Anda di halaman 1dari 27

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN REPRODUKSI


PADA NY. R DENGAN ABORTUS IMMINENS

Tanggal masuk
: 17 Maret 2009
Jam masuk
: 11.30 WIB
Ruang
:No. Register : XXXXXXX
Pengkajian tanggal
: 17 Maret 2009
Jam
: 12.30 WIB.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama
: Ny. R
Nama
: Tn. S
Umur
: 24 tahun
Umur
: 28 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu RT
: Swasta ( Rp.1.200.000,-)
Alamat
: Klampis - Sby.
Alamat
: Klampis - Sby
Status perkawinan : Kawin
Status perkawinan : Kawin
3.1.2 Status Kesehatan
a. Alasan datang ke rumah sakit : Ibu mengeluh terlambat menstruasi sejak 4 bulan yang lalu, lalu
sejak tadi pagi dirasakan keluar darah sedikit dari kemaluan serta ibu merasakan mules pada
perut bagian bawah. Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual kemarin malam, ibu
mengatakan habis jalan-jalan di mall.
b. Keluhan utama saat ini : Ibu takut kalau kehamilannya tidak bisa dipertahankan atau terdapat
apa-apa dengan janin yang dikandungnya.
c. Timbulnya keluhan : Mendadak.
d. Faktor yang memperberat : Jika ibu beraktifitas atau berjalan, perdarahan dirasakan semakin
bertambah.
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : Istirahat dan duduk.
f. Diagnosa medik : Abortus imminens.

21

3.1.3 Riwayat Keperawatan


a. Riwayat obstetri:
b. Riwayat menstruasi:
1) Menarche umur 12 tahun
2) Banyak darah menstruasi sedang
3) Siklus teratur
4) Lama menstruasi: 5 -7 hari.
5) HPHT: 16 November 2008
6) Keluhan selama menstruasi tidak ada.
c. Riwayat perkawinan : Ibu menikah 6 bulan yang lalu dan ini adalah pernikahan yang pertama.
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Ibu pada saat ini hamil pertama dan tidak ada
riwayat abortus/keguguran sebelumnya.
e. Riwayat Keluarga berencana : Ibu tidak melaksanakan KB, karenanya data lain tidak dikaji.
f. Riwayat kesehatan:
1) Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada, ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti
typhus, pneumonia, penyakit pada kandungan.
2) Pengobatan yang didapat: tidak ada.
g. Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (ibu Ny.R).
h. Riwayat lingkungan:
1) Kebersihan: menurut ibu kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih.
2) Bahaya: bahaya dalam rumah dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah tidak ada, lantai
licin tidak ada. Ibu mengatakan tidak pernah mendapat kecelakaan atau trauma selama masa
kehamilan ini.
i. Aspek psikososial:
Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit : Ibu merasa akan mengalami keguguran.
Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari? Tidak karena ibu
memang harus beristirahat. Ibu berharap kehamilannya dapat diperthanakan karena ibu sangat
ingin punya anak. Ibu mengatakan sangat khawatir dengan keselamatan bayinya dan bertanya
bagaimana caranya supaya bayinya dapat dipertahankan. Orang terpenting bagi ibu adalah
keluarga. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini adalah sangat mendukung. Kesiapan
mental untuk menjadi ibu: siap.
3.1.4 Aktifitas Sehari - Sehari:
a. Pola nutrisi:
1) Frekuensi makan: 3 kali sehari.
2) Nafsu makan baik.
3) Jenis makanan rumah: nasi, lauk, sayur dan buah. Ibu mengatakan tidak begitu suka minum
susu.

4)
b.
1)

2)

c.
1)

2)

3)

Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: tidak ada.


Pola eleminasi:
BAK:
Frekuensi: 5 kali sehari.
Warna: Kuning jernih.
Keluhan saat BAK: Tidak ada.
BAB:
Frekuensi: 1 kali sehari.
Warna: kuning khas feses.
Bau: khas feses.
Konsistensi: padat.
Keluhan: tidak ada.
Pola personal hygiene:
Mandi:
Frekuensi: 2 kali sehari.
Penggunaan sabun: ya.
Oral hygiene:
Frekuensi: 2 kali sehari.
Waktu: pagi dan sore.
Cuci rambut:
Frekuensi: 3 kali seminggu.
Penggunaan shampo: ya.
d. Pola istirahat dan tidur:
1) Lama tidur: 8 jam sehari.
2) Kebiasaan sebelum tidur: tidak ada.
3) Keluhan tidur; tidak ada.
e. Pola aktifitas dan latihan:
1) Kegiatan dalam pekerjaan: membantu memasak. Ibu tinggal dengan mertua, sehingga banyak
pekerjaan rumah tangga yang diselesaikan oleh ibu mertua seperti mencuci, menyetrika, bersihbersih rumah dan memasak.
2) Waktu bekerja: tidak tentu.
3) Olahraga: ya, jalan-jalan pagi, frekuensi kadang-kadang.
4) Kegiatan waktu luang: tidak ada.
5) Keluhan dalam aktifitas: tidak ada.
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:
1) Merokok: tidak.
2) Minuman keras; tidak.
3) Ketergantungan obat: tidak.

3.1.5 Pemeriksaan fisik:


a. Umum:
Keadaan umum: baik.

1)

2)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

Kesadaran: CM, E4V5M6


Tekanan darah: 120/80 mmHg.
Respirasi: 18 x/mnt.
Nadi: 88 x/mnt
Suhu: 370C.
Berat badan: 48 kg.
Tinggi badan: 154 cm.
b. Khusus:
Kepala:
Bentuk: normal.
Keluhan: tidak ada.
Mata:
Kelopak mata: simetris, oedem palpebra tidak ada.
Gerakan mata: normal.
Konjungtiva: merah muda.
Sklera: putih, icetrus tidak ada.
Pupil: normal, isokor.
Akomodasi: baik (tidak memakai kacamata).
Hidung:
Reaksi alergi: tidak ada.
Sinus: normal.
Mulut dan tenggorokan:
Gigi geligi: lengkap, 32 buah.
Kesulitan menelan: tidak ada.
Dada dan axilla:
Mamae: membesar
Areolla mamae: hiperpigmentasi.
Papila mamae: menonjol.
Colostrum: belum keluar.
Pernafasan:
Jalan nafas: bebas.
Suara nafas: bersih, tidak ada suara nafas tambahan.
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: tidak.
Sirkulasi jantung:
Kecepatan denyut apikal: 88 x/mnt.
Irama: reguler.
Kelainan bunyi jantung: tidak ada.
Sakit dada: tidak ada.
Abdomen:
Mengecil: tidak
Linea dan striae: tidak ada, tidak ada nyeri tekan.
Luka bekas operasi: tidak ada.

Kontraksi: tidak ada.


TFU: 2 jari bawah pusat, djj: (+) 12-12-12
9) Genitourinary:
Perineum: intak.
Vesika urinaria: kosong.
10) Ekstremitas:
Turgor kulit: baik.
Warn akulit: sawo matang.
Kontraktur pada persendian ekstremitas: tidak ada.
Kesulitan dalam pergerakan: tidak ada.
3.1.6 Data Penunjang
a. laboratorium: -b. USG: -c. Rontgen: -d. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher):
Vulva: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.
Vagina: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.
Porsio: tertutup, licin, nyeri tekan (-).
Cavum uteri: AF (18 20 mg).
Adnexa parametrium ka: soepel, mass (-), nyeri (-).
Adnexa parametrium ki: soepel, mass (-), nyeri (-).
Cavum douglas: tidak menonjol.
e. Terapi yang didapat:
Premaston: 2x1 tablet.
Mefenamic acid 3x500 mg.
Bed rest, KIE, Kontrol 1 bulan lagi atau ada keluhan.
3.1.7 Data Tambahan :
Ibu sangat menginginkan anak dan berharap kandungannya bisa diselamatkan.
Ibu menyakan apakah kondisi janinnya baik.
Saat dilakukan pemeriksaan, ibu tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan postur tubuh kaku
dan tegang.
3.1.8

Analisa Data
Data
Etiologi
S: Ibu mengatakan keluar
Penurunan
darah dari kemaluan sejak
suplay O2 dan
tadi pagi, perut bagian
nutrisi ke
bawah dirasakan mules, jaringan plasenta
Ibu
mengatakan
skunder
tidak nyeri
waktu
terhadap

Patofisiologi
Implantasi plasenta di
endometrium lepas.

Masalah
Resiko terjadi
gawat janin intra
uteri (hipoksia).

dilakukan periksa dalam.


O: Ibu hamil 18-20 minggu,
TFU 2 jbpst, djj: 12-1212, kontraksi tidak ada,
gerakan janin aktif, fleks
(+), fluxus (-). VT:
ditemukan porsio tertutup,
TD: 120/80 mmHg, N: 88
x/mnt, RR: 16 x/mnt.

terlepasnya
separasi
plasenta.

Suplay O2 dan nutrisi ke


jaringan plasenta terputus

Janin kekurangan O2 dan


nutrisi

Gawat janin (Hipoksia)

Kematian janin intra


uteri/abortus
S: Ibu mengatakan sangat
khawatir
dengan
perdarahan yang dialami,
ibu
bertanya-tanya
mengenai
keselamatan
bayi yang dikandungnya.
Ibu mengatakan sangat
ingin punya bayi dan ini
adalah kehamilan yang
pertama.
O: Ibu tampak gelisah, saat
dilakukan pemeriksaan
ibu banyak bertanya
kepada petugas. Ekspresi
wajah ibu tampak tegang,
postur
tubuh
saat
dilakukan
pemeriksaan
kaku dan tegang.

Krisis situasi
(perdarahan dan
ancaman
terhadap
keselamatan
bayi yang
dikandungnya).

Perdarahan

Perubahan respon
psikologis ibu

Maladaptif

Ansietas.

S:

Ibu banyak bertanya


tentang kemungkinan bayi
dapat diselamatkan. Ibu
juga bertanya tentang
pantangan yang harus
dilakukan supaya bayinya
selamat. Ibu berkali-kali
mengatakan sangat ingin
punya bayi.
O: Ibu banyak bertanya
kepada
petugas
dan
mahasiswa.
Pendidikan
ibu SMA, ibu tidak
bekerja. Ibu baru menikah
6 bulan, ini adalah
kehamilan pertama dan
usia ibu 23 tahun.

Kurang
informasi.

Cemas meningkat
Kurang informasi
mengenai penyakit,
prognosis, kebutuhan
pengobatan

Defisit
knowledge
(kebutuhan
belajar)
mengenai
penyakit,
prognosis dan
kebutuhan
pengobatan.

Ketidakmampuan
mengenal informasi

Ketidaktahuan tentang
kondisi dan pengobatan.

Tidak taat terhadap


program pengobatan.

Program pengobatan tidak


berhasil.

3.1.9 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O 2 dan nutrisi ke jaringan
plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta.
Data penunjang:
S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan mules,
Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.

O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks
(+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt,
RR: 16 x/mnt.
2. Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang
dikandungnya).
Data penunjang:
S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai
keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah
kehamilan yang pertama.
O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi
wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.
3. Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang informasi.
Data penunjang:
S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya
tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan
sangat ingin punya bayi.
O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu
baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.

A. Pengertian
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa
tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999)
Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama
kehamilan ( William Obstetri, 1990)
B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X


b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol
2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4. kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
C. Gambaran Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat
3. perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5. pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi
hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Komplikasi :
1. Perdarahan, perforasi syok dan infeksi
2. pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
Data laboratorium
1. Tes urine
2. hemoglobin dan hematokrit
3. menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
G. Masalah keperawatan
1. Kecemasan
2. intoleransi aktifitas
3. gangguan rasa nyaman dan nyeri
4. defisit volume cairan
H. Diagnosa keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan pengeluaran konsepsi
2. nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
3. resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
4. kehilangan berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi
5. intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
I. Tujuan
DX I : Mengurangii atau menghilangkan kecemasan
DX II : Mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
DX III : Mencegah terjadinya defisit cairan
DX IV : Mengurangi atau meminimalkan rasa kehilangan atau duka cita
DX V : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan toleransinya
J. fokus intervensi
DX I : Cemas berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi
Intervensi :
Siapkan klien untuk reaksi atas kehilangan
Beri informasi yang jelas dengan cara yang tepat
DX II : nyeri berhubungan dengan kontraksi uteri
Intervensi
Menetapkan laporan dan tanda-tanda yang lain. Panggil pasien dengan nama lengkap. Jangan
tinggalkan pasien tanpa pengawasan dalam waktu yang lama
Rasa sakit dan karakteristik, termasuk kualitas waktu lokasi dan intensitas
Melakukan tindakan yang membuat klien merasa nyaman seperti ganti posisi, teknik relaksasi
serta kolaburasi obat analgetik
DX III : Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Intervensi :
Kaji perdarahan pada pasien, setiap jam atau dalam masa pengawasan
1. Kaji perdarahan Vagina : warna, jumlah pembalut yang digunakan, derajat aliran dan
banyaknya
2. kaji adanya gumpalan
3. kaji adanya tanda-tanda gelisah, taki kardia, hipertensi dan kepucatan
monitor nilai HB dan Hematokrit
DX IV : Kehilangan berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi
Intervensi :
Pasien menerima kenyataan kehilangan dengan tenang tidak dengan cara menghakimi
Jika diminta bisa juga dilakukan perawatan janin
Menganjurkan pada pasien untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME
DX V : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Intervensi
Menganjurkan pasien agar tiduran
Tidak melakukan hubungan seksual

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS
1. A.

Konsep Dasar Penyakit

2. 1.

Pengertian

Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri
diluar uterus, belum snggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000gram,
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Eastman dalam (Mochtar,2002) Menurut Mochtar
(2002) aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelumjanin dapat hidup diluar kandungan.
Menurut Brunner&Suddarth(2001) aborsi adalah penghentian kehamilan atau pengeluaran
produk konsepsi sebelum janin hidup. Janin biasanya dianggap mampu hidup setelah lima
sampai enam bulan masa gestasi
1. 2.

Epidemiologi

Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi
ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan
usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan
demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan
1. 3.

Etiologi

Factor factor yang menyababkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor ibu, dan
factor bapak.
a)

Kelainan ovum

Menurut HERTIG dkk dalam Mochtar 2002 pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka
48,9 % disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio;
dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang
disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah
lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).
b)

Kelainan genitalia ibu

Misalnya pada ibu yang menderita :

Anomaly congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dll)

Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata

Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis, mioma submukosa

Uterus terllu cepat teregang (kehamilan danda, mola)

Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

c)

Gangguan sirkulasi plasenta

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gradivarum, anomaly
plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.
d)

Penyakit penyakit ibu

Misalnya pada

Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, typoid, pielitis,
rubeola, demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin
dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.

Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dll

e)

Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi gravis.

Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A,


C, atau E, diabetes militus.
Antagonis Rhesus

Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang
berakibat meninggalnya fetus.
f)

Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

Misalnya terkejut, ketakutan, laparatomi, trauma langsung terhadap fetus : selaput janin rusak
langsung karena instrument, benda, dan obat obatan.
g)

Penyakit bapak

Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasis kordis, malnutrisi, nefritis,
sifilis, keracunan, sinar rontgen, avitaminosis
1. 4.

Patofisiologi

Pada permulaan, terjadinya perdarahan pada desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringa
sekitarnya, kmudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap bendaasing
mak uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil
konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam;
sedangkan paa kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan
sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi pendarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus.
1. 5.

Pathway

Kelainan ovum
Gangguan sirkulasi

kelainan genetalia Ibu


penyakit-penyakit Ibu

Penyakit Bapak
Terlepasnya jaringan placenta

perangsangan pada Ibu


antagonis Rhesus

Deficit volume cairan


sirkulasi menurun

Perdarahan

TD menurun,
Janin kekurangan Oksigenros

pucat

Cemas
Lemah
Nekrosis jaringan
Gangguan aktivitas
Hasil konsepsi terlepas
Uterus berkontraksi
Resiko infeksi
Mulas/keram perut
Di daerah atas simfisis,
Gangguan rasa nyaman nyeri
Sering nyeri pinggang

perdarahan pervaginam
vulva lembab

nadi cepat,

1. 6.

Klasifikasi

Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu :


1. Abortus spontaneous Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus
meliputi :
1) Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh
pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam
sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di
anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
2) Abortus insipiens :
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Abortus
inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
3) Abortus kompletus :
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis
dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.
4) Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan
serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan
ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri

atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari
kanalis servikalis.
5) Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati
itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi
diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
6) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu
7) Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang
sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
1. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat )
Yaitu: menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah
1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus medisinalis (abortus therepeutika) adalah abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
2. Abortus kriminalis adal abortus yang terjadi oleh karena tindakan tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
1. 7.

Tanda dan Gejala


1. Secara umum

Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat

Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi

Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus

Pemeriksaan ginekologi :

Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
1. Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
1) Terdapat keterlambatan datang bulan
2) Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim
4) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
5) Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
c. Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
1. Perdarahan lebih banyak
2. Perut mules atau sakit lebih hebat
3. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
d. Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
2. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat

3. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi


4. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
e. Tanda dan gejala abortus Kompletus :
1. Uterus telah mengecil
2. Perdarahan sedikit
3. Canalis servikalis telah tertutup
f. Tanda dan gejala Missed Abortion :
1. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
2. Buah dada mengecil kembali
3. 8.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik, meliputi :


a)
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara
lain :

mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,
pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas,

Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva

b)

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan


tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Suhu badan normal atau
meningkat

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin


atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Denyut nadi normal atau cepat dan kecil

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal

c)
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di
ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus
atau denyut jantung janin. Tekanan darah normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005 : 39)

1. 9.

Pemeriksaan Diagnostik

Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus

Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

1. 10. Komplikasi

Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi

Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah

1. 11. Therapy
1. Therapy abortus kompletus : Hanya dengan uteronika
2. Therapy abortus inkompletus :

jika syok : dengan pemberian cairan dan tranfusi darah

berikan obat uteronika dan antibiotik

1. Therapy abortus insipiens : therapy sama dengan therapy abortus inkompletus


2. Missed abortion : dilatasi, kurete, berikan obat antibiotic dan tonika
3. Therapy abortus habitualis : therapy operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerclage)

4. 12. Penatalaksanaan
5. Penanganan abortus imminens meliputi :

Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.

Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional


sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui
secara pasti.

Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

1. Penanganan Abortus Insipiens meliputi :


1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:

Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).

Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi.

Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

1. Penanganan abortus inkomplit :


1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso
prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :

Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


1. Penganan abortus kompletus
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila
penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat
maka perlu diberikan transfusi darah.
1. Penanganan abortus servialis
Penganan terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari kanalis servikalis.
1. Penanganan missed abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera
dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang
mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin
yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
1. B.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2. 1.

Pengkajian

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun
hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. a.
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat
2. b.
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang pervaginam berulang
3. c.

Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada
saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar
dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh
klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan
penyakit-penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi,
gejala serta keluahan yang menyertainya
h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari
dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
1. l. Pemeriksaan fisik, meliputi :

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :


mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit
atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

(Johnson & Taylor, 2005 : 39)


1. m. Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga
berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
1. n.

Data lain-lain :

Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.

Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien

Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.

1. 2.

Diagnose Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2.

Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri


4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan

1. 3.

Rencana Tindakan

2. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan


Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4) Evaluasi status hemodinamika

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik


1. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat
diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rasional : Menilai kondisi umum klien
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

3) Kolaborasi pemberian analgetika


Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
1. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna
yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam
kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
1. Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat

Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien
tentang penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan
dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

1. 4.

Evaluasi

1. Kebutuhan cairan tercukupi


2. Dapat melakukan aktivitas
3. Nyeri dapat terkontrol
4. Infeksi tidak terjadi
5.

Tidak terjadi cemas

Anda mungkin juga menyukai