Anda di halaman 1dari 17

BAB I

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS
1. No. Rekam Medik : 171965

II.

2. Nama

: An. E

3. Umur

: 10 tahun

4. Pekerjaan

: Pelajar

5. Jenis Kelamin

: Perempuan

6. Agama

: Islam

7. Alamat

: Tegal waton 24/7 Kabupaten Semarang

8. Tanggal Periksa

: 24 April 2012

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Gatal-gatal didaerah perut sebelah kiri

RPS

: Pasien datang berobat ke poliklinik kulit dan


kelamin RSUD Salatiga pada tanggal 24 April
2012 dengan keluhan gatal-gatal didaerah perut
sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Timbul bercak-bercak merah, kemudian semakin
lama semakin bertambah banyak. Terlihat bekas
garukan dan belum pernah berobat ke dokter
sebelumnya. Keluarga pasien tidak ada yang

menderita sakit serupa, maupun memiliki alergi


terhadap makanan, dan obat-obatan.
RPD

: Pasien belum pernah mengalami sakit yang sama

RPK

: Keluarga tidak ada yang mengalami sakit serupa.

III. PEMERIKSAAN
Predileksi

Perut bawah sebelah kiri


Lesi bulat, lonjong berbatas
tegas terdiri dari eritem dan
skuama dengan tapi aktif

UKK
dan penyembuhan sentral.
Pada

tepi

lesi

terdapat

papul-papul eritematosa.
Pemeriksaan Penunjang

: Tidak dilakukan

IV. DEFERENSIAL DIAGNOSIS


1. Tinea korporis :
Makula hiperpigmentasi dengan tepi yag lebih aktif
2. Dermatitis kontak alergi karena gesper celana :
Makula hiperpigmentasi dengan skuama halus
3. Psoriasis Vulgaris :
Makula eritematosa dengan skuama putih tebal diatasnya
4. Dermatitis numularis :
Makula eritematosa eksudatif, besarnya numuler, terkadang
hiperpigmentasi

V.

DIAGNOSIS
Tinea Korporis

VI. TERAPI
- Topikal

: Exoderil cream 2 dd 1 ue

- Sistemik

: Ketoconazol tab 1/2


CTM

tab 1/2

Sacc. Lac q.s


M.f.la pulv dtd No. XV
S 1 dd pulv I

VII. EDUKASI/NASEHAT
-

memberitahukan kepada pasien untuk menjaga kebersihan tubuh.

memberitahukan kepada pasien untuk memakai bahan pakaian yang


menyerap keringat

memberitahukan kepada pasien agar tidak menggaruk dan mencegah


gosokan pada lesi serta menghindari gigitan serangga

VIII. DOKUMENTASI

Lesi bulat, lonjong berbatas tegas terdiri dari eritem dan skuama dengan tapi aktif
dan penyembuhan sentral. Pada tepi lesi terdapat papul-papul eritematosa.
Gambar 1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi Tinea Korporis
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus
(glabourous skin) didaerah muka, badan, lengan dan glutea
II.2. Sinonim
Tinea circinata, tinea arkuata
II.3. Etiologi
Etiologi dari Tinea Korporis adalah jamur golongan dermatofita,
diantaranya yaitu Trichophyton rubrum, Epidermophyton floccosum
Yang paling sering yang menyebabkan penyakit tinea Korporis yaitu M.canis, T.
rubrum, T. mentagrophytes
II.4 Epidemiologi
Umur

: Semua umur tetapi lebih sering orang dewasa

Jenis Kelamin : Menyerang pria & wanita


Bangsa/Ras

: Penyakit ini tersebar diseluruh dunia

Daerah

: Terutama pada daerah tropis

Musim/Iklim

: Insiden meningkat pada kelembapan udara yg tinggi

Kebersihan

: Sangat mempengaruhi perkembangan penyakit

Keturunan

: Tidak berpengaruh

Lingkungan

: Lingkungan yg kotor mempengaruhi perkembangan


penyakit

II.5. Patogenesis

Tinea Korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau


dengan binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi kontak karena
dengan mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi. M. Canis sering
menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi spesies seperti antrofilik seperti E.
floccosum atau T. rubrum sering menyertai autoinokulasi dari bagian tubuh lain
yang terinfeksi misalnya kaki. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda
misalnya pakaian, perabot dan sebagainya
II.6. Manifestasi klinis
1. Gejala Subyektif biasanya berupa rasa gatal
2. Predileksi terutama Wajah, batang tubuh dan ekstremitas
3. Gejala obyektif biasanya berupa lesi bulat, lonjong atau berbentuk bulan
sabit, batas tegas, terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang disertai
dengan papula atau vesikula ditepinya. Bila digaruk akan timbul erosi dan
atau ekskoriasi dengan krusta diatasnya. Umumnya merupakan bercakbercak yang terpisah satu sama lain. Dapat pula dijumpai lesi yang tepinya
polisiklik akibat konfluensi beberapa lesi.
Manifestasi klinik terbagi atas:

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong,
berbatas tegas terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang dengan
vesikel dan papula di tepi. Daerah tengah biasanya lebih tenang,
kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain.
Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang

polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk


dengan tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada anakanak daripada orang dewasa karena umumnya mereka mendapat
infeksi baru pertama kali

Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya


tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan
bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut
tinea corporis et cruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh T.
rubrum biasanya dilihat bersama-sama tinea unguium.

Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh T. concentricum


disebut Tinea imbrikata. Manifestasi klinis Tinea imbrikata dimulai
dengan bentuk papula berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi
besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan
melebar, proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian
tengah

sehingga

terbentuk

lingkaran-lingkaran

skuama

yang

konsentris. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa gatal, akan


tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan dan lesi
kulit kadang-kadang dapat menyerupai iktiosis. Kulit kepala dapat
terserang, akan tetapi rambut biasanya tidak. Tinea unguium juga
sering menyertai penyakit ini

Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut disebut Tinea
favosa atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik
kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang

menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran,


bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan membasah.
Rambut pada tempat ini tidak berkilat dan akhirnya terlepas. Bila tidak
diobati dapat meluas ke seluruh kepala serta meninggalkan parut dan
botak. Favus tidak menyembuh pada usia akil baliq, biasanya dapat
tercium bau tikus (mousy odor). Tinea favosa pada kulit dapat dilihat
sebagai papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit
berbentuk cawan yang khas kemudian menjadi parut

Gambar 2 : Tinea korporis .tampak makula eritematosa berbatas tegas

Gambar 3 : Tinea korporis. Makula polisiklis dengan tepi aktif

Gambar 3 : Tinae korporis. Makula hiperpigmentasi polisiklis

II.7. Pemeriksaan Laboratorium


1. Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10%
2. Pemeriksaan biakan agar
II.8. Diagnosis Banding
1. Dermatitis kontak alergi (DKA) karena gesper celana :
DKA karena gesper celana adalah suatu dermatitis yang timbul
setelah kontak dengan gesper celana melalui proses sensitisasi.
Perjalanan

penyakit

DKA karena

gesper

dimulai

dengan

kemerahan pada daerah kontak, kemudian timbul eritema, papula,


vesikel, dan erosi. Penderita selalu mengeluh gatal.
2. Pityriasis Rosea
Pityriasis Rosea adalah erupsi papuloskuamosa akut yang agak
sering dijumpai. Morfologi khas berupa makula eritematosa
lonjong dengan diameter terpanjang sesuai dengan lipatan kulit
serta ditutupi oleh skuama halus.
Perjalanan penyakit pityriasis rosea dimulai dengan timbul bercakbercak seluruh tubuh terutama daerah yang tertutup pakaian
berbentuk bulat panjang mengikuti lipatan kulit. Diawali suatu

bercak yang besar disekitarnya terdapat bercak-bercak kecil.


Ukuran bercak dari seujung jarum pentul sampai sebesar uang
logam. Dapat didahului oleh gejala prodormal ringan seperti badan
lemah, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
Neurodermatitis sirkumskripta adalah penyakit gatal-gatal lokal
yang berlangsung kronik, lesi disebabkan garukan dan gosokan
berulang, dengan gambaran likenifikasi berbatas tegas.
Perjalanan penyakitnya dimulai dengan gatal terus menerus ,
spasmodik atau paroksimal. Pada daerah gatal timbul sisik-sisik
seperti psoriasis.
4. Psoriasis :
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas
berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama
tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat.
Perjalanan penyakit psoriasis dimulai dengan makula dan papula
eritematosa dengan ukuran mencapai lentikulat-numular, yang
menyebar secara sentrifugal. Akibat penyebaran yang seperti ini
dijumpai beberapa bentuk psoriasis. Bentuk titik (Psoriasis
pungtata), bentuk tetes-tetes (Psoriasis gutata), bentuk numular
(Psoriasis numular), Psoriasis folikularis atau psoriasis universalis
(pada seluruh tubuh)
5. Dermatitis numularis :

10

Dermatitis

numularis

adalah

dermatitis

yang

bentuknya

menyerupai uang logam dan biasanya menyerang ekstremitas.


Perjalanan penyakit dermatitis numularis dimulai dengan eritema
berbentuk lingkaran, selanjutnya melebar sebesar uang logam,
dikelilingi oleh papula-papula, vesikel dan kemudian ditutupi
krusta coklat. Penderita mengeluh gatal yang hebat disertai gatal.
II. 9. Diagnosis
Diagnosis Tinea Korporis ditegakan berdasarkan gambaran klinik dan
lokasinya serta pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskop langsung
dengan larutan KOH 10-20% untuk melihat hifa atau spora jamur
II. 10. Penatalaksanaan
Umum : Meningkatkan kebersihan badan
Menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat
Sistemik : Anti Histamin
Griseofulvin, anak-anak : 15-20 mg/kg BB/ hari
dewasa

: 500-1000 mg/hari

Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu


Ketokonazol 200 mg/hari dalam 3 minggu
Topikal : Salep acidum salicylicum 3%
Salep sulfur praecipitatum 3%
Salep Whitfield ( Acidum Salycylicum 3% + Acidum
Benzonicum 6% + Vaselin)
Salep tolnaftat 2%

11

Obat dalam golongan imidazol antara lain:


a. Krim Mikonazol 2%
Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil,
mempunyai spektrum antijamur yang luas baik terhadap jamur sistemik
maupun jamur dermatofit. Obat ini berbentuk kristal putih tidak berwarna dan
berbau, sebagian kecil larut dalam air tetapi lebih larut dalam pelarut organik.
Mikonazol

menghambat

aktifitas

jamur

Trichophyton,

Epidermophyton, Microsporum, Candida, dan Malassezia furfur. Mekanisme


kerja obat ini belum diketahui sepenuhnya. Mikonazol titik tangkapnya
menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas membran
sel jamur meningkat. Dapat terjadi gangguan sintesis asam

nukleat atau

penimbunan peroksida dalam sel jamur yang akan menimbulkan kerusakan.


Obat yang sudah menembus ke dalam lapisan tanduk kulit akan menetap di
sana selama 4 hari. Mikonazol topikal diindikasikan untuk dermatofitosis,
tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.
Efek samping penggunaan mikonazol topikal berupa iritasi, rasa
terbakar, dan maserasi sehingga penggunaan mikonazol harus dihentikan.
Mikonazol dalam jumlah kecil diserap melalui mukosa vagina, tetapi belum
ada laporan tentang efek samping pada bayi yang ibunya mendapat mikonazol
intravaginal pada waktu hamil. Obat ini tersedia dalam bentuk krim 2% dan
bedak tabur, penggunaannya 2 kali sehari selama 2-4 minggu. Krim 2% untuk
penggunaan intravaginal diberikan 1 kali sehari pada malam hari untuk

12

mendapatkan retensi selama 7 hari. Penggunaan mikonazol tidak boleh


mengenai mata
b. Krim Klotrimazol 1%
Klotrimazol berbentuk bubuk tidak berwarna yang tidak larut dalam
air, larut dalam alkohol dan kloroform, serta sedikit larut dalam eter. Obat ini
mempunyai efek antijamur dan antibakteri dengan mekanisme kerja seperti
mikonazol. Obat ini merupakan antijamur spektrum luas yang menghambat
pertumbuhan jamur dengan mengubah permeabilitas membran sel sehingga
menyebabkan kematian sel jamur Obat ini digunakan secara topikal untuk
pengobatan tinea pedis, tinea kruris, dan tinea korporis yang disebabkan oleh
T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum, dan M. canis.
Senyawa ini merupakan senyawa trifenilmetilimidazol yang tersulih
klor, bekerja terhadap semua mikroba patogen untuk manusia. Senyawa ini
hanya dipakai lokal (dalam bentuk sediaan dengan kadar 1%) karena efek
sampingnya yang kuat serta perbedaan absorbsi yang besar pada penggunaan
sistemik. Titik tangkapnya adalah sama seperti kelompok mikonazol, bekerja
pada biosintesis ergosterol yang merupakan komponen esensial membran sel
jamur. Tipe kerjanya secara in vitro adalah fungisida, secara in vivo umumnya
fungistatik.
Obat ini tersedia dalam bentuk krim 1%, solusio/spray, dan lotion.
Obat ini dapat diperoleh tanpa resep. Obat ini dioleskan pada daerah yang
terinfeksi selama seminggu. Krim vagina 1% digunakan 1 kali sehari pada
malam hari selama 7 hari. Pada pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,

13

eritema, edema, gatal, dan urtikaria. Obat ini tidak digunakan untuk
pengobatan infeksi jamur sistemik, tidak boleh mengenai mata, dan jika terjadi
iritasi maka penggunaannya harus dihentikan .
c. Ketokonazol
Ketokonazol merupakan golongan imidazol yang mempunyai
kelebihan yaitu cukup dioleskan 1 kali sehari dengan efektifitas yang sama
dengan yang lain. Obat ini titik tangkapnya menghambat enzim lanosterol,
demetilase, sitokrom P-450. Enzim ini menyebabkan membran sel jamur tidak
stabil sehingga sel tidak dapat berproduksi dan terjadilah kematian sel jamur
secara lambat.
Obat ini tersedia dalam bentuk krim 1- 2%. Penggunaannya pada
daerah infeksi selama 2-4 minggu. Obat ini untuk penggunaan luar, tidak
boleh mengenai mata, dan jika terjadi iritasi penggunaannya harus dihentikan.
II. 11. Edukasi
-

memberitahukan kepada pasien untuk menjaga kebersihan tubuh.

memberitahukan kepada pasien untuk memakai bahan pakaian yang


menyerap keringat

memberitahukan keepada pasien agar menghindari keadaan stres dan


gangguan emosi

memberitahukan kepada pasien agar tidak menggaruk dan mencegah


gosokan pada lesi serta menghindari gigitan serangga

II. 12. Prognosis


Dengan pengobatan yang sempurna, pada umumnya prognosisnya baik.

14

BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan pada pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis banding penyakit


pada pasien ini adalah Tinea Korporis, dermatitis kontak alergi karena gesper

celana, Psoriasis dan Dermatitis Numularis.


Pada pemeriksaan didapatkan Lesi bulat, lonjong berbatas tegas terdiri dari eritem
dan skuama dengan tapi aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi lesi terdapat papul-

papul eritematosa.
Untuk kriteria diagnosis pada tinea korporis adalah Gejala Subyektif biasanya berupa
rasa gatal dan tempat

Predileksi terutama didaerah Wajah, batang tubuh dan

ekstremitas diikuti dengan Gejala obyektif biasanya berupa lesi bulat, lonjong atau
berbentuk bulan sabit, batas tegas, terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang
disertai dengan papula atau vesikula ditepinya. Bila digaruk akan timbul erosi dan
atau ekskoriasi dengan krusta diatasnya. Umumnya merupakan bercak-bercak yang
terpisah satu sama lain. Dapat pula dijumpai lesi yang tepinya polisiklik akibat
konfluensi beberapa lesi. Serta ditambah pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan
KOH 10 % dan biakan kultur.

Pada pasien ini telah memenuhi kriteria untuk gejala subyektif, tempat
predileksi serta gejala obyektif untuk menegakan diagnosis Tinea korporis.
Pasien ini didiagnosis dengan penyakit tinea korporis
Pada pasien ini dokter memberikan obat

Exoderil cream dengan dosis 2 dd ue


Exoderil merupakan obat topical anti jamur yang dibuat oleh perusahaan Sandoz,
dengan komposisi Naftifine HCl. Indikasi dari obat ini adalah untuk pengobatan
topical infeksi jamur seperti Tinea pedis, Tinea kruris Tinea korporis yang
disebabkan oleh Trichopyton Rubrum, Trichopyton mentagrophytes dan
Epidermophyton floccosum. Dosis Exoderil adalah 2x/ hari dioleskan pada daerah
yang terkena jamur.Kontra Indikasi dari Exoderil adalah penggunaan pada mata
dan luka terbuka. Dan jika terjadi iritasi maka hentikan penggunaan.
Ketokonazol
tab 1/2
CTM
tab
Sacc. Lac q.s
M.f.l.a pulv dtd No. X
S 1 dd pulv 1

15

Ketokonazol merupakan golongan imidazol. Obat ini titik tangkapnya


menghambat enzim lanosterol, demetilase, sitokrom P-450. Enzim ini
menyebabkan membran sel jamur tidak stabil sehingga sel tidak dapat berproduksi
dan terjadilah kematian sel jamur secara lambat.
CTM (Chlorpheniramine maleate) adalah antihistamin yang berfungsi juga untuk
anti pruritus.

Terapi pada pasien ini sudah tepat, sesuai dengan terapi yang dianjurkan yaitu

dengan memberikan anti jamur topical , anti jamur sistemik serta pereda gatal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja, Unandar. 2005. Mikosis Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
FKUI. Jakarta. Hal 89-105
2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan


Obat Dan Makanan. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung
Seto. Jakarta. Hal 297, 419.

16

3.

Siregar. R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC.
Jakarta. Hal 13-30.

4.

Mulyono.Dr.1986. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin,


Edisi 1. Median Mulya Jaya. Jakarta. Hal 11-13

5.

Rassner.G, Kahn.G. 1985. Atlas Dermatologi dengan Diagnosis Banding,


Edisi 2. EGC.Jakarta. Hal 46

17

Anda mungkin juga menyukai