Fadhil Hayat
KLASIFIKASI TOKSIKAN
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya ditinjau dari satu macam
klasifikasi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa kombinasi dan beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan
toksik dapat dibagi secara kimiawi, biologi, dan karakteristik paparan yang bermanfaat untuk usaha
pengendalian.
KARAKTERISTIK TOKSIKAN
Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami
biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap
bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem
biologis, sehingga bila ingin mengklasifikasi toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul
dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya. Faktor utama yang berkaitan
dengan toksisitas dan situasi paparan adalah cara atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi paparan.
Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya melalui saluran penceraan
makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain tersebut diantaranya adalah intra muskuler, intra
dermal, dan sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan
paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan
kejadian keracunan biasanya melalui proses tertelan.
Perbandingan dosis letal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari paparan sangat
bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat diberikan dalam dosis yang sama tetapi
cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui
oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena, memberi reaksi cepat dan
segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula,
misalnya suatu bahan masuk melalui kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan
dosis yang lebih rendah, maka dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan
polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis yang tinggi.
Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan percobaan binatang. Pada
percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan polutan menjadi 4 kategori, yaitu akut,
sub akut, sub kronis, dan kronis. Paparan akut apabila suatu paparan terjadi kurang dari 24 jam dan jalan
masuknya dapat melalui intravena dan injeksi subkutan. Paparan sub akut terjadi apabila paparan terulang
untuk waktu satu bulan atau kurang, paparan sub kronis bila paparan terulang antara 1 sampai 3 bulan, dan
paparan kronis apabila terulang lebih dari 3 bulan.
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat berbeda bila
dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya. Bahan polutan benzena pada
pertama akan merusak sistem saraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan
leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila diberikan beberapa
jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan
hanya separuhnya maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang
diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik yang timbul tidak hanya
tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi
paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada
kondisi kronis bersifat ireversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu
untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari bahan toksik.
Ekotoksikologi 1
Kuliah II A.M.Fadhil Hayat
Dari penelitian yang dilakukan terdapat 9 kelompok besar sumber bahan toksik dari indsutri penghasil
limbah B3 di Indonesia, yaitu:
Industri farmasi
Kelompok industri farmasi meliputi pembuatan bahan baku obat formulasi dan pengemasan obat. Di
Indonesia, industri farmasi umumnya merupakan kegiatan formulasi dan pengemasan obat, hanya beberapa
pabrik yang melakukan kegiatan proses pembuatan bahan baku. Limbah industri farmasi berasal dari obat-
obat yang tidak terjual dan/atau kadaluarsa serta pencucian peralatan produksi. Limbah pabrik farmasi yang
memproses obat golongan antibiotika memiliki toksisitas yang tinggi.
Rumah sakit
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah padat dan cair, tapi juga limbah gas, bakteri, dan virus.
Limbah padat yang berbahaya berupa sisa obat-obatan, bekas pembalut, pembungkus obat dan bahan kimia.
Sedangkan limbah cair berasal dari pencucian peralatan dan perlengkapan, sisa obat-obatan, dan bahan kimia
laboratorium.
Ekotoksikologi 2
Kuliah II A.M.Fadhil Hayat
Berbagai barang dalam lingkungan rumah tangga, ternyata banyak yang mengandung bahan yang
berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.
Makanan
Makanan dapat menyebabkan keracunan makanan ( food intoxication) yang disebabkan oleh makanan
yang mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung racun, makanan yang
tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena makanan yang mengandung mikrorganisme
patogen (food infection).
Kosmetika
Keracunan yang tidak disengaja juga dapat terjadi karena penggunaan kosmetika seperti cologne,
lipstik, parfum, krim dan lotion kecantikan, pelembab kulit, after shave lotion, dan depilatory. Hal ini tidak
berhubungan langsung dengan efek samping yang tidak dikehendaki, tapi dipengaruhi oleh perhitungan
indeks risiko, yaitu jumlah unit kosmetika yang menyebabkan timbulnya suatu efek samping. Sebagai contoh
sediaan kosmetika perias mata, meskipun mempunyai insidensi efek samping yang tinggi, tapi tingkat
kemungkinan terjadi keracunan sedang. Sedangkan sediaan kosmetika depilatori, meskipun insidensi efek
sampingnya rendah, tingkat kemungkinan terjadi keracunan tinggi. Kemungkinan keracunan atau toksisitas
sediaan kosmetika dapat dilihat pda tabel berikut:
Desinfektan
Desinfektan yang biasa digunakan umumnya mengandung fenol, kresol atau diklorometoksilenol. Jika
terjadi keracunan yang tidak disengaja, biasanya tidak menimbulkan masalah karena jumlahnya sedikit. Akan
tetapi jika keracunan terjadi karena disengaja atau suatu usaha untuk bunuh diri, terutama dengan
desinfektan yang mengandung fenol atau kresol, apalagi dengan larutan pembersih pipa saluran buangan
yang biasanya mengandung Na-hidroksida, dapat berakibat kematian karena efek korosif pada saluran cerna
bagian atas dan juga efek sistemik yang dapat terjadi.
Bahan pemutih
Bahan pemutih kain atau disebut juga bahan pengelantang, biasanya mengandung Na-hipoklorit atau
hidrogen peroksida. Meskipun bahan-bahan tersebut bersifat korosif, tapi jika terjadi keracunan yang tidak
disengaja, biasanya tidak menimbulkan masalah serius karena jumlahnya hanya sedikit.
Ekotoksikologi 3
Kuliah II A.M.Fadhil Hayat
REFERENSI
Ekotoksikologi 4