STEP 7
1. Mekanisme kejang ?
5
ke subkortikal dan struktur batang otak.Dalam keadaan fisiologik
neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena
potensialmembrannya direndahkan oleh potensial postsinaptik yang
tiba pada dendrit. Pada keadaan patologik, gaya yang bersifat
mekanik atau toksik dapat menurunkan potensial membranneuron,
sehingga neuron melepaskan muatan listriknya dan terjadi kejang.
Penyakit-penyakit yang Menyebabkan Kejang
Penyakit-penyakit yang menyebabkan kejang dapat dikelompokkan
secara sederhana menjadi penyebab kejang epileptik dan penyebab
kejang non-epileptik. Penyakit epilepsi akan dibahas tersendiri
sementara kelompok non-epileptik terbagi lagi menjadi penyakit
sistemik, tumor,trauma, infeksi, dan serebrovaskuler.
gangguan ion yg dipengaruhi neurotransmitter ? gangguan ion yg
mempegaruhi neurotransmitter ?
6
organ apa saja (bagian apa saja ) yg terlibat dlm kejang ?
KLASIFIKASI KEJANG
PARSIAL
Parsial sederhana
Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral), sensorik
(merasakan, membaui,mengdengar sesuatu yang abnormal),
autonomic (takikardi, bradikardi, takipneu, kemerahan, rasa tidak
enak di epigastrium), psikik (disfalgia, gangguan daya ingat)
Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit
7
Parsial kompleks
Dimulai dengan kejang parsial sedehana; berkembang menjadi
perubahan kesadaran yang disertai:
Gejala motoric, gejala sensorik, otomatisme (mengecap-ngecapkan
bibir, mengunyah, menarik-narik baju)
Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi
kejang generalisata
Biasanya berlangsung 1-3 menit
GENERALISATA
Hilangnya kesadaran dan tidak ada awitan fokal; bilateral dan
simetrik; tidak ada aura
Tonik-klonik
Spasme tonik-klonik otot; inkontenensia urin dan alvi; menggigit
lidah; fase pasca iktus. Absence sering salah diagnosis sebagai
melamun
Menatap kosong , kepala sedikit lunglai, kelopak mata bergetar, atau
berkedip secara cepat; tonus postural tidka hilang
Berlangsung beberapa detik
Miklonik
Kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas di beberapa otot atau
tungkai; cenderung singkat
Atonik
Hilangnya secara mendadag tonus otot disertai lenyapnya postur
tubuh
Klonik
gerakan menyentak, repetitive, tajam, lambat, dan tunggal atau
multiple di lengan, tungkai dan torso.
Tonik
8
Peningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah
dan tubuh bagian atas; fleksi lengan dan ekstensi tungkai
Mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi
Dapat menyebabkan henti nafas
Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi volume 2. jakarta:EGC
Kejang parsial komplesk
1. Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya
sebagai kejang parsial simpleks.2.
Dapat mencakup otomatisme
atau gerakan aromaticmengecapkan bibir, mengunyah,gerakan
mencongkel yang berulang-ulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya.3.
Dapat tanpa otomatismetatapan terpaku.
B. Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)
Kejang Absens
1.Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.2.
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik.3.
Awitan dan khiran cepat, setelah itu kembali waspada dan
berkonsentrasi penuh.4.
Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering
sembuh dengan sendirinya pada usia 18 tahun.
Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot
yang terjadi mendadak
Kejang Mioklonik
Lanjutan
9
1.Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila
patologik, berupa kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu,
lengan atas dan kaki.2.
Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam
kelompok.3.
Kehilangan kesadaran hanya sesaat
Kejang Tonik-Klonik
1.Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung
kurang dari 1 menit.2.
Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kebih dan usus.3.
Tidak adan respirasi dan sianosis4.
Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan
bawah.5.
letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical
Kejang Atonik
1.Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun,kepala menunduk atau jatuh ketanah.
2.Singkat, dan terjadi tampa peringatan.
Status Epileptikus
1.Biasanya. Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang.
2.Anak tidak sadar kembali diantara kejang.
3. Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia
4. memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera
2. Faktor apa saja yg menyebabkan kejang ?
Inhibisi rusak
Eksitasi berlebih
Inhibisi normal
Eksitasi berlebih
Eksitasi normal
Inhibisi rusak
10
Penyakit-penyakit yang Menyebabkan Kejang
Penyakit-penyakit yang menyebabkan kejang dapat
dikelompokkan secara sederhana menjadi penyebab
kejang epileptik dan penyebab kejang non-epileptik.
Penyakit epilepsi akan dibahas tersendiri sementara
kelompok non-epileptik terbagi lagi menjadi penyakit
sistemik, tumor,trauma, infeksi, dan serebrovaskuler.
3. Mengapa pasien bisa kejang kurang dari 5 menit ?
Otak terdiri dari sekian biliun sel neuron yang satu dengan lainnya
saling berhubungan. Hubungan antar neuron tersebut terjalin
melalui impuls listrik dengan bahan perantara kimiawi yang dikenal
sebagai neurotransmiter.
Dalam keadaan normal, lalu-lintas impuls antar neuron berlangsung
dengan baik dan lancar. Apabila mekanisme yang mengatur lalulintas antar neuron menjadi kacau dikarenakan breaking system
pada otak terganggu maka neuron-neuron akan bereaksi secara
abnormal.
Neurotransmiter
yang
berperan
dalam
mekanisme
dapat
terganggu
fungsi
neuronnya
(eksitasi
11
bila
ada
rangsangan
pencetus
seperti
hipertermia,
hipoksia,
12
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Namun pada kejang demam yang berlangsung
lama (> 15 menit) biasanya terjadi apnea (henti nafas), meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolime otak meningkat. Rangkaian kejadian di
atas merupakan faktor penyebab sehingga terjadi kerusakan neuron otak
selama belangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler lalu timbul edema otak sehingga terjadi kerusakan sel
neuron otak. (2,7)
Kerusakan di daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama; dapat menjadi "matang" dikemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi, jelaslah bahwa kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
sehingga terjadi epilepsi. (2,7)
13
Jones & Jacobsen. 2007. Childhood Febrile Seizure: Overview
and Implications. International Journal Medical Science, 4 (2)
: 110-12. Diakses 19 November 2009.
14
dari korteks. Sel meningeal menjadi edema. Eksudat dan edema vasogenik meningkatkan
tekanan intrakranial. Arteri, vena kecil dan sedang serta plexus choroideus mengalami
perubahan akibat inflamasi dan menjadi tersumbat, mengganggu aliran darah dan
berpotensi menyebabkan thrombosis. Infeksi sekunder dapat muncul di otak.10
15
16
Kerja dari system adrenergic dan serotonergik merangsang n.
vagus stimulasi n. vagus meningkatkan kapasitas transmisi
system saraf adrenergic dan serotonergik
Sumber :
(eprints.undip.ac.id/29064/2/Bab_2.pdf )
(Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Ed. 11.EGC dan Dr. Suryo Wibowo,
MKK, SpOk)
Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus
kavernosus dan Sinusitis.
Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi
radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem
ventrikulus.
Mula-mula pembuluh
darah
meningeal
mengalami
hiperemi;
dalam
waktu
penyebaran
sel-sel
leukosit
yang
yang
kecil
sangat
polimorfonuklear
ke
dan
sedang
singkat
terjadi
dalam
ruang
Bagaimana
cara
pemeriksaan
rangsang
meningeal
17
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak
dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan
rotasi
kepala.
18
19
Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada
pemeriksaan
terjadi
fleksi
involunter
pada
sendi
panggul
dan
lutut
kontralateral.
Brudzinski I ( Chick sign )
Penekanan pada kedua os zygomaticum, di katak positif bila terjadi gerakan
fleksi reflektorik dikedua siku
Brudzinski II ( Neck sign )
Kepala difleksikan sampai dagu menyentuh sternum. Dikatakan positif bila
terjadi gerakan fleksi secara reflektorik pada kedua tungkai.
Brudzinskin III ( Symphysis Sign )
Penekanan pada supra simphysis. Dikatakan positif bila terjadi gerakan fleksi
reflektorik pada kedua tungkai di sendi panggul dan lutut.
Brudzinski IV ( Leg Sign )
Tungkai bawah difleksikan maksimal di sendi panggul. Diktakan positif bila
terjadi gerakan fleksi tungkai kontralateral.
Jika terjadi terjadi hipoksi dan ATP terganggu, Na intrasel dan K ekstrasel
meningkat dan potensial memebran turun, kepekaan saraf meningkat.
Sumber : Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Buku Kuliah
20
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales.
Tidak adanya kelainan nervus craniales menandakan belum
terjadinya thrombosis eksudat yang purulen.
Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta :Bagian IKA FKUI : 847-8.Waruiru &
Appleton. 2004. Febrile Seizure: an Update. Arch Dis Child. Diakses
19 November 2009. Available from : URL
10.
Penatalaksaannya ?
21
KEJANG
Definisi
Kejang adalah gerakan otot tonik atau klonik yang involuntar
yang merupakan serangan berkala, disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan. Kejangtidak
secara otomatis berarti epilepsi. Dengan demikian perlu ditarik
garis pemisah yangtegas : manakah kejang epilepsi dan mana
pula kejang yang bukan epilepsi? Tetanus, histeri,dan kejang
demam bukanlah epilepsi walaupun ketiganya menunjukkan
kejang seluruhtubuh. Cedera kepala yang berat, radang otak,
radang selaput otak, gangguan elektrolit dalamdarah, kadar
gula darah yang terlalu tinggi, tumor otak, stroke, hipoksia,
semuanya dapatmenimbulkan kejang. Kecuali tetanus, histeri,
hal-hal yang tadi, kelak di kemudian hari dapatmenimbulkan
epilepsi.
Insiden
Sedikitnya kejang terjadi sebanyak 3% sampai 5% dari semua
anak-anak sampai usia 5 tahun,kebanyakan terjadi
karena demam.
Klasifikasi
Pada tahun 1981, The International League Against Epilepsy
(ILAE) membuat suatu sistemklasifikasi internasional kejang
epileptik yang membagi kejang menjadi dua kelompok
besar yaitu Kejang Parsial (fokal atau lokal) dan Kejang
Generalisata. Kejang parsial kemudiandibagi lagi menjadi
Parsial Sederhana, Parsial Kompleks, dan Parsial yang
menjadiGeneralisata sekunder. Adapun yang termasuk kejang
generalisata yaitu Lena (Tipikal atauAtipikal), mioklonik, klonik,
tonik, tonik-klonik, dan kejang atonik.1.
Kejang Parsial (Partial-onset Seizure)Kejang Parsial bermula dari area
fokus tertentu korteks serebri,2.
22
struktur subkortikal lainnya. Pada EEG ditemukan kelainan secara
serentak padakedua hemisfer. Kejang generalisata memberikan
manifetasi bilateral pada tubuh danada gejala penurunan
kesadaran. Kejang generalisata diklasifikasikan menjadi atonik,tonik,
klonik, tonik klonik atau absence seizure. Beberapa penyakit yang
memberikangambaran kejang generalisata antara lain : Benign
Neonatal Convulsion, BenignMyoclonic Epilepsy, Childhood Absence
Epilepsy, Juvenille Absence Epilepsy,Juvenille Myoclonic
Epilepsy.Kejang tonik adalah kekakuan kontraktur pada otot-otot,
termasuk otot pernafasan.Kejang klonik berupa gemetar yang
bersifat lebih lama. Jika keduanya muncul secara bersamaan maka
disebut kejang tonik klonik (kejang Grand Mal).Sebagian kejang yang
lain sulit dikelompokkan pada salah satunya dimasukkansebagai
kejang tidak terklasifikasi (Unclassified Seizure). Cara
pengelompokan inimasih diterima secara luas.
Jenis-Jenis KejangA. Kejang Parsial
Kejang Parsial Sederhana
1. Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup satu atau lebih hal
berikut ini:
Tanda-tanda motoriskedutaan pada wajah. Tangan, atau salah satu
sisi tubuh :umumnya gerakan kejang yang sama.
Tanda atau gejala otonomik
muntah berkeringan, muka merah, dilatasi pupil.
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus mendengar musik,
merasa seakan jatuhdari udara, parestesia.
Gejala psikikdejavu, rasa takut, sisi panoramic.
Kejang parsial komplesk
2. Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya
sebagai kejang parsial simpleks.2.
Dapat mencakup otomatisme
atau gerakan aromaticmengecapkan bibir, mengunyah,gerakan
mencongkel yang berulang-ulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya.3.
23
Dapat tanpa otomatismetatapan terpaku.
B. Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)
Kejang Absens
1.Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.2.
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik.3.
Awitan dan khiran cepat, setelah itu kembali waspada dan
berkonsentrasi penuh.4.
Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering
sembuh dengan sendirinya pada usia 18 tahun.
Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot
yang terjadi mendadak
Kejang Mioklonik
Lanjutan
1.Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila
patologik, berupa kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu,
lengan atas dan kaki.2.
Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam
kelompok.3.
Kehilangan kesadaran hanya sesaat
Kejang Tonik-Klonik
1.Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung
kurang dari 1 menit.2.
Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kebih dan usus.3.
Tidak adan respirasi dan sianosis4.
Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan
bawah.5.
24
letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical
Kejang Atonik
1.Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun,kepala menunduk atau jatuh ketanah.
2.Singkat, dan terjadi tampa peringatan.
Status Epileptikus
1.Biasanya. Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang.
2.Anak tidak sadar kembali diantara kejang.
3. Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia
4. memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera
Fisiologi dan Patofisiologi
Tiap neuron yang aktif melepaskan muatan listriknya. Fenomena
elektrik ini adalah wajar.Manifestasi biologiknya ialah merupakan
gerak otot atau suatu modalitas sensorik,tergantung dari neuron
kortikal mana yang melepaskan muatan listriknya. Bilamana
neuronsomatosensorik yang melepaskan muatannya, timbullah
perasaan protopatik atau propioseptif. Demikian pula akan timbul
perasaan panca indera apabila neuron daerah korteks pancaindera
melepaskan muatan listriknya.Secara fisiologis, suatu kejang
merupakan akibat dari serangan muatan listrik terhadapneuron
yang rentan di daerah fokus epileptogenik. Diketahui bahwa neuronneuron ini sangat peka dan untuk alasan yang belum jelas tetap
berada dalam keadaan terdepolarisasi. Neuron-neuron di sekitar
fokus epileptogenik bersifat GABA-nergik dan hiperpolarisasi,
yangmenghambat neuron epileptogenik. Pada suatu saat ketika
neuron-neuron epileptogenik melebihi pengaruh penghambat di
sekitarnya, menyebar ke struktur korteks sekitarnya dankemudian
ke subkortikal dan struktur batang otak.Dalam keadaan fisiologik
neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena
potensialmembrannya direndahkan oleh potensial postsinaptik yang
tiba pada dendrit. Pada keadaan patologik, gaya yang bersifat
mekanik atau toksik dapat menurunkan potensial membranneuron,
sehingga neuron melepaskan muatan listriknya dan terjadi kejang.
25
Penyakit-penyakit yang Menyebabkan Kejang
Penyakit-penyakit yang menyebabkan kejang dapat dikelompokkan
secara sederhana menjadi penyebab kejang epileptik dan penyebab
kejang non-epileptik. Penyakit epilepsi akan dibahas
tersendiri sementara kelompok non-epileptik terbagi lagi menjadi
penyakit sistemik, tumor,trauma, infeksi, dan serebrovaskuler.
a.Sistemik
Metabolik : Hiponatremia, Hipernatremia,
Hiponatremia
Hiponatremia terjadi bila :a). Jumlah asupan cairan melebihi
kemampuan ekskresi, b). Ketidakmampuan menekan sekresi ADH
(mis : pada kehilangan cairan melaluisaluran cerna atau gagal
jantung atau sirosis hati atau pada SIADH = Syndrom
of Inappropriate ADH-secretion). Hiponatremia dengan gejala berat
(mis : penurunankesadaran dan kejang) yang terjadi akibat adanya
edema sel otak karena air dariektrasel masuk ke intrasel yang
osmolalitas-nya lebih tinggi digolongkan sebagaihiponatremia akut
(hiponatremia simptomatik). Sebaliknya bila gejalanya hanyaringan
saja (mis : lemas dan mengantuk) maka ini masuk dalam kategori
kronik (hiponatremia asimptomatik).Langkah pertama dalam
penatalaksanaan hiponatremia adalah mencari sebabterjadinya
hiponatremia melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang. Langkah selanjutnya adalah pengobatan
yang tepat sasaran dengan koreksi Na berdasarkan kategori
hiponatremia-nya.
Hipernatremia
Hipernatremia terjadi bila kekurangan air tidak diatasi dengan baik
misalnya padaorang dengan usia lanjut atau penderita diabetes
insipidus. Oleh karena air keluar maka volume otak mengecil dan
menimbulkan robekan pada vena menyebabkan perdarahan lokal
dan subarakhnoid.Setelah etiologi ditetapkan, maka langkah
penatalaksanaan berikutnya ialah mencobamenurunkan kadar Na
dalam plasma ke arah normal. Pada diabetes insipidus,
sasaran pengobatan adalah mengurangi volume urin. Bila
26
penyebabnya adalah asupan Na berlebihan maka pemberian Na
dihentikan.
b.Intoksikasi
Penegakan diagnosa pasti penyebab keracunan cukup sulit karena
diperlukan saranalaboratorium toksikologi sehingga dibutuhkan
autoanamnesis dan alloanamnesis yangcukup sermat serta buktibukti yang diperoleh di tempat kejadian. Selanjutnya
pada pemeriksaan fisik harus ditemukan dugaan tempat masuknya
racun. Penemuan klinisseperti ukuran pupil mata, frekuensi napas
dan denyut jantung mungkin dapatmembantu penegakan diagnosis
pada pasien dengan penurunan kesadaran.Pemeriksaan penunjang
berupa analisa toksikologi harus dilakukan sedini mungkindengan
sampel berupa 50 ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan, feses.
Pemeriksaanlain seperti radiologis, laboratorium klinik, dan EKG juga
perlu dilakukan. Adapunstandar penatalaksanaan dari intoksikasi
yaitu stabilisasi, dekontaminasi, eliminasi,dan pemberian antidotum.
Sementara gejala yang sering menjadi penyerta atau penyulit
adalah gangguan cairan, elektrolit, dan asam-basa ; gangguan
irama jantung ;methemoglobinemia ; hiperemesis ; distonia ;
rabdomiolisis ; dan sindromantikolinergik.
c. Tumor
Kira-kira 10% dari semua proses neoplasmatik di seluruh tubuh
ditemukan padasusunan saraf dan selaputnya, 8% di antaranya
berlokasi di ruang intrakranial dan 2%sisanya di ruang kanalis
spinalis. Dengan kata lain 3-7 dari 100.000 orang
penduduk mempunyai neoplasma saraf primer. Urutan frekuensi
neoplasma intrakranial yaitu :Glioma (41%), Meningioma (17%),
Adenoma hipofisis (13%), Neurilemoma /neurofibroma (12%),
Neoplasma metastatik dan neoplasma pembuluh darah
serebral.Pembagian tumor dalam kelompok benigna dan maligna
tidak berpengaruh secaramutlak bagi tumor intrakranial oleh karena
tumor benigna secara histologik dapatmenduduki tempat yang vital,
sehingga menimbulkan kematian dalam waktu
singkat.Simptomatologi tumor intrakranial dapat dibagi dalam :
1.Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial
yang meninggiSelain menempati ruang, tumor intrakranial juga
menimbulkan perdarahansetempat. Penimbunan katabolit di sekitar
27
jaringan tumor menyebabkan jaringanotak bereaksi dengan
menimbulkan edema yang juga bisa diakibatkan penekanan pada
vena sehingga terjadi stasis. Sumbatan oleh tumor terhadap likuor
sehinggaterjadi penimbunan juga meningkatkan tekanan
intrakranial.
TIK yang meningkat menimbulkan gangguan kesadaran dan
menifestasi disfungsi batang otak yang dinamakan:(a) sindrom
unkus / kompresi diensefalon ke lateral ;(b) sindrom kompresi sentral
restrokaudal terhadap batang otak ; dan(c) herniasi serebelum di
foramen magnum. Sebelum tahap stupor atau komatercapai, TIK
yang meninggi sudah menimbulkan gejala-gejala umum.
2. Gejala-gejala umum akibat tekanan intrakranial yang meninggiA.
Sakit kepala = Akibat peningkatan CBF setelah terjadi penumpukan
PCO2serebral terutama setelah tidur. Lonjakan TIK juga akibat
batuk, mengejan atau berbangkis.B. Muntah = Akibat peningkatan
TIK selama tidur malam karena PCO2 serebralmeningkat. Sifat
muntah proyektil atau muncrat dan tidak didahului mual.C. Kejang =
Kejang fokal dapat merupakan manifestasi pertama
tumor intrakranial pada 15% penderita. Meningioma pada
konveksitas otak seringmenimbulkan kejang fokal sebagai gejala
dini. Kejang umum dapat timbulsebagai manifestasi tekanan
intrakranial yang melonjak secara cepat, terutamasebagai
menifestasi glioblastoma multiforme. Kejang tonik yang sesuai
denganserangan rigiditas deserebrasi biasanya timbul pada tumor di
fossa kranii posterior dan secara tidak tepat dinamakan oleh
para ahli neurologi dahulu sebagaicerebellar fits.D. Gangguan
mental = Tumor serebri dapat mengakibatkan demensia,
apatia,gangguan watak dan intelegensi, bahkan psikosis, tidak
peduli lokalisasinya.E. Perasaan abnormal di kepala = Rasa seperti
enteng di kepala, pusing atautujuh keliling. Mungkin
sehubungan dengan TIK yang meninggi. Sehinggakarena samarnya
maka kebanyakan dari keluhan semacam ini tidak dihiraukanoleh
pemeriksa dan dianggap keluhan fungsional.
3. Tanda-tanda lokalisatorik yang menyesatkanSuatu tumor
intrakranial dapat menimbulkan manifastasi yang tidak sesuai
denganfungsi tempat yang didudukinya berupa :a) Kelumpuhan
saraf otak b) Refleks patologik yang positif pada kedua sisic)
Gangguan mentald) Gangguan endokrine) Ensefalomalasia
28
4. Tanda-tanda lokalisatorik yang benar Defisit serebral dibangkitkan
oleh tumor di daerah fungsional yang khas berupamonoparesis,
hemiparesis, hemianopia, afasia, anosmia dan seterusnya.
I.Simptom fokal dari tumor di lobus frontalis : sakit kepala, gangguan
mental,kejang tonik fokal, katatonia, anosmia
II.Simptom fokal dari tumor di daerah pre-sentral : kejang fokal pada
sisikontralateral, hemiparesis kontralateral, paraparese, gangguan
miksi
III.Simptom fokal dari tumor di lobus temporalis : hemianopsia
kuadran ataskontralateral dengan tinitus, halusinasi auditorik, dan
afasia sensorik besertaapraksia
IV.Simptom fokal dari tumor di lobus parietalis : serangan Jackson
sensorik,astereognosia dan ataksia sensorik, thalamic over-reaction
, hemianopsiakuadran bawah homonim yang kontralateral, agnosia,
afasia sensorik, sertaapraksia
V.Simptom fokal dari tumor di lobus oksipitalis
VI. Simptom fokal dari tumor di korpus kalosum5.Tanda-tanda fisik
diagnostik pada tumor intrakranial(a).Papil edema ;(b).Pada anak
ukuran kepala membesar dan sutura teregang, perkusi = bunyikendi
rengat, auskultasi = ada bising ;(c).Hipertensi intrakranial
bradikardi & TD sistemik yang meningkat progresif =
dapat dianggap sebagai kompensasi penanggulangan
iskemik (d).Irama dan frekuensi pernafasan berubah
d. Trauma
Kejang dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus segera diatasi
karena akanmenyebabkan hipoksia otak dan kenaikan tekanan
intrakranial serta memperberatedem otak. Mula-mula berikan
diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan dan dapatdiulangi
sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan
fenitoin15 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan dengan
kecepatan tidak melebihi 50mg/menit.
e.Infeksi
Infeksi pada susunan saraf dapat berupa meningitis atau abses
dalam bentuk empiemaepidural, subdural, atau abses otak.
29
Klasifikasi lain membahas menurut jenis kumanyang mencakup
sekaligus diagnosa kausal1) Infeksi viral2) Infeksi bakterial3) Infeksi
spiroketal4) Infeksi fungal5) Infeksi protozoal6) Infeksi metazoal
f. Serebrovaskuler
Stroke mengacu kepada semua gangguan neurologik mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak. Istilahstroke biasanya digunakan
secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum.
CVA(Cerebralvascular accident) dan serangan otak sering digunakan
secara sinonim untuk stroke. Konvulsi umum atau fokal dapat
bangkit baik pada stroke hemoragik maupunstrok nonhemoragik.Stroke sebagai diagnosis klinis untuk gambaran
manifestasi lesi vaskuler serebraldapat dibagi dalam :1) Transient
ischemic attack,2) Stroke in evolution,3) Completed stroke, yang
bisa dibagi menjadi tipe hemoragik dan tipe nonhemoragik
g.Epilepsi
Kata epilepsi berasal dari kata Yunani epilambanein yang berarti
serangan.Epilepsi bukanlah suatu penyakit, tetapi gejala yang
dapat timbul karena penyakit.Epilepsi ialah manifestasi gangguan
otak dengan berbagai etiologi namun dengangejala tunggal yang
khas, yaitu seragan berkala yang disebabkan oleh lepas
muatanlistrik neuron kortikal secara berlebihan kronik otak dengan
ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan,
berulang-ulang yang disebabkan lepasmuatan listrik abnormal selsel saraf otak, yang bersifat reversibel. 2, 8Klasifikasi serangan pada
epilepsi dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu parsial dan
umum. Kejang parsial kemudian dibagi menjadi parsial sederhana,
parsial,kompleks, dan parsial dengan umum sekunder.
I. Serangan parsial (fokal, lokal) kesadaran tak berubah
A. Serangan parsial sederhana (kesadaran tetap baik)
1. Dengan gejala motorik
2. Dengan gejala somatosensorik atau sensorik khusus
3. Dengan gejala autonom
4. Dengan gejala psikis
30
B.Serangan parsial kompleks (kesadaran menurun)
1. Berasal sebagai parsial sederhana dan berkembang ke penurunan
kesadaran
2.Dengan penurunan kesadaran sejak awitanII. Serangan umum
(konvulsif atau non-konvulsif)
A.
1. Absence
2. Absence tak khas
B. Mioklonik
C. Klonik
D. Tonik
E. Tonik-klonik
F. Atonik III. Serangan epilepsi tak terklasifikasikan misalnya :
gerakan ritmis pada mata,gerakan mengunyah dan berenang.
Diagnosis
Pada umumnya, seseorang yang mengalami hanya satu kali
serangan kejang tidak akan diberi terapi epilepsi dahulu. Namun jika
dalam waktu satu tahun terjadi lebhdari satu serangan maka perlu
dipertimbangkan untuk mulai dengan obat-obat
antiepilepsi. Diagnosis epilepsi biasanya dapat dibuat dengan cukup
pasti darianamnesis lengkap, terutama mengenai gambaran
serangan, hasil pemeriksaan umumdan neurologik
serta elektroensefaligrafi (EEG).
Terapi
Obat anti epilepsi (Antiepileptic Drug / AED) digolongkan
berdasarkan mekanismekerjanya.
1. Sodium channel blockers : Fenitoin, Fosfenitoin, Oxcarbazepine,
Zonisamide,Clobazam, Fenobarbital, Felbamate, Topiramate
2. Calsium inhibitors : Fenitoin, Fosfenitoin, Clobazam, Fenobarbital,
Felbamate
31
3. GABA enhancers : Clobazam, Clonazepam, Fenobarbital,
Tiagabine, Vigabatrin,Gabapentin, Topiramate
4. Glutamate blocker : Lamotrigine, Fenobarbital, Topiramate
5. Carbonic anhydrase inhibitor : Topiramate
6. Hormon
7. dan obat-obat lain yang belum diketahui pasti mekanisme
kerjanya : Primidine,Valproate, Levetiracetam.
Prognosis
Prognosis epilepsi bergantung kepada beberapa hal, di antaranya
jenis epilepsi, faktor penyebab, saat pengobatan dimulai, dan
ketaatan minum obat. Pada umumnya prognosis epilepsi cukup
menggembirakan. Pada 50-70% penderita epilepsi serangandapat
dicegah dengan obat-obatan, sedangkan sekitar 50% pada suatu
waktu akandapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer,
baik yang bersifat kejang umummaupun serangan lena (ngelamun)
atau absence mempunyai prognosis terbaik.Sebaliknya epilepsi
yang serangan pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau
yangdisertai kelainan neurologik dan atau retardasi mental
mempunyai prognosis relatif jelek.
Uji Laboratorium dan Diagnostik
Elektroensefalogram (EEG) dipakai untuk membantu
menetapkan jenis dan focus dankejang.
Diagnosis epilepsy tidak hanya tergantung pada temuan EEG
yang abnormal.
Tidur lebih disukai selama EEG, meskipun sedasi dengan
pemantauan mungkindindakasikan.
Pemindaian CTmenggunakan kajian sinar-X yang masih lebih
sensitive dan biasanyauntuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan.
MRI ( Magnetic Resonance imaging) menghasilkan bayangan
dengan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna
untuk memperlihatkan daerah-daerah otak (regio fossa
posterior dan regio sella) yang tidak terlihat jelas apabila
menggunakan pemindaian CT.
32
PET (Pemindaian positron emission temography)untuk
mengevaluasi kejang yangmembandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolic, atau alirandarah
dalam otak (mencakup suntikan radioisotop secara IV).5
Potensial yang membangkitkandigunakan untuk menentukan
integritas jalur sensorisdalam otak (respons yang tidak ada
atau tertunda atau mengindikasikan keadaan yang patologik).
33
Karbamazepinawalnya digunakan untuk neuralgia trigeminal,
kemudian pada tahun 1974 digunakan untuk kejang parsial.
Etosuksimid telah digunakan sejak 1958 sebagai obat utama
untuk penanganan absence seizures tanpa kejang tonik klonik
generalisata. Valproate mulaidigunakan 1960 dan saat ini sudah
tersedia di seluruh dunia dan menjadi drug of choice padaepilepsy
primer generalisata dan kejang parsial.
1. FenobarbitalMerupakan obat antiepilepsi atau antikonvulsi yang
efektif. Toksisitasnya relatif rendah, murah, efektif, dan banyak
dipakai. Dosis antikonvulsinya berada di bawahdosis untuk hipnotis.
Ia merupakan antikonvulsan yang non-selektive. Manfaatterapeutik
pada serangan tonik-klonik generalisata (grand mall) dan serangan
fokalkortikal.
2. Primidon Efektif untuk semua jenis epilepsy kecuali absence. Efek
antikonvulsi ditimbulkan oleh primidon dan metabolit aktifnya.
3. HidantoinYang termasuk dalamm golongan ini adalah fenitoin,
mefenitoin, dan etotoin.Fenitoin : Fenitoin adalah obat primer untuk
semua bangkitan parsial dan bangkitantonik-klonik, kecuali
bangkitan absence (absence seizure). Fenitoin tidak sedative pada
dosis biasa. Berbeda dengan fenobarbital, obat ini juga efektif pada
beberapakasus epilepsy lobus temporalis.
4. KarbamazepineTermasuk dalam golongan iminostilbenes. Manfaat
terapeutik ialah untuk Epilepsilobus temporalis, sendiri atau
kombinasi dengan bangkitan generalisata tonik-klonik(GTCS).
5. EtosuksimidObat ini dipakai untuk bangkitan absence. Efek
antikonvulsi pada binatang samahalnya dengan trimetadion.
Proteksi terhadap pentilentetrazol, akan menaikkan nilaiambang
serangan. Manfaat terapeutik ialah terhadap bengkitan absence.
6. Asam valproat (Valproic acid)Asam valproat dipakai untuk
berbagai jenis serangan atau bangkitan. Efek sedasinyaminimal,
efek terhadap SSP lain juga minimal. Terhadap Pentilen tetrazol,
potensiasam valproat lebih besar daripada etosuksimid, tapi lebih
kecil pada fenobarbital.Asam valproat lebih bermanfaat untuk
bangkitan absence daripada terhadap bangkitanumum tonik-klonik.
Prognosis
34
Kejang adalah suatu masalah neurologik yang relative sering dijupai.
Sekitar 10% populasi akan mengalami paling sedikit satu kali kejang
seumur hidup mereka,dengan insiden paling tinggi terjadi pada
masa anak-anak dini dan lanjut usia (setelahusia 60 tahun), dan
0,3% sampai 0,5% akan didiagnosa mengidap epilepsi(berdasarkan
kriteria dua kali kejang tanpa pemicu)
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono, Mahar, Prof.
Neurologi Klinis Dasar.
Dian Rakyat. Jakarta: 2006Budiman, Gregory.
Basic Neuroanatomical Pathways.
Second Edition. FKUI.Jakarta: 2009.Dewanto, George, dkk. Panduan
Praktis Diangnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf.EGC. Jakarta:
2009
MENINGITIS
Definisi
Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau
semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum
tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau
serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur,
cacing dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan
bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih
fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme
kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri
maupun produk bakteri lebih berat.Infectious Agent meningitis
purulenta
mempunyai
kecenderungan
pada
golongan
umur
35
umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh H.influenzae,
Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahun
disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan
Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun)
disebabkan
oleh
Meningococcus,
Pneumococcus,
Stafilocccus,
sampai
koma.
Pada
stadium
ini
penderita
dapat
36
meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat
pengobatan sebagaimana mestinya
Klasifikasi
37
Manifestasi klinis
38
Demam, rigiditas, perubahan status mental, kaku kepala, kaku
leher, nausea
Patogenesis
Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit
di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar
secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
Faringitis,
Endokarditis.
Tonsilitis,
Pneumonia,
Penyebaran
Bronchopneumonia
bakteri/virus
dapat
pula
dan
secara
virus,
cairan
serebrospinal
tampak
jernih
dibandingkan
39
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan
keruh, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa
jenis bakteri.
2.7.2. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu,
pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
2.7.3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
Penatalaksanaan
40
41
ENSEPHALITIS
42
Pengertian
Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam
mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman
diagnosis dan terapi, 1994).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta
kedokteran jilid 2, 2000).
Etiologi
a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan
virus.
Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :
1. Infeksi virus yang bersifat epidermik :
a). Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO.
b).Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis
encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis,
Murray valley encephalitis.
2. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek,
herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis
dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum
jelas.
3. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca
rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenisjenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
b. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
c. Keracunan : arsenik, CO.
Patofisologi
Penyebab (virus, toxin, racun)
Masuk melalui kulit, sel nafas, sel cerna
Infeksi yang menyebar Infeksi yang menyebar
melalui darah melalui sitem saraf
Peradangan SSP Gangguan tumbang
Peningkatan TIK
Perubahan perfusi Gangguan Disfungsi hipotalamus Nyeri kepala
jaringan pertukaran gas
Gangguan Gangguan perfusi Gangguan rasa
43
transmisi impuls jar. cerebral nyeri
Pe suhu tubuh Hipermetabolik
Kejang Perubahan nutrisi Mual, muntah
Kelemahan neurologis Imobilisasi
Gangguan integritas kulit Gangguan cairan dan elektrolit
Tanda dan Gejala
1. Demam.
2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan.
3. Pusing.
4. Muntah.
5. Nyeri tenggorokan.
6. Malaise.
7. Nyeri ekstrimitas.
8. Pucat.
9. Halusinasi.
10. Kaku kuduk.
11. Kejang.
12. Gelisah.
13. Iritable.
14. Gangguan kesadaran.
Pemeriksaan Diagnostik.
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal.
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel
dengan dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan
glucose dalam batas normal.
2. Pemeriksaan EEG.
Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse bilateral dengan
aktivitas rendah.
3. Pemeriksaan virus.
Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang
spesifik terhadap virus penyebab.
F. Penatalaksanaan.
1). Pengobatan penyebab :
Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis :
Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari.
2). Pengobatan suportif.
Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan
nonspesifik yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Pengobatan tersebut antara lain :
- ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaikbaiknya.
44
- Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun
parenteral
dengan
memperhatikan
jumlah
kalori,
protein,
palsy.
Epilepsy.
Gangguan
visus
dan
pendengaran.
Diagnosa banding.
Meningitis TB, Sidrom reye, Abses otak, Tumor otak, Encefalopati.
KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang Demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal >38C)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya
terjadi antara umur 6 bulan dan 5
tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi
berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam dibagi atas kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam
kompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau
berulang dalam 24 jam. Pada kejang
demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali
dalam 24 jam.
Gejala dan tanda
Dari anamnesis ditanyakan:
45
Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi,
interval, pasca kejang, penyebab kejang di luar SSP.
Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam
dalam
tanda
Diagnosa
Kriteria diagnosis kejang demam:
Kejang didahului oleh demam.
Pasca-kejang anak sadar kecuali kejang lebih dari 15 menit.
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
tidak dilakukan secara rutin, namun untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan:
Pemeriksaan darah perifer, elektrolit dan gula darah
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan
meningitis, dianjurkan pada:
Bayi kuang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Bayi >18 bulan tidak rutin
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, atau
memprediksi
berulangnya
kejang,
atau
memperkirakan
46
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang
sekali dikerjakan, tidak rutin
dan hanya atas indikasi seperti:
Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
Paresis nervus VI
Papiledema
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor
risiko berulang ya kejang demam
adalah:
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam
Penatalaksanaan saat kejang:
- Beri Diazepam iv pelan-pelan dengan dosis 0,3-0,5 mg/menit
dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20mg. Obat yang
praktis diberikan yaitu diazepam
rektal dengan dosis 0,5-0,75 mg/kg. Atau:
diazepam rektal 5mg untuk anak dengan BB kurang dari 10kg;
diazepam rektal 10mg untuk BB lebih dari 10kg;
diazepam rektal 5mg untuk anak dibawah 3 tahun;
diazepam rektal 7,5mg untuk anak diatas 3 tahun
- Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti,
dapat diulangi dengan cara dan dosis
yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali
pemberian diazepam rektal masih
kejang, dianjurkan ke RS, agar dapat diberikan diazepam intravena
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.
- Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara iv
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali
dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari 50mg/menit. Bila
kejang berhenti, dosis selanjutnya
adalah 4-8mg/kg/hari,dimulai 12 jam setelah dosis awal.
- Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus
dirawat di ruang rawat intensif.
Antipiretik
Kejang demam terjadi akibat demam, maka tujuan utama
pengobatan adalah mencegah demam
meningkat. Berikan asetaminofen 1015 mg/kg/hari setiap 46 jam
atau ibuprofen 510 mg/kg/hari
47
tiap 46 jam.
Anti kejang
Berikan diazepam oral 0,3 mg/kg/hari tiap 8 jam saat demam
atau diazepam rektal 0,5
mg/kg/kali setiap 12 jam bila demam di atas 38C.
umumnya
mempunyai
prognosis baik
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif
tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.
1.
2.
3.
4.
5.
6.