STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
1. No. Rekam Medik : 171965
II.
2. Nama
: An. E
3. Umur
: 10 tahun
4. Pekerjaan
: Pelajar
5. Jenis Kelamin
: Perempuan
6. Agama
: Islam
7. Alamat
8. Tanggal Periksa
: 24 April 2012
ANAMNESIS
Keluhan Utama
RPS
RPK
III. PEMERIKSAAN
Predileksi
UKK
dan penyembuhan sentral.
Pada
tepi
lesi
terdapat
papul-papul eritematosa.
Pemeriksaan Penunjang
: Tidak dilakukan
V.
DIAGNOSIS
Tinea Korporis
VI. TERAPI
- Topikal
: Exoderil cream 2 dd 1 ue
- Sistemik
tab 1/2
VII. EDUKASI/NASEHAT
-
VIII. DOKUMENTASI
Lesi bulat, lonjong berbatas tegas terdiri dari eritem dan skuama dengan tapi aktif
dan penyembuhan sentral. Pada tepi lesi terdapat papul-papul eritematosa.
Gambar 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi Tinea Korporis
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus
(glabourous skin) didaerah muka, badan, lengan dan glutea
II.2. Sinonim
Tinea circinata, tinea arkuata
II.3. Etiologi
Etiologi dari Tinea Korporis adalah jamur golongan dermatofita,
diantaranya yaitu Trichophyton rubrum, Epidermophyton floccosum
Yang paling sering yang menyebabkan penyakit tinea Korporis yaitu M.canis, T.
rubrum, T. mentagrophytes
II.4 Epidemiologi
Umur
Daerah
Musim/Iklim
Kebersihan
Keturunan
: Tidak berpengaruh
Lingkungan
II.5. Patogenesis
Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong,
berbatas tegas terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang dengan
vesikel dan papula di tepi. Daerah tengah biasanya lebih tenang,
kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain.
Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang
sehingga
terbentuk
lingkaran-lingkaran
skuama
yang
Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut disebut Tinea
favosa atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik
kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang
penyakit
DKA karena
gesper
dimulai
dengan
10
Dermatitis
numularis
adalah
dermatitis
yang
bentuknya
: 500-1000 mg/hari
11
menghambat
aktifitas
jamur
Trichophyton,
nukleat atau
12
13
eritema, edema, gatal, dan urtikaria. Obat ini tidak digunakan untuk
pengobatan infeksi jamur sistemik, tidak boleh mengenai mata, dan jika terjadi
iritasi maka penggunaannya harus dihentikan .
c. Ketokonazol
Ketokonazol merupakan golongan imidazol yang mempunyai
kelebihan yaitu cukup dioleskan 1 kali sehari dengan efektifitas yang sama
dengan yang lain. Obat ini titik tangkapnya menghambat enzim lanosterol,
demetilase, sitokrom P-450. Enzim ini menyebabkan membran sel jamur tidak
stabil sehingga sel tidak dapat berproduksi dan terjadilah kematian sel jamur
secara lambat.
Obat ini tersedia dalam bentuk krim 1- 2%. Penggunaannya pada
daerah infeksi selama 2-4 minggu. Obat ini untuk penggunaan luar, tidak
boleh mengenai mata, dan jika terjadi iritasi penggunaannya harus dihentikan.
II. 11. Edukasi
-
14
BAB III
PEMBAHASAN
papul eritematosa.
Untuk kriteria diagnosis pada tinea korporis adalah Gejala Subyektif biasanya berupa
rasa gatal dan tempat
ekstremitas diikuti dengan Gejala obyektif biasanya berupa lesi bulat, lonjong atau
berbentuk bulan sabit, batas tegas, terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang
disertai dengan papula atau vesikula ditepinya. Bila digaruk akan timbul erosi dan
atau ekskoriasi dengan krusta diatasnya. Umumnya merupakan bercak-bercak yang
terpisah satu sama lain. Dapat pula dijumpai lesi yang tepinya polisiklik akibat
konfluensi beberapa lesi. Serta ditambah pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan
KOH 10 % dan biakan kultur.
Pada pasien ini telah memenuhi kriteria untuk gejala subyektif, tempat
predileksi serta gejala obyektif untuk menegakan diagnosis Tinea korporis.
Pasien ini didiagnosis dengan penyakit tinea korporis
Pada pasien ini dokter memberikan obat
15
Terapi pada pasien ini sudah tepat, sesuai dengan terapi yang dianjurkan yaitu
dengan memberikan anti jamur topical , anti jamur sistemik serta pereda gatal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budimulja, Unandar. 2005. Mikosis Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
FKUI. Jakarta. Hal 89-105
2.
16
3.
Siregar. R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC.
Jakarta. Hal 13-30.
4.
5.
17