Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera
karena salah satu sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan lalu lintas,
industri, olahraga, dan rumah tangga. Di Indonesia kematian akibat
kecelakaan lalu lintas 12.000 orrang per tahun (Chairudin, 1998). Taruma
yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-masalah sebagai berikut.
1. Biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi setelah mengalami trauma.
2. Resiko kematian yang tinggi.
3. Prodiktivitas menurun akibat banyak kehilangna waktu bekerja.
4. Kecatatan sementara dan permanen.
Di masyarakat, seorang perawa/Ners perlu mengetahui perawatan klien
trauma muskuloskletal yang mungkin dijumpai, baik dijalan maupun selama
melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu
mengetahui dasar-dasar penanggulan suatu trauma yang menimbulkan
masalah pada sistem muskuloskletal dengan melakukan penanggulangan awal
dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih
besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cedera muskuloskeletal ?
2. Apa saja macam-macam cedera muskuloskeletal ?
3. Apa yang dimaksud dengan kompres dingin pada cedera muskuloskeletal ?
4. Bagaimana prosedur pelaksanaan terapi kompres dingin ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan kompresi dingin
(Es) pada pasien cedera muskuloskeletal
2. Tujuan khusus
1

a.
b.
c.
d.

Untuk mengetahui maksud cedera muskuloskeletal


Untuk mengetahiu macam-macam cedera muskuloskeletal
Untuk mengetahui pengertian kompresi dingin
Untuk mengetahui manfaat kompresi dingin pada cedera

muskuloskeletal
e. Unutuk mengetahui prosedur kompresi dingin pada cedera
muskuloskeletal
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penyusun
Makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran dan dapat
meningkatkan

keterampilan

dalam

penulisan

bahasa

yang

di

tuangkannnya, makalah ini dapat di perbaikan penulisan makalah


2.

selanjutnya oleh penyusun.


Bagi Pembaca
sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang trauma cedera

muskuloskeletal.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil makalah ini sebagai referensi untuk pembelajaran khususnya
pada mata kuliah sistem muskuloskeletal dan mahasiswa dapat memahami
analisis jurnal, dasar-dasar dalam pnelitian jurnal.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Trauma Muskuloskeletal


Trauma merupakan suatu cedera atau rupadaksa yang dapat mencederai
fisik maupun psikis. Trauma jaringan lunak muskuloskeletal dapat berupa
vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robekan parsial
(sprain), putus atau robekan (evulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah
dan gangguan saraf.

Trauma muskuloskeletal bermacam-macam, dari tekanan ringan pada


otot sampai fraktur dengan kerusakan jaringan. Kejadian fraktur cukup tinggi
di masyarakat yang bisa terjadi di rumah, tempat kerrja, kecelakaan lalu lintas
atau ketika berolahraga (sobiston & david C, 2003).
Salah satu masalah yang sering berhubungan dengan pasien, dengan
masalah ortopedi adalah kemandirian pasien post operasi fraktur. Pasien
tersebut mengalami keterbatasan dalam meakukan aktifitas sehari-hari,
berhubungan menurunnya kekuatan otot, adanya keterbatasan gerak.
B. Macam-macam Trauma
1. Fraktur
Cedera skelet yang paling signifikan dapat terjadi disebut fraktur.
Selain berakibat ke jaringan tulang, cedera dapat terjadi disekitar jaringan
lunak, pembuluh darah, dan saraf. Resiko komplikasi yang signifikan,
seperti infeksi yang sering dikaitkan dengan fraktur yang meliputi cedera
jaringan lunak mayor.
a. Fraktur Tertutup (Simple Fracture)
Fraktur tertututp adalah keadaan patah tulang tanpa disertai
hilangnya integritas kulit. Fraktur tertutup dapat menjadi salah satu
pencetus terjadinya perdarahan internal kompartemen jaringan dan
dapat menyebabkan kehilangandarah sekitar 500 cc tiap fraktur. Setiap
sisi patahan memiliki potensi untuk menyebabkan kehilangan darah
dalam jumlah besar akibat laserasi pembuluh darah di dekat sisi
patahan.Fraktur tertutup biasanya disertai dengan pembengkakan dan
hematom.Strain dan sprain mungkin akan memberikan gejala seperti
fraktur tertutup. Dankarena diagnosis pasti terjadinya fraktur hanya
dapat

dilakukan

dengan pemeriksaan

radiologi,

maka

berilah

penanganan strain dan sprain seperti penanganan tehadap fraktur


tertutup.
b. Fraktur Terbuka (Compound Fracture)
Fraktur terbuka adalah keadaan patah tulang yang disertai
gangguan integritas kulit. Hal ini biasanya disebabkan oleh ujung
tulang yang menembuskulit atau akibat laserasi kulit yang terkena
benda-benda dari luar pada saatcedera.
2. Sprain (keseleo)

Merupakan cedera pada sendi yang sering terjadi. Pada keadaan


tersebut, ligamen dan jaringan lain rusak karena peregangan atau puntiran
yang keras. Usaha untuk menggerakkan atau menggunakan sendi
meningkatkan rasa nyeri. Lokasi yang sering mengalami keseleo meliputi
pergelangan kaki, pergelangan tangan atau lutut.
Tanda dan gejala
- Derajat I
peregangan atau robekan kecil pada ligament, pembengkakan dan
hemoragi minima, nyeri tekan lokal, tidak ada gerakan sendi abnormal
- Derajat II
Robekan parsial ligament, nyeri, gerakan sendi abnormal
- Derajat III
Ligament terputus komplet, sendi secara nyata mengalami
deformasi, nyeri tekan dan bengkak, sendi tidak dapat menopang
beban, gerakan sendi sangat abnormal.

3. Strain (peregangan)
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot terlalu
meregang atau robek, otot punggung sering mengalami strain bila
seseorang mengangkat benda berat.
Tanda dan gejala
- Derajat I
Peregangan ringan, robekan minor, nyeri lokal, nyeri tekan,
bengkak, spasme otot ringan
- Derajat II
Peregangan sedang-peningkatan jumlah serat yang robek, nyeri
lokal, nyeri tekan,bengkak, dislokasi dan ketidakmampuan untuk
menggunakan tungkai untuk periode lama.
- Derjat III
Peregangan hebat-pemisahan komplet otot dari otot, otot dari
tendon, atau tendon dari tulang, nyeri lokal, nyeri tekan, bengkak dan
pucat.
4. Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka:
Abrasi: lama lain abarsi adalah goresan (scrape) lapisan atas kulit
terkelupas dengan sedikit kehilangan darah

Laserasi: kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka ini

biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa.


Insisi : potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau atau teriris
kertas
Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau
peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ-organ internal.
Resiko infeksi tinggi. Benda yang menyebabkan cedera tersebut dapat
tetap tertanam dalam luka.
Avulse : potongan kulit yang robek lepas dan menggantung pada tubuh.

Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh


C. Etiologi Trauma Muskuloskeletal
1. Cedera langsung
Berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga patah secara
spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diaatasnya.
2. Cedera tidak langsung
Berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur.
D. Penatalaksanaan
Tujuan tindakan penanggulangan cedera muskuloskeletal menurut definisi
orthopedic adalah unutk mencapai rehabilitasi secara maksimum dan untuh
dengan cara medic, bedah dan modalitas lain untuk mencapai tujuan terapi.
Ada 4 hal yang harus diperhatikan :
Recognition
Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi
sebagai akibat cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya. Dengan
mengenali gejala dan tanda pada penggunaan fungsi jaringan yang terkena
cedera.
Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan
kerusakan tulang disertai jaringan lunak sekitarnya.
Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan
tidak langsung. Pada umumya trauma tumpul akan memberikan
kememaran yang difus pada jaringan lunak termasuk ganggguan
neurovaskuler yang menentukan vitalitas ekstremitas bagian distal dari
bagian yang cedera.
Reduction atau reposisi
5

Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau


fragmen tulang pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna
mengembalikan kepada bentuk semula sebaik mungkin agar fungsi dapat
kembali semaksimal mungkin.
- ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
fiksasi
internal
dengan
pembedahan

terbuka

akan

mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan dengan


memasukan paku, sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk
memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.
- OREF (Open Reduction External Fixation)
Retaining
tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk mempertahankan hasil
reposisi dan memberi istirahat pada spasme otot pada bagian yang sakit
agar mencapai penyembuhan dengan baik. Imobilisasi yang tidak adekuat
dapat memberikan dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi.
Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak
yang cedera untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai
rehabilitasi adalah tindakan setelah tindakan kuratif dalam mengatasi
kendala kecacatan. Rehabilitasi menekan upaya pada fungsi dan akan lebih
berhasil dilaksanakan sedini mungkin
E. Definisi Kompres Dingin
Kompres dingin merupakan metode yang menggunakan cairan atau alat
kompres yang dapat menimbulkan sensasi dingin pada bagaian tubuh yang
terasa bermasalah (Asmadi, 2008, hlm.159). tujuan dari kompres dingin, yaitu
mengurangi rasa sakit pada suatu tempat tertentu.
Dalam bidang keperawatan kompres dingin banyak digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri. Pada aplikasi digin memberikan efek fisiologis yakni
menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran darah dan mengurangi
edema, mengurangi rasa nyeri lokal (Tamsuri, 2007).
F. Manfaat Kompres dingin
Kompres dingin digunakan unutk mengurangi nyeri, peradangan,
mencegah edema, menurunkan suhu tubuh dan mengontrol pendarahan
dengan meningkatkan vasokontriksi. Kompres dingin tidak boleh digunakan

pada area yang sudah terjadi edema, karena efek vasokontriksi menurunkan
reabsorbsi cairan. Kompres dingin tidak boleh diteruskan apabila nyeri
semakin bertambah atau edema meningkat atau terjadi kemerah-merahan
berat pada kulit. Unutk mencapai hasil yang maksimal maka kompres dingin
dipasang di tempat selama 20 menit kemudian diambil, dan beri kesempatan
jaringan unuttk hangat kembali.
G. Efek Fisiologis kompres dingin
Menurut Stevens (2000) dalam Khodijah (2011), pemberian unsur
dingin pada tempat tertentu membawa akibat penyempitan pada pembuluhpembuluh darah. Dengan cara ini terjadi pengentalan darah, dan ini dapat
menghalangi atau memebatasi penyebaran darah keluar dari pembuluh darah
bila terjadi suatu bekuan. Maka pemberian unsur dingin ini harus dilakukan
berulang-ulang.
Menurut pendapat novita (2010), respon kulit pada aplikasi kompresi
dingin 5-12 menit anastesi relatif kulit. Pada umumnya dingin lebih mudah
menembus jaringan dibandingkan dengan panas. Ketika otot sudah
mengalami penurunan suhu akibat aplikasi dingin dingin, efek dingin dapat
bertahan lebh lama dibanding dengan panas karena adanya lemak subkutan
yang bertindak sebagai insulator. Di sisi lain lemak subkutan merupakan
barrier utama energi dingin uuntuk menembus otot.
Secara fisiologis, pada 10-15 menit pertama setelah pemberian aplikasi
dingin terjadi vasokontriksi pada pembuluh darah. Vasokontriksi ini
disebabkan oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi
sistem saraf otonom dan pelepasan epinephrine dan neorepinephrine (novita,
2010).
Kompres

dingin

akan

menimbulkan

efek

analgetik

dengan

memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang


mencapai otak lebih sedikit. Mekanisme lain yang mungkin bekerja bahwa
persepsi dingin menjadi dominan dan mengurangi persepsi nyeri (price &
wilson, 2006).
H. Indikasi dan kontraindikasi kompres dingin

Menurut Tamsuri (2007) dalam khodijah (2011), penggunaan kompres


dingin diindikasikan pada:
1. Trauma 12-24 jam pertama
2. Fraktur
3. Perdarahan
4. Arthritis rheumatoid
5. Pruritus
6. Edema
7. Sakit kepala
Penggunaan kompres dingin dikontraindikasikan pada:
1. Alergi dingin
2. Trauma yang lama (lebih dari 48 jam)
I. Alat dan bahan
1. Kantong kompres dingin
2. Es batu
3. Perban
4. Termometer
5. Handuk
6. Kain penyerap air
J. Prosedur kompres dingin
Menurut tamsuri (2007) dalam khodijah (2011)
1. Cuci tangan
Responden dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama
intervensi, bisa berbaring dan duduk dan jaga privasi pasien.
2. Siapkan Es batu, bilas sebentar dalam air untuk menghilangkan kotoran.
3. Masukkan Es ke dalam kantong kompres, sebelumnya periksa ketepatan
temperature es yang diukur dengan menggunakan termometer dalam
rentang suhu antara 12 derajad celcius, hindari pengisian es batu yang
terlalu berat.
4. Keluarkan udara dari kantong kompres dengan cara meletakkan kantong
kompes di atas meja dengan posisi horizontal, tekan kantong sampai udara
keluar, lalu tutup kantong tersebut dengan kencang.
5. Uji adanya kebocoran, lap hingga kering dengan handuk
6. Perhatikan area yang akan diberi kompres dingin
7. Kantong es sama sekali tidak boleh diletakkan di atas kulit yang telanjang
(di atas kulit harus di kasih alas kain), kompreskan kantong es ke bagian
yang sakit dengan membalut kantong es dengan kain katun atau kain flanel
8. Periksa area kulit setiap kali pengompresan.
9. Jika tidak ada efek samping yang terjadi, angkat kontong es setelah 5-10
menit, perhatikan kondisi area tersebut

10. Setelah prosedur dilakukan bereskan semua alat, bantu pasien untuk

posisi yang nyaman


11. Cuci tangan kembali, melaporkan penyelesaian prosedur penelitian.
Teknik ini berkaitan dengan teori gate control dimana stimulasi
kulit berupa kompres dingin dapat mengaktivasi transmisi serabut saraf
sensorik A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Hal ini menutup
gerbang sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dengan
diameter yang kecil (Melzack & Wall, 1965, dalam Potter & Perry, 2010,
hlm. 248).

BAB III
ANALISIS JURNAL

A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Cold and compression in the management of musculoskeletal
injuries and orthopedic operative procedures
Peneliti

: Jon E Block, PhD.,Incorporated, San Francisco,CA, USA

Sumber

: open accsess journal of sports medicine

B. Pengantar Kompres dingin

Penggunaan kantong es yang dihancurkan atau kemasan gel dingin


diamankan ke berbagai situs anatomi dengan perban atau membungkus elastis.
Kompresi statis secara rutin diterapkan segera setelah muskuloskeletal akut
cedera (misalnya, keseleo pergelangan kaki, tarik otot) atau sebagai profilaksis
unutk olahraga yang bermasalah pada ortopedi kronis (misalnya, tenis siku).
Secara langsung kompresi dingin menangani pembengkakan, peradangan dan
rasa sakit yang trekait dengan cedera tersebut, modilitas ini telah diperpanjang
untuk pengelolaan pasca-operasi dari berbagai prosedur.
C. Alasan untuk terapi kompres dingin
Terapi es dingin untuk menekan tingkat metabolisme dari jaringan
lunak yang berkembang disekitarnya. Penurunan metabolisme jaringan
berhubungan dengan penurunan enzimatik aktivitas, mencegah kerusakan
jaringan yang disebabkan oleh hipoksia. Hipotermia lokal dapat menginduksi
vasokontriksi dan menurunkan mikrosirkulasi oleh lebih dari 60%, efek yang
dapat bertahan selama 30 m3nit setelah penghentian cooling. 11-13
coldinduced vasokontriksi mengurangi ekstravarsia darah ke dalam jaringan
disekitarnya, peradangan lokal dan edema merupakan perbaikan dari rasa
sakit yang terkait dengan aplikasi dari dingin ke jaringan ini sebagian
mengurangi ppembentukan edema serta berkurangnya motorik dan sensorik
konduksi saraf.
D. Sumber Data
Artikel yang diterbitkan dalam jurnal berbahasa inggris yang
berkaitan dengan peran dari terapi kompresi dingin, manajemen cedera
muskuloskeletal dan operasi ortopedi prosedur diidentifikasi dengan
menggunakan metode pencarian online dengan menggunakan kata-kata kunci
berikut: cryotherapy, ditambahi dengan kompresi dingin, dan es.
Deskriptor seperti cedera, edema, nyeri dan artoplasti. Artikel yang
termasuk dalam hal ini tinjauan pustaka jika bagian metode menunjukkan
bahwa setidaknya satu pengobatan secara acak terdiri dari cryotherapy
dikombinasikan dengan kompresi. Modalitas pengobatan bisa dengam
perangkat kompresi dingin (es) dihancurkan dengan dibungkus perban elastis.
Dari 33 artikel potensial diprioritaskan , identifikasi 21 yang memenuhi
kriteria termasuk dua artikel pada keseleo pergelangan kaki, 20.21, delapan
10

perbaikan lutut ligamen, 8,10,22-27. Tujuh pada lutut total artoplasti, 2,28-33
dan empat pada prosedur lain-lain termasuk pergelangan kaki fractur 34,35
dan bahu surgery 36,37.
E. Perpaduan secara sintesis
1. Keseleo pergelangan kaki
Pasien dengan cedera kaki akut diberi kompres dingin secara
berturut-turut dengan aplikasi 30 menit tunggal cryotherapy. Penilaian ini
dilakukan selama 7 hari pasca-cedera.
Menurut wilkerson dan horn-kingery melakukan penelitian kecil
dari 34 pasien (18%perempuan, usia rata-rata: 20,4 1,8 tahun untuk
semua perbandingan). Pada nyeri pasca-operasi Terdapat kecenderungan
umum yang skor lebih rendah antara pasien kompresi dingin secara
langsung dengan kompresi dingin setelah pasca-operasi 3 bulan.
Menurut brandsson et al 50 pasien berturut-turut (19 dari 50 [38%]
perempuan, usia rata-rata: 26 tahun) memberikan kompresi dingin pada
nyeri selama 48 jam pasca-operasi lebih rendah daripada kelompok
dengan menggunakan perangkat cryocuff dibandingkan dengan kelompok
plasebo.
Menuurut konrath et al27 dievaluasi 100 pasien berturut-turut
dijadwalkan untuk rekonstruksi arthoscopic ACL, perawatan 500 pad
perangkat (Breg inc, vista, CA, USA) dengan 40 sampai 50 F (n= 27)
dengan menggunakan obat, resimen perangkat yang sama ditetapkan pada
70 sampai 80 F (n=23) dengan menggunakan es yang sudah hancur
dalam kantong es. Suhu yang digunakan penelitian ini secara signifikan
lebih rendah. Semua data dalam penelitian tersebut dikumpulkan, namun
tidak ada perbedaan sama sekali antara penggunaan obat nyeri dengan
output drainase.
Menurut edwards et aAL26 melaporkan hasil penelitian serup
dengan konrath dan coworkers. Dengan 71 pasien menjalani operasi ACL
secara acak dengan menggunakan tiga perawatan yaitu: CryoCuff
perangkat (8 dari 26 [31%] perempuan, usia: 29 tahun), CryoCruff
perangkat set pada suhu kamr (4 dari 21 [19%] perempuan, usia rat-rata:
26 tahun), atau tanpa pengobatan (9 dari 24 [38%] perempuan, usia rata-

11

rata: 28 tahun). Tidak ada yang signifikan atau perbedaan yang ditemukan
48 jam pasca-bedah dengan penggunaan obat. Secara signifikan lebh
rendah unutk 41 F pasien dengan terapi dingin daripada kontrol (52 vs 98
mL, P, 0,01), tetapi tidak di antara 51 F .
2. Memperbaiki ligamen lutut
Penelitian lain yang dilakukan oleh cohn et al24 mengevaluasi 54
pasien berturut-turut dari 26 (9 dari 26 [35%] perempuan,usia rata-rata: 23
tahun) pengobatan dengan 50 F melakukan kompresi dingin bersamaan
secara ringan dan terus-menerus di lutut selama 4 hari, dan 28 pasien (13
dari [46%] perempuan usia rata-rata: 25 tahun) menerima perawatan yang
terdiri dari kantong es diterapkan kelutut diruang pemulihan. Pasien yang
diobati dengan kompresi dingin dapat mengurangi 53% obat suntik
meperidine dan 67% mengurangi hydroxyzine dibandingkan dengan
pasien yang kontrol. Reaksi kompres dingin 1,2 hari sedangkan unutuk
pengobatan 3,5 hari. (P, 0,01 unutk kedua perbandingan).
Dalam penelitian schroder dan passler mengevaluasi 44 psien yang
menjalani rekontruksi ACL sehubungan dengan pembengkakan pasca
operasi, tentang gerak, nyeri, persyaratan analgesik. Dengan percobaan
201 pasien (6 dari 21 [29%] perempuan, usia rata-rata: 25 tahun)
mengggunakan kompresi es atau kantong es dalam 3 kali sehari selama 14
hari dan hasil peniaian klinis dilakukan pada hari 1, 2, 3, 6, dan 14. Pasien
yang diobati dengan kompresi dingin lebih cepat gerak.
3. Artroplasti lutut total
Levy dan marmar mengevaluasikan hasil penelitian tetang
kehilangan darah dan nyeri dari 80 kasus unilateral, 40 pasien (33 dari 40
[83%] perempuan, usia rata-rata: 74 tahn) dilakukan secara acak dari
penggunaan kompresi dingin pasca operasi dengan perangkat cryocuff
dan 40 pasien (32 dari 40[80%] prempuan, usia rata-rata:73 tahun)
menggunakan kompres ringan dengan ACE membungkus. Untuk kasusu
bilateral penggunaan terapi kompres dingin dilakukan pada kedua lutut
karena hal ini untuk menghindari kontaminasi bidang steril dan karena
kedua lutut tersebut dalam terbuka.

12

Semua langkah-langkah dari kehilangan darah intra dan pasca


operasi pengobatan secara eksperimental. Sebagai contoh percobaan ,
rata-rata dihitung total kerugian darah dalam tubuh dengan kelompok
kontrol adalah 1298 ml dan 1908 ml, masing-masing (P, 0,001).
Ekstravasasi darah ke dalam jaringn lunak rata-rata 744 mL dilakukan
dengan kompres dingin dibandingkan dengan 1101 mL kontrol (P,
0,001). Berarti jumlah nyeri yang pre-operatif (P=ns), 7,4 vs 7,8 pada
pasca operasi hari pertama (P=ns), 5,9 dibandingkan pada hari kedua 7,4
(P,0,01) dan 5,6 dibandingkan pada hari ketiga 6,9 (P,0,05) total masingmasing gerak luttut adalah sama natara ke),kelompok eksperimen dan
kontrol sebelum operasi (86 vs 88, p = ns), lebih baik terapi kompres
dingin setelah 14 hari (77 vs 65, p, 0,01).
F. Hasil Diskusi
Penelitian terakhir di sini adalah pengambilan keputusan dari leteratur
kedokteran untuk mengenai rekomendasian pengobatan pasca-operasi ditinjau
18 dari 21 studi yang menggunakan kompres dingin lebih baik dibandingkan
dengan tidak diberi pengobatan, kompresi dingin dilakukan dengan perban
dan kantong es.
Tanpa pengecualian,Hasil penelitian tersebut penggunaan terapi
kompres dingin baik dengan cedera muskuloskeletal akut maupun hasil bedah
ortopedi, bahwa hasil kinis membaik dibandingkan dengan tidak ada
perawatan. Namun, hasil penelitian membandingkan terapi kompresi deingin
dengan baik modilitas sama saja lebih samar-samar dan sulit untuk
menginterprestasikan. Beberapa authors telah berpendapat bahwa efek dari
kompresi dingin dan statis hanya sedikit lebih besar dari terapi. Hal ini
mungkin disebabkan oleh berbagai metodologi, modalitas yang berbeda, ini
hanya berpotensi mengurangi efek pendinginanan dari modalitas cryotherapy
eksternal dan mencegah penurrunan metabolisme yang memadai.
Salah satu masalah yang sering berhubungan dengan pasien, dengan
masalah ortopedi adalah kemandirian pasien post operasi fraktur. Pasien

13

tersebut mengalami keterbatasan dalam meakukan aktifitas sehari-hari,


berhubungan menurunnya kekuatan otot, adanya keterbatasan gerak.
G. Alat dan Bahan
1. Es batu
2. Perban elastis
3. Gel
4. Kain penyerap air
H. Prosedur kompres Dingin
1. Cuci tangan
2. Oleskan gel secara menyeluruh pada kulit yang terluka
3. Siapkan es batu lalu hancurkan
4. Es batu dibungkus dalam perban yang elastis sebelumnya perhatikan suhu
5.
6.
7.
8.

pasien tersebut
Perhatikan area yang akan diberi kompres dingin
Lakukan secara terus-menerus 5-10 menit
Periksa area kulit setiap kali pengompresan.
Setelah prosedur dilakukan bereskan semua alat, bantu pasien untuk

posisi yang nyaman


9. Cuci tangan kembali

14

BAB VI

15

PENUTUP
A. Simpulan
Dari makalah tersebut dapat di simpulkan bahwa Kompres dingin
merupakan metode yang menggunakan cairan atau alat kompres yang dapat
menimbulkan sensasi dingin pada bagaian tubuh yang terasa bermasalah,
Terapi es dingin ini untuk menekan tingkat metabolisme dari jaringan lunak
yang berkembangdisekitarnya. Penurunan metabolisme jaringan berhubungan
dengan penurunan enzimatik aktivitas, mencegah kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh hipoksia. Kompres dingin digunakan unutk mengurangi
nyeri, peradangan, mencegah edema, menurunkan suhu tubuh dan mengontrol
pendarahan dengan meningkatkan vasokontriksi.
B. Saran
Demikianlah malkalah ini kami buat sebagai bahan masukan dalam
proses pembelajaran khususnya cara penanganan secara non farmakologi
terutama penggunaan kompres dingin, agar pasien mendapatkan perawatan
yang optimal dan biasa mengaplikasikannya secara mudah dan mandiri.
Diharapkan untuk mahasiswa lain pembuatan makalah tentang kompres
dingin dapat dilakukan lebih dalam kembali, lebih luas agar mendapatkan
hasil yang lebih maksimal.

16

Anda mungkin juga menyukai