Definisi
Bells palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer akibat proses nonsupuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat
edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit
proksimal dari foramen tersebut, yang mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.
Kelainan ini bersifat unilateral facial paralysis, yaitu kelumpuhan otot wajah
yang terjadi hanya pada satu sisi saja.
Di Indonesia, insiden Bells palsy secara pasti sulit ditentukan. Data yang
dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bells palsy
sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 30
tahun. Bells palsy lebih jarang pada orang-orang yang berusia di bawah 15 tahun
dan yang berusia di atas 60 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada
beberapa penderita didapatkan adanya riwayat terpapar udara dingin atau angin
berlebihan (Annsilva, 2010).
B. Etiologi dan Patofisiologi
Ada beberapa teori mengenai etiologi Bells palsy, yaitu:
1. Teori iskemia vaskuler
Nervus fasialis dapat menjadi lumpuh (parese/paralise) secara tidak
langsung karena gangguan sirkulasi darahnya di kanalis Falopii. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh tekanan pada saraf perifer, terutama berhubungan
dengan oklusi dari pembuluh darah yang mengaliri saraf tersebut, tidak
karena tekanan langsung pada sarafnya.
Dikatakan pula bahwa mungkin terdapat respon simpatis yang
berlebihan sehingga terjadi spasme arteriolar dan stasis vena pada bagian
bawah dari kanalis fasialis, yang dapat menimbulkan edema sekunder yang
akan menambah kompresi terhadap suplai darah dan memperberat
iskemia.
2. Teori infeksi virus
Teori ini berpendapat bahwa Bells palsy dapat terjadi karena proses
reaktivasi virus herpes simplex (khususnya tipe I) yang menyebabkan
inflamasi dan pembengkakan di kanalis fasialis, yang selanjutnya
menimbulkan sekunder iskemia.
3. Teori herediter
bells
palsy
ditegakkan
berdasarkan
anamnesa,
beberapa
surprise).
Otot corrugator supercilli: gerakkan kedua alis mata ke medial bawah, sehingga
mengecup (kiss).
Otot zygomaticus minor: gerakan memoncongkan bibir atas.
Otot zygomaticus mayor: gerakan tersenyum (smiling).
3
otot- otot wajah yang dilalui oleh saraf ini . Bandingkan dengan sisi
kontralateral untuk menentukan luas jejas pada nervus dan pemeriksaan
ini dapat menentukan prognosis, Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada
masa akut.
2. Elektroneurografi (ENoG) membandingkan evoked potential pada sisi
yang mengalami paresis dengan sisi yang sehat
3. Pada pemeriksaan eksitabilitas saraf , dapat ditentukan ambang
rangsang listrik akibat kontraksi otot yang terjadi
Diagnosa topik:
Diagnosa kelumpuhan saraf fasialis dapat ditegakkan atas dasar anamnesa
yang cermat dan beberapa pemeriksaan untuk menentukan lokasi lesi dan derajat
kerusakan sarafnya. Hal ini penting untuk menentukan prognosa dan terapi
selanjutnya.
Kelaina
Letak Lesi
n
motorik
Gangguan
Gangguan
pengecapan
pendengaran
Pons-meatus
akustikus
internus
Meatus
+
tuli/hiperakusis
+
Hiposekresi Hiposekresi
saliva
lakrimalis
akustikus
internus -
Hiperakusis
ganglion
5
genikulatum
+
Ganglion
genikulatum -
N. Stapedius
N.stapediuschorda tympani
Chorda tympani
Infra chorda
tympani-sekitar
foramen
Hiperakusis
stilomastoideus
Tabel 1. Topikal diagnosa Bells palsy
E. Diferensial Diagnosa
Penyakit
Penyebab
Faktor yang membedakan
Nuclear (peripheral)
Lyme disease
Spirochaeta Borrelia Riwayat terpapar kutu (tick), rash, atau
Otitis media
burgdorferi
Bacterial pathogens
Ramsay Hunt
syndrome
Sarcoidosis or
Autoimmune
faring.
Bilateral
Guillain-Barr
response
syndrome
Tumor
Cholesteatoma,
parotid gland
Supranuclear (central)
Multiple sclerosis
Demyelination
Stroke
Ischemia,
Tumor
Onset gradual
hemorrhage
sisi yang terkena.
Metastase, terutama Onset gradual; perubahan status
brain
(Jeffrey, 2007).
Tabel 2. Diferensial diagnosa Bells palsy
F. Penyulit
6
sering
tidak
terlindungi pada
pasien-pasien
terbangun.
Kaca mata
mata
dari
atau
jejas
pelindung
yang
d a n mengurangi
dapat
melindungi
kekeringan
dengan
Operatif
Jika pemeriksaan studi radio amplitude / EEMG setelah hari ke-7 sampai
hari ke-28 setelah onset menunjukkan kondisi denervasi berat atau total
iii.
1. Fisioterapi
1.
Pemanasan, dapat dimulai pada hari ke-4.
a.Pemanasan superficial, daerah terapi adalah wajah yang sakit
(pemanasan untuk kulit dan otot).
b.Pemanasan dalam (deep heating) menggunakan SWD atau
2.
dengan
faradisasi
yang
tujuannya
adalah
untuk
menstimulasi otot, reedukasi dari aksi otot, melatih fungsi otot baru,
meningkatkan
sirkulasi
serta
mencegah/meregangkan
mata
dan
mengangkat
sudut
mulut,
tersenyum,
massage
memberikan
efek
mengurangi
edema,
gerakan
intramuskuler
sehingga
melepaskan
6. Home programme
1)
menit.
2)
Perawatan mata:
1. Beri obat tetes mata (golongan artificial tears) 3x sehari.
2. Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari.
3. Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur.
H. Prognosa
Perjalanan Bell palsy bervariasi mulai dari penyembuhan awal yang komplit
pada
jejas
nervus
disertai
dengan
gejala
sisa
yang
permanen.
Kelompok
mengalami
perbaikan
fungsi
motorik
Kelompok
pasien
ini
memiliki
prognosis
yang
baik
untuk
11
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Thamrinsyam, dkk. 1991. Bells Palsy A.C.E (Advanced Continuing Education)
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Surabaya: Unit Rehabilitasi Medik RSUD Dr.
Soetomo / FK Unair.
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/bell_s-palsy.pdf
http://annsilva.wordpress.com/2010/04/04/bell%E2%80%99s-palsy-case-report/
http://en.wikipedia.org/wiki/Bell%27s_palsy
http://indonesiaindonesia.com/f/13804-bell%92s-palsy-dianggap-serangan-stroke/
http://medicastore.com/penyakit/333/Bell%27s_Palsy.html
http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p997.html
http://www.scribd.com/doc/36952039/JURNAL-SARAF
Lumbantobing, SM. 2004. Saraf Otak : Nervus Fasial. Dalam : Neurologi Klinik
Pemeriksaan Fisik dan Mental, p. 55-60. Jakarta: FK Universitas Indonesia.
Panduan Pelayanan Medis Departemen Rehabilitasi Medik RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo. 2012.
12