Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PSIKIATRI

DEMENSIA ALZHEIMER

Pembimbing :
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)

Disusun oleh :
SABRINA
142.0221.127

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RSUP PERSAHABATAN JAKARTA
PERIODE 29 JUNI - 8 AGUSTUS 2015

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. LN

Usia

: 73 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agam

: Islam

Pendidikan

: SMP

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Jakarta

I. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis pasien dilakukan secara autoanamnesis pada pasien langsung dan
secara alloanamnesa pada menantu dan kerabat pasien. Anamnesis dilakukan pada
tanggal 10 Juli 2015 pukul 01.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan
Jakarta Timur.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta Timur dengan
keluhan pasien merasa sakit perut dan bertingkah seperti orang yang mau melahirkan.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk berobat dengan
keluhan pasien merasa sakit perut dan bertingkah laku seperti orang yang mau
melahirkan, pasien meminta tolong kepada orang yang ada dirumahnya untuk segera
dipanggilkan bidan untuk membantu proses kelahirannya, pasien berteriak kesakitan
dan mengedan layaknya orang yang ingin segera melahirkan. Padahal pada saat itu
pasien tidak sedang hamil dan dari usia juga pasien sudah sangat tua untuk mengandung
lagi. Menantu dan kerabat pasien juga mengatakan kalau pasien sering lupa jumlah
anaknya, dikatakan oleh menantu pasien bahwa pasien hanya mempunya satu orang
ana. Namun pasien selalu menyalahkan dan mengatakan kalau pasien memiliki delapan
orang anak. Dan pada saat di poliklinik kemudian ditanyakan berapa jumlah anaknya,

pasien mengatakan jumlah yang berbeda, yaitu pasien mengatakan memiliki tujuh orang
anak.
Pasien datang bertiga dengan ditemani oleh menantu dan kerabat pasien ke
Poliklinik Psikiatri. Penampilan pasien saat datang sesuai dengan usianya, pasien
mengenakan baju gamis dan kerudung yang tidak begitu dikenakan rapi, mengenakan
celana kain, perawatan diri kurang baik. Keadaan umum pasien baik serta kesadarannya
pun baik. Dari awal sampai selesai anamnesis pasien kurang kooperatif, menjawab
pertanyaan dengan lambat dan kadang berputar-putar bila menjawab. Artikulasi pasien
kurang jelas, pemahaman bahasa pasien kurang jelas. Kontak mata antara pasien kepada
pemeriksa terlihat intens.
Pasien bercerita dengan gaya bicara yang melambat, bahwa pasien mengeluhkan
perutnya sakit sekali dan pasien merasa seperti orang yang mau melahirkan, pasien
mengaku keluahnnya tersebut baru berlangsung malam sebelumnya, namun menantu
dan kerabat pasien mengatakan kalau pasien sudah mengalami keluhan seperti itu sejak
7 hari yang lalu. Menantu pasien juga mengatakan kalau pasien memberitahu kepadanya
dan orang dirumah pasien bahwa di dalam perut pasien terdapat dua orang bayi di dalam
perut pasien. Pasein bertingkah laku seperti orang yang hendak melahirkan, pasien
meminta untuk dipanggilkan bidan untuk membantu proses kelahiran pasien, juga
pasien berteriak-teriak kesakitan seperrti layaknya orang yang mau melahirkan.
Dikatakan juga oleh menantu dan kerabatnya bahwa pasien belakangan sering salah
menyebutkan jumlah anaknya bila ditanyakan berapa jumlah anak pasien. Pasein hanya
memiliki satu anak, namun bila ditanya pasien menjawab bahwa pasien memiliki
delapan anak, kemudian saat di Tanya di poliklinik oleh pemeriksa berapa jumlah anak
pasien, pasien menjawab kalau anaknya berjumlah tujuh orang.
Menantu dan kerabat pasien mengatakan kalau sebenarnya kurang lebih tujuh
bulan yang lalu pada awalnya pasien mengalami sakit perut diare, kemudian saat itu
pasien sangat kesakitan dan menolak untuk dipakaikan baju, sejak saat itu pasien mulai
bertingkah laku aneh. Gaya bicara pasien juga berubah menjadi lambat, padahal pada
awalnya pasien dapat berbicara dengan lancer dan normal seperti orang dengan bicara
normal lainnya. Pasien menjadi terbata-bata apabila berbicara. Pasien juga jadi lebih
sering lupa atau lebih tepatnya pelupa. Namun pasien selalu marah dan mengelak bila
diingatkan dan bila dikatakan pasien sekarang menjadi lebih sering lupa. Menurut

pasien ingatannya masih sebaik dulu dan dia masih mengingat semuanya dengan baik.
Diceritakan oleh menantunya, pernah suatu hari dirumah pada saat bersantai diruangan,
pasien melihat foto dirinya sendiri, kemudian pasien mengatakan pada orang
disekitarnya untuk segera membuang foto tersebut, karena sedari tadi foto dirinya itu
selalu melihat dan memperhatikan pasien sehingga pasien merasa tidak nyaman dan
ingin membuang foto itu, pasien juga mengatakan bahwa pasien tidak mengenali siapa
orang dalam foto tersebut, padahal foto itu adalah gambar diri pasien sendiri. Setelah
diingatkan oleh keluarganya dirumah barulah pasien menyadari bahwa foto itu adalah
foto dirinya sendiri.
Pasien menyangkal pernah mendengar bisikan-bisikan yang tidak didengar oleh
orang lain. Pasien menyangkal telah melihat sosok-sosok penampakan yang tidak dilihat
oleh orang lain, namun menurut menantu dan kerabat pasien, pasien pernah mengatakan
kalau seolah-olah ada bidan yang datang kerumahnya dan bidan itu berdiri di hadapan
pasien siap untuk membantu pasien, namun orang-orang disekitar pasien tidak ada yang
melihat kehadiran bidan yang dikatakan pasien tersebut. Dan juga pada saat pasien
berada disalah satu rumah kerabat keluarganya pasien mengatakan bahwa ada seseorang
perempuan dengan rambut panjang masuk kerumah dan berdiri di dekat pintu, namun
orang-orang dalam rumah tersebut tidak ada yang melihat sosok perempuan tersebut.
Pasien menyangkal pernah mencium bau-bauan yang aneh, misalnya seperti bau
kemenyan. Orang-orang disekitar pasien tidak ada yang mencium hal yang sama seperti
yang dicium oleh pasien. Selain itu juga pasien menyangkal kalau pasien pernah merasa
seperti ada yang menggerayangi atau meremas-remas bagian tubuhnya, namun
sebenarnya tidak ada orang yang melakukan hal tersebut pada pasien. Pasien
menyangkal adanya gangguan dalam indera pengecapan, sehingga pasien dapat
merasakan dengan normal rasa makan-makanan yang dimakan pasien. Pasien tidak
merasakan apa-apa jika pasien tidak memakan apapun, untuk itu pasien tidak ada
gangguan dalam indra pengecapannya. Pasien menyangkal bahwa pikirannya
dikendalikan atau diperintahkan untuk melakukan sesuatu, menyangkal bahwa
pikirannya tersiar ke luar kepala dan orang-orang menjadi tahu jalan pikiran pasien,
serta menyangkal bahwa pikirannya disedot oleh orang lain. Pasien juga menyangkal
perasaan ada orang yang ingin berniat jahat ke dirinya ataupun melukai diri pasien.
Pasien juga menyangkal perasaan seperti dikejar-kejar atau diikuti oleh suatu hal. Pasien

menyangkal bahwa dirinya adalah seseorang yang hebat dan perlu dipuja-puja. Saat
bercermin, pasien merasa sosok dirinya di cermin sama dengan dirinya yang
sebenarnya, dan pasien merasa tidak ada

yang berubah dengan dirinya, hal ini

menunjukkan pada pasien tidak terdapat depersonalisasi. Pasien menyangkal perasaan


asing terhadap lingkungan sekitarnya ataupun perasaan bahwa lingkungannya berubah,
hal ini menunjukkan pada pasien tidak terdapat derealisasi.
Menantu dan kerabat dekat pasien mengatakan kalau pasien tidak memiliki
riwayat penyakit stroke, ataupun riwayat penyakit serius lainnya. Selama ini pasien
sehat-sehat saja. Hanya tujuh bulan yang lalu pasien menderita sakit perut diare, dan
sejak saat itu cara bicara pasien jadi lebih lambat tidak seperti biasanya, pasien juga jadi
sering lupa dan jadi lebih sering bertingkah laku yang aneh.
Dahulu pasien dilahirkan secara normal. Pertumbuhan dan perkembangan pasien
sejak masa bayi, kanak-kanak, hingga menjadi dewasa normal sesuai dengan orangorang seumurannya. Pasien tidak pernah sakit berat saat masih anak-anak. Dalam
keluarganya tidak ada yang mengalami hal yang serupa dengan pasien, hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada faktor genetik yang mempengaruhi gangguan jiwa yang
dialami oleh pasien.
Hubungan pasien dengan keluarganya cukup baik, pasien mendapatkan banyak
perhatian dari anak, menantu, keluarga, serta orang-orang disekitar pasien. Menantunya
pun berinisiatif untuk membawa pasien berobat dan memeriksakan keadaan pasien,
karena menantu yang tinggal satu rumah dengan pasien tersebut melihat banyak yang
berubah dari pasien.
Pasien dapat menjawab pertanyaan seputar matematik sederhana, berupa hitungan
angka seratus dikurangi tujuh, pasien dapat menjawab dengan benar hasilnya yaitu
sembilan puluh tiga, namun pasien tidak bisa lagi menjawab ketika ditanya berapa
jumlah dari Sembilan puluh tiga dikurangi tujuh.
Pada saat dilakukan test MMSE (Mini Mental Scale Examination) pasien
mendapatkan score delapan belas untuk score total dari tes yang diakukan. Pertanyaan
pertama, pada saat ditanyakan oleh pemeriksa tahun berapa sekarang pasien menjawab
tahun 1915, musim apakah sekarang pasien menjawab musim hujan dan mengatakan
kalau tadi baru saja turun hujan padahal diluar sangat panas, bulan apa sekarang pasien
menjawab bulan November, dan tanggal sekarang adalah tanggal 20. Pasien hanya

mendapatkan score satu untuk pertanyaan nomor satu, pasien hanya dapat menjawab
hari dengan benar pada pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Pasien diminta untuk menyebutkan ulang kata mangga, buku, ayam selama satu
detik setelah pemeriksa menyebutkannya. Pasien dapat mengulangnya dengan baik
kurang dari satu detik. Pertanyaan berikutnya adalah hitung-hitungan matematika
sederhana, pada pertanyaan ini pasien diminta untuk menjawab lima soal pengurangan,
seperti 100-3, 93-3, dan seterusnya sebanyak lima pertanyaan. Pasien hanya dapat
menjawab dua pertanyaan dengan benar untuk itu pasien mendapatkan score dua.
Kemudian setelah beberapa saat pasien diminta untuk mengulang kembali tiga kata
yang disebutkan pemeriksa pada pertanyaan sebelumnya di atas. Dan pasien dapat
mengulangnya dengan baik.
Pasien kemudian diminta untuk menyebutkan benda yang ditunjuk oleh
pemeriksa, pasien dapat menjawab ketiga benda yang ditunjuk pemeriksa dengan benar,
yaitu kacamata, buku, dan polpen. Lalu pasien diminta untuk mengulang kalimat yang
diucapkan oleh pemeriksa, pasien dapat mengulangnya dengan benar. Lalu kemudian
pasien diminta untuk menuliskan sebuah kalimat, tulisan yang ditulis pasien tidak
terbaca dengan jelas namun pasien dapat membacakan maksud dari tulisan yang
ditulisnya.
Setelah melewati pertanyaan-pertanyaan tersebut, akumulasi dari score yang
diperoleh pasien adalah delapan belas. Dimana interpretasi dari nilai tersebut adalah
kemungkinan pasien mengalami demensia.
Pasien menyelesaikan pendidikan dari SD hingga SMP, pasien tidak melanjutkan
ke jenjang berikutnya Pasien lancer melalui jenjang pendidikannya tersebut dan tidak
pernah tinggal kelas. Saat sekolah pasien memiliki banyak teman, pasien mengaku tidak
ada kesulitan dalam bergaul. Pasien mengatakan saat sekolah pasien dapat
bercengkrama dengan baik dengan teman sebayanya.
Pasien sudah menikah dan suaminya sudah lama meninggal, pasien memiliki satu
orang anak, dan anaknya tersebut sudah menikah. Pasien tinggal dirumah milik pasien
sendiri bersama dengan anaknya dan menantunya tersebut. Biaya sehari-hari dibantu
oleh anak pasien, dan dirasakan cukup untuk kebutuhan sehari-hari pasien. Pembiayaan
kesehatan pasien ditanggung oleh BPJS.

Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Namun terkadang


dibantu oleh anak dan menantunya. Ketika ditanyakan apa harapan dan keinginan
pasien untuk kedepannya pada saat ini, pasien tidak dapat menyebutkan harapan dan
keinginannya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
2. Riwayat gangguan medis
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medis
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif/alkohol
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal
Selama kandungan dan proses persalinan normal dan tidak ditemukan adanya
penyulit atau masalah. Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal. Pasien
dilahirkan dalam keadaan normal tanpa cacat bawaan.
2. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai anak di usianya, tidak ada gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan pasien.
3. Riwayat Masa Akhir Anak-anak
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia sebagaimana anak seusianya,
sehingga tidak terdapat gangguan pertumbuhan maupun perkembangan pada
pasien. Tidak terdapat masalah dalam kehidupan sosial.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikannya dari SD hingga SMP. Pasien tidak
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Pasien menyelesaikan pendidikan
dengan lancar, tidak pernah tinggal kelas.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
6. Riwayat Pernikahan

Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang anak. Suami pasien sudah
meninggal
7. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, dan taat dalam beribadah.
8. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga cukup harmonis. Tidak ada masalah yang serius dan
berarti dalam keluarga. Keluarga sangat mendukung kesembuhan pasien.

E. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang serupa
dengan pasien atau mengeluhkan hal yang sama dengan pasien.

F. Riwayat Situasi Sosial Sekarang


Pasien seorang perempuan berusia 73 tahun. Status pernikahan sudah menikah dan
memiliki satu orang anak. Suami pasien sudah lama meninggal. Pasien adalah
seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama anaknya, menantu dan cucunya
dirumah sendiri milik pasien. Pendidikan terkahir pasien adalah SMP. Biaya hidup
pasien didapat dari uang yang diberikan oleh anaknya. Ekonomi pasien dirasakan
cukup. Pasien berobat mengguanakan BPJS

G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya


Pasien tidak dapat menyebutkan keinginannya saat ditanya apa harapan dan
keinginan pasien untuk kedepannya.

II. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien perempuan berusia 73 tahun, tampak sesuai dengan usianya,
berpakaian cukup rapi, perawatan diri baik. Pasien menjawab pertanyaan
dengan tidak kooperatif, pasien tidak konsisten dengan pembicaraannya.
2. Kesadaran

Kesadaran umum :

Compos mentis

Kontik psikis

dapat dilakukan, cukup wajar

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor


-

Cara berjalan

: baik

Aktivitas psikomotor : pasien kooperatif, kontak mata cukup baik, tidak


ada gerakan involunter dan menjawab pertanyaan dengan jawaban yang
berubah-ubah

4. Pembicaraan
-

Kuantitas

: baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter, namun

dengan jawaban yang ragu-ragu dan kadang berubah-ubah


-

Kualitas

: volume bicara cukup, artikulasi jelas, pembicaraan agak

sulit dimengerti
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif

B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood

: Biasa

2. Afek

: Meluas

3. Keserasian

: Mood dan afektif sesuai atau serasi

4. Empati

: Pemeriksa dapat merasakan perasaan pasien

C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan

Taraf pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD sampai dengan SMP, tidak melanjutkan
ke SMA. Pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik, tidak pernah
tinggal kelas semasa sekolah dari SD hingga pendidikan terakhirnya.

Pengetahuan Umum
Pasien tidak dapat menjawab dengan baik dan benar pertanyaan
pengetahuan umum yang diberikan oleh dokter seperti siapa presiden
Indonesia saat ini.

Kecerdasan

Pasien dapat menjawab dengan tepat pertanyaan berhitung pertambahan


yang diajukan pemeriksa, yaitu 100-7=93, namun pasien tidak bisa
menjawab ketika diberi pertanyaan berikutnya yaitu 93-7

2. Daya konsentrasi
Pasien tidak dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai
dengan selesai. Pasien juga tidak dapat menjawab dengan benar pertanyaanpertanyaan dalam mini mental scale examination.
3. Orientasi

Waktu
Kurang, pasien tidak mengetahui waktu saat berobat

Tempat
Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di poliklinik jiwa RSUP
Persahabatan Jakarta Timur

Orang
Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter

Situasi
Baik, pasien mengetahui bahwa pasien sedang diperiksa dokter

4. Daya ingat

Daya ingat jangka panjang


Baik, pasien dapat menyebutkan secara tepat tempat pasien menempuh
pendidikannya.

Daya ingat jangka pendek


Baik, pasien dapat mengingat cara dan menggunakan kendaraan apa
untuk sampai ke RSUP Persahabatan.

Daya ingat segera


Baik, pasien dapat mengulang lima nama buah yang diberikan oleh
pemeriksa secara berurutan.

Akibat hendaya daya ingat pasien


Terdapat konfabulasi dalam daya ingat pasien

5. Pikiran Abstrak
Tidak optimal

6. Bakat kreatif
Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Kurang, karena pasien lebih sering disuruh terlebih dahulu untuk melakukan
sesuatu, namun pasien juga masih dapat mengurusi dirinya sendiri.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi

Halusinasi auditorik

(+)

Halusinasi visual

(+)

Halusinasi taktil

(-)

Halusinasi olfaktori

(-)

Halusinasi gustatorik

(-)

Ilusi

: tidak terdapat ilusi pada pasien

2. Depersonalisasi dan derealisasi


Depersonalisasi

: tidak terdapat depersonalisasi pada pasien

Derealisasi

: tidak terdapat derealisasi pada pasien

E. PROSES PIKIR
1. Alur piker

Preokupasi

Produktivitas : baik, pasien dapat menjawab dengan spontan bila

: tidak terdapat preokupasi

diajukan pertanyaan yang diajukan pemeriksa

Kontinuitas

: koheren

Hendaya

: tidak terdapat hendaya berbahasa

2. Isi pikiran
Terdapat waham : Tidak terdapat waham

F. PENGENDALIAN IMPULS
Pengendalian impuls pasien saat diwawancara cukup baik, namun pasien
terkadang pasien menyangkal dan sedikit marah bila dikatakan pasien belakangan
menjadi lebih pelupa.

10

G. DAYA NILAI
1. Norma sosial
Pasien belakangan ini tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan secara
baik
2. Uji daya nilai
Baik, ketika pasien diberikan suatu permasalahan mengenai apa yang akan
dilakukan pasien apabila menemukan seorang anak ingin menyebrang jalan,
pasien menjawab akan membantu anak tersebut untuk menyebrang
3. Penilaian realitas
Terdapat gangguan dalam menilai realitas karena disini pasien memiliki
halusinasi visual dan auditorik

H. PERSEPSI PEMERIKSA TERHADAP PASIEN


Menurut penilaian pemeriksa, pasien mempunyai gangguan daya ingat segera
dan pendek, daya ingat jangka panjang pun hanya beberapa saja, dan pasien juga
mengalami peningkatan emosi, pasien tidak sadar dengan penyakitnya, hal ini
dapat berprognosis buruk.

I. TILIKAN/INSIGHT
Tilikan derajat 1, yaitu penyangkalan total terhadap penyakitnya

J. TARAF DAPAT DIPERCAYA


Kesan pemeriksa terhadap pasien tidak dapat mempercayai jawaban pasien
seluruhnya karena kurangnya konsistensi dari jawaban pasien.

III.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis
1. Keadaan umum

: baik, tampak cemas

2. Tanda vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg

F. nafas

: 22 x/menit

Nadi

: 76 x/menit

11

Suhu

: afebris

3. Berat badan

: - kg

4. Bentuk badan

: kesan dalam batas normal

5. System kardiovaskular

tidak ada kelainan

6. System musculoskeletal :

tidak ada kelainan

7. System gastrointestinal

tidak ada kelainan

8. System urogenital

tidak ada kelainan

9. Gangguan khusus

tidak ada kelainan

10. Sistem endokrin

tidak ada kelainan

B. Status Neurologis
1. Saraf kranial

: kesan dalam batas normal

2. Saraf motoric

: kesan dalam batas normal

3. Sensibilitas

: kesan dalam batas normal

4. Susunan s. vegetative : tidak ada kelainan


5. Fungsi luhur

: tidak ada kelainan

6. Gangguan khusus

: tidak ada kelainan

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


a. Pasien perempuan berusia 73 tahun dan seorang ibu rumah tangga
b. Pasien datang dengan karena menurut menantu dan kerabatnya pasien sering
bertingkah laku aneh belakangan ini dan menjadi lebih sering lupa. Namun
pasien mengelak dan marah apabila diberitahu seperti itu. Pasien juga lupa
berapa jumlah anaknya, dan lupa dengan wajahnya sendiri ketika melihat foto
dirinya sendiri yang dipajang dirumah.
c. Orientasi tempat dan situasi masih baik, namun orientasi waktu dan orang kurang
d. Daya ingat jangka pendek dan segera masih cukup baik, daya ingat jangka
panjang, pasien masih dapat mengingat walaupun kurang dan tidak semua
e. Daya konsentrasi dan pengetahuan umum pasien tidak optimal
f. Pasien memiliki tidak memiliki riwayat penyakit medis

12

g.

Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alcohol dan narkoba serta zat
psikoaktif lainnya.

h. Pasien memiliki halusinasi visual dan auditorik


i. Pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dapat melakukan sendiri namun
kadang juga dibantu oleh orang lain
j. Saat anamnesis, kontak mata baik, mood pasien biasa, afek luas
k. Dikeluarga, tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama dengan
pasien
l. Tidak ada kelainan saat pasien dilahirkan dan proses persalinan normal. Pasien
pun tumbuh dengan normal dan dapat bersosialisasi serta mempunyai banyak
teman
m. Pasien menjalani pendidikan dari SD hingga SMP saja. Semasa bersekolah
pasien dapat bergaul dengan baik. Selain itu pasien dapat mengikuti pelajaran
dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas.
n. Fungsi kognitif pasien terganggu
o. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, dengan tekanan darah 140/80
mmHg, frekuensi nadi 76 kali/menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, dan
suhu afebris
p. Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama seperti dirinya.
q. Hubungan pasien dengan keluarga harmonis. Tidak ada masalah yang besar dan
berarti dalam keluarga.
r. Pasien saat ini tinggal dengan anaknya, menantu dan cucunya
s. Pasien beragama Islam dan mengaku taat beribadah.
t. Pasien ini didapatkan gejala berat, disabilitas berat

V. FORMULA DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien ditemukan
sekumpulan gejala dan perilaku yang menimbulkan penderitaan dan disfungsi, maka
pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnostik aksis I
Berdasarkan

hasil

anamnesis,

pemeriksaan

ditemukan

penyakit

yang

menyebabkan disfungsi otak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan daya

13

ingat, daya konsentrasi, orientasi serta fungsi kognitif pasien sehingga pasien ini
merupakan penderita gangguan mental organic (F.0)
Pada pasien terdapat adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir,
yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Tidak ada penurunan kesadaran.
Dan gejalanya sudah hampir tujuh bulan lebih. Maka pasien ini merupakan
penderita demensia
Pasien terbukti adanya penurunan daya ingat, daya piker, orientasi dan daya nilai.
Proses ini berlangsung secara bertahap awalnya lupa menaruh barang, lupa tempat
penyimpanan dan tiba-tiba pasien lupa berapa jumlah anaknya. Maka pasien ini
merupakan penderita demensia pada penyakit Alzheimer (F00)
Pada pasien ditemukan gejala-gejala tersebut dengan usia lebih dari 65 tahun.
Maka pasien ini merupakan penderita demensia pada penyakit Alzheimer
onset lambat (F00.1)

Diagnosis aksis II
Tumbuh kembang pasien normal, pasien dapat bersosialisasi dengan teman
sebayanya semasa SD dan SMP maka dapat dikatakan pasien tidak terdapat gangguan
kepribadian. Pasien juga dapat menyelesaikan masa studi dari SD hingga SMP dengan
baik dan fungsi kognitif baik, maka pada pasien tidak terdapat retardasi mental. Oleh
karena tidak ada gangguan kepribadian dan tidak ada retardasi mental, sehingga aksis II
tidak ada diagnosis.

Diagnosis aksis III


Pada anamnesa dan pemeriksaan, tidak didapatkan adanya kelainan dan penyakit
lain pada pasien.

Diagnosis aksis IV
Pasien seorang perempuan berusia 73 tahun. Pasien memiliki 1 orang anak.
Pasien sudah menikah namun suami pasien sudah meninggal dan saat ini tinggal dengan
anak nya, menantu dan cucunya dirumah milik pasien sendiri.

Pasien menderita

gangguan daya ingat jangka pendek, dan segera, namun pasien menyangkalnya. Pasien
tidak merasa dirinya sakit, sehingga sulit untuk diajak berobat, namun anak, menantu

14

dan keluarganya mendukung kesembuhan pasien, dengan membawa pasien berobat.


Aksis IV tidak ada diagnosa.

Diagnosis aksis V
Pada pasien terdapat adanya gejala berat, disabilitas berat. Maka pada aksis V
didapatkan GAF scale 50-41

VI.

EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I

Demensia pada penyakit Alzheimer onset lambat (F00.1)

Aksis II

Tidak ada diagnosis

Aksis III

Tidak ada diagnosis

Aksis IV

Tidak ada diagnosis

Aksis V

GAF scale 50-41

VII.

DAFTAR PROBLEM

a. Organobiologik

: tidak ada riwayat penyakit medis

b. Masalah psikologi

: terdapat halusinasi visual dan auditorik

c. Sosial ekonomi

: tidak ada masalah dalam ekonomi pasien

d. Keluarga

: Pasien memiliki hubungan yang cukup baik terhadap

keluarganya.

VIII. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik

Dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien masih ada

b. Prognosis ke arah buruk

Penyakit degenaratif yang makin hari bisa bertambah

Pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah :


Ad vitam

: ad bonam

Ad functionam

: dubia ad malam

Ad sanationam

: dubia ad malam

15

IX.

TERAPI

a. Psikofarmaka
risperidon 2 x 2 mg
Aricept 1 x 10 mg
b. Psikoterapi
-

Edukasi keluarga pasien tentang penyakit, bahwa ini merupakan penyakit


degenaratif yang bisa makin memburuk tanpa diketahuai

Edukasi keluarga pasien untuk tetap memperhatikan pasien dan selalu


didampingi bila pasien keluar

Edukasi keluarga pasien untuk mengontrol minum obat pasien.

Edukasi pasien untuk mengisi teka-teki silang atau melakukan kegiatan


untuk mempertahankan fungsi kognitif yang masih ada.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Ajar Psikiatri, FKUI. Jakarta. 2003
2. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001
3. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
PT Nuh Jaya. Jakarta. 2007

17

Anda mungkin juga menyukai