PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tumor payudara merupakan kelainan payudara yang sering ditemukan
terutama pada wanita. Tumor ada yang bersifat jinak adapula yang ganas. Tumor
ganas inilah yang disebut kanker. Kanker memiliki sifat khas, yaitu terdiri dari
sel-sel ganas yang dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran ini
disebut metastasis dan dapat terjadi melalui pembuluh darah maupun pembuluh
getah bening.1
Tumor payudara hampir selalu memberi kesan menakutkan bagi wanita. Bahkan
banyak para pakar sependapat bahwa setiap nodul pada payudara dianggap
sebagai kanker terutama pada wanita golongan risiko tinggi walaupun
kemungkinan tumor jinak tidak dapat diabaikan. Tumor payudara dapat bersifat
ganas dan dapat menjadi kanker payudara. Menurut data World Health
Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010 dan data Depkes 2012
menyebutkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah
penyakit kardiovaskuler.2 Untuk itu deteksi dini terhadap tumor payudara yang
dapat menjadi ganas perlu dilakukan pemeriksaan payudara sedini mungkin salah
satunya dengan melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) untuk
menemukan tanda klinis tumor atau kanker lebih awal sehingga pemberian terapi
di tahap awal dapat dilakukan dengan optimal.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada
beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan
dengan pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
payudara.
b. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor
payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada
kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu,
gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara.
d. Faktor usia Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali
lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi, intake alcohol, pemakaian kontrasepsi oral, pemakaian
kontrasepsi oral. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.5
Resonance Imaging (MRI), biopsi terbuka (yang dilakukan dengan operasi seperti
biasa dapat berupa pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian saja
(insisi), dan biopsy tertutup (biopsi dengan menggunakan aspirasi jarum halus).6
sejumlah sel dari ekstra tumor atau nodul yang diambil dengan
dengan indikasi membedakan tumor kistik, solid dan peradangan; diagnosis prabedah
kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku intra operatif; diagnosis pertama
pada wanita muda (kurang dari 30 tahun) dan wanita lanjut usia; payudara yang telah
dilakukan beberapa kali biopsi diagnostic; penderita yang menolak operasi/anestesi;
nodul-nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi; kasus kanker payudara
stadium lanjut yang sudah inoperable; mengambil spesimen untuk kultur dan
penelitian.3,4
2.3.5. Diagnosis Sitologik Biopsi Aspirasi Dan Nilai Klinik
Pada umumnya sensitivitas sitologi aspirasi jarum halus (positif dan curiga)
berkisar antara 77% sampai 98% untuk adanya kanker payudara dan nilai spesifisitas
berkisar antara 97,6% sampai 100% untuk absennya kanker payudara. Ini
memberikan bukti tingginya nilai diagnostik dari sitologi BAJH sebagai cara
diagnosis prabedah tumor payudara.4
Hasil posisif maligna disebut positif, kelainan jinak disebut negatif, mencurigakan
maligna disebut suspek, tidak dapat diinterpretasi disebut inkonklusif. Sitologi positif
merupakan petunjuk untuk melakukan tindakan lebih lanjut antara lain survei
metastasis, menentukan stadium, memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan
mendiskusikan pola pengobatan. Sitologi negatif atau kelainan jinak, belum dapat
menyingkirkan adanya kanker; perlu dipikirkan kemungkinan negatif palsu. Negatif
palsu dapat terjadi karena kesalahan teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak
terdapat pada sediaan. Bila terdapat diskrepensi sitologi dan data klinik, alternatif
tindakan terbaik adalah biopsi bedah; akan tetapi, pada kasus sitologi negatif dengan
spesifikasi kelainan dan cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan dapat
ditentukan. Sitologi suspek, mungkin memerlukan pemeriksaan lain sebelum
pengobatan antara lain pemeriksaan potongan beku ataupun sitologi imprint atau
kerokan durante operasional.4
1. Peradangan
Peradangan biasanya menimbulkan nyeri spontan dan nyeri tekan di bagian yang
terkena. Contoh peradangan payudara adalah mastitis dan nekrosis lemak traumatik.
Peradangan tersebut dapat terjadi akibat proses infeksi maupun bukan infeksi. Masitis
merupakan kondisi radang akut yang nyeri, biasanya terjadi pada minggu-minggu
pertama setelah persalinan (menyusui) dengan staphylococcus aureus sebagai
penyebab terbanyak. Tempat masuk kuman biasanya lewat luka pada papila,
menyebabkan peradangan supuratif menyebar dari duktus kejaringan fibroadiposa di
sekitarnya dan cenderung terbatas pada satu segmen payudara menimbulkan
pembengkakan setempat dan eritema.7 Sedangkan nekrosis lemak merupakan
kelainan yang ditemukan sebagai lesi yang berbatas jelas, akibat jaringan parut yang
terbentuk maka terdapat daerah yang konsistensinya padat.3
2. Galaktokele
Galaktokele adalah dilatasi kistik suatu duktus yang tersumbat yang terbentuk
selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi benigna yang luar biasa pada
payudara dan merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh epitel.5
3. Ginekomasti
Ginekomasti adalah analog laki-laki untuk perubahan fibrokistik pada perempuan.
Penyebabnya ialah pengaruh estrogen yang berlebihan, biasanya dari kelenjar
adrenal.5
4. Fibroadenoma mammae (FAM).
Merupakan tumor jinak tersering pada payudara dan umumnya menyerang
para
remaja dan wanita dengan usia 30an tahun. Berbatas tegas, konsistensi padat kenyal,
muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan diameter 110 cm. Fibroadenoma terdiri dari sel epitel dan stroma.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, R. S., 2006. Extremitas Superior. Dalam : Anatomi Klinik. Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 420-422.
2. Haryono, S.J., Sukasah, C., Swantari, N., 2011. Payudara . Dalam:
Sjamsuhidayat, R & de jong, wim., Buku Ajar Ilmu Bedah. 3th Edition.
Jakarta: EGC, 140- 145.
3. Mangunkusumo, R. R., 2006. Alat Kelamin Wanita dan Payudara. Dalam;
Hirmawan, Sutisna.(ed). Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta : FK UI. 77-90.
4. Hoskins, W. J., Robert. C. Y. et al., 2005. Breast Cancer. In: Principles and
Practice of Gynecologic Oncology. 4th
Mamma
(Payudara).
Dalam: