rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
2.1 Definisi
Nurseai
rlangga
.org
Secara histologis, ANJ terdiri dari komponen pembuluh darah dan jaringan
ikat. Secara klinis tumor ini bersifat seperti tumor ganas karena mempunyai
daya ekspansi yang amat merusak dan medorong jaringan di sekitarnya,
seperti ke sinus paranasal, pipi, mata dan tengkorak (Hajar & Hafni, 2005).
2.2 Etiologi
Nurseai
rlangga
.org
teori
hormonal
menyatakan
bahwa
terjadinya
Nurseai
rlangga
.org
didasarkan atas adanya hubungan erat antara tumor dengan jenis kelamin
dan usia penderita serta hambatan pertumbuhan pada semua penderita
angiofibroma nasofaring (Hajar & Hafni, 2005)..
Nurseai
rlangga
.org
Ada 2 sistem yang paling sering digunakan yaitu Sessions dan Fisch.
1. Klasifikasi menurut Sessions sebagai erikut :
1) Stage IA : Tumor terbatas pada nares posterior dan/atau nasofaring
2) Stage IB : Tumor melibatkan nares posterior dan/atau nasofaring
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
2.6 Patofisiologi
2.7
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
melalui fissura orbitalis inferior. Proptosis dan atrofi nervus optikus terjadi
jika fissure orbitalis sudah terkena tumor. Keterlibatan tulang terjadi melalui
dua mekanisme utama yaitu: (1) resorpsi karena tekanan langsung dengan
aktivasi osteoklast atau (2) langsung tersebar di sepanjang arteri perforanates
ke dalam akar cancellous dari prosesus pterigoideus. Perluasan ke posterior
berikutnya dapat mengenai clivus dan ala mayor sphenoid, biasanya dengan
erosi tabula interna fossa kranialis media dan dapat meluas ke intrakranial.
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
terkait dengan perluasan tumor ke rongga hidung, orbita dan basis kranii.
Nurseai
rlangga
.org
Gejala yang khas adalah obstruksi hidung unilateral yang progresif (80-90
%) dengan rhinorrhea dan epistaksis unilateral berulang (45-60 %). Gejala
yang lain adalah sakit kepala (25 %), nyeri wajah, otitis media unilateral,
rinosinusitis kronis, proptosis dan gangguan penglihatan. Sakit kepala dan
nyeri wajah dapat timbul sebagai akibat sumbatan sinus paranasal. Otitis
media unilateral disebabkan gangguan pada tuba eustachius. Perluasan
tumor ke dalam rongga sinonasal dapat menyebabkan rinosinusitis kronis.
Nurseai
rlangga
.org
Diagnosis
Angiofibroma
Nasofaring
Juvenile
(ANJ)
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
2.15
Nurseai
rlangga
.org
sebelum
operasi
yang
paling
penting
karena
dapat
Nurseai
rlangga
.org
irisan tipis. CT scan aksial dan koronal dapat menggambarkan asal dan
perluasan lesi. Temuan termasuk massa nasofaring, penonjolan ke anterior
dari dinding posterior sinus maksilaris (Holman-Miller sign) dengan massa
di fossa pterigopalatina, pelebaran foramen sphenopalatina, opasitas di sinus
paranasal, erosi tulang sphenoid dengan massa di sinus, erosi palatum
durum, erosi dinding medial sinus maksilaris, deviasi septum nasi, dan
perluasan intrakranial.
2.16
Arteriografi
mempunyai
nilai
diagnostik
Nurseai
rlangga
.org
dan
dengan
menggunakan
Magnetic
Resonance
Nurseai
rlangga
.org
cabang
arteri
maksilaris
interna
distal,
umumnya
cabang
Nurseai
rlangga
.org
2.18
untuk menentukan luasnya lesi, jumlah vaskularisasi dan asal feeding vessel.
Dalam menentukan batas tumor, penilaian perluasan intrakranial sangat
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
tumor). Penanganan ANJ tergantung dari luas dan besarnya tumor, apabila
masih terbatas dalam nasofaring dan rongga hidung cukup dilakukan
ekstirpasi tumor, tetapi jika tumor sudah mencapai ke dalam kranium maka
radioterapi merupakan cara pengobatan pilihan (Nutrisno et al, 2000).
2.22
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
dilakukan adalah ligasi arteri karotis eksternal dan anastesi dengan tekhnik
hipotensi.
2.25
Nurseai
rlangga
.org
dilakukan selama 6 minggu sebelum operasi pada tumor yang sudah meluas
ke jaringan sekitarnya dan mendestruksi dasar tengkorak (Soepardi et al,
2007).
2.26
2.27 Komplikasi
1.
2.
3.
4.
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
rata-rata sebesar 32% sampai 40-50% pada kasus dengan invasi basis kranii.
Kekambuhan dapat terjadi 3-4 bulan setelah operasi. Angka kekambuhan
tinggi terutama bila sudah mengenai basis kranii seperti sinus sphenoid,
basis pterigoid, clivus, sinus kavernosus dan fossa anterior. Pemeriksaan
ulang sebaiknya dilakukan setiap 6-8 bulan setelah 3 tahun dilakukan
operasi (Nicolai et al, 2012).
2.31
Nurseai
rlangga
.org
2.34
Nurseai
rlangga
.org
3.1 Pengkajian
1. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek
dengan riwayat kanker.
2. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis
kayu tertentu.
3. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan
kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang
diawetkan (daging dan ikan).
4. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
f. Neurosensori
g.
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus.
h. Nyeri/kenyamanan
i.
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia),
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
r.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual muntah sekunder
s.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
t.
Kriteria hasil :
1) Melaporkan penurunan mual dan insidens muntah.
2) Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat.
3) Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang
Nurseai
rlangga
.org
lembab.
4) Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan
u.
Intervensi :
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
nyeri.
3) Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk
menegah disfungsi dan infeksi respiratori.
y.
Intervensi :
1) Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi :Periksa tanda vital, pantau
jumlah leukosit, tempat masuknya patogen, demam, menggigil,
perubahan respiratori atau status mental.
2) Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
ac.
Intervensi :
3.3 Evaluasi
1.
10
Nurseai
rlangga
.org
2.
3.
4.
Nurseai
rlangga
.org
ad.
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
11
Nurseai
rlangga
.org
ae. PENUTUP
af.
5.1
Kesimpulan
Nurseai
rlangga
.org
ag.
Nurseai
rlangga
.org
trauma
pada
Nurseai
rlangga
.org
hidung,
mencegah
iritasi
pada
hidung
Saran
5.1.1
Perawat
aj. Perawat
Nurseai
rlangga
.org
memiliki
perawanan
penting
dalam
kasus
12
Nurseai
rlangga
.org
oleh perawat, baik pasien dan keluarga diarapkan dapat menerapkan untuk
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
5.1.6
5.1.7
5.1.8
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
13
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
5.1.24
Nurseai
rlangga
.org
Nurseai
rlangga
.org
14