Anda di halaman 1dari 5

Laporan Pendahuluan Fraktur (Patofisiologi, Definisi,

Etiologi, Klasifikasi, Manifestasi Klinik)


DEFINISI
Fracture is abreak in the continuity of bone and is defined according to its type and extent. (Brunner
&Suddarth, 2008)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya tekanan pada tulang
yang melebihi absorpsi tulang (Black, 1997)
ETIOLOGI
1.
Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu
2.
Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan
3.
Proses penyakit: kanker dan riketsia
4.
Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur
kompresi tulang belakan
5.
Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan
fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan garis fraktur
a. Fraktur komplit
Garis patanya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang
b. Fraktur inkomplit
Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang

Greenstick fracture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh
juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal
2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi
a.
Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang terlepas
b.
Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung yang
tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah
c.
Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti
fraktur femur, cruris dan vertebra.
3. Fraktur menurut posisi fragmen
a.
Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser,
periosteumnya masih utuh.
b.
Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga
dislokasi fragmen.
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar
a. Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture)
Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang menonjol sampai menembus
kulit.
Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan:

Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan kulit/jaringan minimal.

Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, fraktur
merobek kulit dan otot.

Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon,
kontaminasi sangat besar dan harus segera diatasi
b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)
Frakture tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran tulang yang keluar dari kulit.
5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma
a.
Fraktur transversal (melintang), trauma langsung
Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat semula,
segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
b.
Fraktur oblique; trauma angulasi
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit
diperbaiki.
c.
Fraktur spiral; trauma rotasi

Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan
cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
d.
Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa
Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu
vertebra dengan dua vertebra lainnya.
e.
Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)
Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen.
6. Fraktur patologi
Terjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau prose patologik lainnya.
PATOFISIOLOGI
daya

tulang

fraktur

jaringan lunak
pembluh darah
saraf &sumsum tlg
periosteum
perdarahan
putus
reseptor nyeri
deformitas
krepitasi
pemendekan
luka hematom hipovelemi
hilang sensasi
nyeri

korteks tulang

port de entri vasodilatasi


hipotensi
anestesi
eksudasi plasma
& migrasi leukost
infeksi
non infeksi
inflamasi
suplai darah keotak menurun
delayed union
union
edema
keasadaran
mal union
depresi saraf
shock hipovelemik
nyeri
MANIFESTASI KLINIK

Edema/pembengkakan

Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan
tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur.

Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur

Deformitas

Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan

Kehilangan fungsi

Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka
TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1.
Tahap pembentukan hematom
dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea fraktur. Suplai darah
meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.
2.
Tahap proliferasi
dalam waktu sekitar 5 hari , hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin
dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast
yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.
Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
3.
Tahap pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah
terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang
serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan
fibrus
4.
Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalaui proses
penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses
ini memerlukan waktu 3-4 bulan.
5.
Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)
Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami
pembentukan tulang sesuai aslinya.
PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN
Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu menangani fraktur:
1.
Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah
sakit.

Riwayat kecelakaan

Parah tidaknya luka

Diskripsi kejadian oleh pasien

Menentukan kemungkinan tulang yang patah

krepitus
2.
Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi
menjadi dua yaitu:

Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips

Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya
melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
3.
Immobilisasi:Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk membantu tulang
pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.
4.
Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen
tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)
5.
Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan
fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan
gerak dengan kruck).
TINDAKAN PEMBEDAHAN
1.
ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)

Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik
menuju tempat yang mengalami fraktur

Fraktur diperiksa dan diteliti

Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka

Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali

Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin,
sekrup, plate, dan paku
Keuntungan:

Reduksi akurat

Stabilitas reduksi tinggi

Pemeriksaan struktu neurovaskuler

Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal

Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat

Rawat inap lebih singkat

Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal


Kerugian

Kemungkinan terjadi infeksi

Osteomielitis
2.
EKSTERNAL FIKSASI

Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak
untuk fraktur lama

Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.

Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang

Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.

Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:


Obsevasi letak pen dan area
Observasi kemerahan, basah dan rembes

Observasi status neurovaskuler distal fraktur


TEST DIAGNOSTIK

X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak

Hitung darah lengkap:


Ht: mungkin meningkayt (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau
organ jauh dari trauma multiple)
Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma

Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera hati
KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal

Shock Hipovolemik/traumatik
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak shock hipovolemi.

Emboli lemak

Trombo emboli vena


Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest

Infeksi
Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik
2. Komplikasi lambat

Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini
berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang

Non union
Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union
atau pseudoarthrosis

Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)

Nekrosis avaskuler di tulang


Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang .
PENGKAJIAN
Aktivitas
Tanda
:
1 Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau
terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan, nyeri)
Sirkulasi
Tanda
:
1 Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri, ansietas)
1 Hipotensi (kehilangan darah)
1 Takikardia (respon stres, hipovolemia)
1 Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera
1 Pengisian kapiler lambat
1 Pucat pada bagian yang terkena
1 Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
Gejala
:
1 Hilangnya gerakan/sensasi
1 Spasme otot
1 Kebas/kesemutan (parestesis)
Tanda
:
1 Deformitas lokal
1 Angulasi abnormal
1 Pemendekan
1 Rotasi

1 Krepitasi
1 Spame otot
1 Terlihat kelemahan/hilang fungsi
1 Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas/trauma)
Nyeri/kenyamanan
Gejala
:
1 Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang;
dapat berkurang dengan imobilisasi)
1 Tidak ada nyeri karena kerusakan syaraf
1 Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
Keamanan
Tanda
:
1 Laserasi kulit
1 Avulsi jaringan
1 Perdarahan
1 Perubahan warna
1 Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

Anda mungkin juga menyukai