Lapsus
Lapsus
PENDAHULUAN
Penyakit Kaki, Tangan, dan Mulut (KTM), atau Hand, Foot and Mouth
Disease (HFMD) dan dikenal juga dengan istilah Flu Singapura adalah penyakit
yang umumnya diderita oleh bayi dan anak-anak di bawah usia 10 tahun. Periode
usia yang terkena yaitu antara usia 6 bulan sampai 3 tahun, namun ada laporan
kasus yang menyebutkan bahwa bayi baru lahir atau usia dewasa di atas 25 tahun
dapat terkena penyakit ini.
Tangan, kaki dan penyakit mulut (HFMD) adalah infeksi virus yang
biasanya ringan dan selflimiting disease. Hal ini ditandai dengan demam
prodromal singkat, diikuti oleh faringitis, ulkus pada mulut dan ruam pada tangan
dan kaki. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari anggota Enterovirus dari genus
Picornaviridae misalnya Coxsackievirus tipe A (CA) dan Enterovirus 71 (EV71),
dengan gambaran klinis yang berbeda. Transmisi terjadi dari manusia ke manusia
melalui kontak langsung dengan air liur, tinja, cairan tubuh atau droplet dari
saluran napas dari orang yang terinfeksi dan secara tidak langsung melalui
benda(2). Di Singapura, wabah pertama HFMD dilaporkan pada bulan Juni sampai
Juli 1970 namun agen etiologinya belum diketahui. Dua wabah lainnya terkait
dengan CA16 yang dilaporkan selama periode antara September 1972 dan Januari
1973, dan antara September dan Desember 1981. Wabah terbesar dari HFMD
yang disebabkan oleh EV71 dengan 3790 kasus dan 4 kematian terjadi di
Singapura antara September dan Desember 2000. Temuan patologis utama yang
didapat dari hasil pada otopsi adalah pneumonitis interstitial, miokarditis dan
ensefalitis.
Dari berbagai sumber dilaporkan bahwa akhir-akhir ini penyakit tersebut
sudah banyak penderitanya di Indonesia. Penyakit ini banyak berjangkit pada
musim panas dan kering, dan pada masa awal turunnya hujan. Meskipun di
Indonesia penyakit ini dinyatakan bukan merupakan penyakit yang digolongkan
berbahaya, namun wabah yang terjadi selama April sampai Juli 1998 di Taiwan,
dimana Enterovirus 71 (EV71) telah diidentifikasi sebagai agen etiologi yang
utama. Wabah itu dikaitkan dengan tingkat kematian sangat tinggi pada anak-anak
kecil. Setidaknya terdapat 55 kasus fatal yang awalnya dilaporkan pada anak-anak
yang memiliki keluhan yang sulit disembuhkan setelah fase prodromal akut
penyakit, banyak dari mereka yang mengalami gangguan neurologis selama sakit
dan meninggal dalam waktu 24 jam rawat inap. Selain itu dari April sampai Juni
1997, 29 anak yang sebelumnya sehat berusia kurang dari 6 tahun di Sarawak,
Malaysia, meninggal karena kegagalan kardiorespirasi cepat progresif selama
wabah HFMD yang terutama disebabkan oleh enterovirus 71 (EV71) .
Untuk pengobatan HFMD, sampai sekarang belum ada obat spesifik untuk
mengatasinya kecuali obat-obatan simptomatik untuk menekan gejala. Penyakit
ini disebabkan oleh virus yang sama sekali berbeda dengan penyakit kaki dan
mulut pada binatang ternak. Gejalanya yang mirip dengan sindroma StevensJohnson akibat alergi terhadap penggunaan beberapa jenis obat, dan juga mirip
dengan cacar air tetapi lokasi pertumbuhan vesikel dan ulkus di kulit secara
spesifik banyak timbul di rongga mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien
II.
Nama
: Ny. RV
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 22 Tahun
Alamat
: Secang, Magelang
Pekerjaan
Agama
: Islam
Tanggal Pemeriksaan
: 5 Mei 2016
Data Dasar
Keluhan Utama
Terdapat bintil bintil berisi nanah pada kedua telapak tangan, kaki dan mulut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang bersama anak dan suaminya ke Poli Kulit dan Kelamin RST
Dr. Soedjono Magelang dengan keluhan muncul bintil-bintil pada kedua telapak
tangan, kedua kaki dan mulut pasien sejak 2 minggu sebelum pasien datang ke
rumah sakit. Bintil-bintil dikatakan muncul mendadak, awalnya hanya beberapa
namun jumlahnya makin bertambah. Awalnya bintil-bintil berwarna kemerahan
dan berisis cairan bening. Terasa sangat gatal sekali terutama pada malam hari,
siang hari gatal berkurang. 2 hari sebelum pasien datang berobat bintil-bintil
berubah menjadi seperti berisi nanah dan berwarna putih. Namun rasa gatal
sedikit berkurang. Muncul keluhan serupa di bagian tubuh lain disangkal.
Pasien juga mengalami demam namun tidak terlalu tinggi dan turun dengan
pemberian paracetamol. Nafsu makan dikatakan sedikit menurun karena sariawan
yang muncul beberapa di mulut. Keluhan lain seperti mual, muntah, BAB cair
disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah mendapat Paracetamol, panas dikatakan menurun dengan
pemberian obat tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
Nadi
RR
: 18 x/menit
Suhu
: 36,8 C
BB
: 50 kg
Status generalis
Kepala
: Normocephali
Mata
THT
: Telinga
: kesan tenang
Hidung
: sekret (+)
Tenggorok
Thoraks
Jantung
Paru
Abdomen
Status lokalis
Regio
: mukosa bibir bawah ulser, soliter, bulat, diameter 0,5 cm, tepi
rata, batas tegas, mukosa sekitar eritema
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
IV.
-
Diagnosis Banding
Herpangina
Herpes Simplex
Herpes Zoster
I.
Varicella
Resume
Pasien perempuan berusia 22 tahun datang dengan keluhan bintil-bintil pada
telapak tangan, kaki, dan mulut sejak 2 minggu sebelum pasien berobat ke Rumah
sakit. Bintil-bintil berisi cairan bening dan nanah, gatal. Pasien demam tidak
terlalu tinggi, mengeluh sariawan di mulut, nafsu makan menurun.
II.
Diagnosis
Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD)
V.
Penatalaksanaan
o Loratadine 10 mg 2 x 1 hari
o Isoprinosine 500 mg 3 x 1 hari
VI.
Prognosis
Quo ad vitam
: Ad bonam
Quo ad functionam
: Ad bonam
Quo ad sanationam
: Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai "Flu
Singapura". Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth
Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). KTM adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
sekelompok
enterovirus
yang
disebut
sangat nyeri dan perih oleh penderitanya sedangkan lepuhan di telapak kaki,
tangan, dan beberapa bagian tubuh lain tidak terasa sakit atau gatal, tapi sedikit
nyeri jika ditekan.(10,16)
III.2 Epidemiologi
HFMD terkait dengan EV71 telah lebih sering di Asia Tenggara dalam
beberapa tahun terakhir. Faktor resiko dalam epidemi penyakit ini termasuk
kehadiran pusat penitipan anak, seringnya berkontak dengan penderita HFMD,
jumlah anggota keluarga yang besar, dan tempat tinggal di pedesaan.
Menurut laporan, HFMD menunjukkan tidak memiliki predileksi seksual.
Beberapa data epidemi mengamati rasio laki-laki dan perempuan dominasi sedikit
1.2-1.3:1.
Baru-baru ini (Juli 2012), di Asia (terutama Kamboja), anak-anak yang
diduga terinfeksi Enterovirus 71 memiliki angka kematian 90%. Ini epidemi
(terutama pada bayi, balita, dan anak di bawah 2 tahun) masih dalam penyelidikan
intensif dan itu adalah peneliti kemungkinan akan memiliki pemahaman yang
lebih baik dari angka kematian yang tinggi terkait dengan enterovirus 71. Jika
Enterovirus 71 yang pada akhirnya ditemukan bertanggung jawab atas kematian,
kemungkinan virus telah mengembangkan kemampuan mematikan baru untuk
cepat menginfeksi dan merusak jaringan paru-paru anak-anak. Namun, penelitian
yang sedang berlangsung dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa anak-anak
mati dari kombinasi enterovirus 71, suis Streptococcus, dan koinfeksi virus
dengue.
III.3 Etiologi
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
RNA yang masuk dalam family Picornaviridae, Genus Enterovirus. Genus yang
lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus
terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus. Penyebab KTM yang paling
sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering
memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai
meninggal adalah Enterovirus 71.
cedera
otot,
kelumpuhan,
dan
kematian,.
Coxsackie
mengakibatkan kerusakan organ, tetapi hasil kurang parah). Ada lebih dari 24
berbeda serotipe virus dimana masing-masing virus memiliki protein yang
berbeda pada permukaannya. Virus Coxsackie menginfeksi sel inang dan
menyebabkan sel inang menjadi lisis.
dan mulut biasanya tersebar melalui hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar
melalui fekal-oral pada tangan yang tercemar, namun bisa juga disebarkan melalui
lendir mulut atau sistem pernapasan dan kontak langsung dengan cairan di dalam
lepuhnya. Sesudah berhubungan dengan orang yang terkena, biasanya di antara 35 hari lepuh baru akan timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh ini bisa menular
dan virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa
epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain
atau dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Virus menular melalui kontak
langsung dengan sekresi hidung dan mulut, tinja, maupun virus yang terhisap dari
udara. Implantasi dari virus di dalam bukal dan mukosa ileum segera diikuti
dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik selama 24 jam. Setelah itu
segera timbul reaksi berupa bintik merah yang kemudian membentuk lepuhan
kecil mirip dengan cacar air di bagian mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.
Selama 7 hari kemudian kadar antibodi penetral akan mencapai puncak dan virus
tereliminasi.
III.6 Manifestasi Klinis
Penyakit tangan, kaki dan mulut yang ringan biasanya disebabkan oleh
Coxsackievirus. Anak usia di bawah 5 tahun sering terkena infeksi virus ini,
meskipun pada orang dewasa dapat juga terjadi. Infeksi Coxsackievirus mungkin
sama sekali tidak menunjukkan gejala atau hanya ringan(12).
Gejala penyakit diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti nyeri
tenggorokan atau faringitis, sulit makan dan minum karena nyeri akibat luka di
mulut dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala seperti flu.
Timbul lepuhan atau vesikel yang kemudian pecah selama 5-10 hari.
Lepuhan di mulut berukuran 2-3 mm yang segera pecah dan membentuk ulkus
yang dirasakan sangat perih terutama saat makan/minum, sehingga sukar untuk
menelan. Jumlah ulkus di mulut mencapai 5-10 yang tersebar di daerah bukal,
palatal, gusi, dan lidah seperti ditunjukkan pada gambar 1(18). Ulkus di lidah
paling lama sembuh.
11
Ulkus juga dapat menyebar hingga saluran cerna yang lebih dalam sampai
ke lambung. Pada kondisi pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang baik,
seluruh gejala dapat membaik selama 5 7 hari. Bersamaan dengan itu timbul rash
atau ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata),
papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash
atau ruam (makulopapul) ada pada daerah bokong(12,13,14,15,16).
Pada bayi atau anak usia di bawah 5 tahun yang timbul gejala berat harus
dirujuk ke rumah sakit. Gejala yang dianggap berat adalah hiperpireksia (suhu
lebih dari 39OC) atau demam tidak turun-turun, takikardi, sesak, anoreksia,
muntah atau diare dengan dehidrasi, badan sangat lemas, kesadaran menurun dan
kejang.
Herpangina
Herpes Simplex
13
Herpes Zoster
Varicella
III.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
-
Dehidrasi pada anak-anak dan balita, harus dirawat di rumah sakit dan
diinfus dengan cairan elektrolit dan nutrisi. Sebagai pencegahan banyak
diberikan cairan elektrolit, misalnya oralit.
Infeksi pada kulit atau ulser di mulut oleh bakteri dan/atau jamur.
III. Penatalaksanaan
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik,
biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh
penderita dilakukan dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam
jumlah banyak dan dengan kualitas gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan
vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati terjadinya gejala superinfeksi akibat
bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan antibiotika dosis rendah
sebagai pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka
di mulut dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan
golongan analgetika dan antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk
diperhatikan dalam pengobatan penyakit KTM adalah bahwa beberapa golongan
obat dapat menimbulkan sindroma Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala
mirip dengan penyakit KTM dan dapat memperparah ulser. Golongan obat
tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin, ibuprofen,
penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida,
sulfonilurea, sulindac, dan tiazida (20).
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur
atau bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga
digunakan untuk mengatasi ulkus di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah
14
semprot,
lozenge.
Mencegah
Dosis anak-anak
Kontra Indikasi
Interaksi
Kehamilan
bobot badan.
Riwayat hipersensitivitas
Tidak dilaporkan
Golongan resiko C keamanan penggunaan
Perhatian
Nama Obat
15
sinoatrial,
AV,
atau
blok
Interaksi
prokainamida
meningkatkan
dan
aksi
tokainida
kardiodepresan,
Kehamilan
meningkatkan suksinilkolin.
Resiko B biasanya
Perhatian
dapat
makanan,
aman,
menyebabkan
gangguan
perlu
tak
terhadap
AllerMax)
kelas
penting
dapat
16
saraf.
Untuk menahan simptom ulser oral :
dikombinasikan dengan alukol dan
magnesium
hidroksida
(Mylanta),
(Carafate).
keluarkan lagi.
Disesuaikan dengan
Kumur
bobot
dan
badan,
dewasa.
Riwayat
Interaksi
Inhibitor.
Potensi efek depresi sistem saraf pusat,
hipersensitivitas,
MAO
dengan
trisiklik,
Inhibitor
antimuskarinik,
antidepresan
amantadin,
MAO,
dan
Kehamilan
prokainamida.
Golongan Resiko C keamanan selama
Perhatian
kemih,
gangguan
saluran
17
empedu.
Dengan
aksi
tersebut,
cerna.
Kontrol
simptomatik
ulser
di
mulut
saluran
cerna,
antasida
dan
dianjurkan.
Disesuaikan dengan bobot badan, digunakan
sama dengan cara penggunaan pada penderita
Kontraindikasi
Interaksi
dewasa.
Riwayat hipersensitivitas.
Menurunkan efek ketokonazol,ciprofloxacin,
tetrasiklin,
fenitoin,
warfarin,
kuinidin,
Perhatian
Nama Obat
Aluminium
hidroksida,
magnesium
hidroksida,
simetikon
(Mylanta).
Meningkatkan
pH
asam
lambung
18
dan
menutupi
ulser
lambung.
Magnesium
kental,
difenhidramin
dan/atau
Kontraindikasi
badan.
Riwayat hipersensitivitas, gangguan ginjal,
Interaksi
osteomalasia.
Menurunkan
kortikosteroid,
efikasi
fluorokuinolon,
benzodiazepin,
fenotiazin,
Perhatian
ditetapkan.
Dapat menyebabkan gangguan dan gagal
ginjal
dan
kesulitan
b.a.b.
menyebabkan wasir/hemorrhage.
Edukasi kepada penderita
-
Mencegah kontak dengan cairan mulut dan pernafasan antara penderita dengan
anggota keluarga yang lain.
19
sehingga
III.11 Prognosis
Prognosis pada HFMD sangat baik. Dan sebagian besar pasien dengan
penyakit ini dapat sembuh sepenuhnya.
BAB IV
KESIMPULAN
20
Penyakit KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh virus coxsackie A19
dan enterovirus 71. Pencegahan utama yang dilakukan adalah pemutusan rantai
penularan penyakit dengan mencegah kontak dari satu penderita ke penderita yang
lain. Pengobatan secara simptomatik terutama dilakukan untuk menekan rasa
nyeri di mulut, mempercepat penyembuhan ulser di mulut, penekan demam, dan
pencegahan infeksi skunder. Golongan obat yang bisa diberikan : antipiretik,
antasida, antihistamin non steroid, analgetik, dan antiseptik. Di samping itu bisa
diberikan vitamin dan mineral tambahan bagi penderita atau kerabat penderita
untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Goh KT, Ong A, Low J, editors. A Guide on Infectious Diseases of Public
Health Importance in Singapore. 6th ed. Singapore: Ministry of Health and
Tan Tock Seng Hospital; 2004.
21
2. Tay CH, Gaw CYN, Low T, Ong C, Chia KW, Yeo H, et al. In : Outbreak
of hand, foot and mouth disease in Singapore. Singapore Med J; 1974.
p.174-83.
3. Chan KP, Goh KT, Chong CY, Teo ES, Lau G, Ling AE. In : Epidemic
hand foot and mouth disease caused by human enterovirus 71, Singapore.
Emerg Infect Dis; 2003 p.78-85.
4. Departemen of Dermatology Univ. Iowa College of Medicine, Available
from URL : http://tray.dermatology.uiowa.edu/Coxsack01.htm. Accessed
October 10 2012.
5. Goksugur N. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm0910628.Accessed
October 10, 2012.
6. Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199. Accessed
October 10, 2012.
7. Di Piro, J.T., et.al. Pharmacotherapy, 3th ed. Appleton & Lange. Stamford;
1997. p.1842-1844.
8. Tjay, T. H., & Kirana, R. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo.
Jakarta; 2002.
9. Harfindal, E.T., Gourley, D.R.Textbook of Theurapeutics Drug and
Disease
Management.
Lippincott
Williams
&
Wilson,
7th
ed.
22