TUGAS AKHIR
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh
Ahli Madya
PERSETUJUAN
Judul
KERETA
API dengan TAMPILAN RUNNING TEXT
Kategori
: TUGAS AKHIR
Nama
Nim
: 062408017
Program Studi
INSTRUMENTASI
Departemen
: FISIKA
Fakultas
ALAM
Diluluskan di
Medan, Juli 2009
Diketahui
Departemen Fisika FMIPA USU
Pembimbing
Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc
NIP 132 050 870
Drs.Takdir Tamba,M.Eng.Sc
NIP 131 569 414
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
PERNYATAAN
APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 sebagai BASIS pada
SIMULASI PALANG KERETA API dengan TAMPILAN RUNNING
TEXT
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa laporan Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya
sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing
disebutkan sumbernya.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
kasih-Nya yang telah memberikan kekuatan,kebijaksanaan ,ilmu pengetahuan terlebihlebih kesehatan yang melimpah dalam menyelesaikan laporan tugas akhir dengan
judul:Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai Basis pada Simulasi Palang Kereta Api
dengan Tampilan Running Text.
Laporan ini disusun untuk menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir semester VI
Program pendidikan Diploma III program Studi Fisika Instrumentasi.Laporan ini disusun
berdasarkan pengalaman dan kegiatan yang penulis lakukan selama masa perkuliahan.
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moral
maupun material dari berbagai pihak,dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr.Eddy Marlianto,M.Sc,selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilm
Pengetahuan Alam.
2. Bapak Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc ,selaku Ketua Jurusan Program Studi Fisika
Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Bapak Drs.Takdir Tamba,M.Eng.Sc,selaku Dosen pembimbing proyek.
4. Seluruh staff pengajar Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Fisika
Instrumentasi.
5. Seluruh keluarga yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatian kepada
penulis.
6. Bang Andika yang telah banyak memberikan bantuan pikiran dan semangat dalam
Menyelesaikan proyek tugas akhir tersebut.
Teristimewa penulis sangat berterimakasih dengan penuh rasa hormat dan
penghargaan yang setulusnya kepada kedua orangtua tercinta yaitu untuk Ayahanda
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
M.Lumbantoruan dan Ibunda M. Nababan yang memberikan dukungan materi dan doa
kepada penulis yang tidak dapat dibalas dengan apapun juga.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan Tugas Akhir
ini,untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang
bersifat membangun demi peningkatan mutu dan kualitas serta kesempurnaan dari Tugas
Akhir ini.
Akhirnya penulis kembali mengucapkan terimakasih banyak buat semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaiakan laporan tugas Akhir ini.Semoga
Tugas Akhir ini bermanfaat bagi siapapun juga yang membacanya.
Medan,
Juni 2009
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
ABSTRAK
Kecelakan merupakan musibah yang datang tiba-tiba dan tak jarang membuat
nyawa yang mengalaminya melayang dalam hitungan waktu yang sangat singkat.Namun
hal itu dapat teratasi seiring dengan perkembangan dunia teknologi yang membuat sesuatu
pekerjaan yang biasanya dikerjakan secara manual namun karena perkembangan
terknologi yang semakin pesat membuat segala sesuatunya secara otomatis yang tak luput
dari
peranan
aplikasi
terknologi
tersebut.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Persetujuan........i
Lembar Pernyataanii
Penghargaan ................................................................................................. iii
Abstrak..vi
Daftar Isi..vii
Daftar Gambar...x
Daftar Tabel..xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulis ............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 3
1.4 Metode Pengumpulan Data........................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 4
Power Supplay 24
2.1.3
Motor DC ................................................................. 25
2.1.4
2.1.5
Photodioda ................................................................ 33
2.1.6
2.1.7
Buzzer ...................................................................... 39
2.1.8
Daftar Pustaka
Lampiran
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.6
FlowChart Program.....61
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
dimana-mana bukan saja hanya dialami oleh pengguna transportasi melalui darat saja,baik
udara maupun air juga.Disini penulis hanya berusaha membuat otomatisasi palang kereta
api yang tak kalah marak juga berita kecelakaannya kita dengar dimana-mana.
Untuk itu penulis merancang sebuah alat yang dapat membuat palang kereta api
akan terbuka dan tertutup dengan sendirinya sesuai dengan sensor yang digunakan untuk
mendeteksi letak dari kereta api yang akan menghalanginya.Dimana judul dari Tugas
Akhir ini adalahAplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai Basis pada Simulasi
Palang Kereta Api dengan Tampilan Running Text.Alat ini diciptakan dengan tujuan
untuk mengurangi kecelakan yang terjadi akibat kelalaian atau kecerobohan pihak-pihak
tertentu yang mungkin secara tidak sengaja lupa untuk menutup palang sementara jarak
kereta api dengan rel yang dilewati kendaraan semakin dekat dengan keadaan seperti itu
kecelakaan tak akan dapat lagi terhindari.Kita tahu sendiri suatu operasi secara manual
menyita lebih banyak tenaga dan perhatian penuh.
Hal itulah yang melatarbelakangi pembuatan palang otomatis tersebut.Alat ini
dapat digunakan pada setiap rel yang dilalui oleh pengguna jal;an raya.Jika salah satu
sensor luar (kiri / kanan ) terhalangi oleh kereta api maka secara otomatis palang akan
tertutup, begitu juga sebaliknya apabila salah satu sensor dalam ( kiri / kanan) terhalangi
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
oleh kereta api yang melewatinya maka palang akan terbuka dalam arti pengguna jalan
bisa beroperasi kembali. Alat ini nantinya diharapkan dapat menyelesaikan masalah
kecelakaan akibat kelalaian dalam membuka dan menutup rel saat kereta api mendekati
atau menjauhi palang,meskipun alat ini belum begitu sempurna.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang permasalahan secara umum dimulai dengan latar
belakang,tujuan pembahasan,batasan masalah,metode pengumpulan
data,dan sistematika penulisan.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang dasar-dasar teori yang mendukung perancangan
yang digunakan dalam pembuatan Tugas Akhir ini.Teori pendukung yang
digunakan seperti arsitektur dan konstruksi mikrokontroler AT89S51
(hardware dan software) selain itu juga membahas komponen pendukung
lainnya yang berhubungan dengan proyek Tugas Akhir.
BAB 3
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
BAB 4
BAB 5
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Alternate Function
P3.0
P3.1
P3.2
P3.3
P3.4
P3.5
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
P3.6
P3.7
Pin 18 ( XTAL 1 )
Pin masukan ke rangkaian osilator internal.Sebuah osilator Kristal atau sumber osilator
luar dapat digunakan.
Pin 19 ( XTAL 2)
Pin keluaran ke rangakaian osilator internal.Pin ini di pakai bila menggunakan osilator
Kristal.
Pin 20 ( GROUND)
Dihubungkan ke Vcc ataau Ground.
Pin 20 sampai 28 adalah port 2
Port parallel 2 (P2) selebar 8 bit bit dua arah ( bidirectional).Port 2 ini mengirimkan byte
alamat bila dilakukan pengaksesan memory eksternal.
Pin 29
Pin PSEN (Program Store Enable) yang merupakan sinyal pengontrol yang membolehkan
program memory eksternal masuk dalam bus proses pemberian/ pengambilan instruksi (
Feetching).
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Pin 30
Pin ALE ( Address Latch Enable) yang digunakan untuk menahan alamat meory eksternal
selama pelaksanaan instruksi.
Pin 31 ( EA)
Bila pin ini diberi logika (H),mikrokontroler akakn melaksanakan instruksi dari
ROM/EPROM ketika isi program counter kurang dari 4096.Bila diberi logika ( L) maka
mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program luar.
Pin 32 samapi 39 adalah Port 0
Merupakan port parallel 8 bit ( open drain) dua arah.Bila digunakan untuk mengakses
program luar,port ini akan memultifleks alamat memory dengan data.
Pin 40
Merupakan Vcc yang dihbungkan ke tegangan positip.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
- Perintah untuk membaca = Sinyal Read untuk Data dan Sinyal PSEN untuk kode
Instruksi
MOVX A,@DPTR
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Kelompok instruksi pertama bekerja pada port seutuhnya artinya 8 jalur dari port
bersangkutan, misalnya MOV P3,#0FFh membuat ke-delapan jalur port 0 semuanya
dalam kondisi logika 1.
Kelompok instruksi kedua berpengaruh pada salah satu jalur atau bit dari port,
misalnya instruksi SETB P3.4 artinya men-set bit 4 dari port 3 atau (bit 4 dari port 3 = 1
xxx1 xxxx ) atau instruksi CLR P3.3 digunakan untuk me-nolkan bit 3 dari port 3 (bit 3
dari port 3 = 0 xxxx 0xxx).
Selain itu port paralel bisa pula dipakai untuk menerima masukan sinyal digital dari luar
mikrokontroler:
Instruksi MOV A,P3 digunakan untuk membaca data digital pada seluruh bit (bit 0
hingga bit 7 = 8 bit) port 3 kemudian menyimpannya ke akumulator.
Pembacaan data bisa juga dilakukan hanya pada satu bit port saja, misalnya instruksi JNB
P3.7,$ digunakan untuk memantau bit P3.7, jika P3.7 = 0, mikrokontroler akan kembali
melaksanakan instruksi tersebut (lompat ke label $ artinya ke lokasi tersebut lagi),
mikrokontroler akan meneruskan kembali instruksi berikutnya jika P3.7=1.
menyatakan lokasi memori yang isinya disalin ke akumulator A, dalam hal ini nilai yang
tersimpan dalam DPTR (Data Pointer Register 2 byte) ditambah dengan nilai yang
tersimpan dalam akumulator A (1 byte) sama dengan lokasi memori program yang ada.
Agak berbeda dengan instruksi INC A atau INC Rx (x=0 s/d 7), instruksi ini
adalah satu-satunya instruksi penaikan (increment) yang bekerja pada data 16 bit yaitu
DPTR, yaitu menaikkan penunjuk data sebesar 1. Suatu limpahan pada byte rendah (low
order) dari DPTR atau DPL (Data Pointer Low) akan menaikkan byte tinggi (high order)
yaitu yang tersimpan di DPH (Data Pointer High) sebesar 1. Flag tidak terpengaruh.
Misalnya DPH=12 dan DPL=Feh, maka instruksi ini:
INC DPTR
INC DPTR
INC DPTR
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Pewaktu dan pencacah dikendalikan oleh bit-bit dalam register Timer Control (TCON)
dan Timer Mode (TMOD) seperti ditunjukkan pada tabel 2.2dan tabel 2.3.Hasil pencacah
0 terletak pada Register Timer Lower (TL0) dan register Timer High (TH0).
8
Bit
Simbol Fungsi
TF1
TR1
TF0
TR0
IE1
IT1
IE0
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
IT0
Gate C/T M1
4
M0
Gate C/t
Timer 1
M1
M0
Timer 0
Bit
Simbol Fungsi
7/3 Gate
6/2 C/T
5/1 M1
4/0 M0
M1
M0
Mode
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Masukan pada untai pencacah adalah sebagai pencacah jika berasal dari sumber
luar dan sebagai pewaktu bila masukan berasal dari sumber osilator internal. Masukan dari
sumber luar atau dari osilalator internal ditentukan oleh bit C/T. Jika menggunakan
osilator internal maka bit C/T diset 0 dan bit Gate diset 0. sedangkan frekuensi osilator
akan di bagi 12 sebelum masuk ke untai pencacah. Jika masukan dari sumber luar (T0 atau
T1) maka bit Gate diset 1 dengan syarat INT0 dan INT1 tinggi. Pencacah diaktifkan
dengan menset bit TR0 dan TR1. Pencacah akan berlangsung sampai terjadi luapan saat
pencacah berguling dari FFFFh ke 0000h, dengan bit TF1 dan TF0 akan diset 1 dan
permintaan interupsi dibangkitkan.
Dalam mode ini register TH0/TL0 dan register TH1/TL1 digunakan sebagai pencacah 16
bit.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Mode 3
Untuk pencacah 0, TH0 sebagai pencacah 8 bit yang diaktifkan oleh bit TR1 dan jika
terjadi luapan bit TF1 akan diset 1. sedangkan bit TR1 dan bit TF1 tidak dapat digunakan
untuk mengendalikan pencacah 1. TL0 sebagai pencacah 8 bityang dikendalikan oleh bit
Gate 0, C/T,TR0,TF0.
Interupsi ini terjadi pada saat pewaktu atau pencacah terjadi luapan, maka flag TF0 atau
TF1 akan diset 1, kemudian interupsi akan dibangkitkan dan setelah pelayanan interupsi di
jalankan flag TF0 dan TF1 akan diset kembali ke 0.
MCS51 dilengkapi dengan sarana komunikasi data seri, sebagai anggota keluarga
MCS51. AT89C51 juga mempunyai sarana itu selengkapnya. Sarana komunikasi seri
tersebut bisa bekerja dalam 4 macam mode, 1 mode bekerja sebagai sarana komunkasi seri
sinkron, tiga lainnya merupakan sarana komunikasi seri asinkron.
Mode 0 - bekerja sebagai sarana komunikasi data seri sinkron, data seri dikirim dan
diterima melalui kaki RxD, sedangkan kaki TxD dipakai untuk menyalurkan clock yang
diperlukan komunikasi data sinkron. Data ditransmisikan per 8 bit dengan kecepatan
transmisi data (Baud rate) tetap, sebesar 1/12 frekuensi kerja dari AT89C51.
Mode 1- mode ini dan 2 mode berikutnya merupakan sarana komunikasi seri
asinkron. Data seri dikirim melalui kaki TxD, dan diterima dari kaki RxD. Data
ditransmisikan per 10 bit, terdiri atas 1 bit Start (0), 8 bit data dan 1 bit stop (1).
Kecepatan transmisi data (Baud Rate) ditentukan lewat Timer 1, bisa diatur untuk berbagai
kecepatan.
Mode 2 - Data seri dikirim melalui kaki TxD, dan diterima dari kaki RxD. Data
ditransmisikan per 11 bit, terdiri atas 1 bit Start (0), 8 bit data, 1 bit data tambahan (bit
ke 9) dan 1 bit stop (1). Kecepatan transmisi data (Baud Rate) hanya bisa dipilih 1/32
atau 1/64 frekuensi kerja dari AT89C51.
Mode 3 - Data seri dikirim melalui kaki TxD, dan diterima dari kaki RxD. Data
ditransmisikan per 11 bit, terdiri atas 1 bit Start (0), 8 bit data, 1 bit data tambahan (bit
ke 9) dan 1 bit stop (1). Sesungguhnya Mode 2 dan 3 sama persis, perbedaannya adalah
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
kecepatan transmisi data (Baud Rate) mode 3 ditentukan lewat Timer 1, bisa diatur untuk
berbagai kecepatan, persis sama dengan mode 1.
Dari keempat mode kerja yang ada, mode 1 adalah mode yang paling banyak dipakai,
mode inilah yang setara dengan komunikasi seri asinkron dipakai pada PC maupun
modem.
Kecepatan transmisi (Baud Rate) merupakan suatu hal yang amat penting dalam
komunikasi data seri asinkron, mengingat dalam komunikasi data seri asinkron clock tidak
ikut dikirimkan, sehingga harus diusahakan bahwa kecepatan transmisi mengikuti standar
yang sudah ada.
Dalam AT89C51, clock untuk transmisi data dibangkitkan dengan sarana Timer1. Untuk
keperluan ini, Timer1 dioperasikan sebagai 8 bit auto reload timer (mode 2), artinya TL1
bekerja sebagai timer 8 bit menerima clock dari osilator kristal yang frekuensinya sudah
dibagi 12 terlebih dulu, setiap kali pencacah (counter) nilainya menjadi 0 maka nilai yang
sebelumnya sudah disimpan di TH1 secara otomatis diisikan lagi ke TL1, sehingga TL1
akan menghasilkan clock yang frekuensinya diatur oleh TH1, clock ini berikutnya dibagi
lagi dengan 32 sebelum dipakai sebagai clock untuk UART. Hubungan frekuensi pada
sistem tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut :Kalau kecepatan transmisi sudah
ditentukann dan frekuensi kristal sudah dipastikan, maka nilai yang disimpan di TH1 bisa
dihitung berdasarkan persamaan berikut :
dan k akan bernilai 2 kalau SMOD=1. Perlu dicacat, setelah AT89C51 di -reset, SMOD
akan bernilai 0, artinya jika tidak diatur l ebih lanjut k bernilai 1.
Untuk mendapatkan kecepatan transmisi yang umum dipakai dalam komunikasi data seri
asinkron (1200 Baud, 2400 Baud, 4800 Baud, 9600 Baud dan 19200 Baud), dari
persamaan di atas bisa diturunkan ternyata frekuensi kristal yang paling tepat adalah
11.059 MHz. Meskipun angka ini agak aneh, tapi karena banyak dipakai kristal dengan
frekuensi ini amat mudah diperoleh dipasar. Karena kristal 11.059 MHz dipilih agar bisa
membangkitkan kecepatan transmisi data seri standar, dalam sistem berbasis AT89C51
yang tidak menggunakan sarana komunikasi data seri asinkron lebih baik dipilih kristal
dengan frekuensi 12 MHz, sehingga clock untuk timer bisa merupakan frekuensi bulat 1
MHz.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
masuk akan terjadi atau mempunyai output yangdikeluarkan sebasar 5 Volt. Rangkaian
supply ini juga menggunakan 2 buah capasitor berfungsi sebagai pull-up tegangan drop
atau turun tegangan yang akan mengganggu outputkonsumsi tegangan ke rangkaian
utama. Dan sebagai indikatornya yang menunjukan aktif tidaknya rangkaian pengatur
temperatur ACtersebut dipakai rangkaian LED, yang menyala apabila supply on alat
sedang aktif.
TIP32C
LM7805CT
12Volt
Vreg
IN
OUT
100ohm
330ohm
1N5392GP
2200uF
1N5392GP
5Volt
1uF
100uF
TS_PQ4_12
TIP 42C disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada
rangkaian,sehingga regulator tegangan ( LM 7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian
butuh arus yang cukup besar.Tegangan 12 Volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah
diode penyearah.
2.1.3 Motor DC
Motor arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung yang tidak
langsung/direct-unidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana
diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran
kecepatan yang luas.
Motor DC yang memiliki tiga komponen utama:1
Kutub medan. Secara sederhada digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet
akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan
yang stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub
medan.
Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub selatan. Garis
magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan.
Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet.
Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur
medan.
Dinamo. Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet.
dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika
hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo.
Dan motor DC akan berputar kea rah sebaliknya jika poaritasnya dibalik.Dengan sifat
yang demikian maka dibutuhkan suatu rangkaian yang dapat membalikkan polaritas yang
diberikan ke motor DC tersebut,sehingga perputarn motor DC dapat dikendalikan oleh
rangkaian tersebut.Motor DC jarang digunakan pada aplikasi industry umum karena
semua system utility listrik dilengakpi dengan perkakas arus bolak-balik,meskipun
demkian,pada aplikasi khusus adalah menguntungkan jika mengubah arus bolak-balik
menjadi arus searah digunakan dimana control torsi dan kecepatan dengan rentang yang
lebar diperlukan untuk memenuhi kebutuhan aplikasi.
Motor DC yang umum menggunakan sikat (Brush),yang menggunakan lilitan pada
rotor dan menggunakan magnet tetap pada sisi stator,pada dasarnya dapat dianggap
sebagai suatu beban yang dapat dihubungkan langsung ke rangkaian switching arus
DC.Oleh karena itu,pemilihan ruang tepat cukup diperoleh dengan memperhatikan besar
kebutuhan arus untuk memutar motor DC dapat diidentikkan dengan lilitan pada
kumparan relay sehingga rangkaian drivernya relative sama. Tujuan motor DC adalah
untuk menghasilkan gaya yang menggerakkan torsi.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Pada beberapa kasus sering diperlukan arah putaranmotor DC yang berubahubah.Prinsip dasar untuk mengubah arah perputarannya adlah dengan membalik polaritas
pada catu daya tegangannya.
Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak
mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor ini dapat dikendalikan dengan mengatur:
Tegangan dinamo meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan kecepatan
Arus medan menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan.
Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada umumnya dibatasi
untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan daya rendah hingga sedang
seperti peralatan mesin dan rolling mills, sebab sering terjadi masalah dengan perubahan
arah arus listrik mekanis pada ukuran yang lebih besar. Juga, motor tersebut dibatasi hanya
untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya sebab resiko percikan api pada
sikatnya.
Motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC.
Keuntungan lain motor DC terhadap motor AC adalah bahwa kecepatan motor AC lebih
sulit dikendalikan. Untuk mengatasi kerugian ini, motor AC dapat dilengkapi dengan
penggerak frekwensi variabel untuk meningkatkan kendali kecepatan sekaligus
menurunkan dayanya. Motor induksi merupakan motor yang paling populer di industri
karena kehandalannya dan lebih mudah perawatannya. Motor induksi AC cukup murah
(harganya setengah atau kurang dari harga sebuah motor DC) dan juga memberikan rasio
daya terhadap berat yang cukup tinggi (sekitar dua kali motor DC).
Berikut adalah cara pemasangan dari kedua buah motor DC yang dilengkapi dengan data
input.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Modul SPC DC MOTOR dapat dipergunakan untuk motor DC dengan tegangan kerja
dari 5 Volt sampai dengan 36 Volt.
Arus RMS maksimum untuk modul SPC DC MOTOR adalah 600 mA.
Arus impuls tak berulang maksimum untuk modul SPC DC MOTOR adalah 1.2 A.
Sudah dilengkapi dioda clamp secara internal.
Hubungkan catu daya positif (+) untuk motor DC pada Vmotor dan catu daya negatif (-)
pada GND.
Tegangannya harus sesuai dengan tegangan kerja motor.
Untuk motor DC 1, sambungkan kutub positif motor DC pada M1+ dan kutub negatif
motor DC pada M1- serta data input pada IN1 secara benar.
Untuk motor DC 2, sambungkan kutub positif motor DC pada M2+ dan kutub negatif
motor DC pada M2- serta data input pada IN2 secara benar .
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Infra Merah banyak digunakan pada komunikasi jarak dekat, contoh paling
umum pemakaian IR adalah remote kontrol (untuk TV). Gelombang IR mudah dibuat,
harganya relatif murah dan lebih bersifat directional tak dapat menembus tembok atau
benda gelap serta memiliki fluktuasi daya tinggi dan dapat diinterferensi oleh cahaya
matahari. Pengirim dan penerima IR menggunakan Light Emitting Diode ( LED ) dan
Photo Sensitive Diode ( PSD ).
Infra merah cukup efektif digunakan jika alat yang dikontrol terdapat pada lokasi yang
sama dan tidak terlalu jauh ( kurang lebih 10 meter dan tidak ada penghalang ).
Berbeda dengan LED biasa, LED Infrared pada penggunaannya dapat diaktifkan dengan:
- Tegangan DC untuk transmisi/sensor jarak dekat
- Tegangan AC (30 40 KHz) untuk transmisi/sensor jarak jauh
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
100
Infra Merah
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
=
i
V
5
=
= 0, 05 A atau 50 mA
R 100
Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED inframerah, maka intensitas pancaran
inframerah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pantulannya akan semakin jauh.
2.1.5 PhotoDioda
Photodioda memiliki hambatan sekitar 15 s/d 20 Mohm jika tidak terkena sinar
inframerah, dan hambatannya akan berubah menjadi sekitar 80 s/d 300 Kohm jika terkena
sinar inframerah tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar
intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.
Pada rangkaian di atas, output dari potodioda diumpankan ke basis dari transistor
tipa NPN C828, ini berarti untuk membuat transistor tersebut aktif maka tegangan yang
keluar dari potodioda harus lebih besar dari 0,7 volt. Syarat ini akan terpenuhi jika
potodioda mendapatkan sinar inframerah. Analisanya sebagai berikut:Jika tidak ada sinar
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
=
Vo
R2
330.000
=
xVcc
=
x5 0,107 Volt
R1 + R 2
15.000.000 + 330.000
Vout akan diumpankan ke basis dari transistor C828, karena tegangannya hanya 0,107
Volt maka transistor tidak aktif.
Jika ada sinar inframerah yang mengenai potodioda, maka hambatan pada potodioda 300
Kohm, sehingga:
=
Vo
R2
330.000
=
xVcc
=
x5 2, 619 Volt
R1 + R 2
300.000 + 330.000
Vout akan diumpankan ke basis dari transistor C828, karena tegangannya lebih besar dari
0,7 volt yaitu
A733 berfungsi untuk menyalakan LED sebagai indikator bahwa sensor ini menerima
pantulan sinar inframerah dari pemancar.LED ini akan menyala jika sensor menerima
sinar inframerah, dan akan mati jika sensor tidak menerima sinar inframerah.
Pantulan dari sinar inframerah akan diterima oleh potodioda, kemudian akan
diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika potodioda
menerima pantulan sinar inframerah maka output dari rangkaian penerima ini akan
mengeluarkan logika low (0), namun jika potodioda tidak menerima pantulan sinar
inframerah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high (1).
Rangkaian penerima inframerah seperti gambar di bawah ini:
VCC
5V
AT89S51
1.0k
Q4
1.0k
2SA733
330
10k
10k
Q2
Poto dioda
1.0k
2SA733
4.7k
2SC945
C828
4.7k
10k
330k
LED1
Dengan sifat yang demikian maka dibutuhkan suatu rangkaian yang dapat
membalikkan polaritas yang diberikan ke motor DC tersebut, sehingga perputaran motor
DC dapat dikendalikan oleh rangkaian tersebut. Dan jika rangkaian tersebut dihubungkan
dengan mikrokontroler AT89S51, maka pergerakan motor dapat dikendalikan oleh
program.Rangkaian untuk mengendalikan perputaran motor DC tersebut adalah sebuah
rangkaian yang dikenal dengan jembatan H. Jembatan H ini terdiri dari 4 buah transistor,
dimana 2 buah transistor bertipe NPN dan 2 buah transistor lagi bertipe PNP.
Ke-4 transistor ini dirangkai sedemikian rupa sehingga dengan memberikan sinyal
low atau high pada rangkaian maka perputaran motor dapat diatur.Untuk perintah buka,
maka motor akan berputar ke arah kanan kedua motor sehingga kedua palang akan
terangkat sebesar 900. Untuk perintah tutup, maka motor akan berputar ke arah kiri kedua
motor sehingga kedua palang akan turun.
VDD
VDD
6.2V
6.2V
1.0k
1.0k
Tip 127
18
330
2SC945
Tip 127
18
VCC
VCC
MOTOR
5V
5V
2SC945
1.0k
P0.1
P0.0
18
330
330
1.0k
2SC945
Tip 122
Tip 122
18
2SC945
330
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Gambar 2.8
Rangkaian jembatan H
Pada rangkaian di atas, jika P0.0 diset high yang berarti P0.0 mendapat tegangan 5
volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 yang disebelah kiri akan aktif. Hal ini akan
membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan mendapat tegangan 0 volt dari
ground. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri atas diumpankan ke
basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor TIP 127 mendapatkan
tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini aktif (transistor tipe PNP akan aktif jika
tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34 volt). Aktifnya transistor PNP TIP 127 ini akan
mengakibatkan
mendapatkan
tegangan 5 volt dari Vcc, maka kolektor dari TIP 122 juga mendapatkan tegangan yang
sama. Hal ini menyebabkan motor sebelah kiri mendapatkan tegangan 5 volt (polaritas
positif).
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Agar motor dapat berputar ke satu arah maka motor harus mendapatkan tegangan 0
volt (polaritas negatif). Hal ini diperoleh dengan memberikan logika low (0) pada P2.7
mikrokontroler AT89S51. Pada rangkaian di atas, jika P0.1 diset low yang berarti P0.1
mendapat tegangan 0 volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 yang disebelah kanan
tidak akan aktif. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan
mendapat tegangan 5 volt dari Vcc. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah
kanan atas diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari
transistor TIP 127 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini tidak
aktif. Karena transistor PNP TIP 127 tidak aktif maka kolektornya tidak terhubung ke
emitor
mendapatkan tegangan yang berasal dari transistor TIP 122 yang berada di bawahnya.
Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah
diumpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor TIP
122 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini menjadi aktif. Karena
transistor TIP 122 ini menjadi aktif, menyebabkan kolektornya terhubung ke emitor,
sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.Karena kolektor TIP 122
yang mendapatkan teganagan 0 volt dari ground dihubungkan dengan kolektor TIP 127,
maka kolektor dari TIP 127 juga
mendapatkan tegangan
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
2.1.7 Buzzer
Rangakain alarm adalah rangkaian yang berfungsi untuk membrikan sinyal
informasisuara ketika terjadi sebuah keadaan dimana saat kereta api menghalangi sensor
infrared yang digunakan.Dalam proyek tugas akhir ini buzzer digunakan sebagai salah
satunya.Buzzer akan mengeluarkan saura dengan frekuensi 300 600 Hz.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Instruksi MOV
Perintah ini merupakan perintah untuk pengisian nilai ke alamat atau register
tertentu.Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.
MOV R0,# 20h
Perintah diatas berarti : Isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.
Contoh pengisian nilai secara tidak langsung
MOV 20h,#80h
MOV R0,20h
Perintah diatas berarti :Isikan nilai yang terdapat pada alamat 20Heksadesimal ke
register 0 ( R0).
Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat.
2.
Instruksi DJNZ
Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi
nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Contoh:
MOV R0,#80h
Loop:
DJNZ R0,Loop
..
R0-1,jika belum 0 lompat ke Loop,jika R0=0 maka program akan meneruskan ke
perinath pada baris berikutnya.
3.Instruksi ACALL
Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu.
Contoh:
.
ACALL TUNDA
..
TUNDA
..
4.
Instruksi RET
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin setelah
instruksi ACALL dilaksanakan.
Contoh:
ACALL TUNDA
.
TUNDA:
..
RET
5.
6.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Instruksi ini merupakan perintah lompat ke alamat tertentujiak pin yang dimaksud
berlogika ( 1).
Contoh:
Loop:
JB P1.0,Loop
..
7.
8.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
.
CJNE R0,# 20h,Loop
..
Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h,maka program akan lompat keratin Loop.
Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program melanjutkan instruksi selanjutnya.
9.
R0=20h
.
DEC R0
R0=R0-1
10.
R0=20h
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
INC R0
R0=R0+1
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
BAB 3
Perancangan Alat
Penguat
sinyal
P1.4
Sensor
kanan
dalam
Penguat
sinyal
P1.5
Sensor kiri
luar
Penguat
sinyal
Sensor kiri
dalam
P0.0 &
P0.1
MIKROKONTROLER AT89S51
Sensor
kanan luar
P0.2 &
P0.3
Penguat
sinyal
P1.6
P1.7
P3.1
Jembatan
H1
Jembatan
H2
MOTOR
1
MOTOR
2
Buzzer
buah sensor yaitu: sensor kanan luar berfungsi untuk mendeteksi kereta api yang datang
dari sebelah kanan, sensor kanan dalam berfungsi untuk memberitahukan kepada
mikrokontroler bahwa seluruh badan kereta api yang dating dari sebelah kanan sudah
seluruhnya melewati palang, sensor kiri luar berfungsi untuk mendeteksi kereta api yang
datang dari sebelah kiri, dan sensor kiri dalam berfungsi untuk memberitahukan kepada
mikrokontroler bahwa seluruh badan kereta api yang dating dari sebelah kiri sudah
seluruhnya melewati palang. Pada palang kereta api otomatis ini sensor yang digunakan
adalah sensor inframerah. Sensor ini terletak tidak jauh dari palang dan menghadap rel
sehingga dapat mendeteksi adanya kereta api yang lewat. Sensor ini terhubung pada P1.4,
P1.5, P1.6, dan P1.7 dari mikrokontroler AT89S51 sehingga dapat bekerja sesuai dengan
yang telah terprogram.
Output dari sensor akan dikuatkan kembali oleh penguat sinyal sebelum masuk ke
mikrokontroller. Hasil penguatan sensor yang telah diolah oleh penguat sinyal inilah yang
akan di kirimkan oleh mikrokontroller.
P3.1 pada mikrokontroler AT89S51 sehingga akan bekerja sesuai dengan yang telah
terprogram.
3.1.2 Perancangan Sensor Inframerah
3.1.2.1 Perancangan Pemancar Inframerah
Untuk dapat mendeteksi adanya kereta api yang akan lewat, maka palang otomatis ini
dilengkapi dengan 4 buah sensor inframerah. Semua sensor ini mempunyai rangkaian
yang sama, hanya penempatannya saja yang berbeda.
Setiap pantulan yang diterima oleh potodioda akan diolah dan dijadikan data
digital, sehingga bila potodioda mendapatkan pantulan dari pemancar inframerah, maka
akan mengirimkan sinyal low (0) ke mikrokontrolert AT89S51. Dengan demikian
mikrokontroler dapat mendeteksi sensor yang mengirimkan sinyal low dan mengambil
tindakan untuk mengatur putaran motor ke kanan atau ke kiri. Rangkaian pemancar
inframerah tampak seperti gambar di bawah ini:
VCC
5V
100
Infra Merah
=
i
V
5
=
= 0, 05 A atau 50 mA
R 100
Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED inframerah, maka intensitas pancaran
inframerah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pantulannya akan semakin jauh.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
VCC
5V
AT89S51
Q4
1.0k
1.0k
2SA733
330
10k
10k
Q2
Poto dioda
1.0k
2SA733
4.7k
2SC945
C828
4.7k
10k
330k
LED1
Potodioda memiliki hambatan sekitar 15 s/d 20 Mohm jika tidak terkena sinar
inframerah, dan hambatannya akan berubah menjadi sekitar 80 s/d 300 Kohm jika terkena
sinar inframerah tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar
intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.
Pada rangkaian di atas, output dari potodioda diumpankan ke basis dari transistor
tipa NPN C828, ini berarti untuk membuat transistor tersebut aktif maka tegangan yang
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
keluar dari potodioda harus lebih besar dari 0,7 volt. Syarat ini akan terpenuhi jika
potodioda mendapatkan sinar inframerah. Analisanya sebagai berikut:
Jika tidak ada sinar inframerah yang mengenai potodioda, maka hambatan pada
potodioda 15 Mohm, sehingga:
=
Vo
R2
330.000
=
xVcc
=
x5 0,107 Volt
R1 + R 2
15.000.000 + 330.000
Vout akan diumpankan ke basis dari transistor C828, karena tegangannya hanya 0,107
Volt maka transistor tidak aktif.
Jika ada sinar inframerah yang mengenai potodioda, maka hambatan pada
potodioda 300 Kohm, sehingga:
=
Vo
R2
330.000
=
xVcc
=
x5 2, 619 Volt
R1 + R 2
300.000 + 330.000
Vout akan diumpankan ke basis dari transistor C828, karena tegangannya lebih besar dari
0,7 volt yaitu 2,619 Volt maka transistor akan aktif.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Transistor ke-4 tipe PNP A733 berfungsi untuk menyalakan LED sebagai indikator
bahwa sensor ini menerima pantulan sinar inframerah dari pemancar. LED ini akan
menyala jika sensor menerima sinar inframerah, dan akan mati jika sensor tidak menerima
sinar inframerah.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Komponen
utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC inilah semua
program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki.
Rangkaian mikrokontroler ini ditunjukkan pada gambar berikut ini:
VCC
5V
AT89S51
1
2
3
4
VCC 5V
5
6
7
8
10uF
P1.0
Vcc
P1.1
P0.0 (AD0)
P1.2
P0.1 (AD1)
P1.3
P0.2 (AD2)
P1.4
P0.3 (AD3)
P1.5
P0.4 (AD4)
P1.6
P0.5 (AD5)
P1.7
P0.6 (AD6)
9
10
11
12
VCC 5V
13
14
15
2SA733
16
4.7k
17
18
LED1
19
30pF
P0.7 (AD7)
P3.0 (RXD)
EA/VPP
P3.1 (TXD)
ALE/PROG
P3.2 (INT0)
PSEN
P3.3 (INT1)
P2.7 (A15)
P3.4 (T0)
P2.6 (A14)
P3.5 (T1)
P2.5 (A13)
P3.6 (WR)
P2.4 (A12)
P3.7 (RD)
P2.3 (A11)
XTAL 12 MHz
1
RST
20
30pF
XTAL2
P2.2 (A10)
XTAL1
P2.1 (A9)
GND
P2.0 (A8)
40
39
38
37
36
35
34
33
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena
mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal.
Pin 18 dan 19
dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 30 pF. XTAL ini akan mempengaruhi
kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program.
Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan mereset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O
8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus
data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin
21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3. Pin 17 yang merupakan
P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji
apakah rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan
memberikan program sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah
rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang
terhubug ke Pin 17 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian
minimum tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan
ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan
dengan + 5 volt dari power supplay.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5
volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian.
Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :
TIP32C
LM7805CT
12Volt
Vreg
IN
OUT
100ohm
5Volt
330ohm
1N5392GP
2200uF
1N5392GP
1uF
100uF
TS_PQ4_12
Gambar 3.5
Motor DC akan berputar searah/berlawanan arah dengan jarum jam jika salah satu
kutubnya diberi tegangan positip dan kutub yang lainnya diberi tegangan negatif atau
ground. Dan motor DC akan berputar kearah sebaliknya jika polaritasnya dibalik. Dengan
sifat yang demikian maka dibutuhkan suatu rangkaian yang dapat membalikkan polaritas
yang diberikan ke motor DC tersebut, sehingga perputaran motor DC dapat dikendalikan
oleh rangkaian tersebut. Dan jika rangkaian tersebut dihubungkan dengan mikrokontroler
AT89S51, maka pergerakan motor dapat dikendalikan oleh program. Rangkaian untuk
mengendalikan perputaran motor DC tersebut adalah sebuah rangkaian yang dikenal
dengan jembatan H. Jembatan H ini terdiri dari 4 buah transistor, dimana 2 buah transistor
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
bertipe NPN dan 2 buah transistor lagi bertipe PNP. Ke-4 transistor ini dirangkai
sedemikian rupa sehingga dengan memberikan sinyal low atau high pada rangkaian maka
perputaran motor dapat diatur.
Untuk perintah buka, maka motor akan berputar ke arah kanan kedua motor
sehingga kedua palang akan terangkat sebesar 900. Untuk perintah tutup, maka motor
akan berputar ke arah kiri kedua motor sehingga kedua palang akan turun. Rangkaian
jembatan H, ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
VDD
VDD
6.2V
6.2V
1.0k
1.0k
330
2SC945
Tip 127
Tip 127
18
18
VCC
VCC
MOTOR
5V
5V
2SC945
1.0k
P0.1
P0.0
18
330
330
1.0k
2SC945
Tip 122
Tip 122
18
2SC945
330
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Pada rangkaian di atas, jika P0.0 diset high yang berarti P0.0 mendapat tegangan 5
volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 yang disebelah kiri akan aktif. Hal ini akan
membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan mendapat tegangan 0 volt dari
ground. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri atas diumpankan ke
basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor TIP 127 mendapatkan
tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini aktif (transistor tipe PNP akan aktif jika
tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34 volt). Aktifnya transistor PNP TIP 127 ini akan
mengakibatkan
Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah
diumpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor TIP
122 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini tidak aktif (transistor
tipe NPN akan aktif jika tegangan pada basis lebih besar dari 0,7 volt). Karena transistor
TIP 122 ini tidak aktif, maka kolektornya tidak terhubung ke emitor, sehingga kolektor
tidak mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.
Karena kolektor TIP 122 dihubungkan dengan kolektor TIP 127 yang
mendapatkan tegangan 5 volt dari Vcc, maka kolektor dari TIP 122 juga
mendapatkan
tegangan yang sama. Hal ini menyebabkan motor sebelah kiri mendapatkan tegangan 5
volt (polaritas positif).
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Agar motor dapat berputar ke satu arah maka motor harus mendapatkan tegangan 0
volt (polaritas negatif). Hal ini diperoleh dengan memberikan logika low (0) pada P2.7
mikrokontroler AT89S51.
Pada rangkaian di atas, jika P0.1 diset low yang berarti P0.1 mendapat tegangan 0
volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 yang disebelah kanan tidak akan aktif. Hal ini
akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan mendapat tegangan 5 volt dari
Vcc. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kanan atas diumpankan ke basis
dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor TIP 127 mendapatkan
tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini tidak aktif. Karena transistor PNP TIP
127 tidak aktif maka kolektornya tidak terhubung ke emitor sehingga kolektor tidak
mendapatkan tegangan 5 volt dari Vcc, tetapi mendapatkan tegangan yang berasal dari
transistor TIP 122 yang berada di bawahnya.
Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah
diumpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor TIP
122 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini menjadi aktif. Karena
transistor TIP 122 ini menjadi aktif, menyebabkan kolektornya terhubung ke emitor,
sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.
dihubungkan dengan kolektor TIP 127, maka kolektor dari TIP 127 juga
mendapatkan
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
tegangan yang sama. Hal ini menyebabkan motor sebelah kanan mendapatkan tegangan 0
volt (polaritas negatif). Hal ini akan menyebabkan motor akan berputar ke satu arah
tertentu. Sedangkan untuk memutar motor kea arah sebaliknya, maka logika yang
diberikan ke P0.0 adalah low (0) dan logika yang diberikan ke P0.1 adalah high (1)
START
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Sensor
Kanan
Luar
0?
Ya
Tutup
Palang
Sensor
Kanan
Dalam
0?
Tidak
Buka
Palang
Tidak
Sensor
Kiri
Luar =
0?
Ya
Tutup
Palang
Sensor
Kiri
Dalam
0?
Tidak
Buka
Palang
Tidak
Buka
Palang
Program diawali dengan pengecekan logika pada sensor kanan luar. Jika sensor ini
menerima logika 0 yang berarti kereta api ada yang akan lewat maka mikrokontroler
segera mengirimkan logika agar jembatan H memutar kedua motor sehingga menutup
kedua palang. Demikian juga jika sensor kanan dalam menerima logika 0 yang berarti
seluruh badan kereta api sudah lewat maka mikrokontroler mengirimkan logika agar
jembatan H memutar kedua motor sehingga membuka kedua palang.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Demikian halnya jika kereta api datang dari sebelah kiri, yang bekerja adalah
sensor kiri luar dan sensor kiri dalam sesuai dengan yang telah terprogram pada
mikrokontroler AT89S51.
;sensor
kanan
dalam
berada
bit p1.6
sensor_kiri_dalam
bit p1.7
limit1buka
bit p2.1
limit1tutup
bit p2.0
;limit1tutup
berada
pada
bit p2.3
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
limit2tutup
bit p2.2
;limit2tutup
berada
pada
hijau
bit p0.0
biru
bit p0.1
ungu
bit p0.2
abu
bit p0.3
utama:
; program utama
acall buka
cek_kanan:
setb p3.1
; program utama
;aktifkan logika high (1) pada
bit p3.1
acall stop
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
rutin1:
acall tutup
loop:
jb sensor_kanan_dalam,loop
rutin2:
jnb sensor_kanan_dalam,rutin2
;melompat
ke
bit
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
cek_kiri:
; program utama
jb sensor_kiri_luar,cek_kanan
;melompat
p1.6
ke
pada
bit
logika
high (1)
rutin3:
acall
tutup
loop1:
jb sensor_kiri_dalam,loop1
;melompat
ke
bit
p1.7
jnb sensor_kiri_dalam,rutin4
sjmp utama
melompat
ke
baris
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
buka:
; perintah buka
clr p3.1
aktifkan
logika
low
(0)
memanggil
rutin
bukamotor1
cekmotorbuka1:
jb limit1buka,cekmotorbuka2
;melompat
ke
bit
cekmotorbuka2:
jb limit2buka,bukaserentak ;
melompat
ke
bit
p2.3
acall stop
ret
;program
berhenti
untuk
program buka
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
bukaserentak:
jb limit1buka,lanjut
;perintah bukaserentak
;melompat
ke
bit
p2.1
pada
ke
baris
perintah
lebel cekmotorbuka1
lanjut:
;perintah lanjut
acall bukasemua
;memanggil
rutin
bukasemua
sjmp buka
;melompat
ke
baris
perintah
lebel buka
tutup:
; perintah tutup
clr p3.1
;aktifkan
logika
low
(0)
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
cekmotortutup1:
;perintah cekmotortutup1
jb limit1tutup,cekmotortutup2
;melompat
p2.0
ke
pada
bit
logika
high (1)
acall stopmotor1
;memanggil
rutin
stopmotor1
cekmotortutup2:
;perintah cekmotortutup2
jb limit2tutup,tutupserentak
melompat
ke
bit
ret
;program
berhenti
untuk
program tutup
tutupserentak:
jb limit1tutup,lanjutkan
;melompat
ke
bit
p2.0
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
acall tutupmotor2
;memanggil
rutin
tutupmotor2
sjmp cekmotortutup1
;melompat
ke
baris
perintah cekmotortutup1
lanjutkan:
; perintah lanjutkan
acall tutupsemua
sjmp tutup
;melompat
ke
baris
printah
lebel tutup
bukasemua:
; perintah bukasemua
mov p0,#0ah
;isikan
nilai
heksadesimal
ke p0
mov r7,#200
djnz r7,$
pengurangan
belum
dihasilkan 0
acall stop
ret
program
berhenti
untuk
program
bukasemua
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
tutupsemua:
mov p0,#05h
;perintah tutupsemua
;isikan
nilai
heksadesimal
ke p0
mov r7,#100
djnz r7,$
;instruksi
yang
akan
akan
melompat
ke
memori
program
tutupsemua
jika
setelah
pengurangan
belum
dihasilkan 0
acall stop
ret
;program
berhenti
untuk
program
tutupsemua
bukamotor1:
mov p0,#02h
;perintah bukamotor1
;isikan nilai 2 heksadesimal ke p0
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
mov r7,#200
djnz r7,$
pengurangan
belum
dihasilkan 0
acall stop
ret
;program
berhenti
untuk
program
bukamotor1
bukamotor2:
;perintah bukamotor2
mov p0,#08h
mov r7,#200
djnz r7,$
pengurangan
belum
dihasilkan 0
acall stop
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
ret
;program
berhenti
untuk
program
bukamotor2
tutupmotor1:
;perintah tutupmotor1
mov p0,#01h
mov r7,#100
djnz r7,$
pengurangan
belum
dihasilkan 0
acall stop
ret
;program
berhenti
untuk
program
tutupmotor1
tutupmotor2:
;perintah tutupmotor2
mov p0,#04h
mov r7,#100
djnz r7,$
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
setelah
pengurangan
belum
dihasilkan 0
acall stop
ret
;program
berhenti
untuk
program
tutupmotor2
stopmotor1:
clr hijau
;perintah stopmotor1
;aktifkan logika low (0) pada bit
p0.0
clr biru
ret
;program
berhenti
untuk
program
stopmotor1
stopmotor2:
clr biru
;perintah stopmotor2
;aktifkan logika low (0) pada bit
p0.1
clr ungu
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
ret
;program
berhenti
untuk
program
stopmotor
stop:
;perintah
clr hijau
clr biru
clr ungu
clr abu
mov r7,#100
djnz r7,$
ret
;program
berhenti
untuk
program
stop
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
BAB 4
PENGUJIAN RANGKAIAN DAN ANALISA
4.1
Pengujian Rangkaian
Untuk mengetahui rangkaian mikrokontroler ini sudah bekerja dengan baik maka
dilakukan pengujian.
VCC
5V
AT89S51
1
2
3
4
VCC 5V
5
6
7
10uF
P1.0
Vcc
P1.1
P0.0 (AD0)
P1.2
P0.1 (AD1)
P1.3
P0.2 (AD2)
P1.4
P0.3 (AD3)
P1.5
P0.4 (AD4)
P1.6
P0.5 (AD5)
P1.7
P0.6 (AD6)
RST
P0.7 (AD7)
40
39
38
37
36
35
34
33
32
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
10
31
Tampilan Running Text, 2009.
P3.0 (RXD)
EA/VPP
11
12
VCC 5V
13
14
15
2SA733
4.7k
XTAL 12 MHz
LED1
16
17
P3.1 (TXD)
P3.2 (INT0)
ALE/PROG
PSEN
P3.3 (INT1)
P2.7 (A15)
P3.4 (T0)
P2.6 (A14)
P3.5 (T1)
P2.5 (A13)
P3.6 (WR)
P2.4 (A12)
P3.7 (RD)
P2.3 (A11)
18
19
XTAL2
P2.2 (A10)
XTAL1
P2.1 (A9)
30
29
28
27
26
25
24
23
22
Loop:
Cpl P3.7
Acall Tunda
Sjmp Loop
Tunda:
Mov R7,#255
Tnd:
Mov R6,#255
Djnz r6,$
Djnz r7,Tnd
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Ret
Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P3.7 selama selang waktu
tunda. Jika logika pada P3.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian
juga sebaliknya jika logika pada P3.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.
Logika low akan mengaktifkan transistor sehingga LED akan menyala dan logika
high akan menonaktipkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian program ini
akan membuat LED berkedip terus-menerus. Jika LED telah berkedip terus menerus
sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian mikrokontroler telah berfungsi
dengan baik.
4.1.2 Pengujian Rangkaian Sensor Inframerah
Rangkaian ini dikatakan baik apabila ketika photodioda terkena pantulan inframerah, LED
indicator akan menyala dan tegangan keluarannya jika diukur adalah 0 V. Demikian
sebaliknya, ketika photodiode tidak terkena pantulan inframerah, LED indicator tidak akan
menyala, dan tegangan keluarannya jika di ukur adalah 5 V. Karena sensor ini berfungsi
untuk mendeteksi kereta api yang lewat maka diletakkan menghadap rel kreta api. Dengan
jarak sedekat mungkin agar bekerja sesuai dengan yang diinginkan.
Rangkaian sensor inframerah ditunjukkan oleh gambar berikut:
5V
5V
AT89S51
1.0k
Q4
1.0k
100
10k
Q2
1.0k
100
Poto dioda
Infra Merah
100
Infra Merah
VDD
VDD
6.2V
6.2V
1.0k
1.0k
Tip 127
18
330
2SC945
Tip 127
18
VCC
VCC
MOTOR
5V
5V
2SC945
1.0k
P0.1
P0.0
18
330
330
1.0k
2SC945
Tip 122
Tip 122
18
2SC945
330
Untuk menguji rangkaian ini, diberikan logika high (5 V) pada salah satu inputnya,
sedangkan inputnya yang lain diberikan logika low (0 V). Maka motor DC yang
dihubungkan pada outputnya akan berputar ke arah tertentu. Dan ketika pemberian logika
dibalik, motor akan berputar ke arah yang sebaliknya.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
4.1.4
Rangkaian PSA ini berfungsi untuk mensuplay tegangan ke seluruh rangkaian ditunjukkan
oleh gambar berikut
TIP32C
LM7805CT
12Volt
Vreg
IN
OUT
100ohm
5Volt
330ohm
1N5392GP
2200uF
1uF
1N5392GP
100uF
TS_PQ4_12
Pengujian pada bagian rangkaian power supply ini dapat dilakukan dengan
mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan Voltmeter. Pada
power supply ini terdapat dua keluaran. Tegangan power supply ini digunakan untuk mensupply tegangan ke seluruh rangkaian. Mikrokontroler AT89S51 dapat bekerja pada
tegangan 4,0 Volt sampai 5,5 Volt ini cukup men-supply tegangan mikrikontroler
AT89S51. Rangkaian PSA ini dikatakan baik ketika nilai tegangan outputnya berkisar
antara 4,5 Volt hingga 5,0 Volt.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
Pengujian pada rangkaian buzzer ini dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt
dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN,
transistor jenis ini akan aktip jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktip jika
pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktipnya transistor akan membunyikan buzzer.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
4.2.
Analisa
Setelah keseluruhan dibuat dan diuji, maka berikut ini adalah rangkaian kerja dari palang
kereta api yang dibuat:
1.
Pada saat dihidupkan palang akan segera mengambil logika dari sensor kanan luar.
2.
Ketika kereta api terdeteksi oleh sensor kanan luar tersebut, maka palang akan
diperintahkan untuk menutup jalan sehingga mobil dan kenderaan lainnya berhenti.
3.
Pada saat sensor kanan dalam mendeteksi kereta api sudah seluruhnya lewat maka
palang akan diperintahkan untuk membuka jalan artinya mobil dan kenderaan
lainnya dapat berjalan kembali.
4.
Demikian juga dilakukan jika sensor kiri luar yang mendapat logika, sensor kiri
dalam akan bekerja sesuai dengan yang telah diprogram.
5.
Buzzer akan berbunyi ketika kereta api terdeteksi oleh sensor inframerah demikian
halnya Running text akan aktif juga.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan Tugas Akhir ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perancangan simulasi Palang kereta api ini dapat berfungsi dengan baik selainuntuk
mengurangi factor kecelakaan juga tenaga manusia yang betul betul menyita perhatian
yang ditugaskan untuk pos jaga dekat palang kereta api.
2. Mikrokontroler AT89S51 mempunyai fungsi yang besar untuk mengendalikan semua
cara kerja dari proyek tersebut baik untuk mengendalikan semua rangkaian.
3. Motor DC memilki speed dan torsi yang mudah dikontrol arah putaran dan
kecepataannya untuk dapat diputar ke kiri atau ke kanan yang dihubungkan dengan
Mikrokontroler AT89S51 sebagai pengendalinya.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
5.2 Saran
1. Agar rangkaian yang digunakan tidak terganggu,sebaiknya alat ini dikemas dalam
bentuk yang lebih baik sehingga penggunaannya lebih efektif.
2. Pada proyek ini penempatan letak sensor harus sesuai dengan fungsinya masingmasing.
3. Bahasa pemograman yang digunakan pada proyek ini hendaknya bisa dikembangkan
menjadi lebih baik.
4. Pada proyek ini jenis sensor inframerah dapat diganti dengan sensor halangan yang lain
seperti sensor ultrasonik untuk proyek jadinya.
5. Dapat ditambah lagi system sistem yang dapat mendukung pada system agar tujuan
yang diinginkan lebih sempurna.
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
www.Smartec.NL
www.fairchildsemi.com
www.atmel.com
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
VD
VDD
6.2V
VCC
5V
1.0k
AT89S51
Q4
1.0k
330
10k
4.7k
2SC945
18
VCC
VCC
MOTOR
5V
5V
2SC945
1.0k
1.0k
P0.0
C828
10k
330
Poto dioda
1.0k
2SA733
1.0k
2SA733
2SC945
Tip 127
Tip 127
18
10k
Q2
4.7k
Tip 122
18
330k
Tip 122
LED1
Mona Farida Lumbantoruan : Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 sebagai BASIS pada Simulasi Palang Kereta Api dengan
Tampilan Running Text, 2009.
TIP32C
LM7805CT
12Volt
Vreg
IN
100ohm
OUT
5Volt
330ohm
1N5392GP
2200uF
1uF
18
2SC945
2SC945
330
330