Pembimbing :
dr. Lena Wijayaningrum, Sp.KFR
Penyusun :
Setiawan sulisthio
2007.04.0.0094
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2012
Latar Belakang
Skoliosis yang banyak terjadi pada usia anak sekolah antara SD sampai SMP
ialah akibat kesalahan sikap atau postur tubuh dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sehingga menyebabkan gangguan cedera dan menyebabkan
trauma pada tulang seperti terjadinya defomitas.
Skoliosis memang tidak menimbulkan rasa nyeri, namun dapat menggangu
rasa percaya diri anak, yang pasti skoliosis berbahaya bila terjadi pada masa
pertumbuhan
tulang.
Pasalnya,
selain
akan
semakin
progresif,
juga
berpengaruh pada postur tubuh, seperti jalan pincang karena pinggul tinggi
sebelah atau bisa juga tubuhnya jadi membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang
tidak natural atau tidak baik bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
yaitu peralatan kerja, lingkungan kerja, jenis pekerjaan ataupun ketidaktahuan
seseorang tentang sikap tubuh yang optimal baik dalam pengertian statis
maupun dinamis. Sikap tubuh yang baik harus dapat terintegrasikan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga setiap individu sewaktu melaksanakan berbagai
aktivitas termasuk dalam hal duduk dapat memperoleh keluaran yang optimal
tanpa harus memanen keluhan rasa tidak nyaman, nyeri bahkan hingga terjadi
pembengkokan tulang kearah lateral atau skoliosis.
Menurut ahli orthopedic dan rematologi RSU Dr. Soetomo Surabaya, dr.Ketut
Martiana Sp. Ort.(K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di Surabaya,
setelah diteliti ternyata mengalami tulang bengkok. Bahkan dan hasil rongten
sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan diketahui yang kebengkokanya mencapai
10 derajat sebanyak 1,8 %,sedangkan yang lebih dari 10 derajat sebanyak 1%
(Rosadi,2009).
Skoliosis
A. Definisi
Skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang berupa
kelengkungan tulang belakang kesamping. Sebanyak 75-85% kasus
skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui
penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan
efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu,
seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit
lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di
sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan
bentuk tulang belakang menjadi melengkung (David, 2006)
ANATOMY
Columna vertebralis atau juga disebut spine, tulang belakang,
tulang punggung ini adalah merupakan bagian yang menyangga tubuh
kita agar tetap tegap. Tulang belakang ini merupakan 2/5 bagian dari
total tinggi badan manusia dan tersusun dari tulang tulang yang disebut
vertebrae. Tulang belakang, sternum, dan tulang rusuk membentuk
badan dari tubuh seorang manusia. Tulang belakang ini tersusun atas
tulang dan connective tissue dimana di dalamnya terdapat spinal cord
( medula spinalis). Pada orang dewasa panjangnya bervariasi dari 60cm
sampai 70 cm dan berfungsi sebagai kekuatan, fleksibilitas dimana agar
dapat bergerak kedepan, kebelakang, kesamping dan ber putar(rotasi).
Fungsi selanjutnya sebagai proteksi medula spinalis dan mennyangga
kepala dan sebagai penempelan dari tulang rusuk, sendi panggul dan
otot pada bagian belakang.
Jumlah dari seluruh vertebrae ini ada 33 buah pada saat perkembangan
awal ( balita ) . Seiring dengan perkembangan dan bertambahnya usia
vertebrae pada sacrum dan coccygeus menyatu. Hasilnya pada saat
dewasa vertebrae nya berubah menjadi 26 buah dimana distribusinya
adalah 7 buah vertebrae cervical, 12 buah vertebrae thorakal, 5 buah
vertebrae lumbal, 5 buah vertebrae sacral yang bergabung menjadi 1
cara
mengubah
sudut
saat
melakukan
posisi
tertentu.
B. Epidemiologi
Stirling dan coauthors mempelajari hampir 16.000 pasien berusia
6-14 tahun di Inggris dan menemukan prevalensi scoliosis idiopatik
(sudut Cobb > 10 )sebesar 0,5% (76 dari 15.799 pasien). Kejadian
tertinggi (1,2%) terjadi pada pasien berusia 12-14 tahun. Data seperti ini
telah
membantu
menegaskan
kembali
gagasan
bahwa
upaya
C. Etiologi
Sebanyak 75-85% kasus skoliosis tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan 15-85% kasus skoliosis lainnya disebabkan oleh:
1. Kelemahan yang semakin buruk pada otot rangka
dalam
Kecepatan
progresivitas
skoliosis
pada
umumnya
E. Klasifikasi
1. Menurut penyebab (NN, 2010)
Nonstruktural : Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat
dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi)
dari tulang punggung
a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh
yang buruk
b. Spasme otot dan rasa nyeri, yang dapat berupa :
i. Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiatik
ii. Nyeri pada tulang punggung : dapat disebabkan oleh
inflamasi atau keganasan
iii. Nyeri pada abdomen :
dapat
disebabkan
oleh
apendisitis
c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah
i. Actual shortening
ii. Apparent shortening :
1. Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih
pendek
2. Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih
panjang
iii.
Remaja : 10 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
iv. (iV) Dewasa : > 19 tahun
b. Osteopatik
i. Kongenital (didapat sejak lahir)
1. Terlokalisasi :
a. Kegagalan pembentukan tulang punggung
(hemivertebrae)
b. Kegagalan segmentasi tulang punggung
(unilateral bony bar)
2. General :
c. Osteogenesis imperfecta
d. Arachnodactily
ii.
Didapat
1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma
2. Rickets dan osteomalasia
3. Emfisema, thoracoplasty
c. Neuropatik
i. Kongenital
1. Spina bifida
2. Neurofibromatosis
ii.
Didapat
1. Poliomielitis
2. Paraplegia
3. Cerebral palsy
4. Friedreichs ataxia
5. Syringomielia
2. Berdasarkan derajat kurva (NN, 2010)
a. Skoliosis ringan : derajat cobb < 20
b. Skoliosis sedang : derajat cobb 20 40
c. Skoliosis berat : derajat cobb lebih dari 40
F. Diagnosa
1. Anamnesa : didapatkan keluhan sesuai manifestasi klinis (NN, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik :
Hal yang paling penting dalam pemeriksaan fisik terhadap penderita
skoliosis adalah inspeksi dan palpasi.
a. Inspeksi
Cara berjalan.
Postur dan kemampuan untuk bangkit dari kursi.
Membandingkan ketinggian bahu (NN, 2010)
b. Palpasi
Dilakukan dengan Forward Bend Test. Pasien diminta berdiri tegak
dan membungkuk kedepan, maka akan terlihat pembengkokan
tulang belakang ketika pasien membungkuk kedepan dan untuk lebih
11
jelas,
dapat
dilakukan
palpasi
tulang
belakang
pada
saat
skoliometer
dilakukan
pada
pasien
dengan
posisi
dibawah
vertebra
lumbal
akan
membutuhkan
posisi
umumnya
di
thoracolumbal,
tidak
12
sama.
Tingkat
kesalahan
pengukuran
dengan
13
:Apofisis
iliac
telah
bergabung
dengan
sekitar 30-40
Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25.
Milwaukee
Boston
Charleston bending brace
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan
secara teratur 23 jam dalam sehari. (NN, 2010)
3. Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya
operasi pada skoliosis adalah :
15
Bagaimana
Milwaukee Brace.
Memilih pakaian yang pas dan dapat menutupi Brace.
Dengan pemakaian Brace tidak perlu membatasi aktivitas
cara
memasang,
membuka
dan
merawat
Teknik yang tepat untuk rolling, duduk dan berdiri diajarkan kepada
pasien. Pasien didorong untuk melakukan semua kegiatan di atas
16
paru-paru
dan
jantung,
menyebabkan
penderita
penyaringan
sekolah
telah
membantu
untuk
17
18
DAFTAR PUSTAKA
19