Bayi baru lahir mengalami perubahan fisiologis yang dramatis dalam menit
pertama sampai beberapa jam setelah dilahirkan. Perubahan fisiologis pada
bayi ini diakibatkan oleh transisi dari lingkungan intrauterine menjadi
lingkungan ekstrauterine. Pada saat bayi di lingkungan intrauterine,
pertukaran gas dan sirkulasi dibantu oleh plasenta. Sedangkan di luar uterus,
bayi memiliki sistem kardiopulmoner yang independen. 1
Setiap tahunnya 136 milyar bayi lahir di seluruh dunia. Pada setiap
bayi baru lahir, dapat dilakukan APGAR scoring dan scoring yang lain untuk
menilai vitalitas dari bayi. Kurang lebih 5-10% dari bayi yang lahir setiap
tahunnya memerlukan rangsangan sederhana untuk membantu mereka
bernapas, 3-5% membutuhkan resusitasi dasar, dan <1% memerlukan
resusitasi lanjutan berupa kompresi dada atau obat-obatan. Diperkirakan pula
814.000 bayi baru lahir meninggal setiap tahunya di seluruh dunia, dan salah
satu penyebab kematian bayi tersebut adalah kegagalan respirasi dan
kegagalan sirkulasi pada saat bayi baru lahir.1 2
Kegagalan respirasi biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya
pernapasan untuk mendorong cairan untuk keluar dari alveoli. Adanya benda
asing yang menghalangi jalan napas. Kehilangann darah yang berlebihan
atau kontraktilitas jantung yang tidak baik atau bradikardi sehingga
menyebabkan hipoksia dan iskemia lalu menyebabkan hipotensi sistemik.
Berkurangnya ventilasi dari paru sehingga paru mengalami konstriksi
arteriole paru, lalu menghambat oksigenasi darah di arteri sistemik. Perfusi
dan oksigenasi ke organ bayi yang tidak adekuat dan terjadi terus menerus
dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan organ lainnya dan kemudian
menyebabkan kematian.2
TINJAUAN PUSTAKA
Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah kelahiran.
Sebelum lahir, seluruh oksigen yang digunakan janin berasal dari difusi darah
ibu ke darah kanin melewati membran plasenta. Hanya sebagian kecil darah
janin yang mengalir ke paru-paru janin. Paru janin tidak berfungsi sebagai
alur transportasi oksigen ataupun eksresi karbon dioksida.
Asfiksia
Asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai kegagalan bernapas secara
spontan dan teratur pada saat bayi lahir atau sesaat setelah bayi lahir yang
ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah yang rendah (hipoksemia),
hiperkarbia (PaCO2 meningkat) dan asidosis. Dalam uterus, asfiksia
disebabkan oleh hipoksia maternal, penurunan aliran darah plasentalumbilikal, dan gagal jantung fetal. Hipoksia maternal disebabkan oleh
penyakit jantung sianotik kongenital maternal, gagal jantung kongestif, atau
gagal napas.4
Selama stadium awal dari asfiksia, cardiac output tetap stabil tetapi
terjadi perubahan distribusi. Aliran darah ke hati, ginjal, usus, kulit dan otot
menurun, dimana aliran darah ke jantung, otak, kelenjar adrenal dan plasenta
dipertahankan tetap konstan atau dinaikkan. Distribusi aliran darah ini
membantu memelihara oksigenasi dan nutrisi otak dan jantung, mengingat
kandungan oksigen dalam darah arteri sangatlah rendah. 4,5
Fungsi dari jantung yang hipoksemik dijaga oleh metabolisme glikogen
miokardial dan metabolisme asam laktat. Ketika sumber energi habis, dengan
cepat terjadi kegagalan miokardial, dan tekanan darah arteri dan cardiac
output menurun. Apabila denyut jantung menurun sampai kurang dari 100
denyut/menit selama asfiksia, maka cardiac output akan menurun secara
bermakna. Tekanan vena sentral meningkat selama asfiksia karena
pembuluh darah sistemik mengalami kontriksi dan volume darah sentral
meningkat akibatnya terjadi kegagalan jantung untuk memompa darah. Janin
dan bayi baru lahir bisa mengatasi hipoksia karena mempunyai sejumlah
opiat endogen dalam darahnya. Substansi tersebut, yang meningkat selama
hipoksia dapat menurunkan konsumsi oksigen. Respon normal terhadap
katekolamin juga penting untuk menyelamatkan dari asfiksia. Respon normal
terhadap asfiksia meliputi peningkatan hormon adrenokortikotropik plasma,
4
atau
berlebihan
biasanya
presentasi
oksigenasi
dan
kepala
harus
mungkin
menimbulkan
menunjukkan
kewaspadaan.
gangguan
Adanya
e. Warna Kulit
Pada umumnya semua kulit neonatus berwarna biru keunguan
sesaat setelah lahir. Sekitar 60 detik, seluruh tubuhnya menjadi
7
merah muda kecuali tangan dan kaki yang tetap biru (sianosis
sentral). Sianosis sentral diketahui dengan memeriksa wajah,
punggung dan membran mukosa. Jika sianosis sentral menetap
sampai lebih dari 90 detik perlu dipikirkan asfiksia, cardiac output
rendah, udem paru, methemoglobinemia, polisitemia, penyakit
jantung kongenital, aritmia dan kelainan paru (distres pernapasan,
obstruksi jalan napas, hipoplastik paru, hernia diafragmatika),
terutama bila bayi tetap sianosis dibawah respirasi kendali dan
oksigen ysng mencukupi. Pucat menandakan penurunan cardiac
output, anemia berat, hipovolemia, hipotermia atau asidosis. 8,9
Apgar Skor
Apgar skor adalah ekspresi dari kondisi fisiologis bayi baru lahir. Dengan
apgar skor memungkinkan dilakukan evaluasi kondisi bayi yang baru lahir
pada menit pertama dan kelima kehidupannya. Apgar skor pada menit
pertama merefleksikan kondisi bayi pada saat lahir dan berhubungan dengan
kemampuannya untuk bertahan hidup, apgar skor yang tidak banyak
meningkat dari menit pertama hingga menit ke 5 dikatakan meningkatkan
resiko kematian pada bayi. Sedangkan apgar skor pada menit ke-5
merefleksikan
respon
resusitasi
dan
mungkin
berhubungan
dengan
TANDA
Appearance
0
Seluruh tubuh
1
Tubuh merah,
2
Merah seluruh
(warna kulit)
Pulse/hearth
biru / pucat
Tidak ada
ektremitas biru
<100 kali/menit
tubuh
>100 kali/menit
(denyut jantung)
Grimace
Tidak bereaksi
Gerakan sedikit
Reaksi melawan
(reflek)
Activity
Lemas
Ekstremitas fleksi
Gerakan aktif
Tidak ada
sedikit
Lambat
Menangis kuat
rate
(tonus otot)
Respiration
(pernapasan)
Apgar skor 8-10. Apgar skor 8-10 umumnya dapat dicapai pada 90%
neonatus.
Dalam
hal
ini,
diperlukan
penghisapan
oral
dan
nasal,
skor
3-4.
Neonatus
biasanya
sianotik
dan
usaha
proses
resusitasi
difokuskan
dengan
mengidentifikasi
abnormalitas pada oksigenasi dan perfusi. Tujuan yang ingin dicapai adalah
untuk mengoreksi keadaan tersebut dan mencegah pemburukan yang lebih
lanjut.8
Bayi-bayi yang tidak memerlukan resusitasi dapat dinilai dengan
mudah dan cepat. Penilaiannya meliputi 3 karakteristik yaitu :
-
Jika semua pertanyaan diatas jawabannya adalah iya, maka bayi tidak
memerlukan resusitasi dan tidak perlu dipisahkan dari ibunya. Bayi harus
dikeringkan, diletakkan salling bersentuhan dengan ibunya, dan ditutupi
dengan kain linen untuk menjaga temperatur. Selanjutnya tetap observasi
pernapasan, aktifitas, dan warna kulit bayi. 8
Jika ada dari pertanyaan diatas yang jawabannya adalah tidak, maka
bayi memerlukan resusitasi yang dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :8
10
dengan
meletakkan
bayi
dibawah
pemancar
panas,
diperlukan
dengan
balon
penghisap
atau
keteter
penghisap,
mengindikasikan
perlunya
pemberian
oksigan
100%.
dihentikan,
maka
diperlukan
perhatian
post
resusitasi
12
6. Ventilasi
Indikasi dilakukan positive pressure ventilation yaitu :1,3
13
Ventilasi dilakukan melalui bag-valve-mask, pada ventilatory rate 4060 kali/menit, Kunci dari keberhasilan resusitasi pada neonatus yaitu
menjaga agar ventilasinya tetap adekuat.
14
7. Kompresi dada
a. Bradikardi dan cardiac arrest biasanya dapat dicegah dengan
oksigenasi dan ventilasi secara efektif pada tahap awal.
b. Kompresi dada sebaiknya dimulai jika denyut jantung < 60-80
kali/menit dan tidak meningkat dengan cepat walaupun telah
mendapatkan IPPV secara efektif selama 30 detik.
c. Pada sepertiga bawah sternum dilakukan kompresi - inchi
saat denyut jantung 120 kali/menit.
8. Obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan yaitu epinefrin, volume expander,
ntrium bikarbonat, nalokson.
Panduan Menunda dan Menghentikan Resusitasi
Untuk bayi baru lahir yang berada pada batas kemungkinan dapat hidup dan
mempunyai kondisi yang menunjukkan resiko mortalitas atau morbiditas
tinggi, sikap dan tindakan yang diambil bervariasi tergantung tiap daerah dan
sumber daya yang tersedia.
Menunda Resusitasi
Pada kemungkinan indentifikasi kondisi yang terkait dengan mortalitas
yang tinggi dan hasil yang buruk, maka dapat dipertimbangkan alasan
15
b)
c)
Menghentikan resusitasi
Pada bayi baru lahir yang denyut jantungnya tidak terdeteksi, selayaknya
dipertimbangkan untuk menghentikan resusitasi jika frekuensi jantung tetap
tidak
terdeteksi
selama
10
menit,
dimana
keputusan
ini
harus
16
Sekitar 6% bayi yang baru lahir mengalami depresi napas, dan sebagian
basar dari bayi tersebut memiliki berat badan kurang dari 1500 gram,
memerlukan
bantuan
hidup
lanjut.
Resusitasi
pada
neonatus
yang
sehingga
resusitasi
difokuskan
pada
respirasi.
Keadaan
17
menunjukkan bahwa 6 napas yang kuat pada saat lahir, secara bermakna
dapat meningkatkan trauma paru pada bayi prematur 30 menit sampai
beberapa jam kemudian dan respon terhadap surfaktan secara signifikan
dibatasi pada saat pernapasan yang panjang tersebut. 6
Resusitasi Vaskular
Resusitasi vaskuler seringkali dilupakan dalam melakukan resusitasi pada
neonatus.5 Beberapa neonatus dan 2/3 bayi prematur yang memerlukan
resusitasi mengalami hipovolemia pada saat lahir. Diagnosis ini ditegakkan
dari pemeriksan fisik (rendahnya tekanan darah dan pucat) dan respon yang
buruk
terhadap
resusitasi.
Tekanan
darah
neonatus
secara
umum
Kompresi Dada
18
/3 - dari diameter anterior posterior dada. Tidak ada data yang spesifik
19
20
21
Epinefrin
Pemberian epinefrin diindikasikan apabila denyut jantung < 60 kali/menit
setelah ventilasi yang adekuat dan kompresi dada selama 30 detik. Epinefrin
terutama diindikasikan apabila terdapat asistol. 12
Epinefrin memiliki efek stimulasi terhadap reseptor dan adrenergik.
Pada cardiac arrest, adrenergik menyebabkan vasokonstriksi yang akan
meningkatkan tekanan perfusi selama kompresi dada, sehingga terjadi
peningkatan hantaran oksigen ke jantung dan otak. Epinefrin juga
meningkatkan keadaan kontraktil jantung, menstinulasi kontraksi spontan dan
meningkatkan denyut jantung.12
Dosis intravena atau endotrakea adalah 0,1-0,3 mL/kg dengan
pengenceran 1:10000 (0,01-0,03 mg/kg), dapat diulang setiap 3-5 menit.
Pemakaian epinefrin dosis tinggi pada binatang dapat menyebabkan
hipertensi dengan curah jantung yang rendah. Efek hipotensi yang diikuti
dengan hipertensi dapat meningkatkan risiko perdarahan intrakranial,
terutama pada bayi preterm.12
Volume Ekspander
Volume ekspander penting untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
yang mengalami hipovolemia. Kecurigaan terjadinya hipovolemia diketahui
dengan kegagalan dalam merespon resusitasi. Cairan yang dipilih kristaloid
isotonik misalnya normal salin atau ringer laktat. Pemberian sel darah merah
O-negatif dapat diindikasikan untuk mengganti kehilangan darah dalam
jumlah yang besar. Solution yang menggandung albumin jarang digunakan
untuk ekspansi volume pada tahap awal karena penggunaannya terbatas,
risiko infeksi, dan pada observasi dihubungkan dengan peningkatan
mortalitas.12
Dosis awal dari volume ekspander adalah 10 mL/kg yang diberikan
secar perlahan melalui jalur intravena selama 5-10 menit. Dosis ini dapat
22
diulang setelah ditentukan kondisi klinis lebih lanjut dan diobservasi respon
yang terjadi.pemberian bolus dalam dosis yang besar dapat dilakukan pada
bayi yang lebih besar. Akan tetapi, volume overload atau komplikasi
(misalnya perdarahan intrakranial) dapat terjadi akibat pemberian volume
ekspander intravaskuler yang tidak tepat pada bayi asfiksia dan bayi
preterm.12
Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat diberikan pada keadaan asidosis metabolik yang
persisten ataupun hiperkalemia.dosis yang diberikan yaitu 1-2 mEq/kg dari
solution 0,5 mEq/mL yang diberikan melalui jalur intravena secara perlahan
(minimal dalm 2 menit) setelah ventilasi dan perfusi adekuat. 12
Nalokson
Nalokson hidroklorida merupakan antagonis narkotik yang tidak mempunyai
efek depresi respirasi. Secara spesifik diindikasikan untuk melawan efek
depresi respirasi pada bayi baru lahir, yang ibunya mendapat narkotik dalam
4 jam sebelum melahirkan. Sebelumpemberian nalokson selalu dijaga
keadekuatan ventilasi. Jangan memberikan nalokson pada bayi baru lahir
yang ibunya dicurigai menggunakan obat-obat narkotik (drug abuse) karena
dapat menyebabkan efek withdrawal.12
Dosis yang direkomendasikan yaitu 0,1 mg/kg dari 0,4 mg/mL atau
solution 1 mg/mL yang diberikan secara intravena, endotrakea, atau apabila
perfusinya adekuat dapat diberikan intramuskular atau subkutan. Karena
durasi dari narkotik lebih lama dibandingkan nalokson, maka monitoring
secara kontinyu merupakan hal yang penting, dan pemberian nalokson dapat
diulang untuk mencegah apneu rekuren.12
Tabel 2. Obat-obatan yang Digunakan selama Resusitasi 6
OBAT
INDIKASI
DOSIS
CARA
EFEK
23
Epinefrin
Asistol
0,01mg/kg
PEMBERIAN
ET, IV
denyut
(0,1 mL/kg)
jantung
diencerkan
kontraktilitas
1:10000
miokard
tekanan arteri
Mengoreksi
Natrium
Asidosis
1-2 meq/kg
bikarbonat
metabolik
diluted 1:2
asodosis
(sangat
metabolik
perlahan)
COP dan
Nalokson
Ibu
IV
perfusi perifer
ventilatory
IM
rate
10-20
IV secara
tekanan darah
mL/kg
perlahan
perfusi perifer
0,1 mg/kg
menggunakan
opiat + bayi
Cairan
apneu
Hipovolemia
(PRC,
albumin
5%,
normal
salin)
dapat
mengalami
kegagalan
akibat
hipotermia,
asidosis,
24
sudah
hypoxia.
Dengan
demikian
hypothermia
dikatakan
25
merupakan
produksi
bilirubin,
26
27
RINGKASAN
Asfiksia diartikan sebagai hipoksemia yang disertai dengan asidosis
metabolik. Dalam uterus, asfiksia disebabkan oleh hipoksia maternal,
penurunan aliran darah plasental-umbilikal, dan gagal jantung fetal. Asfiksia
dalam kehamilan dapat menyebabkan keadaan hipervolemik maupun
hipovolemik. Asfiksia selama proses persalinan biasanya menyebabkan
hipervolemia kecuali pada kondisi berikut: tekanan tali pusat lebih besar pada
vena umbilikalis dibandingkan pada arteri umbilikalis, terjadi perdarahan dari
plasenta, dan hipotensi pada ibu (misalnya pada syok, trauma, pengaruh
obat anestesi.
Dengan apgar skor memungkinkan dilakukan evaluasi kondisi bayi yang
baru lahir pada menit pertama dan kelima kehidupannya. Apgar skor pada
menit pertama merefleksikan kondisi bayi pada saat lahir dan berhubungan
dengan kemampuannya untuk bertahan hidup. Sedangkan apgar skor pada
menit ke-5 merefleksikan usaha resusitasi dan mungkin berhubungan dengan
neurological outcome. Resusitasi neonatus dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Langkah dasar, mencakup penilaian secara cepat dan stabilisasi awal
2. Ventilasi, mencakup bag-mask atau bag-tube ventilation
3. Kompresi dada
4. Pemberian cairan atau obat-obatan
Adapun prosedur resusitasi yaitu keringkan dan hangatkan (drying and
warming), jaga jalan napas (airway positioning), airway suctioning,
memberikan
rangsangan
(stimulation),
pemberian
oksigen,
ventilasi,
pusat
selama
keadaan
asfiksia.
Tahap
awal
dari
resusitasi
28
hal
yang
dapat menyebabkan
kegagalan
resusitasi
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Anne CC Lee, at al : Neonatal Resuscitation and Immediate New Born
Assessment and Stimulation for The New Prevention of Neonatal Death.
BMC Public Health 2011. [diakses 10 September 2014]. Diunduh dari :
http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/S3/S12
2. Wiswell MD,Thomas: Neonatal resuscitation. Respiratory Care. Vol 48 No
3;2003.
3. Kattwinkel, J. Textbook of Neonatal Resuscitation, 6 th ed. American
Academy of Pediatrics; 2011
4. Greogery G A: Resuscitation of The Newborn. In: Miller: Anesthesia. 5 th
ed. Churchill Livingstone;2000
5. Rudolph A M, Kamei R K, Overby K J. Rudolphs Fundamentals of
Pediatrics. 3rd ed. International Edition: McGraw-Hill; 2002
6. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta. P 708-715; 2007
7. American Academy of Pediatrics, Committee on fetus and Newborn,
AmericanCollage of Obstetricians and Gynecologists and Committee on
Obstetric Practice : The Apgar Score. Pediactrics 2006 ; 117 ; 1444.
8. Weinstein M. Neonatal Resusitation and Care of the Newborn at Risk. In:
DeCherney A H, Nathan L, eds. Current Obstetric and Gynecologic
Diagnosis and Treatment. 9th ed. International Edition: McGraw-Hill; 2003
9. Zareen Nusrat et al: An Early Diagnostic of Fetal Distress by Estimating
the Maternal Blood Gas Levels during Intrapartum Period. Pak J Physiol.
Vol 4 No 3 ; 2008.
10. Seidel J, Smerling A, Saltzberg D. Resusitation. In: Crain E F, Gershel J
C, eds. Clinical Manual of Emergency pediatrics. 4 th ed. International
Edition: McGraw-Hill;2003
30
31