Anda di halaman 1dari 17

Studi Literatur

Gambaran Klinis Sindrom Nefrotik

Disusun oleh:
Fitri Hidayah 12310169
Fivi Larashati 12310170
Friska Al Lestari 12310173
Galuh Ratna Ningrum 12310177
Gani Toharin 12310178

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


Bandar Lampung
2015

Kumpulan Jurnal
Studi Literatur

Disusun oleh:
Fitri Hidayah 12310169
Fivi Larashati 12310170
Friska Al Lestari 12310173
Galuh Ratna Ningrum 12310177
Gani Toharin 12310178

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


Bandar Lampung
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom Nefrotik (SN) adalah kumpulan gejala yang terdiri dariproteinuria
massif(40mg/m2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 atau
dipstik

+2),

hipoalbuminemia

(2,5gr/dL),edema,

serta

dapat

disertai

hipokolesterolemia (250mg/uL). 3
Sindrom

Nefrotik

secara

klinis

dibedakan

menjadi

SN

kongenital

primer/idiopatik dan sekunder. SN pada anak yang didiagnosis secara histopatologis


secara lesi minimal,sebagian besar memberikan respons terhadap pengobatan
steroid(sensitif steroid) sedangkan SN lesi nonminimal sebagian besar tidak
memberikan respons terhadap pengobatan steroid(resisten steroid). Pada anak sebagian
besar merupakan SN kelainan minimal dan berespon terhadap terapi steroid.Walaupun
persentase SNRS relatif kecil tetapi penyakit 50% penderita SNRS anak ras kulit putih
dalam waktu 5 tahun dan 80% anak ras Afrika-Amerika dalam waktu 3 tahun akan
mengalami komplikasi ekstrarenal dan berkembang menjadi gagal ginjal terminal. 2,4,5
Angka kejadian SN di Amerika dan Iggris berkisar antara 2-7 per 100 ribu anak
berusia dibawah 18 tahun/tahun dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan
2:1. 3
International Study Of Kidney Disease in Children (ISKDC) membuat panduan
gambaran klinis dan laboratorium untuk memperkirakan jenis lesi pada anak yang
menderita SN. Gambaran klinis dan laboratorium tersebut adalah usia saat serangan
pertama,jenis kelamin,hipertensi,hematuria,rerata kadar kratinin,komplemen C3,dan
kolesterol.4
Berdasarkan hasil penelitian akhir-akhir ini

menunjukan bahwa SN

yang

disebabkan mutasi gen memberikan gen memberikan manifestasi klinis yang lebih
berat, onset lebih awal, dan tidak

memberikan respons terhadap pengobatan

berkembang menjadi gagal ginjal terminal.2

Pasien dengan SN mengalami hipokalsemia dan hipoalbuminemi kehilangan vit


D binding protein didalam urin karena penggunaan steroid pada terapi. Pasien dengan
SN yang menerima suplemen kalsium dan vitamin D memiliki kenaikan ion kalsium
dan meningkatkan kepadatan tulang.1

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

NO

JUDUL JURNAL

.
1.

Perbedaan Aspek Klinis


Sindrom
Resisten
Sensitif

KETERANGAN

Nefrotik
Steroid
Steroid

aspek

klinis

sindrom resisten steroid dan sensitif

dan
Pada

Masalah:Perbedaan

steroid pada anak


Tujuan:Untuk
menilai
gambaran

Anak

klinis

secarabersama-sama

dan

perbdaan
laboratorium

dengan

respon

terhadap pengobatan steroid


Ho: tidak ada perbedaan gambaran
klinis dan laboratorium dengan respon

terhadap pengobatan steroid


Ha: ada perbedaan gambaran klinis dan
laboratorium dengan respon terhadap

pengobatan steroid
Jenis penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: observational analitik

komperatif
Rancangan penelitian: Cross sectional
Subjek penelitian : penderita SNSS dan
SNRS yang berobat jalan dipoli klinik
atau

dirawat

disebagian

Nefrologi

Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSHS

mulai Januari 2008-September 2009.


Kriteria inklusi:
Penderita SNRS primer/SNSS,2. Usia
1-14 tahun,3. Memiliki catatan medis

lengkap
Kriteria eksklusi: subjek yang menderita

gagal ginjal akut atau


mengidap

penyakit

kronik,atau

kronik

lainnya

seperti TB paru<keganasan,malnutrisi

2.

Hubungan

antara

Proitenuira

dan

Hipoalbuminea
Pada

anak

berat.
Teknik sampling: non random purposiv
Besar sampel:38 anak
Independent variabel: SN pada anak
Dependent variabel:resisten dan sensitif

steroid
Uji statistik: uji X2
Masalah:Proitenuira dan Hipoalbuminea
Pada anak Sindrom Nefrotik

Sindrom

Tujuan:
Untuk

mengidentifikasi

hubungan

Nefrotik yang Dirawat

antara proteinuriadan hipoalbuminemia

di RSUp Dr.M.Djamil

pada anak sindrom nefrotik


Ho: tidak ada hubungan

Padaang periode 2009-

antara

proteinuria dan hipoalbuminemia pada

2012

anak sindrom nefrotik


Ha: ada hubungan antara proteinuria dan
hipoalbuminemia pada anak sindrom

nefrotik
Jenis penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: observational analitik

korelatif
Rancangan penelitian: Cross sectional
Besar sampel: 56
Teknik
sampling:
Non
Random

Purposiv
Independent variabel: Anak penderita

sindrom nefrotik
Dependent variabel:

hipoalbuminmenemia dan proteinnuria


Uji statistik: korelasi Spearman

3.

Effect of Calcium and


Vitamin

supplementation

on

Masalah :Efek

vitamin D pada SN idiopatik pada anak


Tujuan: untuk mengevaluasi efek dari

suplemen kalsium dan

Serum Calcium Level in

suplemen kalsium dan vitamin D pada

Children

with

hipokalsemia dan manifestasi klinis SN

Nephrotic

idiopatik pada anak.


Ho: tidak ada efek dari suplemen

Idhiopathic
Syndrome

kalsium

dan

vitamin

pada

hipokalsemia dan manifestasi klinis SN

idiopatik pada anak.


Ha: ada efek dari kalsium dan vitamin D
pada

hipokalsemia

dan

manifestasi

klinis SN idiopatik pada anak.


Jenis penelitian: kuantitatif
Desain penelitian:observational analitik

comperatif
Besar sampel:30
Teknik sampling: random sampling
Independent variabel: penderita SN
Dependent variabel: suplemnen kalsium
dan vit D

4.

Aspek Genetik Sindrom


Nefrotik

5.

Resisten

Steroid
Hubungan Aspek Klinis

Masalah : hubungan aspek klinis dan

dan Laboratorium pada

laboratorium pada sindrom nefrotik

Sindromro

sensitif steroid dan sindrom nefrotik

Sensitif
Sindrom

Nefrotik
Steroid

dan

Nefrotik

Resisten Steroid

resisten steroid
Tujuan: untuk mengetahui hubungan
antara

berbagai

aspek

klinis

dan

laboratorium yaitu jenis kelamin, umur,


berat badan lahir, hipertensi, kadar
kolestrol serum dan albumin antara
SNSS dan SNRS yang mendapat terapi

steroid
Ho: tidak ada hubungan antara berbagai
aspek klinis dan laboratorium yaitu jenis
kelamin,

umur,

berat

badan

lahir,

hipertensi, kadar kolestrol serum dan


albumin antara SNSS dan SNRS yang

mendapat terapi steroid


Ha: ada hubungan ada hubungan antara
berbagai aspek klinis dan laboratorium
yaitu jenis kelamin, umur, berat badan
lahir, hipertensi, kadar kolestrol serum
dan albumin antara SNSS dan SNRS

yang mendapat terapi steroid


Jenis penelitian: kuantitatif
Desain penelitian:observational analitik

korelatif
Rancangan penelitian:
Besar sampel:45 anak
Teknik sampling: purposiv sampling
Independent variabel: SN sensitif steroid

dan SN resisten steroid


Dependent variabel: aspek klinis dan
laboratorium

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Penelitian

NO.

JUDUL

HASIL

1.

JURNAL
Perbedaan

Selama periode penelitian, 38 anak SNRS dan 38

Aspek

Klinis SNSS,berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa laki-laki

Sindrom

lebih banyak dibandingkan dengan perempuan(p<0,005)

Nefrotik

dan perbedaan tersebut lebih besar pada kelompok

Resisten Steroid SNSS. SNRS lebih banyak ditemukan pada usia

dan

Sensitif 6tahun,sedangkan kelompok SNSS lebih banyak pada

Steroid

Pada usia 6 tahun,namun secara statistik perbedaan ini tidak

Anak

bermakna(p=0,654).
Analisis regresi logistik dengan mengikutsertakan
faktor-faktor tersebut secara bersama-sama sebagai
variabel bebas terhadap SNRS dan SNSS,menunjukan
hanya jenis kelamin,protein nonalbuminemia,dan kadar
kolesterol

serim

yang

memiliki

peranan(p<0,25).

Faktor-faktor lainnya tersingkir dalam proses regresi


yang berarti tidak memiliki hubungan dengan SNRS dan
SNSS.
2.

Hubungan

Berdasarkan penelitian, kelompok umur tertinggi pada

antara

anak dengan SN adalah >6 tahun sebanyak 31 orang

Proitenuira dan (55,4%) dan terendah pada kelompok umur 1-2 tahun
Hipoalbuminea
Pada

sebanyak 3 orang (5,4%). Anak dengan SN laki-laki

anak lebih banyak dari pada anak perempuan. Rasio kejadian

Sindrom

SN pada anak laki-laki dengan perempuan sebesar

Nefrotik

yang 1,43:1. Berdasarkan penelitian, kadar protein urin

Dirawat

di terbanyak pada anak dengan SN adalah +3 sebanyak 40

RSUP

orang (71,4 %) dan hampir seluruh anak dengan SN

Dr.M.Djamil

mengalami hipoalbuminemia (98,2 %) dan hanya 1 anak

Padaang periode dengan normoalbuminemia.


3.

2009-2012
Effect

of 30 subjek teridiri dari 21 laki-laki dan 9 perempuan.

Calcium

and Tidak ada efek dari kalsium dan vitamin D yang

Vitamin

D ditemukan. Remisi SN terjadi pada 13 sampel kelompok

supplementation
on
Calcium

pengobatan dan 12 sampel kelompok placebo(p=1,00).

Serum Remisi dengan perbaikan proteinuria,serum kalsium


Level kembali normal.

in Children with Tidak

ada

perbedaan

homogenitas

kalsium

Idhiopathic

serum(p=0,0707) antara suplemen dan placebo setelah 8

Nephrotic

minggu pengobatan.

Syndrome
4.
5.

Hubungan

30 pasien SN sensitif steroid dan 15 pasien SN resisten

aspek klinis dan steroid memenuhi kreteria inklusi.


laboratorium

Dari karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin

pada sindromro terlihat bahwa baik pada kelompok SNRS maupun


nefrotik sensitif SNSS jumlah anak laki-laki lebih banyak dibandingkan
steroid

dan perempuan.

sindrom nefrotik pada analisis variabel pada sindrom nefrotik sensitif


resisten steroid

steroid dan resisten steroid yaitu memperlihatkan rerata,


simpang baku, 95% IK, dan median pada variabel usia,
berat badan lahir, tekanan darah sistolik, kadar kolestrol,
dan kadar albumin pada sindrom nefrotiksensitif steroid
dan resisten steroid.
Setelah uji secara statistik dengan analisis regresi
logistik

ternyata

tidak

ada

variabel

yang

memperlihatkan hasil yang bermakna. untuk variabel


umur di dapatkan nilai p= 0,247, jenis kelamin p=1,000,
berat badan lahir p=0,259, tekanan darah sistolik
p=0,671, tekanan darah diastolik p=0,380, kadar
kolestrol p=0,529, dan kadar albumin p=0,350.

III.2 Pembahasan Penelitian


Dari referensi telah diketahui faktor-faktor untuk memperkirakan jenis lesi dan
respon terhadap pengobatan steroid pada sindrom nefrotik,yaitu: usia saaat serangan

pertama,jenis kelamin,hipertensi,hadar albumin,kolesterol,kreatin,kadar komplemen C3


serum,atau ada atau tidaknya hematuria.
Pada penelitian ini,faktor-faktor yang berperan terhadan SNRS dan SNSS yang
diikutsertakan dalam analisis adalah kadar kolesterol serum,hipertensi,dan hematuria
karena pada penilitian ISKDC,faktor-faktor tersebut memiliki perbedaan yang
bermakna.
Berdasarkan analisis multivariabel denganmengikut sertakan faktor-faktor yang
memiliki perbedaan bermakna pada analisis

univariat (p<0.25) yaitu jenis

kelamin,hipertensi,hematuria,kadar

kolesterol

serum,dan

kadar

protein

non

albumin,ternyata hanya tiga faktor

yaitu jenis kelamin,kolesterol serim,dan kadar

protein non albumin yang secra bersama-sama memiliki perbedaan bermakna pada
SNRS dan SNSS,sedangkan faktor hipertensi dan hematuria tersingkir dalam proses
regresi.
Dilihat dari karakteristik penderita ysitu jenis kelamin terlihat bahwa jenis
kelamin perempuan memiliki resiko untuk menjadi resisten steroid sebesar 4,82 kali di
bandingkan dengan laki-laki.
Kadar protein non albumin menjukan perbedaan antara snrs dan snss. Pada
sindrom nefrotik lesi minimal(sensitif steroid), membran filtrasi glomerulus memiliki
slektifitas yang tinggi terhadap albumin, sedangkan pada Lesi Non Minimal ( resisten
Steroid) selektifitas membran filtrasi glomerulus menurun, sehingga selain Albumin,
protein lain dengan berat molekul yang lebih besar dapat hilang melalui urin, seperti
imunoglobulin dan transferin, sehingga kadarnya didalam darah juga menurun .
Kadar koletrol serum total pada kedua kelompok penelitian ini berbeda, yaitu
kadar kolestrol serum pada kelompok snrs lebih rendah di bandingkan dengan snss ( p
< 0,05) .Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kejadian hipertensi dan hematuri
tidakberhubungan dengan SNRS dan SNSS .

Dari penelitian in dapat disimpulkan bahwa, secarabersama-sama terdapat


hubungan beberapa aspek klinis, yaitu jenis kelamin, kadar kolestrol serum, dan kadar
protein non albumin dengan respon terhadap pengobatan steroid ( snrs dan snss).
Pada penelitian ini di dapatkan umur anak dengan sindrom nefrotik berfariasi
dari yang terendah adalah 1 tahun dan tertinggi adalah 14 tahun, danberdasrkan jeni
kelamin anak dengan SN laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan.
Data rekam medik 56 anak dengan SN di dapatkan hanya 20 ana yang diperiksa
kadar protein urin secara kuantitatif( tes esbach) hasil analisis did dapatka kadar protein
urin terendah pada anak dalah 0,5gr/24jam sedangkan kadar protein urin tertinggi
adalah

7,5gr/24jam.

Rata-rata

kadar

protein

urin

dengan

SN

adalah

3,1212,157gr/24jam dan hampir seluruh anak dengan SN mengalami hipoalbunemia


(98,2%) dan hanya terdapat 1 anak dengan normoalbuminemia.
Pada penelitian ini, tidak adanya hubungan yang bermakna antara proteinnuria
dan hipoalbunimea tersebut, mungkin di sebabkan oleh karena kadar albumin darah di
tentukan oleh masukan dari sintesis hepar dan pengeluaran kaibat degradasi metabolik ,
ekskresi renal dan gastrointestinal. Jadi, proteinnuria pada SN tidak hanya di tentukan
oleh exskresi renal.
Beberapa faktor yang diketahui dapat dipergunakan dalam memperkirakan jenis
lesi dan respons terhadapa pengobatan steroid pada SN yaitu usia, serangan pertama,
jenis kelamin, hipertensi, kadar albumin, kolestrol, kreatinin kadar komplemen C3
serum.Namun pada penelitian kami, setelah dilakukan analisis univariat tidak
didapatkan hasil yang bermakna.
Sejumlah faktor termasuk faktor genetik, hemidinamik, metabolik, dan
gangguan imunoligis berhubungan dengan kejadian hipertensi, diabetesmilitus dan
penyakit ginjal. Jumlah nefron yang sedikit pada bayi dengan berat badan lahir rendah
diperkirakan sebagai penyebab terjadinya kejadian ginjal. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa berat badan lahir <2500 gram maupun >2500 gram tidak
menunjukkan perbedaan. Kekurangan sejumlah nefron pada bayi berat lahir rendah
KMK didugaa merupakan dasar mekanisme etiopatologi kelainan ginjal tersebut.

Pengalaman klinis dijumpai, anak (<16 tahun) paling sering menderita nefropati
lesi minimal (75%-85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% <6 tahun saat diagnosis
dibuat dan laki-laki banyak dari pada perempuan. Penyebab sindrom nefrotik blm
diketahui dengan pasti, tetapi dari beberapa penelitian diketahui bahwa kelainan ini
berhubungan dengan kelainan pada klon sel T yang menyebabkan disfungsi sel pondosit
gromerulus. Dalam penelitian ini setelah kami uji secara statistik menunjukkan tidak
ada perbedaan kejadian SNSS dan SNRS pada umur <6 tahun dan >6 tahun.
Proteinuria yang merupakan kelainan dasar SN sebagian besar berasal dari
kebocoran gromerulis dan hanya sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus. Derajat
proteinuri tidak berhubungan langsung dengan keparahan kerusakan gromrtulus. Kami
tidak mendapatkan hubungan bermakna kadar albumin serum pada kejadian SNSS dan
SNRS.
Pada sindrom nefrotik patogenesis kenaikan lipid dan lipoprotein sangat
kompleks. Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin
serum dan penurunan tekanan onkotik. Kadar kolestrol serum total pada kedua
kelompok penelitian juga tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Kadar kalsium pada pasien sindrom nefrotik mungkin menurun karena beberapa
mekanisme: hipoalbuminemia, penurunan penyerapan kalsium di usus karena hilangnya
vitamin D-binding protein dalam urin, dan penggunaan therapi steroid. Dua penelitian
melaporkan bahwa tingkat albumin yang rendah pada pasien SN dikaitkan dengan
rendahnya tingkat terionisasi dan serum kalsium.
Perbedaan penurunan serum pasien SN idiopatik, kadar kalsium serum rendah,
disesuai dengan penurunan tingkat abumin, tapi kembali normal setelah remisi dicapai
yang biasanya terjadi setelah 8 minggu terapi steroid.

BAB IV
KESIMPULAN
Sindrom nefrotik terdiri dari Sindrom Nefrotik lesi minimal ( Sindrom Nefrotik
Sensitif Steroid) dan Sindrom Nefrotik lesi Non Minimal (Sindrom Nefrotik Resisten
Steroid).Perbandingan penderita SN laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan.
Rasio kejadian SN pada anak laki-laki dengan anak perempuan sebesar 1,43:1. Hampir
seluruh anka dengan SN mengalami hipoalbunemia (98,2%)dan hanya terdapat 1 anak
dengan normo albuminemia. Tidak terdapat hubungan yang bermakna anatara
proteinuria dan hipoalbuminemia pada anak dengan Sindrom Nefrotik.
Tidak ada perbedaan dari beberapa aspek klinis, yaitu jenis kelamin, umur, berat
badan, hipertensi ,kadar kolestrol serum, dan kadar almumin, dengan respon pengobatan
Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid dan SN Resisten Steroid. Normalisasi

tingkat

kalsium serum dan manifestasi klinis peningkatan hipokalsemia terjadi baik pada pasien
yang menerima suplemen kalsium dan vitamin D dan mereka yang tidak. Manajemen

yang baik pada pasien SN dapat meningkatkan kadar kalsium serum, dengan atau
tanpa suplemen.

DAFTAR PUSTAKA
Dasitania,Vaya.,Chairulfatah,Alex.,Rahmadi,Dedi. Effect of Calcium and Vitamin D
supplementation on Serum Calcium Level in Children with Idhiopathic Nephrotic
Syndrome.Pediatrica Indonesiana.Volume 54 No.3 May 2014.
Dedi,Rachmadi.Aspek Genetik Sindrom Nefrotik Resisten Steroid.MKB.Volume 42
No.1,Tahun 2010.
Pramana,Dian pratiwi.,Mayetti,Husnil,Kadri. Hubungan Antara proiteinuria dan
Hipoalbuminemian pada Anak dengan Sindrom Nefrotik yang dirawat di RSUP
Dr.M.Djamil Padang Periode 2009-2012.Jurnal Kesehatan Andalas.2013;2(2).
Umboh,Andrian.Hubungan Aspek Klinis dan Laboratorium pada Sindrom Nefrotik
Sensitif

Steroid

dan

Sindrom

Pediatric.Volum:15,Nomor:3,Oktober 2013.

Nefrotik

Resisten

Steroid.Sari

Wisata,Lasty.,Prasetyo,Dwi.,Hilmanto,Dany.Perbedaan Aspek Klinis Sindrom Nefrotik


Resisten

Steroid

dan

Sensitif

Steroid

IDI.Volum:60,Nomor:12,Desember 2010.

pada

Anak.Majalah

Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai