Lapsus 8 Demensia Alzheimer
Lapsus 8 Demensia Alzheimer
DEMENSIA ALZHEIMER
Pembimbing :
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
Disusun oleh :
SABRINA
142.0221.127
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. LN
Usia
: 73 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agam
: Islam
Pendidikan
: SMP
Status
: Menikah
Pekerjaan
Alamat
: Jakarta
I. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis pasien dilakukan secara autoanamnesis pada pasien langsung dan
secara alloanamnesa pada menantu dan kerabat pasien. Anamnesis dilakukan pada
tanggal 10 Juli 2015 pukul 01.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan
Jakarta Timur.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta Timur dengan
keluhan pasien merasa sakit perut dan bertingkah seperti orang yang mau melahirkan.
pasien mengatakan jumlah yang berbeda, yaitu pasien mengatakan memiliki tujuh orang
anak.
Pasien datang bertiga dengan ditemani oleh menantu dan kerabat pasien ke
Poliklinik Psikiatri. Penampilan pasien saat datang sesuai dengan usianya, pasien
mengenakan baju gamis dan kerudung yang tidak begitu dikenakan rapi, mengenakan
celana kain, perawatan diri kurang baik. Keadaan umum pasien baik serta kesadarannya
pun baik. Dari awal sampai selesai anamnesis pasien kurang kooperatif, menjawab
pertanyaan dengan lambat dan kadang berputar-putar bila menjawab. Artikulasi pasien
kurang jelas, pemahaman bahasa pasien kurang jelas. Kontak mata antara pasien kepada
pemeriksa terlihat intens.
Pasien bercerita dengan gaya bicara yang melambat, bahwa pasien mengeluhkan
perutnya sakit sekali dan pasien merasa seperti orang yang mau melahirkan, pasien
mengaku keluahnnya tersebut baru berlangsung malam sebelumnya, namun menantu
dan kerabat pasien mengatakan kalau pasien sudah mengalami keluhan seperti itu sejak
7 hari yang lalu. Menantu pasien juga mengatakan kalau pasien memberitahu kepadanya
dan orang dirumah pasien bahwa di dalam perut pasien terdapat dua orang bayi di dalam
perut pasien. Pasein bertingkah laku seperti orang yang hendak melahirkan, pasien
meminta untuk dipanggilkan bidan untuk membantu proses kelahiran pasien, juga
pasien berteriak-teriak kesakitan seperrti layaknya orang yang mau melahirkan.
Dikatakan juga oleh menantu dan kerabatnya bahwa pasien belakangan sering salah
menyebutkan jumlah anaknya bila ditanyakan berapa jumlah anak pasien. Pasein hanya
memiliki satu anak, namun bila ditanya pasien menjawab bahwa pasien memiliki
delapan anak, kemudian saat di Tanya di poliklinik oleh pemeriksa berapa jumlah anak
pasien, pasien menjawab kalau anaknya berjumlah tujuh orang.
Menantu dan kerabat pasien mengatakan kalau sebenarnya kurang lebih tujuh
bulan yang lalu pada awalnya pasien mengalami sakit perut diare, kemudian saat itu
pasien sangat kesakitan dan menolak untuk dipakaikan baju, sejak saat itu pasien mulai
bertingkah laku aneh. Gaya bicara pasien juga berubah menjadi lambat, padahal pada
awalnya pasien dapat berbicara dengan lancer dan normal seperti orang dengan bicara
normal lainnya. Pasien menjadi terbata-bata apabila berbicara. Pasien juga jadi lebih
sering lupa atau lebih tepatnya pelupa. Namun pasien selalu marah dan mengelak bila
diingatkan dan bila dikatakan pasien sekarang menjadi lebih sering lupa. Menurut
pasien ingatannya masih sebaik dulu dan dia masih mengingat semuanya dengan baik.
Diceritakan oleh menantunya, pernah suatu hari dirumah pada saat bersantai diruangan,
pasien melihat foto dirinya sendiri, kemudian pasien mengatakan pada orang
disekitarnya untuk segera membuang foto tersebut, karena sedari tadi foto dirinya itu
selalu melihat dan memperhatikan pasien sehingga pasien merasa tidak nyaman dan
ingin membuang foto itu, pasien juga mengatakan bahwa pasien tidak mengenali siapa
orang dalam foto tersebut, padahal foto itu adalah gambar diri pasien sendiri. Setelah
diingatkan oleh keluarganya dirumah barulah pasien menyadari bahwa foto itu adalah
foto dirinya sendiri.
Pasien menyangkal pernah mendengar bisikan-bisikan yang tidak didengar oleh
orang lain. Pasien menyangkal telah melihat sosok-sosok penampakan yang tidak dilihat
oleh orang lain, namun menurut menantu dan kerabat pasien, pasien pernah mengatakan
kalau seolah-olah ada bidan yang datang kerumahnya dan bidan itu berdiri di hadapan
pasien siap untuk membantu pasien, namun orang-orang disekitar pasien tidak ada yang
melihat kehadiran bidan yang dikatakan pasien tersebut. Dan juga pada saat pasien
berada disalah satu rumah kerabat keluarganya pasien mengatakan bahwa ada seseorang
perempuan dengan rambut panjang masuk kerumah dan berdiri di dekat pintu, namun
orang-orang dalam rumah tersebut tidak ada yang melihat sosok perempuan tersebut.
Pasien menyangkal pernah mencium bau-bauan yang aneh, misalnya seperti bau
kemenyan. Orang-orang disekitar pasien tidak ada yang mencium hal yang sama seperti
yang dicium oleh pasien. Selain itu juga pasien menyangkal kalau pasien pernah merasa
seperti ada yang menggerayangi atau meremas-remas bagian tubuhnya, namun
sebenarnya tidak ada orang yang melakukan hal tersebut pada pasien. Pasien
menyangkal adanya gangguan dalam indera pengecapan, sehingga pasien dapat
merasakan dengan normal rasa makan-makanan yang dimakan pasien. Pasien tidak
merasakan apa-apa jika pasien tidak memakan apapun, untuk itu pasien tidak ada
gangguan dalam indra pengecapannya. Pasien menyangkal bahwa pikirannya
dikendalikan atau diperintahkan untuk melakukan sesuatu, menyangkal bahwa
pikirannya tersiar ke luar kepala dan orang-orang menjadi tahu jalan pikiran pasien,
serta menyangkal bahwa pikirannya disedot oleh orang lain. Pasien juga menyangkal
perasaan ada orang yang ingin berniat jahat ke dirinya ataupun melukai diri pasien.
Pasien juga menyangkal perasaan seperti dikejar-kejar atau diikuti oleh suatu hal. Pasien
menyangkal bahwa dirinya adalah seseorang yang hebat dan perlu dipuja-puja. Saat
bercermin, pasien merasa sosok dirinya di cermin sama dengan dirinya yang
sebenarnya, dan pasien merasa tidak ada
mendapatkan score satu untuk pertanyaan nomor satu, pasien hanya dapat menjawab
hari dengan benar pada pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Pasien diminta untuk menyebutkan ulang kata mangga, buku, ayam selama satu
detik setelah pemeriksa menyebutkannya. Pasien dapat mengulangnya dengan baik
kurang dari satu detik. Pertanyaan berikutnya adalah hitung-hitungan matematika
sederhana, pada pertanyaan ini pasien diminta untuk menjawab lima soal pengurangan,
seperti 100-3, 93-3, dan seterusnya sebanyak lima pertanyaan. Pasien hanya dapat
menjawab dua pertanyaan dengan benar untuk itu pasien mendapatkan score dua.
Kemudian setelah beberapa saat pasien diminta untuk mengulang kembali tiga kata
yang disebutkan pemeriksa pada pertanyaan sebelumnya di atas. Dan pasien dapat
mengulangnya dengan baik.
Pasien kemudian diminta untuk menyebutkan benda yang ditunjuk oleh
pemeriksa, pasien dapat menjawab ketiga benda yang ditunjuk pemeriksa dengan benar,
yaitu kacamata, buku, dan polpen. Lalu pasien diminta untuk mengulang kalimat yang
diucapkan oleh pemeriksa, pasien dapat mengulangnya dengan benar. Lalu kemudian
pasien diminta untuk menuliskan sebuah kalimat, tulisan yang ditulis pasien tidak
terbaca dengan jelas namun pasien dapat membacakan maksud dari tulisan yang
ditulisnya.
Setelah melewati pertanyaan-pertanyaan tersebut, akumulasi dari score yang
diperoleh pasien adalah delapan belas. Dimana interpretasi dari nilai tersebut adalah
kemungkinan pasien mengalami demensia.
Pasien menyelesaikan pendidikan dari SD hingga SMP, pasien tidak melanjutkan
ke jenjang berikutnya Pasien lancer melalui jenjang pendidikannya tersebut dan tidak
pernah tinggal kelas. Saat sekolah pasien memiliki banyak teman, pasien mengaku tidak
ada kesulitan dalam bergaul. Pasien mengatakan saat sekolah pasien dapat
bercengkrama dengan baik dengan teman sebayanya.
Pasien sudah menikah dan suaminya sudah lama meninggal, pasien memiliki satu
orang anak, dan anaknya tersebut sudah menikah. Pasien tinggal dirumah milik pasien
sendiri bersama dengan anaknya dan menantunya tersebut. Biaya sehari-hari dibantu
oleh anak pasien, dan dirasakan cukup untuk kebutuhan sehari-hari pasien. Pembiayaan
kesehatan pasien ditanggung oleh BPJS.
Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang anak. Suami pasien sudah
meninggal
7. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, dan taat dalam beribadah.
8. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga cukup harmonis. Tidak ada masalah yang serius dan
berarti dalam keluarga. Keluarga sangat mendukung kesembuhan pasien.
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang serupa
dengan pasien atau mengeluhkan hal yang sama dengan pasien.
Kesadaran umum :
Compos mentis
Kontik psikis
Cara berjalan
: baik
4. Pembicaraan
-
Kuantitas
Kualitas
sulit dimengerti
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood
: Biasa
2. Afek
: Meluas
3. Keserasian
4. Empati
C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Taraf pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD sampai dengan SMP, tidak melanjutkan
ke SMA. Pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik, tidak pernah
tinggal kelas semasa sekolah dari SD hingga pendidikan terakhirnya.
Pengetahuan Umum
Pasien tidak dapat menjawab dengan baik dan benar pertanyaan
pengetahuan umum yang diberikan oleh dokter seperti siapa presiden
Indonesia saat ini.
Kecerdasan
2. Daya konsentrasi
Pasien tidak dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai
dengan selesai. Pasien juga tidak dapat menjawab dengan benar pertanyaanpertanyaan dalam mini mental scale examination.
3. Orientasi
Waktu
Kurang, pasien tidak mengetahui waktu saat berobat
Tempat
Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di poliklinik jiwa RSUP
Persahabatan Jakarta Timur
Orang
Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter
Situasi
Baik, pasien mengetahui bahwa pasien sedang diperiksa dokter
4. Daya ingat
5. Pikiran Abstrak
Tidak optimal
6. Bakat kreatif
Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Kurang, karena pasien lebih sering disuruh terlebih dahulu untuk melakukan
sesuatu, namun pasien juga masih dapat mengurusi dirinya sendiri.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi
Halusinasi auditorik
(+)
Halusinasi visual
(+)
Halusinasi taktil
(-)
Halusinasi olfaktori
(-)
Halusinasi gustatorik
(-)
Ilusi
Derealisasi
E. PROSES PIKIR
1. Alur piker
Preokupasi
Kontinuitas
: koheren
Hendaya
2. Isi pikiran
Terdapat waham : Tidak terdapat waham
F. PENGENDALIAN IMPULS
Pengendalian impuls pasien saat diwawancara cukup baik, namun pasien
terkadang pasien menyangkal dan sedikit marah bila dikatakan pasien belakangan
menjadi lebih pelupa.
10
G. DAYA NILAI
1. Norma sosial
Pasien belakangan ini tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan secara
baik
2. Uji daya nilai
Baik, ketika pasien diberikan suatu permasalahan mengenai apa yang akan
dilakukan pasien apabila menemukan seorang anak ingin menyebrang jalan,
pasien menjawab akan membantu anak tersebut untuk menyebrang
3. Penilaian realitas
Terdapat gangguan dalam menilai realitas karena disini pasien memiliki
halusinasi visual dan auditorik
I. TILIKAN/INSIGHT
Tilikan derajat 1, yaitu penyangkalan total terhadap penyakitnya
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan umum
2. Tanda vital
F. nafas
: 22 x/menit
Nadi
: 76 x/menit
11
Suhu
: afebris
3. Berat badan
: - kg
4. Bentuk badan
5. System kardiovaskular
6. System musculoskeletal :
7. System gastrointestinal
8. System urogenital
9. Gangguan khusus
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial
2. Saraf motoric
3. Sensibilitas
6. Gangguan khusus
12
g.
Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alcohol dan narkoba serta zat
psikoaktif lainnya.
V. FORMULA DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien ditemukan
sekumpulan gejala dan perilaku yang menimbulkan penderitaan dan disfungsi, maka
pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnostik aksis I
Berdasarkan
hasil
anamnesis,
pemeriksaan
ditemukan
penyakit
yang
menyebabkan disfungsi otak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan daya
13
ingat, daya konsentrasi, orientasi serta fungsi kognitif pasien sehingga pasien ini
merupakan penderita gangguan mental organic (F.0)
Pada pasien terdapat adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir,
yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Tidak ada penurunan kesadaran.
Dan gejalanya sudah hampir tujuh bulan lebih. Maka pasien ini merupakan
penderita demensia
Pasien terbukti adanya penurunan daya ingat, daya piker, orientasi dan daya nilai.
Proses ini berlangsung secara bertahap awalnya lupa menaruh barang, lupa tempat
penyimpanan dan tiba-tiba pasien lupa berapa jumlah anaknya. Maka pasien ini
merupakan penderita demensia pada penyakit Alzheimer (F00)
Pada pasien ditemukan gejala-gejala tersebut dengan usia lebih dari 65 tahun.
Maka pasien ini merupakan penderita demensia pada penyakit Alzheimer
onset lambat (F00.1)
Diagnosis aksis II
Tumbuh kembang pasien normal, pasien dapat bersosialisasi dengan teman
sebayanya semasa SD dan SMP maka dapat dikatakan pasien tidak terdapat gangguan
kepribadian. Pasien juga dapat menyelesaikan masa studi dari SD hingga SMP dengan
baik dan fungsi kognitif baik, maka pada pasien tidak terdapat retardasi mental. Oleh
karena tidak ada gangguan kepribadian dan tidak ada retardasi mental, sehingga aksis II
tidak ada diagnosis.
Diagnosis aksis IV
Pasien seorang perempuan berusia 73 tahun. Pasien memiliki 1 orang anak.
Pasien sudah menikah namun suami pasien sudah meninggal dan saat ini tinggal dengan
anak nya, menantu dan cucunya dirumah milik pasien sendiri.
Pasien menderita
gangguan daya ingat jangka pendek, dan segera, namun pasien menyangkalnya. Pasien
tidak merasa dirinya sakit, sehingga sulit untuk diajak berobat, namun anak, menantu
14
Diagnosis aksis V
Pada pasien terdapat adanya gejala berat, disabilitas berat. Maka pada aksis V
didapatkan GAF scale 50-41
VI.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
VII.
DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik
b. Masalah psikologi
c. Sosial ekonomi
d. Keluarga
keluarganya.
VIII. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik
: ad bonam
Ad functionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
15
IX.
TERAPI
a. Psikofarmaka
risperidon 2 x 2 mg
Aricept 1 x 10 mg
b. Psikoterapi
-
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Ajar Psikiatri, FKUI. Jakarta. 2003
2. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001
3. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
PT Nuh Jaya. Jakarta. 2007
17