Topik
Nama
: Julita Suhardi
NIM
: 406138033
LEMBAR PENGESAHAN
Topik
Nama
: Julita Suhardi
NIM
: 406138033
Hari..................Tanggal..............................
Depok,
Juli 2014
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK
Topik
Nama
: Julita Suhardi
NIM
: 406138033
: An. V
Umur
: 8 tahun 8 Bulan
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Agama
: Islam
Alamat
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SD
Tanggal Masuk RS
Pukul
: 14.00
Nama lengkap
: Ny. Y
Umur
: 38 tahun
Suku Bangsa
: Jawa
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis didapat dari ibu pasien pada hari Rabu, 18 Juni 2014
Keluhan Utama
: Demam
Keluhan Tambahan
Kejang Demam
(-)
Tetanus
(-)
Tuberkulosis (-)
Pneumonia
(-)
ISK
(-)
Asma
(-)
Alergic Rhinitis
(-)
Batuk rejan
(-)
Polio
(-)
Sindrom Nefrotik
(-)
Diare akut
(-)
Diare kronis
(-)
Disentri
(-)
Kolera
(-)
Tifus abdominalis
(-)
DHF
(-)
Cacar air
(-)
Campak
(-)
Operasi
(-)
Kecelakaan
(-)
Lain-lain:
(-)
Ya
Tidak
Hubungan
Kejang Demam
Epilepsy
perina)
: tidak ada
RIWAYAT PERTUMBUHAN
Umur (Tahun)
0 bulan
8 Tahun 8 bulan
23 kg
Kesan: Riwayat pertumbuhan pasien tidak dapat dinilai karena KMS tidak dibawa
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 8 bulan
Psikomotor:
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 5 bulan
Merangkak
: 7 buan
Berdiri
: 9 bulan
Berjalan
: 11 bulan
Berbicara
: 10 bulan
5
RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi
Waktu Pemberian
Bulan
0
BCG
1
I
DPT
Polio (OPV)
Hepatitis B
(Booster)
5
II
III
II
III
IV
II
12
18
Tahun
10 12
III
Campak
Non-PPI / Dianjurkan
Vaksin
Hepatitis A
HiB
Typhim
MMR
Varicela
Pneumokokus
Usia
-
Kesan: Riwayat Imunisasi dasar lengkap, tidak melakukan booster. Imunisasi non-PPI
belum dilakukan
RIWAYAT MAKANAN
Sejak lahir sampai 3 bulan, pasien memperoleh ASI. Setelah itu diganti dengan susu formula.
Sehari hari pasien susah makan, dan tidak suka sayuran
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu 18 juni 2014, pukul 13.00 di bangsal perawatan anak
RSSM dengan hasil sebagai berikut :
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
: Suhu = 37,9 oC
HR
RR
=20 x / menit
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala :
Normocephal, tidak dijumpai adanya benjolan, rambut hitam terdistribusi merata, dan tidak
mudah patah dan tidak mudah dicabut.
Mata :
Bentuk bola mata normal, kedudukan bola mata simetris, mata tidak cekung, konjungtiva anemis
(-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3mm, reflex cahaya (+/+).
Hidung :
Bentuk normal, tidak ada secret.
Mulut :
Bentuk normal, mukosa bibir dan mulut tidak kering dan tidak sianosis, tonsil T1-T1 tenang, dan
faring tidak hiperemis
Telinga :
Bentuk normal, secret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik Aurikuler (-/-)
Leher :
Bentuk normal, KGB servikal tidak teraba membesar
Thorax :
Paru
Inspeksi
: Bentuk dan gerak simetris saat statis dan dinamis, tidak ada
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
: Supel, turgor kulit baik, hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), lien
Abdomen
tidak teraba
Perkusi
Auskultasi
Genitalia Eksterna :
Tidak dilakukan
Ekstermitas :
Akral hangat, tidak ada sianosis pada ujung jari-jari tangan dan kaki, CRT > 2 detik
Kulit :
Sawo matang, sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), turgor kulit normal, uji Tourniquet (+)
Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran : Compos Mentis ( GCS = 15 )
Tanda Rangsang Meningeal :
Kaku Kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
8
Brudzinsky II : (-)
Brudzinsky III : (-)
Brudzinsky IV: (-)
Laseque
: (-)
Kernig
: (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 18 Juni 2014
Jenis Pemeriksaan
Hb
Leukosit
Hitung Jenis :
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Ht
Trombosit
LED
Eritrosit
Hasil
14,0 g/dL
4690 / uL
Nilai Normal
13,2 17,3 g/dL
3.800 10.600 / uL
0%
0%
0%
70 %
20 %
10 %
*39 vol %
*124.000 / uL
*21 mm/jam
*5.03 juta / uL
01%
24%
35%
50 70 %
25 40 %
28%
40 52 %
150.000 440.000 / uL
<15 mm/jam
4.00 5.00 juta/uL
Telah di periksa seorang anak laki - laki berusia 8 tahun 8 bulan dengan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, berat badan 23 Kg dengan keluhan demam
selama 1 hari sebelum masuk rumah sakit,tidak turun dengan obat penurun panas, tidak ada
kejang, tidak ada perdarahan spontan. Disertai batuk kering, tidak berhubungan dengan
perubahan cuaca, mual dan sakit kepala.Tidak terdapat nyeri perut. Dari pemeriksaan fisik
tanggal 18 Juni 2014, didapatkan :
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 100/60 mmHg
Frekuensi Nadi
: 180 x / menit
Suhu
: 37,9o C
Frekuensi Nafas
: 20 x / menit
Berat Badan
: 23 Kg
Palpasi abdomen
Kulit
39 vol%
(40-52 vol%)
Leukosit:
4690x106/ l
(3,8-10,6x106/l)
Trombosit:
124000/ l
(150-350x 103/ l)
DIAGNOSA KERJA
Dengue Hemoragic Fever
Dasar diagnosis :
-
Pemeriksaan penunjang
Lab : Trombositopenia (124000 / l)
10
DIAGNOSIS BANDING
Demam tifod
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
3. Banyak minum 1-2 L perhari
4. Periksa Hb, Ht, Trombosit tiap 6-12 jam
Medikamentosa
1. Koreksi cairan:
maintenance IVFD RL 2760/ hari
2. Praxion 120 mL 3x1 cth
Edukasi
1.
2.
PROGNOSA
11
Prognosis pada pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam) oleh karena
tidak terjadi dan tidak ada komplikasi yang berat sertakeadaan pasien membaik. Prognosis untuk
kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam) yangn a m p a k d a r i k e a d a a n u m u m ,
tanda
vital,
pemeriksaan
berkala
dari
Hb,
H t , trombosit menunjukkan
perbaikan dan stabil. Prognosis membaiknya faal tubuh (quo ad fungsionum) adalah
baik (ad bonam) karena tidak ada ancaman adanya sekuele ataupun kecacatan tubuh.Tetapi
dalam hal ini perlu diperhatikan juga sosial ekonomi, pendidikan,dan perilaku
kesehatan penderita. Walaupun setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit
kondisi penderita cukup baik, dengan sosial ekonomi dan pendidikanyang kurang dari orang
tuanya ditambah lingkungan rumah dengan sanitasi yang buruk sangat memungkinkan bagi
penderita untuk mengalami infeksi ulangan yang bahkan mungkin lebih berat daripada sekarang.
FOLLOW UP
Rabu, 18 Juni 2014 Selasa,
19
Pukul 14.00
2014 Pukul 11.00
Pukul 19.00
S = demam (+) ,mual S = demam (+), batuk S = demam (-), batuk
,pusing, dan batuk (+)
O = Suhu 37,9 C
BAK lancar
O = Suhu 37,7 C
O = Suhu 36 C
HR 180x/menit
RR 20x/menit
HR 84x/menit
HR 88x/menit
TD 100/60 mmHG
RR 24x/ menit
RR 30x/menit
Thoraks : n
TD 110/80 mmHG
TD 90/60mmHG
Abd : BU (+)
Paru : n
Paru : n
Abd
: BU (+)
Abd : BU (+)
BAK lancar
O = Suhu 36
O = Suhu 36C
O = Suhu 36 C
HR 80x/menit
HR 84x/menit
HR 88x/menit
RR 24x/menit
RR 24x/ menit
RR 30x/menit
TD 90/60mmHG
TD 100/70mmHG
TD 100/60mmHG
Thoraks : n
Paru : n
Paru : n
Abd : BU (+)
Abd
: BU (+)
Abd : BU (+)
Pemeriksaan penunjang
Rabu, 18 juni Kamis, 19 juni Jumat, 20 juni Sabtu, 21 juni Minggu,22
2014/ 10.30
2014/ 06.45
2014/ 06.27
Senin,
2014/ Juni
23
2014/ 06.30
juni
2014/
22.35
Hb 13.8
Hb 14.0
Hb 12.9
Hb 14.2
Hb 14.2
17.40
Hb 13.5
Ht 39
Ht 36
Ht 39
Ht 39
Ht 37
Ht 37
T 124.000
T 74.000
T 65.000
T 59.000
T 58.000
T 160.000
L 4.690
L 3.360
L 3.310
L 5.190
L 5.990
L 6.710
13
BAB I
Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan masalah kesehatan di Indonesia,
dimana seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DHF, sebab
baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk
maupun fasilitas umum diseluruh Indonesia. Walaupun angka kesakitan penyakit ini cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, sebaliknya angka kematian cenderung menurun, dimana pada
akhir tahun 60-an/awal tahun 70-an sebesar 41,3% menjadi berkisar
antara 3-5% pada saat sekarang.
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia.
Sedangkan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa Dengue Fever (DF) dan
Dengue Haemoragic Fever (DHF).
DHF merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan
bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan kematian.
Definisi
14
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi pada anak dan dewasa yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus, dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan sendi, uji turniket (+) dengan atau tampa ruam disertai beberapa atau
semua gejala perdarahan.
Epidemiologi
DBD pertama kali ditemukan di Filipina tahun 1953. Kemudian menyebar ke seluruh negara
tropis dan subtropis. Kini sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) punya risiko terserang virus
dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan wabah demam
dengue dan DBD. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue
Di Indonesia Kasus DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968. Kasusnya
makin lama makin meningkat dan menyebar ke seluruh pelosok Tanah Air. Dari 27 propinsi di
Indonesia tahun 1997,
dunia.Sedangkan pada tahun 1998, Sebanyak 65.968 orang menderita DBD dengan 1275
berakhir dengan kematian.
Studi epidemiologi di daerah tropis dan subtropik :
- Epidemi terjadi tiap 2-5 tahun
- Sebelum tahun 1997 kebanyakan menyerang usia < 15 tahun kini baik dewasa maupun
anak kasusnya seimbang.
- Meningkat pada musim hujan. Suhu dan turunnya hujan dapat mempengaruhi daya
tahan hidup, laju penularan, pola makan dan reproduksi nyamuk
Namun epidemiologi DBD dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi geografis dan
serotipe virusnya.
Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue ;
-
Cara penularan
Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk Ae. aegypti pada saat menghisap darah manusia yang
sedang terinfeksi virus dengue dalam keadaan viremia (2 hari sebelum panas sampai dengan 5
hari setelah demam). Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan terinfeksi sepanjang hidupnya dan siap
menularkan virus ke manusia yang rentan. Nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan
16
virus secara Transovarian (dari induk ke telur). Dalam 8-10 hari virus dengue berlipat ganda
dalam epitel usus tengah nyamuk lalu migrasi ke kelenjar ludah nyamuk (probosis) (extrinsic
incubation period) dan siap ditularkan ke manusia bila nyamuk betina tersebut menggigitnya.
Dalam tubuh manusia, masa tunas yang diperlukan virus antara 4-6 hari sebelum menimbulkan
penyakit. (Intrinsic Incubation Period).
PATOFOSIOLOGI DBD
Pada DBD dan DSS peningkatan akut permeabilitas vaskuler merupakan patofisiologi
primer.Hal ini akan mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus-kasus berat volume
plasma menurun lebih dari 20% meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia.
Lesi destruktif vaskuler yang nyata tidak terjadi.
Terdapat tiga faktor yang menyebabakan perubahan hemostasis pada DBD dan DSS yaitu:
perubahan vaskuler, trombositopenia dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita dengue
mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, serta koagulogram yang
abnormal.
Infeksi virus dengue mengakibatkan muncul respon imun humoral dan seluler, antara lain
anti netralisasi, anti hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah
IgG dan IgM, mulai muncul pada infeksi primer, dan pada infeksi sekunder kadarnya telah
meningkat.
Pada hari kelima demam dapat ditemukan antibodi dalam darah, meningkat pada minggu
pertama hingga minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari.pada infeksi primer antibodi
IgG meningkat pada hari ke-14 demam sedangkan pada infeksi sekunder kadar IgG meningkat
pada hari kedua. Karenanya diagnosis infeksi primer ditegakkan dengan mendeteksi antibodi
IgM setelah hari kelima sakit, sedangkan pada infeksi sekunder diagnosis dapat ditegakkan lebih
dini.
17
Pada infeksi primer antibodi netralisasi mengenali protein E dan monoclonal antibodi
terhadap NS1, Pre M dan NS3 dari virus dengue sehingga terjadi aktifitas netralisasi atau aktifasi
komplemen sehingga sel yang terinfeksi virus menjadi lisis. Proses ini melenyapkan banyak
virus dan penderita sembuh dengan memiliki kekebalan terhadap serotipe virus yang sama.
Apabila penderita terinfeksi kedua kalinya dengan virus dengue serotipe yang berbeda,
maka virus dengue tersebut akan berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh makrofag
atau monosit. Makrofag ini akan menampilkan Antigen Presenting Cell (APC). Antigen ini
membawa muatan polipeptida spesifik yang berasal dari Major Histocompatibility Complex
(MHC II).
Antigen yang bermuatan peptida MHC II akan berikatan dengan CD4+ (TH-1 dan TH-2)
dengan perantaraan T Cell Receptor (TCR) sebagai reaksi terhadap infeksi.Kemudian limfosit
TH-1 akan mengeluarkan substansi imunomodulator yaitu INF, IL-2, dan Colony Stimulating
Factor (CSF). IFN akan merangsang makrofag untuk mengeluarkan IL-1 dan TNF.Interleukin1 (IL-1) memiliki efek pada sel endotel, membentuk prostaglandin, dan merangsang ekspresi
intercelluler adhasion molecule 1 (ICAM 1).
Colony Stimulating Factor (CSF) akan merangsang neutrophil, oleh pengaruh ICAM 1
Neutrophil yang telah terangsang oleh CSF akan beradhesi dengan sel
endothel dan
mengeluarkan lisosim yang mambuat dinding endothel lisis dan endothel terbuka. Neutrophil
juga membawa superoksid yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitokondria dan siklus
GMPs, sehingga endothel menjadi nekrosis dan mengakibatkan terjadi gangguaan vaskuler.
Antigen yang bermuatan MHC I akan diekspresikan di permukaan virus sehingga dikenali
oleh limfosit T CD8+ yang bersifat sitolitik sehingga menhancurkan semua sel yang
mengandung virus dan akhirnya disekresikan IFN dan TNF.
PATOGENESIS
Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes menyerang organ RES seperti sel kupfer
di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum tulang serta paru-paru.
Dalam peredaran darah virus akan difagosit oleh monosit.
Setelah genom virus masuk ke dalam sel maka dengan bantuan organel-organel sel genom
virus akan memulai membentuk komponen-komponen strukturalnya.setelah berkembang biak di
dalam sitoplasma sel maka virus akan dilepaskan dari sel.
18
Diagnosis pasti dengan uji serologis pada infeksi virus dengue sulit dilakukan karena
semua flavivirus memiliki epitope pada selubung protein yang menghasilkan cross reaction
atau reaksi silang.
Infeksi oleh satu serotipe virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotipe
tersebut, tetapi tidak ada cross protektif terhadap serotipe virus yang lain.
Virion dari virus DEN ekstraseluler terdiri dari protein C (capsid), M (membran) dan E
(envelope). Virus intraseluler terdiri dari protein pre-membran atau pre-M.Glikoprotein E
merupakan epitope penting karena: mampu membangkitkan antibodi spesifik untuk proses
netralisasi, mempunyai aktifitas hemaglutinin, berperan dalam proses absorbsi pada permukaan
sel, (reseptor binding), mempunyai fungsi fisiologis antara lain untuk fusi membran dan
perakitan virion.
Secara in vitro antibodi terhadap virus DEN mempunyai 4 fungsi fisiologis: netralisasi
virus, sitolisis komplemen, Antibodi Dependent Cell-mediated Cytotoxicity (ADCC) dan
Antibodi Dependent Enhancement.
Secara invivo antibodi terhadap virus DEN berperan dalam 2 hal yaitu:
a.Antbodi netralisasi memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi infeksi virus.
b.
Antibodi
non netralising memiliki peran cross-reaktif dan dapat meningkatkan infeksi yang berperan
dalam patogenesis DBD dan DSS
Perubahan patofidiologis dalam DBD dan DSS dapat dijelaskan oleh 2 teori yaitu hipotesis
infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hipotesis antibody dependent
enhancement (ADE). Teori infeksi sekunder menjelaskan bahwa apabila seseorang mendapatkan
infeksi primer dengan satu jenis virus, maka akan terdapat kekebalan terhadap infeksi virus jenis
tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Pada infeksi primer virus dengue antibodi yang terbentuk dapat menetralisir virus yang
sama (homologous). Namun jika orang tersebut mendapat infeksi sekunder dengan jenis virus
yang lain, maka virus tersebut tidak dapat dinetralisasi dan terjadi infeksi berat. Hal ini
disebabkan terbentuknya kompleks yang infeksius antara antibodi heterologous yang telah
dihasilkan dengan virus dengue yang berbeda.
Selanjutnya ikatan antara kompleks virus-antibodi (IgG) dengan reseptor Fc gama pada sel
akan menimbulkan peningkatan infeksi virus DEN. Kompleks
yang beredar dan antibodi tersebut akan bersifat opsonisasi dan internalisasi sehingga makrofag
akan mudah terinfeksi sehingga akan memproduksi IL-1, IL-6 dan TNF dan juga Platelet
Activating Factor
Selanjutnya dengan peranan TNF akan terjadi kebocoran dinding pembuluh darah,
merembesnya plasma ke jaringan tubuh karena endothel yang rusak, hal ini dapat berakhir
dengan syok.
Proses ini juga menyertakan komplemen yang bersifat vasoaktif dan prokoagulan sehingga
menimbulkan kebosoranplasma dan perdarahan yang dapat mengakibatkan syok hipovolemik.
Pada bayi dan anak-anak berusia dibawah 2 tahun yang lahir dari ibu dengan riwayat
pernah terinfeksi virus DEN, maka dalam tubuh anak tersebut telah terjadi Non Neutralizing
Antibodies sehingga sudah terjadi proses Enhancing yang akan memacu makrofag sehingga
mengeluarkan IL-6 dan TNF juga PAF. Bahan-bahan mediator tersebut akan mempengaruhi
sel-sel endotel pembuluh darah dan sistem hemostatik yang akan mengakibatkan kebocoran
plasma dan perdarahan.
Pada teori kedua (ADE) , terdapat 3 hal yang berkontribusi terhadap terjadinya DBD dan
DSS yaitu antibodies enhance infection, T-cells enhance infection, serta limfosit T dan monosit.
Teori ini menyatakan bahwa jika terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka
antibodi tersebut dapat mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi yang terdapat
dalam tubuh tidak dapat menetralisir penyakit, maka justru dapat menimbulkan penyakit yang
berat.
Disamping kedua teori tersebut, masih ada teori-teori lain yang berusaha menjelaskan
patofisiolog DBD, diantarnya adalah teori virus yang mendasarkan pada perbedaan keempat
serotipe virus Dengue yang ditemukan berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya.
Sedangkan teori antigen-antibodi mendasarkan pada kenyataan bahwa terjadi penurunan aktifitas
sistem komplemen yang ditandai dengan penurunan C3, C4, dan C5. teori juga didukung dengan
adanya pengaruh kompleks imun pada penderita DBD terhadap aktifitas komponen sistem imun.
Pada infeksi fase akut terjadi penurunan populasi limfosit CD2+, CD4+, dan CD8+.
Demikian pula juga didapati penurunan respon prroliferatif dari sel-sel mononuklear. Di dalam
plasma pasien DBD/DSS terjadi peningkatan konsentrasi IFN-, TNF- dan IL-10. peningkatan
TNF- berhubungan dengan manifestasi perdarahan sedangkan IL-10 berhubungan dengan
penurunan trombosit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi penekanan jumlah dan fungsi
20
limfosit T, sedangkan sitokin proinflamasi TNF- berperan penting dalam keparahan dan
patogenesis DBD/DSS, dan meningkatnya IL-10 akan menurunkan fungsi limfosit T dan
trombosit.
Infeksi virus dengue akan mempengaruhi sistem imun tubuh berupa perubahan rasio
CD4/CD8, overproduksi dari sitokin dan dapat menginfeksi sel-sel endothel dan hepatosit yang
akan menyebabkan terjadinya apoptosis dan disfungsi dari sel-sel tersebut. Demikian pula sistem
koagulasi dan fibrinolisis yang ikut teraktivasi. Kerusakan trombosit akibat dari reaksi silang
otoantibodi anti-trombosit, karena overproduksi IL-6 yang berperan besar dalam terbentuknya
antibodi anti-trombosit dan anti-sel endotel, serta meningkatnya level dari tPA dan defisiensi
koagulasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebocoran plasma pada DBD/DSS merupakan akibat dari
proses kompleks yang melibatkan aktivasi komplemen, induksi kemokin dan kematian sel
apoptosis.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis virus dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan tubuh dan virulensi
virus itu sendiri.
Mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam
Fever), Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan Sindrom syok Dengue (SSD).
1. Demam Dengue
Pada demam dengue (DD) dapat dijumpai keadaan-keadaan berikut :
- Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat Bifasik
- Muka kemerahan (Flushing Face)
- Nyeri seluruh tubuh ; nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila digerakkan, nyeri
otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut
- Mual, muntah-muntah, tidak nafsu makan
- Timbul ruam merah halus sampai petekie
- Laboratorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia
Namun demam dengue yang disertai perdarahan harus dibedakan dengan DBD. Pada penderita
demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma dan sebaliknya.
21
II
III
perdarahan lain
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam,
tekanan nadi menurun <20 mmHg, hipotensi,sianosis sekitar
IV
22
23
Laboratorium
1. Laboratorium
- Trombositopenia ( trombosit <100.000/l )
- Hematokrit meningkat >20%
- Hipoproteinemia, penurunan kadar fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor
XII,
Penatalaksanaaan
Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. pasien dianjurkan:
- Tirah baring selama masa demam
- Pemberian antipiretik paracetamol untuk menurunkan panas
- Pemberian cairan dan elektrolit per oral seperti jus buah, sirup, dan susu
di samping air putih
- Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen
saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan
Demam Berdarah Dengue
a) Demam dapat di atasi dengan kompres air dingin antipiretik parasetamol 3x sehari
pemberian cairan per oral, periksa kadar Hematokrit berkala
b) Penggantian volume plasma
Indikasi pemberian cairan intravena :
- Pasien terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi
- Hematokrit semakin meningkat
Jenis cairan (rekomendasi WHO 1997)
24
1) Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL)
- Larutan Ringer Asetat
- Larutan Nacl 0,9% (garam faali)
- Dextrosa 5% dalam RL (D5/RL)
- Dextrosa 5% dalam RA (D5/RA)
- Dextrosa 5% dalam larutan Nacl 0.9% (D5/ LGF) (catatan : untuk resusitasi
syok digunakan RL/RA, tidak boleh Larutan yang mengandung dextrosa)
2) Koloid
- Dextran 40
- Plasma
- Albumin
Protokol 1 : Tersangka DBD
Pasien pulang bila : Hb,Ht normal, trombosit >100.000 /l dalam 24 jam. Dengan catatan
kontrol kembali bila keadaan malin buruk. Bila masih meragukan, observasi dan berikan infus
kristaloid 500 cc per 4 jam, ulang Hb, Ht, trombosit.
Pasien di rawat bila Hb, Ht normal tapi trombosit < 100.000/ l. Atau Hb, Ht tetap/meningkat
dengan trombosit normal/ menurun. Monitor vital serta jumlah urin tiap 4 jam.
Protokol 2 DBD : tanpa perdarahan masif dan syok
Berikan infus larutan kristaloid 4 jam/ kolf. Bila Hb,Ht normal dan trombosit > 100.000
-150.000 maka cukup monitor lagi tiap 24 jam. Tapi bila Hb, Ht meningkat periksa ulang tiap 12
jam. Setelah 24 jam bila Hb, Ht, dan trombosit :
-
Normal/ meningkat trombosit >100.000, ulang periksa tiap 12 jam selama 24 jam.
Bila normal dan stabil, boleh pulang
Klinis memburuk, menunjukkan tanda syok, terapi di sesuaikan seperti pada syok
Pasien pulang bila : tidak demam, hemodinamik baik. Kontrol poliklinik 24 jam kemudian
sambil periksa darah perifer lengkap. Bila keadaan memburuk harus segera kembali dirawat
25
lengkap, dan homeostasis tiap 4-6 jam. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi.
Fresh rozen plasma (FFP) diberikan bila terdapat defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan
PTT memanjang). Packed Red Cells (PRC) diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g%. transfusi
trombosit diberikan pada DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit <
100.000.
Protokol 4 : DBD dengan syok dan perdarahan spontan.
Fase awal segera berikan infus larutan kristaloid terutama RL 20 ml/kgBB/jam. Berikan
O2 2-4 lt/mnt periksa elektrolit dan ureum, kreatinin. Evaluasi selama 30-120 menit. Syok
dikatakan teratasi bila keadaan umum membaik, keadaan Sistim Saraf Pusat baik, sistol di atas
100 mmhg dengan tekanan nadi > 20 mmHg. Nadi kurang dari 100X/menit dengan volume yang
cukup. Akral hangat, tidak pucat serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam. Bila syok telah teratasi infus
dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam lanjut evaluasi 60-120 menit berikut. Bila klinis menjadi
stabil kurangi lagi menjadi 4 jam/kolf. Selama ini periksa ulang Hb, Ht, trombosit, serta elektrolit
tiap 4-6 jam. Bila hemodinamik masih belum stabil dengan Ht >30% anjuran kombinasi
kristaloid dan koloid dengan perbandingan 3-4: 1 namun bila Ht <30% berikan transfusi darah
merah. Bila syok dari awal tidak teratasi langsung berikan lar koloid 10-20 ml/kgBB/jam
maksimal 1500 ml/24 jam. Bila Ht<30% segera transfusi darah merah.
Bila syok masih juga belum teratasi berikan obat-obatan vasopresor seperti dopamin,
dobutamin atau epinefrin. Periksa homeostasis di ulang bila masih ada perdarahan. Berikan juga
obat- obatan sesuai gejala yang ada. (terapi simtomatik)
Protokol 5 : DBD dengan syok tanpa perdarahan
Pada dasarnya sama prinsipnya seperti protokol 4 hanya saja pemeriksaan klinis dan
laboratorium dilakukan seteliti mungkin untuk menentukan kemungkinan perdarahan
tersembunyi disertai KID, maka heparin dapat diberikan. Bila tidak didapatkan tanda- tanda
perdarahan, walau hasil pemeriksaan homeostasis menunjukkan KID maka heparin tidak
diberikan, kecuali bila ada perkembangan ke arah perdarahan.
26
Hematokrit stabil
Komplikasi
Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya. Komplikasi pada bayi
dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang
demam. Pada usia 1 4 tahun wajib diwaspadai ensefalopati dengue karena merupakan golongan
usia tersering terjadinya kejang demam. Kegagalan dalam melakukan tatalaksana komplikasi ini,
dapat memberikan jalan menuju DSS (Dengue Shock Syndome) dengan tanda kegagalan
sirkulasi, hipotensi dan syok
Upaya Pencegahan
1.
2. Pemberantasan secara hayati dengan menggunakan agen hayati : ikan cupang, larva
ikan nila
3. Pemberantasan secara fisika (Gerakan 3M) :
- Menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali, dan
menaburkan bubuk Abate ke dalamnya
- Menutup rapat tempat-tempat penempungan air
- Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
27
BAB II
Analisa Kasus Dengue Hemoragic Fever
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
ditandai dengan manifestasi klinis utama yaitu demam tinggi 2-7 hari, perdarahan, sering
ditandai dengan hepatomegali dan pada kasus berat ada tanda tanda kegagalan sirkulasi dan
pada pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopenia (100.000 ul) dan peningkatan
hematokrit >20%. Gagal sirkulasi pada pasien DBD akibat peningkatan permeabilitas kapiler
darah dan penurunan volume plasma dikarenakan kebocoran plasma (leakage) dari intravascular
ker interstitial. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrom (DSS) dan dapat menjadi fatal yaitu
kematian.
Pada kasus ini pasien anak laki laki usia 8 tahun 8 bulan ini datang dengan keluhan panas
tinggi mendadak dua hari dan perdarahan spontan disangkal,tidak turun dengan obat penurun
panas sebelum masuk ke Rumah Sakit. BAK dan BAB baik. Disertai batuk dan sakit kepala.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum
Kesadaran
BB
: 23 Kg
Suhu
: 37.9 C
Nadi
: 180 x/menit
RR
: 20 x/menit
TD
: 100/60 mmHg
Klinis
-
Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
Laboratorium
- Trombositopenia (trombosit < 100.000/l)
- Hemokonsentrasi ; peningkatan hematokrit >20%
Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis + dua kriteria laboratoris. Efusi pleura dan atau
hipoalbuminemia memperkuat diagnosis.
Menurut WHO 1997, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :.
I
II
III
perdarahan lain
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam,
tekanan nadi menurun <20 mmHg, hipotensi,sianosis sekitar
IV
diukur
Pada kasus ini, pasien telah memenuhi kriteria WHO yaitu adanya demam tinggi mendadak
selama 2 hari, uji turniket (+), dan ditemukannya trombositopenia serta peningkatan hematokrit.
Dan berdasarkan pembagian derajat menurut WHO, pada kasus ini termasuk derajat I karena
satu- satunya manifestasi perdarahan ialah uji turniket (+)
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebgai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat dari perdarahan. Pemberian
terapi pasien ini berdasarkan terapi DEPKES untuk criteria DHF grade I yaitu pemberian cairan
infus 5-7 cc/kgBB/jam, jadi pada pasien ini diberikan cairan RL sebanyak 2760 cc/ hari. Pada
kasus pasien ini, pasien mendapatkan terapi :
Pada tanggal 19 juni intervensi tetap dilanjutkan. Didapatkan gejala tambahan pusing dan
batuk. Suhu 37,7 C, RR 24x/menit, HR 84x/menit. Didapatkan penurunan Hb dari 14.0
menjadi 12.9, Ht dari 39 menjadi 36, trombosit trun dari 124.000 menjadi 74.000, dan
leukosit 4.690 menjadi 3.360
Pada tanggal 20 Juni didapatkan TD 90/60 mmHg, RR 30x/menit, HR 88x/ menit dan
suhu 36 C. Hb naik dari 12.9 mejadi 14.2, Ht naik dari 36 % menjadi 39 %, trombosit
turun dari 65.000 menjadi 59.000, leukosit turun dari 3.360 menjadi 3.310.
Pada tanggal 21 Juni keadaan umum pasien baik, sudah tidak panas dan tidak ada
keluhan tambahan. Suhu 36 C , HR 80x/ menit, RR 24x/menit, TD 90/60 mmHg. Hb
tetap, Hb tetap, trombosit turun dari 65.000 menjadi 59.000, leukosit naik dari 3.310
menjadi 5.190.
30
Daftar Pustaka
1) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I FKUI edisi III. Jakarta, 1996.
2) Harrisons Principles of Internal Medicine 14 th edition volume 2. International edition.
USA,1998.
3) Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan. Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, edisi 2 tahun 2001.
4) Demam Berdarah Dengue. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. World
Heatlh Organization. Jakarta : EGC,1999.
5) Infeksi Tropik-Demam Berdarah Dengue. www.infeksi.com.
7) Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Ilmu Infeksi & Pediatri Tropis. IDAI. Jakarta.
31