PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan bagian yang paling berarti dalam sebuah keluarga, selain
sebagai penerus keluarga, anak tersebut pada akhirnya akan menjadi seorang
penerus bangsa. Oleh karena itu tidak ada orang tua yang menginginkan
anaknya jatuh sakit. Dalam beberapa waktu ini kasus kejang demam cukup tinggi
terjadi. Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering di
jumpai pada anak-anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena dipicu oleh karena
adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang di sebabkan oleh
kelainan proses ekstrakranium.
Sementara itu penyebab demam terbanyak adalah karena infeksi saluran
nafas atas dan saluran pencernaan pada anak (Pusponegoro, 2006). Insiden
terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 5
tahun. Hampir 4% anak berumur di bawah 5 tahun menderita kasus kejang
demam, oleh karena itu kita sebagai petugas kesehatan dituntut berperan aktif
dalam mengatasi keadaan tersebut yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu (Pusponegoro, 2006). Apabila anak
berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang di dahului
demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsy yang
mungkin terjadi bersama demam (Nelson dkk, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi kejang demam ?
2. Bagaimana klasifikasi kejang demam ?
3. Apa saja faktor resiko kejang demam ?
4. Bagaimana patofisiologi kejang demam ?
5. Bagaimana cara penegakan diagnosis kejang demam ?
6. Apa saja diagnosis banding kejang demam ?
7. Bagaimana tatalaksana kejang demam ?
8. Bagaimana prognosis kejang demam ?
9. Apa saja KIE yang dapat diberikan kepada orang tua pasien kejang
demam?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kejang demam
2. Untuk mengetahui klasifikasi kejang demam
3. Untuk mengetahui faktor resiko kejang demam
4. Untuk mengetahui patofisiologi kejang demam
5. Untuk mengetahui cara penegakan diagnosis kejang demam
6. Untuk mengetahui diagnosis banding kejang demam
7. Untuk mengetahui tatalaksana kejang demam
8. Untuk mengetahui prognosis kejang demam
9. Untuk mengetahui KIE yang dapat diberikan kepada orang tua pasien
kejang demam
1.4 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dokter muda dalam hal
pelaksanaan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan
diagnosis, penatalaksanaan serta prognosis kejang demam pada anak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten
dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan
atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di
neuron otak.
2.2 Definisi Kejang Demam
Definisi kejang demam menurut The International League Against Epilepsy
(ILAE) adalah suatu bangkitan kejang terjadi pada masa bayi setelah berusia
satu bulan, terkait dengan timbulnya demam, yang tidak disebabkan oleh infeksi
system saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatal sebelumnya atau kejang tanpa
provokasi sebelumnya, dan tidak memenuhi kriteria kejang simptomatik akut yang
lain (Muid, 2014).
Kejang demam menurut UKK Neurologi Anak 2006 ialah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4%
anak berumur 6 bulan 5 tahun ( Pusponegoro, 2006).
Anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang tanpa demam tidak
digolongkan sebagai penderita kejang demam (Lumbantobing, 2011). Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi sistem saraf pusat, atau
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam (Pusponegoro, 2006).
2.3 Epidemiologi Kejang Demam
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun. Kejang
demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam, sedangkan
20% lainnya merupakan kejang demam kompleks. Kejang lama terjadi pada 8%
kejang demam, sedangkan kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang
mengalami kejang demam (Pusponegoro ,2006).
Di Amerika Serikat insiden kejang demam berkisar 2-5% pada anak usia 6
bulan sampaii dengan 5 tahun. Diantara anak dengan kejang demam, sekitar
70-75% mengalami kejang demam sederhana, 20-25% mengalami kejang
demam kompleks, dan 5% mengalami simptomatis kejang demam (Baumman,
2015).
Untuk negara-negara di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali
lipat disbandingkan di Eropa dan di Amerika. Di India angka insiden kejang
demam mencapai 10%, dan di Jepang sekitar 8,8% (Nooruddin, 2015).
Menurut Lumbantobing 2007, dari berbagai hasil penilitian didapatkan
bahwa kejang demam lebih sering dijumpai pada anak laki-laki daripada
perempuan, dengan perbandingan yang berkisar antara 1,4 : 1 dan 1,2 : 1.
Lumbantombing sendiri telah meneliti pada 297 anak dengan kejang demam.
165 anak adalah laki-laki dan 132 perempuan. Perbandingan anak laki-laki dan
perempuan ialah1,25 : 1
2.4 Klasifikasi Kejang Demam
Umumnya
kejang
demam
dibagi
menjadi
golongan.
Kriteria
penggolongan tersebut dikemukakan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat
beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis
kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, dan
lainnya (Lumbantobing, 2011).
Menurut ILAE tahun 1993 kejang demam diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Dimana kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam, sedangkan 20%
adalah kejang demam kompleks.
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang
berbentuk tonik dan atau klinik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang
dalam waktu 24 jam. Sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang
demam yang berlangsung lebih dari 15 menit. Kejang berbentuk kejang fokal
atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (Pusponegoro, 2006).
Penyebab demam
Tonsilitis dan atau faringitis
Jumlah penderita
100
91
22
44
17
38
Morbili (campak)
12
Tidak diketahui
66
fungsi normal pompa Na+ dan reuptake asam glutamat oleh sel glia. Kedua hal
tersebut mengakibatkan masuknya Na+ ke dalam sel meningkat dan timbunan
asam
glutamat
ekstrasel.
Timbunan
asam
glutamat
ekstrasel
akan
depolarisasi,
disamping
itu
demam
tinggi
dapat
menurunkan
terdapat demam
Tanda rangsangan meningeal: kaku kuduk, Brudzinski I dan II, Kernig, Laseque
Pemeriksaan nervus kranialis
Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubun-ubun besar (UUB) memnonjol,
papil edema
Tanda infeksi diluar SSP: ISPA, OMA, ISK, dll.
Pemeriksaan neurologis: tonus, motorik, reflek fisiologis, reflek patologis (Darto,
2009).
2.7.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam,
atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai dengan demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit, urinalisis dan gula darah (Pusponegoro, 2006).
Pungsi Lumbal
Menurut Pusponegoro tahun 2006, pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.
Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6-0,7%. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis
karena manifestasi klinisnya yang tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
elektroensefalografi
(EEG)
tidak
dapat
memprediksi
kejang
demam.
Oleh
karena
itu
pemeriksaan
EEG
tidak
direkomendasikan. EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak
khas, misalnya: kejang demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6 tahun
atau kejang demam fokal (Pusponegoro, 2006).
Pencitraan
Foto X-Ray kepala dan CT Scan atau MRI jarang sekali dikerjakan, tidak
rutin dan hanya dilakukan apabila didapatkan indikasi seperti:
dan
jika
pasien
telah
mendapatkan
antibiotika
maka
perlu
9
complex
partial
seizures,
generalized
tonic-clonic
seizures,
10
Pemberian oksigen
11
2.
3.
Kejang fokal
4.
a.
b.
c.
Penjelasan:
-
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam >15 menit merupakan
indikasi pengobatan rumat
Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai
fokus organik.
Jenis antikonvulsan yang digunakan adalah fenobarbital dengan dosis 3-4
mg/kgBB per hari dalam 1-2 dosis. Selain itu, bisa juga diberikan asam valproate
dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis. Pengobatan diberikan selama
1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
Pada kejang demam yang tidak berbahaya dan penggunaan obat yang dapat
menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap
kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari
dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar. Pada sebagian kecil
kasus, terutama yang berumur <2 tahun, asam valproate dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati.
12
Menurut Darto tahun 2009, indikasi rawat inap pada pasien dengan kejang
demam adalah, apabila anak tersebut mengalami kejang demam kompleks,
hiperpireksia, usia dibawah 6 bulan, merupakan kejadian kejang demam yang
pertama kalinya, dan terdapat kelainan neurologis.
2.10 Edukasi
Kebanyakan orang tua menganggap kejang adalah suatu keadaan yang
terminal bagi anaknya. Mereka juga sering panik dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan bila anaknya mengalami kejang. Oleh karena itu KIE kepada orang tua
terutama apabila anaknya sudah pernah mengalami kejang sebelumnya, sangat
penting untuk diberikan (Wong, 2002).
Orang tua harus diberi informasi bahwa kejang umunya memiliki prognosis
yang baik. Mereka juga harus diberi tahu bagaimana cara penanganan awal
apabila anaknya tiba-tiba mengalami kejang. Seorang anak memiliki potensi
untuk mengalami kejang ulangan, juga harus diinformasikan kepada orang tua.
Perlu diwaspadai, bahwa pemberian obat untuk mencegah kekambuhan kejang
juga memiliki efek samping, sehingga orang tua tidak semata-mata memberikan
obat tersebut terus-menerus untuk mencegah timbulnya kejang di kemudian hari
(Wong, 2002).
Di bawah ini adalah poin-poin yang harus dilakukan oleh orang tua apabila
anak mengalami kejang:
1.
2.
3.
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
4.
5.
6.
Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7.
Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
13
2.11 Prognosis
Anak yang mengalami kejang demam dapat mengalami kelainan neurologis
pada sebagian kecil kasus, terutama pada kasus kejang lama atau kejang
berulang, baik umum atau fokal. Kejang demam juga bisa berulang, terutama
dengan factor resiko sebagai berikut:
-
14
BAB 3
KESIMPULAN
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Prevalensi terjadinya kejang demam adalah
2-4% dari total populasi anak normal. Sedangkan insiden terjadinya kejang
demam lebih tinggi pada anak berjenis kelamin laki-laki daripada anak
perempuan yakni 1,2 1,6 : 1 dan kejang muncul pada usia yang lebih muda.
Kejang demam paling sering muncul pada usia 6 bulan sampai 5 tahun dengan
total insidennya 2 4 %. Kejang demam diklasifikasikan menjadi kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks berdasarkan lama kejang, tipe kejang,
dan berulang atau tidaknya kejang dalam 24 jam. Sekitar 80% diantara seluruh
kejang demam merupakan kejang demam sederhana, dan sisanya merupakan
kejang demam kompleks.
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti darah lengkap (DL), serum elektrolit
(SE), gula darah acak (GDA), lumbal pungsi (LP), dan radiologis.
ditegakkan
diagnosis
kejang
demam,
maka
harus
segera
Setelah
dilakukan
15
DAFTAR PUSTAKA
1.
AAP. Practice parameter: Longterm treatment of the child with simple febrile
seizures Pediatr 1999; 103:1307-9
2.
Baumann,
.2015.
Pediatric
(emedicine.medscape.com/article/1176205-differential
3.
Febrile
Seizures.
Diakses tanggal 29
januari 2016).
Darto S. 2009. Kejang Demam. Dalam :Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta :
UKK Ikatan Dokter Indonesia.
4.
5.
Fuadi. 2010. Faktor Risiko Kejang Demam pada Anak :Sari Pediatri, Vol 12,
No 3 : Jakarta.
6.
7.
Gonzalez Del Rey JA. 1997. Febrile Seizure : Pediatric Emergency Medicine.
Edisi ke-2. St.Louis : Mosby; hal. 1017-9
8.
16
13. Nelson KB dan Ellenberg JH. Prognosis in children with febrile seizure.
Pediatr 1978; 61:720-7.
14. Nelson, Waldo.E.MD., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3.
Jakarta:EGC
15. Panjaitan,
F.
2012.
Kejang
https://freddypanjaitan.wordpress.com
Demam
(Febrile
Seizures)(
/2012/01/01/kejang-demam-febrile-
17