Audit
Cara membahas:
n Pustaka
Diskusi
Presentasi dan
Data pasien
Nama
diskusi
: Sdr. WR
No. Registrasi:
Usia
: 15 tahun
Pos
Ngimbang
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Keluhan utama : panas
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke UGD RSUD Ngimbang dengan keluhan
panas sejak tadi pagi sebelum MRS di RSUD Ngimbang, panas mendadak tinggi.
Pasien juga mengeluh pusing, mual dan muntah sebanyak 3x sehari, muntah berisi
makanan, darah(-), lendir(-), volume sekitar gelas aqua, nafsu makan pasien
berkurang. Mimisan (-), Sariawan (-), Batuk/pilek(-) BAB/BAK normal.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Disangkal.
4. Riwayat penyakit keluarga & lingkungan :
Ada tetangga yang mengalami penyakit serupa.
5. Pemeriksaan Fisik
1
: 14,3
- HCT
: 39 % (N: 40-54 %)
IVFD RL 14 tpm
FOLLOW UP
Tanggal
14/02/16
S
Panas tinggi tadi
O
K/U : Composmentis,
A
DHF grade
P
IVFD RL 14 tpm
malam,
menggigil(-),
T : 116/42mmHg
pusing(+), mual
N : 88x/mnt
T : 36 C
badan pegel-
RR : 20x/mnt
DL tiap hari
pegel(+), bapil
BAK normal.
vesicular +/+
Abd : supel, BU normal,
hepar lien tidak teraba
15/02/16
Panas (-),
Ext : AHKM
K/U : Composmentis,
DHF grade
IVFD RL 14 tpm
pusing(+), mual
T : 114/58mmHg
badan pegel-
N : 81x/mnt
pegel(+), bapil
T : 36 C
RR : 20x/mnt
DL tiap hari
BAK normal.
Siklus epidemik dipertahankan melalui siklus manusia-Aedes Aegyptimanusia secara periodik/ lingkaran epidemik. Secara keseluruhan, semua
tipe bersirkulasi an memberikan resiko terhadap daerah hiperendemis.
2. Transmisi DF/DHF
Transmisi terjadi melalui nyamuk aedes aegepti yang wanita akan
menginfeksi manusia selama fase viremia yang memberikan manifestasi 2
hari sebelum onset demam dan 4-5 hari setelah onset demam. Setelah
menelan darah yang terinfeksi, virus akan bereplikasi pada sel epitel
pencernaan nyamuk dan kemudian berpindah ke haemocole untuk
menginfeksi
kelenjar
ludah
dan
kemudian
masuk
ke
saliva
yang
Dengue
berbentuk
spheris
dengan
diameter
50nm
yang
mengandung berbagai macam copy 3 macam struktur protein, hostderived memiliki selapis membran dan memiliki genome single RNA
berantai satu.
Genome ni merupakan hasil pembelahan host dan protease dari
virus dengan mengandung 3 struktur (capsid, membran protein dan
protein E) dan 7 macam protein nontruktural.Diantara protein nonstruktural terdapat pembungkus glycoproteinyaitu NS-1 yang penting
untuk
diagnostic.Berukuran
45
kDa
dan
berhubungan
dengan
melepas
antibody,
yaitu
antibodi
netralisasi,
antibody
trombosit.3
Selain itu terdapat teori ADE (antibodies dependent enhancement).
Pada teori ini terdapat 3 hal yang berkontribusi terhadap terjadinya DSS
dan DBD yatu antibody enhance infection, T-cells enhance infection, serta
limfosit T dan monosit. Teori ini menyatakan bahwa jika terdapat antibody
spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka antibody tersebut dapat
mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibody yang terdapat
dalam tubuh tidak dapat menetralisir penyakit, maka justru dapat
menimbulkan penyakit baru.3
D. Gejala Klinis
1. Dengue Fever
Setelah masa inkubasi 3-14 hari, terdapat gejala-gejala seperti sakit
kepala, nyeri punggung, dan lemah lesu seluruh badan.Tipe onset DF suhu
naik mendadak tinggi yang dihubungkan dengan muka merah dan sakit
kepala.Kadang-kadang, menggigil disertai dengan kenaikan suhu yang
mendadak.Adanya nyeri retro-orbital pada pergerakan mata atau adanya
tekanan pada mata, fotofobi, nyeri punggung dan nyeri pada otot-otot dan
tulang/sendi.
Gejala lainnya bisa berupa anorexia dan perubahan sensasi rasa,
konstipasi, nyeri kolik dan nyeri tekan perut,dan nyeri tenggorok. Biasanya
gejala-gejala akan menetap beberapa hari-beberapa minggu
pembekuan darah.
2. Dengue Hemorraghic Fever dan Dengue Syok Sindrom
Kasus tipe DHF dikarakteristikkan oleh demam tinggi disertai kemerahan
pada muka dan gejala lain yang menyerupaai demam dengue, seperti
anorexia, muntah, sakit kepala dan nyeri pada otot dan sendi.Rasa tidak
nyaman pada epigastrium, rasa nyeri pada bawah costa kanan- seluruh
abdominal.
Demam yang tinggi biasanya pada kebanyakan kasus selama 2-7 hari
sebelum jatuh ke normal.Kadang-kadang suhu bisa mencapai 40 0c dan
kejang demam dapat terjadi.Pola demam bifasik dapat terlihat.
Tes tourniquet + (10 bintik/inch kotak), kebanyakan perdarahan yang
sering terjadi, dapat dilihat pada awal fase demammudah pecah dan
berdarah pada saat pemasangan intravena juga terdapat pada banyak
10
kasus.Petekie yang halus menyebar pada ekstremitas, axilla dan muka dapat
terlihat pada fase awal demam.
Liver sering teraba pada awal fase, 2-4cm dibawah costa kanan. Ukuran
liver tidak berhubungan dengan derajat keparahan,namun hepatomegaly
sering pada kasus syok. Liver nyeri tekan, tapi jaundice tidak selalu dapat
terlihat.
Fase kritis dari DF merupakan periode saat kebocoran plasma..penurunan
serum albumin >0.5 gm/dl dari baseline atau <3,5 gm% merupakan tanda
tidak langsung dari kebocoran plasma.
Pada kasus ringan DHF semua tanda dan gejala akan menghilang setelah
demam turun pasien akan membaik setelah terapi cairan atau spontan.Pada
kasus DHF yang moderate, kondisi pasien akan memburuk beberapa setelah
onset demam. Akan terdapat tanda-tanda warning sign seperti muntah yang
terus-menerus, lethargi, hipotensi postural dan oligouri.
Pada akhir fase demam, suhu akan turun atau 3-7 hari setelah fase
demam, meupakan tanda adanya kegagalan sirulasi, kulit akan jadi dingin,
mulut cyanosis, nadi jadi lemah dan cepat. Nyeri abdomen akut sering terjadi
sebelum onset syok.
Syok dikarakteristikan oleh nadi yang lemah dan penyempitan pulse
pressure 20 mmHg dengan peningkatan tekanan diastolik, contoh
100/90mmHg atau hipotensi. Tanda berkurangnya perfusi jaringan adalah
delayed capillary refill (>3 detik), kulit dingin lembab. Pasien bila tidak diterapi
dengan tepat dapat jatuh ke syok yang lebih parah hingga tekanan darah
tidak teraba. Bila pasien tidak di terapi akan meninggal dalam waktu 12-24
hari
Penyembuhan DHF
Diuresis dan kembalinya nafsu makan merupakan tanda penyembuhan
dan
merupakan
indikasi
untuk
pemberhentian
terapi
plasma.
Jumlah platelet biasanya normal pada fase awal demam. Trombosit yang
turun secara tiba-tiba dibawah 100.000 terjadi pada fase akhir demam
sebelum terjadinya syok. Level trombosit berhubunga engan derajat
keparahan DHF. Trombositopenia dibawah 100.000sel/mm3 ditemukan
Sedikit
meningkat
sebagai
Setelah masa inkubasi, diikuti oleh 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase
recovery.4
1. Fase febris
12
Demam yang langsung tinggi timbul mendadak. Fase akut febris terjadi
sekitar 2-7 hari dan sering diikuti oleh kemerahan pada muka, eritema pada
kulit, ,mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Sering didaptkan mual,muntah dan
susah makan (anorexia). Disini akan susah membedakan demam karean
dengue atau non-dengue. Hasil tes tourniquet (+) pada fase ini memperbesar
kemungkinan demam karena dengue.Manifetasi perdarahan ringan seperti
munculnya ptechiae dan perdarahan membrane mukosa (hidung dan gusi)
dapat juga terlihat.Liver sering membesar dan terasa lunak beberapa hari
setelah demam. Abnormalitas penurunan jumlah sel darah putih yang
progressive bisa menjadi peringatan akan kemungkinan terjadinya infeksi
dengue.4
2. Fase kritis
Ketika suhu turun menjadi 37,5-38 0C atau kurang, yang biasanya terjadi pada
hari 3-7, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang bersamaan dengan
peningkatan hematocrit. Tanda-tanda ini merupakan dimulainya fase
kritis.Terjadinya kebocoran plsasma terjadi 24-48 jam.Leukopenia yang
progressive diikuti oleh penurunan trombosit selalu menunjukan adanya
kebocoran plasma. Pada saat ini pasien tanpa peningkatan permebilitas
kapiler akan membaik, dan pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler
akan memburuk sebagaimana terjadi kehilangan sejumlah plasma. Derajat
kebocoran volume plasma dapat bermacam-macam, efusi pleura dan ascites
mungkin secara klinis dapat dideteksi tergantung dari derajat kebocoran
plasma dan volume dari terapi cairan. Disini foto rontgen dan USG abdomen
dapat digunakan untuk membantu menegakan diagnose. Derajat peningkatan
hematokrit sering menunjukan derajat keparahan kebocoran plasma.
Shok terjadi ketika sejumlah plasma hilang melalui kebocoran.Hal ini sering
ditandai dengan adanya warning sign.Temperatur tubuh mungkin menjadi
subnormal ketika shok terjadi. Dengan terjadinya shok berkepanjangan dapat
menyebabkan hipopefusi organ yang mengakibatkan gangguang organ yang
progressive, asidosis metabolic dan DIC (disseminated intravascular
Cogulation).4
3. Fase recovery
13
Jika pasien dapat bertahan dalam 24-48 jam fase kritis, akan erjadi
reabsorpsi bertahap dari pengambilan cairan extravascular pada 48-72 jam.
Kondisi
umum
akan
membaik,
nafsu
makan
kembali,
gejala-gejala
cairan ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal selama 24-48 jam
Fase krisis sekitar hari ke-3 hingga hari ke-5 perjalanan penyakit. Pada
saat ini suhu turun, yang dapat merupakan awal penyembuhan pada
infeksi ringan namun pada DBD berat merupakan awal tanda syok.
- Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena, ataupun hematuria.
Tanda-tanda syok4
- Anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis
- Adanya perdarahan yang sgnifikan
- Tekanan darah turun, pulse pressure 20 mmHg atau memiliki tandatanda perfusi kapiler yang buruk (extremitas yang dingin, capillary refil
time yang lambat >3 detik atau nadi lemah tidak terdeteksi, tekanan nadi
-
yang menyempit atau pada syok lanjut tidak terukurnya tekanan daah)
Gangguan kesadaran
Gangguan gastrointestinal berat (muntah berkelanjutan, nyeri abdomen
yang hebat atau bertambah, ikterik)
14
Gangguan
organ
berat
(gagal
hati
akut,
gagal
ginjal
akut,
16
17
a. Mendorong pasien untuk tetap melanjutkan asupan oral, bisa dengan jus
buah dan cairan lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk mengganti
sejumlah cairan yang hilang yang berasal dari demam dan muntah (dengan
catatan: cairan yang mengandung glukosa dapat memicu hiperglikemi pada
pasien diabetes mellitus.
b. Berikan paracetamol untuk demam tinggi bila pasien merasa tidak nyaman.
Interval pemberian dosis paracetamol seharusnya tidak kurang dari 6 jam.
Jangan memberikan asam salisilat (aspirin), ibuprofen atau NSAID lainnya
karena merupakan obat yang memicu gastritis atau perdarahan.
c. Beritahukan pada keluarga yang merawat untuk segera membawa ke rumah
sakit dengan segera bila: tidak ada perbaikan klinis nyeri perut yang berat,
muntah yang terus-menerus, ekstremitas jadi dingin dan basah, terjadi
penurunan kesadaran, perdarahan (feses hitam, atau muntah darah), tidak
dapat kencing 6 jam.
Pasien rawat jalan harus dimonitor setiap hari oleh petugas kesehatan: pola
temperature, volume cairan yang masuk dan keluar, urin output (volume dan
frekuensi), warning sign, tanda-tanda kebocoran plasma dan perdarahan,
hematocrit dan leukosit dan trombosit.
2. Grup B (Pasien yang rawat Inap)
Pasien yang dikirim ke pusat kesehatan untuk observasi adalah mereka yang
memasuki fase kritis. Disini termasuk pasien dengan warning sign, pasien
dengan factor komorbid (seperti kehamilan, bayi, usia tua, obesitas, diabetes
mellitus, gagal ginjal, penyakit hemolysis kronis), dan adanya permasalahan
sosial ( tinggal sendirian, tinggal jauh dari pusat kesehatan dengan tidak adanya
kendaraan)
a. Manajemen pasien DF/DHF selama fase kritis (trombositopenia 100.000
sel/mm3)
1. Parameter yang harus diobservasi:
-
Hct seri di cek 6 jam pada pasien stabil, dan lebih sering pada pasien
yang tidak stabil. Perlu diketahui Hct seharusnya selesai dilakukan
sebelum resusitasi cairan, jika tidak mungkin lakukan setelah infus
kristaloid.
Jumlah cairan maintenance +5% dehidrasi untuk pasien dengan
kebocoran plasma.
Pada pasien obes, digunakan rumus cairan yang sesuai dengan
masa tubuh
19
klinis
Cek ulang status klinis
dan
sama atau meningkat sedikit lanjutkan dengan nilai yang sama (2-3ml/kg/jam)
selama 2-4 jam. Jika tanda-tanda vital memburuk dan hematocrit meningkat
dengan cepat naikan nilai jadi 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam. Cek status
normal pasien
b. Manajemen DHF grade I, II ( kasus non-syok)
Cairan yang diberikan (oral+IV) sebagai maintenance (selama 1 hari) +5%
deficit, dapat diberikan 48 jam. Sebagai contoh pasien anak bb20 kg, deficit
5% adalah 50ml/kgx20 = 1000ml. Cairan maintenance 1500 ml diberikan 1
hari. Jumlah total cairan tersebut diberikan dalam 48 jam pada non-syok
pasien.
20
Yang di follow up: suhu tubuh, volume cairan yang masuk dan keluar,
Produksi urin (volume dan frekuensi), hematokrit, platelet dan leukosit. Tes
laboratorium yang lain liver function tes dan renal function tes.
c. Manajemen DHF Grade III
DSSadalahsyok hipovolemik disebabkan oleh kebocoran plasma dan
ditandai dengan peningkatan resistensi vaskular sistemik, ditunjukkan dengan
tekanan nadi menyempit (tekanan sistolik dipertahankan dengan peningkatan
tekanan diastolik, misalnya 100/90mmHg). Ketika hipotensi terjadi, kita harus
menduga bahwa pendarahan parah, dan sering tersembunyi perdarahan
gastrointestinal, mungkin terjadi selain kebocoran plasma.
Perlu dicatat bahwa resusitasi cairan dari DSS berbeda dari jenis syok
lainnya sepertisyok septik.Sebagian besar kasus DSS akan merespon
terhadap pemberian cairan 10ml/kg pada anak-anak atau 300-500mlpada
orang dewasa lebih satu jam atau dengan bolus, jika perlu. Namun, sebelum
mengurangi tingkat penggantian IV, kondisi klinis, tanda-tanda vital, urin
output dan hematokrit tingkat harus diperiksa untuk memastikan perbaikan
klinis.
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan di kedua shock dan kasus
non-shock bila tidak ada perbaikan terlihat setelah penggantian volumeyang
memadai.Sangat pentingbahwa tingkat cairan IV dikurangi setelah perfusi
perifer meningkatkan; tetapi harus terus untuk durasi minimal 24 jam dan
dihentikan
berlebihan
akan
21
menilai
HCT
pre
resuscitation)
dan
ditindaklanjuti
dengan
22
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Buletin jendela Epidemiologi. Volume 2 Agustus 2010. Pusat Data dan
Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI
2. http://www.who.int/tdr/publications/documents/dengue-diagnosis.pdf
WHO, 2009. Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, And Control.
.
3. http://www.wpro.who.int/mvp/documents/handbook_for_clinical_management_of
_dengue.pdf
WHO, 2010 . Handbook for Clinical Management of Dengue
25