Case DR Rina
Case DR Rina
PENDAHULUAN
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit kronis yang menyerang
salurannapas bagian atas dan seringkali dijumpai pada anak-anak.
Penyakit ini cukupmendapat perhatian serius karena prevalensinya yang cukup
tinggi di berbagai negara berkembang.
Berdasarkan sebuah penelitian
tentang
asma
yang
m e n i n g k a t n y a prevalensi
asma
maupun
maupun
di
l u a r r u a n g a n ( outdoor ).
Polusi udara yang terjadi di dalam ruangan seperti
d e b u ruangan yang jarang dibersihkan dan juga kadang-kadang asap
rokok. Sedangkan p o l u s i y a n g t e r j a d i d i l u a r r u a n g a n s e p e r t i
asap
yang
maupun
disebabkan
rokok
oleh
kendaraan bermotor,
Polutan-polutan
tersebut
akan
pabrik
berefek
BAB II
ANALISIS KASUS
Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
MRS
: Ny. Z
: 46 tahun
: Perempuan
: Dusun VI Natar Lampung Selatan
: Pembantu Rumah Tangga
: Islam
: 18 Mei 2014
Keluhan Utama
Os merasakan sesak napas bertambah berat sejak pagi sebelum masuk rumah
sakit.
Keluhan Tambahan
Batuk berdahak warna hijau (bila sesak kambuh, seperti pada saat MRS)
Hipertensi (+)
Jantung (-)
Asma (+)
Ikan asin
Gorengan
Salak
Es
Pemeriksaan Fisik :
Kondisi Umum
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Dehidrasi
: (-)
Tekanan darah
: 160/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 28 x/menit
Suhu
:36,50C
Kondisi spesifik:
Kulit :
warna putih, turgor normal, ikterus tidak ada, sianosis tidak ada, scar tidak ada,
keringat umum tidak ada, pucat pada ekstremitas superior dan inferior,
pertumbuhan rambut normal.
Kepala:
Bentuk normal, ekspresi normal, tidak ada deformitas
Mata:
Mata normal, tekanan bola mata normal, palpebra normal, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, lensa normal, pupil isokor, gerakan bola mata normal, visus
normal.
Hidung:
Bagian luar normal, septum normal, mukosa pucat.
Telinga:
Bentuk daun telinga normal, tofi tidak ada, gendang telinga utuh, nyeri tekan
mastoideus tidak ada, liang telinga berisi serumen.
Mulut:
Bibir pucat, mukosa normal, gigi ada karies, lidah tremor, papil lidah licin, tonsil
T1, langit-langit normal, bau napas normal, faring tidak hiperemis.
Leher:
Bentuk simetris, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk, tidak
ada tortikolitas, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Pemeriksaan Thorax:
4
Paru-paru:
Perkusi: sonor
Auskultasi:
o
Jantung
Abdomen
Inspeksi: normal
Perkusi: timpani
Auskultasi: BU(+)
Ekstremitas atas:
Gerakan bebas, kekuatan motorik normal, tidak ada nyeri sendi, tidak edema,
tidak ada jaringan parut, akral dingin, turgor kembali cepat, clubbing finger tidak
ada.
Ekstremitas bawah:
Gerakan bebas, kekuatan motorik normal, tidak ada nyeri sendi, tidak edema,
tidak ada jaringan parut, akral dingin, turgor kembali lambat, clubbing finger tidak
ada.
Pemeriksaan Penunjang
EKG
GDS
Darah Lengkap
Pemeriksaan Laboratorium:
Hematologi:
1; Hemoglobin
: 15,6 g/dl
2; Trombosit
: 278.000 mm3
(N: 200.000-500.000/mm3)
3; Leukosit
: 13.700 mm3
(N: 5000-10.000/mm3)
4; Diff. Count
Basofil
:0
(N: 0-1)
Eosinofil
:0
(N: 1-3)
Batang
:1
(N: 2-6)
Segmen
:80
(N: 50-70)
Limfosit
: 12
(N: 20-40)
Monosit
:7
(N: 2-8)
5; Eritrosit
: 5.17 juta
6; Hematokrit
: 47%
7; MCV
: 85
(N: 80-96)
8; MCH
: 30
(N: 27-31)
9; MCHC
: 36
Kimia Darah:
1; Ureum
: 15 mg/dl
(N: 10-40)
2; Creatinin
: 0.8 mg/dl
3; GDS
: 153 mg/dl
Diagnosis Kerja:
Diagnosis Banding:
Bronkhitis
Penatalaksanaan Awal:
Terapi farmakologis :
o
Ivfd RL 20 tpm
Fisioterapi :
;
Breathing control
Deep breathing
;
o
Rencana Pemeriksaan
Rontgen thorax
Spirometri
Kultur sputum
Prognosis :
Quo ad vitam
: Dubia at bonam
Quo ad functionam
: Dubia at malam
A
P
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
RR
Temperatur
: CM
: 140/100 mmHg
: 80 x/ menit
: 28 x/ menit
: 36,5 C
Asma bronkiale
Ivfd RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1x1g (50mg/kgBB)
8
Kesadaran : CM
Tekanan Darah
Nadi
RR
Temperatur
: 140/ 90 mmHg
: 92x/ menit
: 28x/ menit
: 36,7 C
P
R
Th/ teruskan
Salbutamol 3x1
-
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
: CM
: 140/ 80 mmHg
: 88x/ menit
RR
Temperatur
Asma bronkiale
P
R
Th/ teruskan
: 28x/ menit
: 36,4 C
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
RR
Temperatur
: CM
: 140/ 100 mmHg
: 78x/ menit
: 28x/ menit
: 36,0 C
Paru-paru
Suara napas bronkial dan wheezing (+) di akhir inspirasi
A
P
R
Asma bronkiale
Th/ teruskan
Aminophyline 1 amp drip/ 8 jam
21 Mei 2014
Sesak, sakit kepala berdenyut kadang berputar, nyeri kuduk, telinga
S
nyeri ulu hati, sakit kaki kiri dari lutut sampai jari
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
RR
Temperatur
: CM
: 140/ 100 mmHg
: 72x/ menit
: 32x/ menit
: 36,2 C
Paru-paru
Auskultasi lapang paru dextra :
10
menghembuskan napas
Auskultasi lapang paru sinistra :
P
R
Th/ teruskan
-
Resume Pulang
Diagnosa akhir : Serangan asma akut + infeksi sekunder
Pemeriksaan fisik kepala, leher, abdomen, dan ekstremitas : DBN, tidak ada
keluhan
Pemeriksaan fisik toraks :
Auskultasi
o
menghembuskan napas
Pemeriksaan penunjang (rencana) spirometri dan kultur sputum tidak dilakukan
karena keterbatan sarana dan prasarana
Th/ :
Metilprednisolon 2x1
11
Aminophylin 3x1
Salbutamole 3x1
Ambroxol 3x1c
Sefadroksil 2x1
BAB III
PEMBAHASAN ASMA BRONKIALE
3.1; Prevalensi
12
sebesar 13 per 1.000 penduduk (PDPI, 2006). Dari hasil penelitian Riskesdas,
prevalensi penderita asma di Indonesia adalah sekitar 4%. Menurut Sastrawan,
dkk (2008), angka ini konsisten dan prevalensi asma bronkial sebesar 515%.
3.2; Definisi
13
Gejala
Bulanan
Gejala < 1x /
minggu
Tanpa gejala di
luar serangan
Serangan singkat
II. Persisten
Ringan
Gejala Malam
Faal Paru
APE 80 %
VEP1 80 % nilai
prediksi
2 kali sebulan APE 80 % nilai
terbaik
Variabiliti APE <
20 %
Mingguan
APE 80 %
Gejala > 1x /
VEP1 80 % nilai
minggu, tetapi < 1x /
prediksi
hari
> 2 kali sebulan APE 80 % nilai
Serangan dapat
terbaik
mengganggu aktiviti
Variabiliti APE 20
dan tidur
- 30 %
III. Persisten
Sedang
Harian
APE 60 - 80 %
terbatas
3.4; Patogenesis
pengeluaran preformed
15
mast.
Berperan
dalam
mengeluarkan
beberapa sitokin.
5; Makrofag :
sitokin
yang
mendukung
proses
Merupakan
proses
penyembuhan
(healing)
yang
16
napas
2; Hipertrofi dan hyperplasia kelenjar mukus
3; Persistensi sel inflamatorik
4; Pembuluh darah meningkat
5; Peningkatan fibrogenic growth factor
b; Jalur saraf otonom
Batuk
Mengi
Sesak napas
3.5; Patofisiologi
17
Gejala klinis
Riwayat :
ii; Keluarga (atopi)
iii; Alergi
iv; Penyakit lain yang memberatkan
v; Perkembangan penyakit dan pengobatan
Anamnesa
Anamnesis yang baik meliputi riwayat tentang penyakit/gejala, yaitu:
1. Asma bersifat episodik, sering bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan
2. Asma biasanya muncul setelah adanya paparan terhadap alergen, gejala
musiman, riwayat alergi/atopi, dan riwayat keluarga pengidap asma
3. Gejala asma berupa batuk, mengi, sesak napas yang episodik, rasa berat
di dada dan berdahak yang berulang
18
Pemeriksaan Fisik
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan fisik dapat
normal (GINA, 2009). Kelainan pemeriksaan fisik yang paling umum ditemukan
pada auskultasi adalah mengi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar
normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan
jalan napas. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik akan sangat membantu diagnosis
jika pada saat pemeriksaan terdapat gejala-gejala obstruksi saluran pernapasan
(Chung, 2002). Sewaktu mengalami serangan, jalan napas akan semakin mengecil
oleh karena kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi mukus.
Keadaan ini dapat menyumbat saluran napas; sebagai kompensasi penderita akan
bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi jalan napas yang
mengecil (hiperinflasi). Hal ini akan menyebabkan timbulnya gejala klinis berupa
batuk, sesak napas, dan mengi (GINA, 2009).
3.8; Pemeriksaan Penunjang
19
kontrol terhadap asma (Pellegrino dkk, 2005). Banyak metode untuk menilai faal
paru, tetapi yang telah dianggap sebagai standard pemeriksaan adalah: (1)
pemeriksaan spirometri dan (2) Arus Puncak Ekspirasi meter (APE). Pemeriksaan
spirometri merupakan pemeriksaan hambatan jalan napas dan reversibilitas yang
direkomendasi oleh GINA (2009). Pengukuran volume ekspirasi paksa detik
pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver
ekspirasi paksa melalui spirometri. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, diambil
nilai tertinggi dari 3 ekspirasi. Banyak penyakit paru-paru menyebabkan turunnya
angka VEP1. Maka dari itu, obstruksi jalan napas diketahui dari nilai VEP1
prediksi (%) dan atau rasio VEP1/KVP (%). Pemeriksaan dengan APE meter
walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau
variabilitas harian pagi dan sore (tidak lebih dari 20%). Untuk mendapatkan
variabiliti APE yang akurat, diambil nilai terendah pada pagi hari sebelum
mengkonsumsi bronkodilator selama satu minggu (Pada malam hari gunakan nilai
APE tertinggi). Kemudian dicari persentase dari nilai APE terbaik (PDPI, 2006).
3.9; Diagnosa Banding
3.10;
Faktor risiko
a; Faktor pejamu :
a; Jenis kelamin
b; Ras
c; Umur pasien
d; Status atopi
e; Hipereaktivitas bronkus
f;
20
Status sosioekonomi
Obesitas
j;
Obat
k; Higienitas
Infeksi parasit
Penatalaksanaan
l;
3.11;
21
22
2. Kortikosteroid sistemik
3. Antikolinergik (Ipratropium bromide)
4. Metilsantin
23
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Surajanto, Eddy. Diagnosis dan Klasifikasi Asma. Dalam temu ilmiah respirologi
2001. Lab. Paru Fakultas UNS/SMF Paru RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Solo.
2001: 1-16
2011 GINASTHMA. (2004). Global for Asthma; Global Strategy for Asthma
Management and Prevention. www.ginasthma.org. Diakses 25 Mei 2011
Sundaru, H. (2001). Asma Bronkial, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,
Edisi 3. Jakarta : FKUI
27