WELLA RUSNI
03011001
A.A. GEDE I. P.
03011011 AGNESTIA S.
03011002
ABDEL HALIM A.
03011013 AKHMAD
03011003
ABDURRACHMAN
03011005
ADINDA W.
03011015 ALDISA P.
03011006
ADITYA Y.
03011016 ALKITHYAR A
03011007
ADRI PERMANA U.
03011008
ADWINA SYAFITRI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Jantung rematik adalah suatu komplikasi yang membahayakan dari demam
rematik. Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan
permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik. Katupkatup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan
infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus hemoliticus tipe A
(contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam rematik akut bisa terjadi
kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang
selaput jantung), bahkan kematian. Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik,
pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang
jantung), aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang
jantung).
BAB II
LAPORAN KASUS
Perempuan 35 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan bengkak pada
kedua tungkai terutama sore hari dan sesak napas memberat sejak 2 hari terakhir.
1. Identitas dan Hasil Anamnesis Pasien
Nama
: Ny Utari
No. CM 05-44-94
Umur
: 35 tahun
Status
: menikah, anak 1 orang
Pekerjaan
: Guru SD
Alamat
: Jl. Melati no 15 Tomang barat
Kebiasaan
: Tidak ada yang khas, olahraga (-)
2. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 1 bulan yang lalu kedua tungkai bengkak terutama sore hari yang
menghilang sejak pagi hari. Sejak 1 minggu yang lalu bengkak kaki tidak
menghilang. Selain bengkak kaki pasien juga mengeluh berdebar debar.
Kadang sesak jika jalan cepat yang memberat sejak 2 hari terakhir sehingga
tidak kuat untuk mengajar.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Pernah berobat ke dokter di rumah sakit, kemudian tidak melanjutkan
pengobatan karena merasa lebih baik. Meskipun sudah diterangkan dokter
harus berobat selamanya.
Obat obat yang pernah didapat : Lanoxin, Furosemid, slmarc 2 ( warfarin ),
suntukan Penadur LA 1,2 juta unit setiap bulan
Hamil dan melahirkan ditolong bidan, saat itu tanpa keluhan.
Masa kanak-kanak kadang demam, sakit menelan, berobat ke dokter sembuh.
Pelajaran olahraga selalu ikut tanpa keluhan, kecuali lomba lari
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat kebiasaan
:(-)
: tidak ada yang spesifik
Pemeriksaan fisik
-
Ekokardiogram
Dilatasi LA, dilatasi RV dan RA, dilatasi arteri pulmonalis, turbulent flow
melewati katup mitral saat diastole dari LA ke LV, regurgitasi melewati katup
trikuspid saat sistole dari RV ke RA. Mitral valve area saat diastole : 1 cm2.
Laboratorium klinik
Hb 10 g%
Leukosit 10.000/ml
Hematokrit 30%
LED 15/ jam
Ureum 18mg/dl
Creatinin 0,8 mg/dl
GDS 118 mg/dl
ASTO 150 IC, CRP 6 mg/ l
menonjol
pulmonal
).
Vena-
besar
vena
EKG
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.1 Anamnesis
Identitas
Nama
Umur
Status
Pekerjaan
Alamat
Kebiasaan
: Ny. Utari
: 35 tahun
: Menikah, anak 1 orang
: Guru SD
: Jl. Melati no.15, Tomang Barat
: Tidak ada yang khas, olahraga (-)
Riwayat pengobatan
- Pernah konsumsi obat : Lanoxin, Furosemid, Simarc 2 (warfarin), suntikan
penadur LA 1,2 juta unit setiap bulan.
Riwayat Kehamilan
- Hamil dan melahirkan ditolong bidan, tanpa keluhan.
Riwayat kebiasaan
- Pada masa sekolah pelajaran olahraga selalu ikut kecuali lomba lari.
- Saat ini tidak melakukan olahraga.
- Tidak ada yang spesifik.
Bengkak pada kedua tungkai terutama di sore hari dan menghilang di pagi hari
menandakan adanya gangguan pada sirkulasi sistemik. Hal ini dapat
disebabkan venous return yang menurun akibat gangguan fungsi jantung atau
akibat kerusakan katup jantung yang menyebabkan aliran balik ke kapiler
sehingga menyebabkan edema. Selain itu edema juga bisa disebabkan karena
sindroma nefrotik dan sirosis hepatis akibat kadar albumin yang rendah.
Bengkak terjadi terutama di sore hari kemungkinan karena aktifitas yang
meningkat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen yang juga akan
meningkatkan aliran balik vena. Pada kondisi jantung yang lemah aliran balik
vena akan berkurang dan akhirnya tertumpuk di kapiler terutama pada
ekstremitas bawah. Pada pagi hari belum banyak aktifitas sehingga kebutuhan
oksigen masih dapat terpenuhi dan aliran balik vena masih stabil.
infeksi
Streptococcus
Riwayat
penyakit tersebut dapat dikaitkan dengan keluhan penyakit saat ini yang
disebabkan adanya gejala sisa demam rematik yang menimbulkan kerusakan
pada katup jantung.
Tidak berolahraga
Berolahraga sangat baik untuk memperlancar sirkulasi terutama pada miokard.
Ny. Utari tidak melakukan olahraga kemungkinan karena sesak jika
melakukan aktifitas yang berat.
No
Keluhan
Hipotesis
-Gagal jantung
-Demam rematik
-Kerusakan katup
-Efusi pleura
-PPOK
pada tenggorokan
sakit kepala?
Apakah ada keluhan nyeri sendi?
Apakah ada perubahan emosi akhir-akhir ini?
Apakah ada gangguan neurologis seperti gangguan menggenggam,
gangguan berbicara?
Riwayat penyakit sebelumnya
- Apakah ada riwayat penyakit hati/ginjal/infeksi streptococcus/penyakit
paru?
- Pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya?
- Apakah pasien memiliki penyakit lain seperti diabetes mellitus?
- Apakah pasien memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya?
Riwayat pengobatan
- Sejak kapan berhenti mengkonsumsi obat?
- Apakah konsumsi obat teratur sebelum merasa sembuh dan menghentikan
pengobatan?
Riwayat penyakit keluarga
Hasil
Normal
Tekanan darah
110/70 mmHg
113x/menit
60 100x/menit
Nadi
Teratur
Pernafasan
28x/menit
12 20x/menit
Wajah
Jantung
Pulmo
Middiastolik murmur
setelah OS, dengan
punctum maximum di
apex
Pansistolik murmur
pada parasternal kiri
ICS IV
Ronki basah +/+ pada
kedua basal kurang
dari setengah
8
Interprestasi
Normal
Takikardi
Irama ini biasanya di
dapatkan pada atrial
filbrilasi
Takipnea
Abdomen
lapangan paru
Teraba 3 jari bac,
nyeri tekan, tepi
tumpul, permukaan
licin.
Acites (+)
Extremitas bawah
Hepar
PEMERIKSAAN
Hemoglobin
HASIL
10 g/dL
Rongga
abdomen
terisi cairan
Terjadi akibat gagal
jantung kanan
Tidak ada
NILAI NORMAL
13-16 g/dL
Hepatomegali
INTERPRETASI
Menurun
Pasien mengalami anemia dapat
disebabkan obat-obatan seperti
warfarin dan furosemid
yang
10.000/mL
5000-10.000/mL
Hematokrit
30%
36-47%
disebabkan
plasma
keluar
karena
cairan
yang
terlihat
15 mm/jam
0-15mm/jam
Normal
Ureum
Kreatinin
18mg/dL
0,8 mg/dL
10-50 mg/dL
0.5-1.5 mg/dL
Normal
Normal
Menunjukkan fungsi ginjal yang
GDS
ASTO
118 mg/dL
150 IU
<180 mg/dL
0-200IU
normal
Normal
Normal
Biasanya
setelah
CRP
8 mg/L
0-6 mg/L
2-3
terdekteksi
minggu
setelah
serangan akut
Meningkat.
Protein
antibodi
C-reaktif
(C-reactive
protein=CRP)
adalah
suatu
penyebab
10
b. EKG
Irama: Sinus takhikardia dengan HR 113x/mnt dilihat dari lead II dimana gelombang
P dengan irama yang cepat dan tidak teratur.
Gelombang P:
1. Pada V1 terdapat gelombang P bifasik dengan bagian inversi yang lebih
dominan yang terdapat pada stenosis mitral menandakan dilatasi atrium kiri.
2. Lead II,III,aVF gelombang P yang tinggi (>2,5mm) menandakan dilatasi
atrium kanan.
Gelombang QRS:
1. Pada sadapan V1 terlihat gelombang R > gelombang S atau rasio R/S > 1
dimana durasi gelombang R lebih dari 0,03 detik.
2. Pada sadapan V6 terdapat gelombang S > gelombang R.
3. Pada sadapan V5 dan V6 terdapat premature ventricular contraction terjadi
penambahan kompleks QRS yang tampak lebar karena depolarisasi ventrikel
yang tidak mengikuti jalur konduksi normal yang biasa muncul dari suatu
lokasi di ventrikel yang teriritasi.
Gelombang T:
1. Inversi gelombang T pada aVR
Pada gelombang QRS diperoleh bahwa rasio R/S > 1 pada V1 serta
gelombang S > gelombang R pada sadapan V6 dan inverse gelombang T pada
aVR memberi makna bahwa jantung dalam keadaan hipertrofi ventrikel
kanan.
11
c. Foto Thorax
Pada hasil foto thorax dapat terlihat bahwa:
Jantung berada dalam situs/kedudukan yang benar yaitu di
hemithoraks kiri.
Kolumna vertebralis terlihat dalam batas normal.
Didapatkan CTR = 60% yang menandakan adanya kardiomegali.
Pada batas kiri didapatkan gambaran pinggang jantung menghilang
yang menandakan adanya pembesaran atrium kiri.
Apeks terlihat bergeser ke kiri dan terangkat dari diafragma
menandakan adanya clockwise rotation akibat pembesaran dari
ventrikel kanan.
Batas kanan jantung melebar ke kanan dan cembung menandakan
adanya pembesaran atrium kanan.
Aortic root terlihat kecil. Gambaran ini biasa ditemukan pada kasus
MS/MI akibat sedikitnya darah yang dapat dialirkan ke aorta untuk
memperdarahi seluruh tubuh.
Segmen pulmonal terlihat besar (menonjol), dan vena-vena pulmonalis
serta cabang-cabangnya dilatasi. Hal ini disebabkan oleh adanya aliran
darah balik ke paru akibat darah gagal dialirkan ke ventrikel kiri.
d. Echocardiografi
Dilatasi LA : menunjukan pembesaran atrium kiri karena mitral
stenosis sehingga aliran darah
Arteri pulmonalis.
Dilatasi RA : dikarenakan tekanan di ventrikel kanan yang meninggi
sehingga atrium kanan pun ikut meninggi karena aliran backward
darah dari ventrikel kanan sehingga terjadi insufisiensi katub
12
3.1.6 Diagnosis
1. Etiologi
Penyakit jantung rematik yang merupakan lanjutan dari rheumatic fever pasien
saat masa anak yang diperoleh dari hasil anamensis riwayat dahulu sering
demam dan sakit tenggorokan saat kanak-kanak. Selain itu dari riwayat
pengobatan, pasien telah mengkonsumsi benzathin penicillin yang indikasinya
untuk profilaksis infeksi streptococcus sebelumnya.
2. Kelainan Anatomi
ada beberapa kelainan anatomi pada pasien ini,yaitu :
a) RVH
b) Mitral Stenosis
c) Hipertensi pulmonal
d) Trikuspid Insufisiensi
e) LAH
f) RAH
3. Gangguan fisiologis
Gagal jantung kanan dan aritmia
4. Kelainan fungsional
a. Menurut NYHA :Kelainan fungsional pada pasien ini menurut
klasifikasi NYHA, kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien ini
dikategorikan pada NYHA kelas III karena pasien ini sudah mengalami
palpitasi dan dyspnea saat berjalan cepat sehingga tidak bisa mengajar
lagi.
b. Derajat MS : Pasien ini bisa dikategorikan menderita MS sedang-berat
karena MVA (Mitral valve area) pada pasien ini adalah 1cm. Dan
ciri-ciri lainnya adalah sesak napas yang mengganggu aktifitas seharihari, sesak napas bila jalan cepat, dan adanya palpitasi akibat AF.
13
3.1.7 Patofisiologi
Terdapat reaksi imun yang abnormal oleh tubuh terhadap antigen
streptococcus beta hemolytic grup A (SBHGA). Diperkirakan terdapat suatu
kemiripan antara antigen bakteri dengan sel jantung pada manusia. Adanya persamaan
antara karbohidrat dari streptococcus grup A dengan glycoprotein dari katup
jantung.Riwayat pasien pada masa kanak-kanaknya menandakan demam dan sakit
menelan bisa merupakan invasi SBHG pada faring yang bisa menyebabkan atau
mengaktifkan kembali demam rematik dan bisa menyebabkan penyakit jantung
rematik.1
Pada pasien ini terjadi parut pada katup yang sudah berkembang beberapa
tahun setelah episode demam rematik akut yang diderita pasien saat masa kanakkanak.Episode yang berulang menyebabkan kerusakan progresif pada katup.Pada
kasus ini terjadi kerusakan pada katup mitral yang menyebabkan terjadinya mitral
stenosis.Mitral stenosis ini lah yang mengakibatkan pasien dyspnea dan udema
tungkai yang merupakan keluhan utama pasien.
Mitral stenosis dapat menyebabkan backward failure yang mengakibatkan
pembesaran atrium kiri lalu hipertensi pulmonal yang berdampak pada ventrikel
kanan untuk berusaha memompa terus menerus sehingga menjadi hipertrofi karena
ada tekanan dari arteri pulmonal yang lama kelamaan ventrikel kanan sudah tidak
mampu lagi dan menjadi gagal jantung kanan dan berdampak pada jaringan yaitu
adanya acites, hepatomegali dan udema kedua tungkai pada pasien. Hipertensi
pulmonal dan cardiac output yang mennurun juga merupakan penyebab dari adanya
malar flush pada pasien.
3.1.8 Penatalaksanaan
Terapi pada kasus ini walaupun tidak ditemukannya bukti adanya infeksi
streptococcus penatalaksanaannya harus tetap untuk mengeradisikan kuman SBHGA,
mengatasi inflamasi akbiat respon autoimun dan terapi suportif pada gagal jantung
kanan nya.Pencegahan sekunder juga diperlukan pada pasien ini untuk mencegah
reinfeksi kembali yang bisa mengakibatkan kecacatan pada katup jantungnya dan
memperparah keadaannya.
14
1. Medikamentosa2
a. Anti-aritmia
Digoxin 30mcg/kg dosis total digitalis, 7,5 mcg/kg/hari dosis
pemeliharaan.
b. Diuretika
Furosemid (i.v) karena sudah terjdainya udema paru. Dosis: 0,5-1 mg /
kg selama 1-2 menit
c. Antikoagulan oral
Warfarin untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli.
d. Anti-inflamasi
Prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis
dan dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon
IV 10-40 mg diikuti prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara
berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara
bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan
selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk
menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru.
2. Profilaksis Sekunder
Penggunaan antibiotik sebagai pencegahan sekunder untuk demam rematik
dan penyakit jantung rematik menurut WHO:
a. Intramuskular
Benzatine Penisilin, dosis 1,2 juta unit i.m setiap bulan
b. Oral
Penisilin V 250mg 2x/hari
Sulfadiazin 250mg 1x/hari
Eritromisin 250mg 2x/hari
3. Non-medikamentosa
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit.
4. Tindakan Intervensi
Pada stenosis mitralnya pasien dapat disarankan untuk dilakukan baloon mitral
valvulopasty (BMV).
3.1.9 Komplikasi3
15
Atrial fibrilasi pada mitral stenosis yang memperberat dilatasi daripada atrium
kiri merupakan faktor predisposisi terjadinya
3.2.1 Prognosis
Ad Vitam
: Dubia ad Bonam
Ad Functionam
: Dubia ad Bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad Bonam
16
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1.1 Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik4
Demam Reumatik (DR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non
supuratif yang digolongkan pada kelainan vaskular kolagen atau kelainan jaringan
ikat. Proses reumatik ini merupakan reaksi peradangan yang dapat mengenai banyak
organ tubuh terutama jantung, sendi dan sistem saraf pusat. Sendi merupakan organ
yang paling sering dikenai, tetapi jantung merupakan organ dengan kerusakan
terberat. Manifestasi klinis penyakit DR adalah akibat kuman Streptococcus Grup-A
(SGA) beta hemolitik pada tonsilofaringitis dengan masa laten 1-3 minggu.
Sedangkan yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Reumatik (PJR) adalah kelainan
jantung yang terjadi akibat DR, atau kelainan karditis reumatik.
DR akut adalah sinonim dari DR dengan penekanan akut, sedangkan DR
inaktif adalah pasien dengan DR tanpa ditemui tanda-tanda radang, sinonim dengan
riwayat DR. DR dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan, tetapi manifestasi akut dapat
timbul kembali berulang-ulang, yang disebut kekambuhan (recurrent). Waktu yang
diperlukan hingga dapat menyebabkan DR yang berlangsung terus-menerus adalah
lebih dari 6 bulan setelah peradangan kuman SGA, dan disebut DR menahun.
Yang sangat penting dari penyakit demam reumatik akut adalah dalam hal
kemampuannya menyebabkan katup-katup jantung menjadi fibrosis, yang akan
menimbulkan gangguan hemodinamik dengan penyakit jantung yang kronis dan berat.
Demam reumatik merupakan kelainan jantung yang bukan kelainan bawaan, namun
yang didapat.Meskipun demam reumatik ini telah diteliti secara luas tetapi
patogenesisnya masih belum jelas.
DR dapat ditemui diseluruh dunia dan mengenai semua umur, tetapi 90% dari
seragan pertama terdapat pada umur 5-15 tahun. Ada dua keadaan terpenting dari segi
epidemiologik pada DR akut, yaitu kemiskinan dan kepadatan penduduk.Walaupun
angka morbiditas menurun tajam pada negara yang berkembang tetapi pada negara
yang sedang berkembang penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang
utama.
17
4.1.2 Patogenesis
Meskipun sampai sekarang ada hal-hal yang belum jelas, tetapi ada penelitian
yang mendapatkan bahwa DR yang mengakibatkan PJR terjadi akibat sensitisasi dari
antigen Streptococcus sesudah 1-4 minggu infeksi Sreptokokus di faring. Faktorfaktor yang diduga terjadinya komplikasi pasca Streptococcus ini kemungkinan utama
adalah pertama Virulensi dan Antigenisitas Streptococcus, dan kedua besarnya
respons umum dari host dan persistensi organisme yang menginfeksi faring. Resiko
untuk kambuh sesudah mendapat serangan adalah 50-60%.Dan ada penelitian yang
mendapatkan bahwa tidak adanya predisposisi genetik.
Penilitian lain kebanyakan menyokong mekanisme autoimunitas atas dasar
reaksi antigen antibodi terhadap antigen Streptococcus. Salah satu antigen tersebut
adalah protein-M Streptococcus.Pada serum pasien DR akut dapat ditemukan antibodi
dan antigen.Antibodi yang terbentuk bukan bersifat kekebalan.Dan reaksi ini dapat
ditemukan pada miokard, otot polos, dan otot skelet.Denagn imunofloresensi dapat
ditemukan imunoglobulinnya dan komplemen pada sarkolema miokard.
4.1.3 Manifestasi klinis
DR/PJR yang kita kenal sekarang merupakan kumpulan gejala terpisah-pisah dan
kemudian menjadi suatu penyakit DR/PJR. Gejala-gejala tersebut adalah:
a. Artritis
Artritis adalah gejala mayor yang sering ditemukan pada DR akut. Sendi yang
terkena berpindah-pindah tanpa cacat yang biasanya sendi besar seperti lutut,
pergelangan kaki, paha, lengan, panggul, siku dan bahu. Sendi kecil jari
tangan dan kaki juga dapat dikenai. Munculnya tiba-tiba dengan rasa nyeri
yang meningkat 12-24 jam dan diikuti reaksi radang. Nyeri akan menghilang
perlahan-lahan. Radang sendi ini jarang menetap lebih dari satu minggu.
Pengobatan dengan aspirin dapat merupakan diagnosis terapeutik pada artritis
yang bermanfaat.
b. Karditis
Karditis merupakan manifestasi klinis yang penting dengan insidens 40-50%,
atau berlanjut dengan gejala lebih berat yaitu gagal jantung. Endokarditis
terdeteksi saat adanya bising jantung. Katup mitrallah yang terbanyak dikenai
dan dapat bersamaan dengan katup aorta.Miokarditis dapat bersamaan dengan
endokarditis sehingga terdapat kardiomegali atau gagal jantung.
c. Chorea
18
Masa laten infeksi SGA dengan chorea cukup lama yaitu 2-6 bulan atau lebih.
Lebih sering dikenai pada perempuan 8-12 tahun dan gejala muncul selama 34 bulan. Dapat pula ditemukan pada anak suatu emosi yang labil dimana anak
suka menyendiri dan kurang perhatian terhadap lingkungan sendiri. Gerakangerakan tanpa disadari akan ditemukan pada wajah dan anggota gerak tubuh
yang biasanya unilateral dan menghilang saat tidur.
d. Eritema marginatum
Eritema marginatum ditemukan kira-kira 5% dari pasien DR, danberlangsung
berminggu-minggu dan berbulan, tidak nyeri dan tidak gatal.
e. Nodus Subkutanius
Besarnya kira-kira 0,5-2 cm,bundar, terbatas dan tidak nyeri tekan. Demam
pada DR tidak khas, dan jarang menjadi keluhan utama pasien DR.
Dengan hapusan tenggorok pada saat akut. Biasanya kultur SGA negatif pada
fase akut. Bila positifpun belum pasti membantu diagnosis sebab
kemungkinan akibat kekambuhan dari kuman SGA itu atau infeksi
Pada fase akut ditemukan leukositosis, LED yang meningkat, protein C-reactive,
mukoprotein serum.Anemia yang ringan sering ditemukan adalah anemia normositer
normokrom karena infeksi kronis DR. Tidak ada pola yang khas dari EKG pada DR
dengan karditis.Adanya bising sistoleik dapat dibantu dengan EKG berupa interval
PR yang memanjang atau perubahan patern ST-T yang tidak spesifik.
4.1.4 Diagnosis
19
Gejala minor
Poliartritis
Klinis :
Karditis
suhu tinggi
Chorea
Atralgia
Nodul subkutaneus
20
selama 10 tahun.
DR saja tanpa karditis dilakukan pengobatan pencegahan selama 5 tahun
sampai umur 21 tahun.
4.2.3 Patologi
21
yaitu
remodel
akibat
hipertrofi
tunika
media
dan
penebalan
23
Hipertrofi ventrikel kanan kelihatan pada foto lateral yang memenuhi setengah
retrosternal. Vena-vena pada lobus atas tampak dilatasi dibanding lobus bawah.
Main pulmonary artery menjadi prominent akibat hipertensi pulmonal. Kerley
B lines akibat kongesti pasif aliran limfe. Kalsifikasi katup mitral kelihatan pada foto
oblik atau lateral.
Efusi pleura akibat transudasi.Edema paru yang nampak sebagai perpadatan
pericardial berbentuk seperti sayap kupu-kupu atau batwing, aorta nampak kecil.
Ekokardiografi
-
dapat ditentukan
Mengukur main pulmonary artery: luasnya katup mitral saat diastolic
Dilatasi LA selalu menyertai MS. ukuran dapat ditentukan
Beratnya kalsifikasi
Gerakan posterior mitral leaflet (PML) yang berkurang dapat ditentukan
Derajat RVH dapat ditentukan
Ukuran LVH biasanya normal atau kecil
Tekanan RV pada systole mencerminkan derajat beratnya hipertensi pulmonal
Dapat ditenttukan TI dan PI yang biasanya menyertai pada MS berat
Mempelajari katup aorta
Apakah MI menyertai
4.2.7 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa5
- Digoxin diberikan pada AF dengan respon ventrikel atau QRS rate cepat
sehingga fase diastolic diperpanjang. Dosis digitalis 2x1 tablet/hari selama 2-3
hari kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan 1x1 tablet atau 1x1/2
tablet/hari. Bila AF dengan QRS rate sangat cepat dipakai cedilanid injeksi
-
Profilaksis sekunder dengan Benzatine Penisilin, dosis 1,2 juta unit i.m setiap bulan
terutama pada penderita lingkungan buruk dimana merupakan faktor yang
memudahkan terjadinya reinfeksi dengan Streptococcus.
24
25
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan keluhan pada pasien kedua tungkai bengkak terutama sore hari,
berdebar-debar. Sesak bila berjalan cepat dan memberat sejak 2 hari terakhir, dan
pemeriksaan penunjang yang diperoleh terdapat pembesaran RA, RV, dan LA
ditambah adanya riwayat infeksi streptococcus pada pasien dari riwayat pengobatan
dan dahulu dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami penyakit rematik jantung
yang mengakibatkan dekompensatio cordis kanan pada pasien. Penatalaksanaan yang
tepat diharapkan dapat mengurangi keluhan pasien dan resiko timbulnya komplikasi.
26
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Rilantono L. Demam Rematik Akut dan Penyakit Jantung Rematik. Penyakit
Kardiovaskular
(PKV).
Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia;2012.p.331-33
2. Beggs S. Antibiotic use for the Prevention and Treatment of Rheumatic Fever
and
Rheumatic
Heart
Disease.
2008.
Available
at:
http://www.who.int/selection_medicines/committees/subcommittee/2/Rheumat
icFever_review.pdf. Accessed on: May 14, 2013
3. Sibernagl S, Lang F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi (Color Atlas of
Pathophysiology). Stuttgart: Georg Thieme Verlag;2000.p.218-22
4. Leman S. Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik. In: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1662-70
5. Palupi SEE, Khairini R. Demam Rematik. Kumpulan Kuliah Kardiologi.
Jakarta: BagianIlmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti; 2007.p.64
27