dihadapi.
-
informasi
1. Tujuan
21
Beri
kesempatan
pada
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya.
Rasional : Agar klien merasa diperhatikan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung
22
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta
Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC.
Jakarta
Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di
Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2
Mei 2001
.2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA : 2000/01
PSIK.FK. Unair, Surabaya
Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo &
JNKKR-POGI. Jakarta
23