Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PSIKIATRI

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH


(F.32.0)

Pembimbing :
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)

Disusun oleh :
SABRINA
142.0221.127

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RSUP PERSAHABATAN JAKARTA
PERIODE 29 JUNI - 8 AGUSTUS 2015

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. P

Usia

: 70 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agam

: Kristen Protestan

Pendidikan

: D3 Kebidanan

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Jakarta

I. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis pasien dilakukan secara autoanamnesis pada pasien langsung.
Anamnesis dilakukan pada tanggal 10 Juli 2015 pukul 09.10 WIB di Poliklinik Psikiatri
RSUP Persahabatan Jakarta Timur.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta Timur untuk
kontrol dan obatnya akan segera habis. Saat ini pasien mengaku jika pasien tidak minum
obat, pasien akan sulit untuk tidur dan kecemasannya akan sulit untuk berkurang.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol rutin dan
untuk mengambil obat. Pasien mengeluhkan sulit untuk tidur, dan apabila sudah tertidur
kemudian terbangun, pasien akan kesulitan untuk melanjutkan tidurnya kembali. Pasien
mengatakan bahwa pasien sudah rutin control dan meminum obat yang diberikan oleh
dokter sejak 15 tahun lebih yang lalu, semenjak pasien masih menjadi bidan di RSUP
Persahabatan. Pasien mengatakan jika tidak meminum obat pasien sulit untuk tidur,
meskipun pasien mencoba untuk tidur namun tetap saja pasien tidak bisa, bahkan pasien
mengatakan pasien tidak tidur sama sekali. Kecemasan yang dirasakan pasien juga tidak
dapat mereda jika pasien tidak meminum obat, sehingga akan timbul pusing dan marahmarah.

Pasien datang sendiri tanpa ditemani oleh siapa pun ke Poliklinik Psikiatri.
Penampilan pasien saat datang sesuai dengan usianya, pasien mengenakan baju
berwarna gelap, mengenakan celana kain, perawatan diri baik dan potongan rambut
rapi. Keadaan umum pasien baik serta kesadarannya pun baik. Dari awal sampai selesai
anamnesis pasien kooperatif, menjawab pertanyaan dengan spontan dan langsung
menjawab pertanyaan pada pointnya. Artikulasi dan pemahaman bahasa pasien jelas
dan mudah dimengerti oleh pemeriksa. Kontak mata antara pasien kepada pemeriksa
terlihat intens.
Pasien bercerita bahwa keluhan yang dialami pasien ini sudah berlangsung sejak
15 tahun yang lalu bahkan lebih saat pasien masih menjadi bidan rumah sakit di RSUP
Persahabatan. Saat itu kecemasan yang dirasakan pasien membuat pasien merasa sangat
tersiksa, perasaan gelisah yang terus-menerus di rasakan pasien serta emosi yang cepat
meningkat, yaitu pasien cepat marah-marah dengan orang yang ada disekitarnya. Sulit
tidur yang dikeluhkan pasien hingga saat ini juga berawal dari rutinitas kerjanya
terdahulu, dimana pasien sering tidak memiliki jam tidur sama sekali karena pada
malam harinya pasien harus jaga malam di rumah sakit dan membantu banyak
persalinan pada malam hari. Pada saat siang pasien bisa saja tidur, karena pasien cukup
sepi dan pasien seharusnya bisa memanfaatkan saat-saat seperti itu, namun justru pasien
juga tidak bisa tidur pada siang hari tersebut. Karena menurut pasien siang hari adalah
bukan jam tidur yang normal, dan pada siang hari juga suasanya terasa rebut dan tidak
tenang seperti malam hari, oleh sebab itu pasien tidak bisa tidur pada siang harinya
untuk menggantikan jam tidurnya yang dipakai untuk bekerja pada malam hari. Karena
sulit tidur itulah pasien sering mengeluhkan pusing dan tidak bisa beraktivitas secara
maksimal lagi. Pada akhirnya pasien merasakan penderitaan akibat kecemasan dan sulit
tidur yang dialami pasien, pasien pun memutuskan untuk berobat dan mengontrol
keluhannya tersebut hingga saat ini.
Pasien mengatakan rasa cemasnya sangat berlebihan sekali sejak dulu. Namun
saat ini pasien mengaku keluhan cemas itu perlahan mulai berkurang sejak pasien
mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter. Pasien mengaku terkadang pasien
mencemaskan hal yang tidak perlu dicemaskan karena sebenarnya suatu hal tersebut
sudah diberi tahu atau sudah diinformasikan terlebih dahulu pada pasien. Seperti ketika
anak kedua pasien pasien akan pulang terlambat, anak pasien tersebut sudah terlebih

dahulu memberitahukan kepada pasien bahwa anaknya tersebut akan pulang terlambat,
tetapi tetap saja pasien tidak bisa tenang dan menghilangkan rasa cemas yang ia
rasakan. Pasien mengatakan rasa cemas yang sering ia rasakan adalah ketika menjelang
jam pulang kantor anaknya yang kedua, anak yang kedua adalah seorang laki-laki yang
bekerja di suatu bengkel motor. Anaknya tersebut pulang dan pergi bekerja dengan
mengendarai sepeda motor, pasien mengatakan sangat khawatir sekali mengingat
mengendarai motor sangat rentan terhadap kecelakaan sehingga pasien sangat
mencemaskan hal itu. Terlebih saat anak pasien pulang kerumah terlambat, pasien akan
sangat cemas, meskipun anaknya tersebut sudah memberitahu terlebih dahulu bahwa
anaknya akan pulang terlambat.
Sosialisasi pasien dengan tetangga baik-baik saja dan tidak ada masalah dengan
tangga sekitar rumah pasien. Pasien juga mengikuti arisan yang diadakan di sekitar
lingkungan tempat tinggal pasien. Namun pasien mengatakan bahwa pasien jarang
dengan sengaja datang kerumah tetangga disekitarnya untuk duduk dan mengobrol,
karena pasien sangat menghindari obrolan-obrolan yang biasanya menjurus untuk
membicarakan orang-orang disekitarnya. Pasien sangat menghindari hal tersebut,
karenanya pasien hanya berkumpul dengan tetangga sekitarnya terutama dengan ibu-ibu
ketika arisan berlangsung saja. Selebihnya pasien banyak menghabiskan waktunya
dirumah saja. Pasien lebih memilih untuk membereskan rumah, menata barang-barang
dirumahnya dengan rapi dan teratur pada tempatnya. Pasien ingin semuanya terlihat rapi
dan sempurna menurutnya. Setelah itu, pasien kemudian akan menghabiskan banyak
waktunya untuk membaca buku, karena pasien sangat suka membaca buku. Pasien
mempunyai hobi membaca buku itu sejak pasien kecil, dan hal itu terbawa hingga
sekarang. Menurut pasien banyak hal dan manfaat dari membaca buku dibandingkan
harus keluar rumah dan sengaja mendatangi tetangga untuk bergosip. Membaca buku
lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan hal tersebut.
Pasien menyangkal pernah mendengar bisikan-bisikan yang tidak didengar oleh
orang lain, melihat sosok-sosok penampakan yang tidak dilihat oleh orang lain. Pasien
menyangkal pernah mencium bau-bauan yang aneh, misalnya seperti bau kemenyan.
Orang-orang disekitar pasien tidak ada yang mencium hal yang sama seperti yang
dicium oleh pasien. Selain itu juga pasien menyangkal kalau pasien pernah merasa
seperti ada yang menggerayangi atau meremas-remas bagian tubuhnya, namun

sebenarnya tidak ada orang yang melakukan hal tersebut pada pasien. Pasien
menyangkal adanya gangguan dalam indera pengecapan, sehingga pasien dapat
merasakan dengan normal rasa makan-makanan yang dimakan pasien. Pasien tidak
merasakan apa-apa jika pasien tidak memakan apapun, untuk itu pasien tidak ada
gangguan dalam indra pengecapannya. Pasien menyangkal bahwa pikirannya
dikendalikan atau diperintahkan untuk melakukan sesuatu, menyangkal bahwa
pikirannya tersiar ke luar kepala dan orang-orang menjadi tahu jalan pikiran pasien,
serta menyangkal bahwa pikirannya disedot oleh orang lain. Pasien juga menyangkal
perasaan ada orang yang ingin berniat jahat ke dirinya ataupun melukai diri pasien.
Pasien juga menyangkal perasaan seperti dikejar-kejar atau diikuti oleh suatu hal. Pasien
menyangkal bahwa dirinya adalah seseorang yang hebat dan perlu dipuja-puja. Saat
bercermin, pasien merasa sosok dirinya di cermin sama dengan dirinya yang
sebenarnya, dan pasien merasa tidak ada

yang berubah dengan dirinya, hal ini

menunjukkan pada pasien tidak terdapat depersonalisasi. Pasien menyangkal perasaan


asing terhadap lingkungan sekitarnya ataupun perasaan bahwa lingkungannya berubah,
hal ini menunjukkan pada pasien tidak terdapat derealisasi.
Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, pasien mengaku sekarang
sangat mengontrol penyakitnya tersebut. Dahulu saat pasien masih menjadi bidan di
RSUP Persahabatan pasien tidak mengontrol penyakitnya tersebut sebaik sekarang,
dikarenakan waktu yang dimiliki pasien untuk memperhatikan dirinya sendiri sangat
kurang. Pasien lebih banyak mengurusi dan memikirkan pekerjaannya dibandingkan
dirinya sendiri. Namun semenjak pensiun, pasien memiliki banyak waktu untuk
memperhatikan dirinya sendiri, termasuk penyakit yang diderita oleh pasien. Dirumah
pasien memiliki alat untuk mengontrol kadar gula dalam darah, pasien rutin untuk
mengontrol kadar gula darahnya. Pasien sangat telaten dan teliti terhadap penyakitnya,
pasien mengontrol penyakitnya dengan sangat baik.
Dahulu pasien dilahirkan secara normal. Pertumbuhan dan perkembangan pasien
sejak masa bayi, kanak-kanak, hingga menjadi dewasa normal sesuai dengan orangorang seumurannya. Pasien tidak pernah sakit berat saat masih anak-anak. Dalam
keluarganya tidak ada yang mengalami hal yang serupa dengan pasien, hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada faktor genetik yang mempengaruhi gangguan jiwa yang
dialami oleh pasien.

Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Hubungan pasien dengan
adik-adiknya cukup harmonis dan tidak pernah bermasalah serius. Pasien mengatakan
pada saat pasien masih kecil ketika pasien berusia tiga tahun ibu pasien meninggal
sehingga ayah pasien menikah lagi dengan janda yang memiliki satu anak, dalam
pernikahan tersebut ayah pasien mendapatkan tiga orang anak lagi sehingga total anak
yang dimiliki ayahnya tersebut adalah Sembilan orang anak. Selain itu pada masa
tersebut banyak juga saudara-saudara pasien selain keluarga inti yang tinggal bersama
pasien dalam satu rumah. Sehingga pasien mengatakan dalam satu rumah terkadang
hamper sampai dua puluhan orang didalamnya. Oleh karena itu pasien merasa kurang
perhatian oleh ayah dan keluarganya
Pasien dapat menjawab pertanyaan seputar matematik sederhana, berupa hitungan
angka seratus dikurangi tujuh, pasien dapat menjawab dengan benar hasilnya yaitu
sembilan puluh tiga. Pertanyaan berikutnya yang diajukan pasien yaitu presiden
Republik Indonesia pada saat ini, pasien dapat menjawab dengan benar yaitu Jokowi.
Pasien dapat menjawab dengan siapa dan menggunakan apa pasien datang kerumah
sakit ketika ditanyakan oleh dokter. Pasien menjawab kalau pasien datang dengan
diantar oleh anaknya, setelah itu anaknya berangkat untuk kerja. Dan sepulangnya dari
berobat pasien mengatakan akan pulang sendiri. Pemeriksa bertanya apa yang sedang
pasien lakukan dan bersama siapa pasien berada didalam ruangan poliklinik. Pasien
dapat menjawab bahwa pasien sedang melakukan wawancara dengan dokter dan pasien
berada diruangan poliklinik psikiatri bersama dengan dokter. Pasien dapat menyebutkan
ulang nama kota Jogjakarta, Semarang, Cirebon, Surabaya dan Jakarta dengan baik,
ketika diminta oleh dokter untuk mengulang nama-nama kota tersebut.
Pasien bersekolah dari SD, SMP, SMA, Perawat Gigi di Jakarta. Salah seorang
dokter pada tempat pasien bekerja sebagai perawat gigi menganjurkan pasien untuk
menjalani pendidikan sebagai perawat kebidanan. Pasien kemudian mengikuti saran
tersebut dan melanjutkan pendidikan D3 Kebidanan. Kemudian setelah lulus dari
pendidikan tersebut pasien bekerja di Rumah Sakit Budi Kemuliaan, selanjutnya pasien
dipindahkan ke Rumah Sakit Persahabatan sampai pasien pensiun. Saat sekolah pasien
memiliki banyak teman, pasien mengaku tidak ada kesulitan dalam bergaul. Pasien
mengatakan saat sekolah pasien dapat bercengkrama dengan baik dengan teman

sebayanya. Pasien juga mengatakan sering mengikuti organisasi-organisasi pada saat


itu, sehingga pasien memiliki pergaulan yang cukup luas.
Pasien sudah menikah dan suaminya sudah lama meninggal, pasien memiliki dua
orang anak, seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Kedua anak pasien
sudah menikah dan memiliki masing-masing tiga orang anak. Pasien tinggal dirumah
pasien sendiri bersama dengan anak keduanya, menantu dan ketiga cucunya di
Perumnas. Biaya sehari-hari didapati pasien dari uang pensiunan pasien, ditambah lagi
anak pasien dan menantunya sering juga ikut menantu. Kebutuhan sehari-hari pasien
dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien. Anak kedua pasien bekerja sebagai
montir di bengkel dan menantunya bekerja sebagai guru. Pembiayaan kesehatan pasien
ditanggung oleh BPJS.
Pasien mengaku tidak merasa kesepian dirumah, karena pasien juga sering
bermain dengan cucunya dirumah. Dengan bermain bersama cucu-cucunya pasien
merasa senang. Namun terkadang kecemasan pasien juga muncul dikarenakan cucucucunya yang masih berusia sangat muda sudah menggunakan kacamata akibat terlalu
sering menggunakan gadget sepanjang hari untuk bermain game. Hal itu diakui pasien
membuat pasien merasa resah karena pasien memikirkan kesehatan dari cucu-cucunya.
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Mengerjakan pekerjaan
rumah dengan baik pula, seperti menyapu, mengepel, mencuci , menyetrika dan
memasak sendiri. Semua masih dapat dilakukan sendiri oleh pasien dengan sangat baik
dan rapi.
Dukungan dari keluarga untuk kesembuhan pasien cukup besar. Pasien
mengatakan kecemasan yang dirasakannya sekarang sudah sangat berkurang hanya saja
pasien tidak bisa bila tidak mengkonsumsi obat. Pasien tidak akan bisa tidur dan
kecemasannya tidak akan mereda. Pasien menyebutkan keinginan pasien antara lain
pasien ingin sembuh dari sakitnya, pasien ingin sehat selalu dan pasien ingin anakanaknya bekerja secara disiplin serta jujur.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiatri
2. Riwayat gangguan medis

Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yang terkontrol


3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif/alkohol
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal
Selama kandungan dan proses persalinan normal dan tidak ditemukan adanya
penyulit atau masalah. Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal. Pasien
dilahirkan dalam keadaan normal tanpa cacat bawaan.
2. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai anak di usianya, tidak ada gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan pasien.
3. Riwayat Masa Akhir Anak-anak
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia sebagaimana anak seusianya,
sehingga tidak terdapat gangguan pertumbuhan maupun perkembangan pada
pasien. Tidak terdapat masalah dalam kehidupan sosial.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikannya dari SD, SMP, SMA dan pendidikan
sebagai perawat gigi, kemudian pasien menjalani pendidikan D3 kebidanan..
Pasien menyelesaikan pendidikan dengan lancar, tidak pernah tinggal kelas.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien sebagai pensiunan perawat kebidanan di RSUP Persahabatan
6. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Suami pasien sudah
meninggal
7. Riwayat Agama
Pasien beragama Protestan dan mengaku taat dalam menjalankan ibadahnya
8. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga cukup harmonis. Tidak ada masalah yang serius dan
berarti dalam keluarga. Keluarga sangat mendukung kesembuhan pasien.

E. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang serupa
dengan pasien atau mengeluhkan hal yang sama dengan pasien.

F. Riwayat Situasi Sosial Sekarang


Pasien seorang perempuan berusia 70 tahun. Status pernikahan sudah menikah dan
memiliki dua orang anak, satu perempuan dan satu lagi seorang laki-laki. Suami
pasien sudah lama meninggal. Pasien merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Pasien seorang pensiunan perawat kebidanan. Pasien memiliki dua orang anak dan
keduanya sudah menikah. Pasien tinggal bersama anak keduanya, menantu dan tiga
orang cucunya, dirumah sendiri milik pasien. Pendidikan terkahir pasien adalah D3
Kebidanan. Biaya hidup pasien didapat dari uang pensiunan yang diterima pasien
dan dari anaknya yang suka membantu juga. Ekonomi pasien dirasakan cukup.
Pasien berobat mengguanakan BPJS

G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya


1. Pasien ingin sembuh
2. Pasien ingin selalu mengontrol penyakit Diabetes Mellitusnya
3. Pasien ingin anaknya dapat bekerja dengan disiplin dan jujur

II. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien perempuan berusia 70 tahun, tampak sesuai dengan usianya,
berpakaian cukup rapi, perawatan diri baik. Pasien menjawab pertanyaan
dengan kooperatif.
2. Kesadaran
-

Kesadaran umum :

Compos mentis

Kontik psikis

dapat dilakukan, cukup wajar

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor


-

Cara berjalan

: baik

Aktivitas psikomotor : pasien kooperatif, kontak mata cukup baik, tidak


ada gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan dengan cukup
baik.

4. Pembicaraan
-

Kuantitas

: baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dengan

benar dan tidak berputar-putar dalam menjawab pertanyaan.


-

Kualitas

: volume bicara cukup, artikulasi jelas, pembicaraan

terarah dan dapat dimengerti.


5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif

B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood

: Biasa

2. Afek

: Meluas

3. Keserasian

: Mood dan afektif sesuai atau serasi

4. Empati

: Pemeriksa dapat merasakan perasaan pasien

C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan

Taraf pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD, SMP, SMA, Perawat Gigi dan yang
terakhir D3 Kebidanan. Pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik,
tidak pernah tinggal kelas semasa sekolah dari SD hingga pendidikan
terakhirnya.

Pengetahuan Umum
Baik, terbukti pasien dapat menjawab dengan baik dan benar pertanyaan
pengetahuan umum yang diberikan oleh dokter seperti siapa presiden
Indonesia saat ini. Pasien menjawab, Jokowi.

Kecerdasan
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat pertanyaan berhitung
pertambahan yang diajukan pemeriksa, yaitu 100-7=93

2. Daya konsentrasi
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dari awal sampai dengan selesai.
Pasien mampu menjawab dengan cukup baik dan benar pertanyaan yang
diajukan oleh dokter untuk menilai fungsi kognitif pasien, 100-7=93
3. Orientasi

Waktu
Baik, pasien dapat mengetahui waktu saat berobat ke poliklinik jiwa pada
pagi hari

Tempat
Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di poliklinik jiwa RSUP
Persahabatan Jakarta Timur

Orang
Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter

Situasi
Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang melakukan konsultasi dan
wawancara

4. Daya ingat

Daya ingat jangka panjang


Baik, pasien dapat menyebutkan secara tepat tempat pasien menempuh
pendidikannya dan menceritakan perjalanan pekerjaannya.

Daya ingat jangka pendek


Baik, pasien dapat mengingat cara dan menggunakan kendaraan apa
untuk sampai ke RSUP Persahabatan.

Daya ingat segera


Baik, pasien dapat mengulang lima nama kota yang diberikan oleh
pemeriksa secara berurutan.

Akibat hendaya daya ingat pasien


Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini

5. Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat menjelaskan arti peribahasa besar pasak daripada tiang
dengan interpretasi yang benar.

10

6. Bakat kreatif
Pasien suka membaca buku
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien dapat mengerjakan aktifitas harian seperti mandi, makan tanpa
bantuan orang lain. Aktivitas sehari-hari yang dapat dikerjakan sendiri pun
tidak ada hambatan.

D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi

Halusinasi auditorik

(-)

Halusinasi visual

(-)

Halusinasi taktil

(-)

Halusinasi olfaktori

(-)

Halusinasi gustatorik

(-)

Ilusi

: tidak terdapat ilusi pada pasien

2. Depersonalisasi dan derealisasi


Depersonalisasi

: tidak terdapat depersonalisasi pada pasien

Derealisasi

: tidak terdapat derealisasi pada pasien

E. PROSES PIKIR
1. Alur piker

Preokupasi

Produktivitas : baik, pasien dapat menjawab dengan spontan bila

: tidak terdapat preokupasi

diajukan pertanyaan yang diajukan pemeriksa

Kontinuitas

: koheren

Hendaya

: tidak terdapat hendaya berbahasa

2. Isi pikiran
Terdapat waham : Tidak terdapat waham

11

F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan wawancara
dengan baik.

G. DAYA NILAI
1. Norma sosial
Kemampuan pasien bersosialisasi cukup baik. Pasien memiliki cukup banyak
teman saat sekolah dan dilingkuangan tempat tinggal pasien.
2. Uji daya nilai
Baik, ketika pasien diberikan suatu permasalahan mengenai apa yang akan
dilakukan pasien apabila menemukan seorang anak ingin menyebrang jalan,
pasien menjawab akan membantu anak tersebut untuk menyebrang
3. Penilaian realitas
Tidak terdapat gangguan dalam menilai realitas karena disini pasien tidak
memiliki waham dan halusinasi

H. PERSEPSI PEMERIKSA TERHADAP PASIEN


Pasien seorang perempuan berusia 70 tahun, saat ini pasien berobat untuk kontrol
rutin dan obat akan segera habis. Pasien merasa cemas apabila anak keduanya
pulang kerja terlambat, pasien khawatir anaknya mengalami kecelakaan saat
mengendarai motor. Pasien mengetahui dirinya sakit dan memiliki keinginan
untuk sembuh dengan rajin control dan mengkonsumsi obat yang diberikan oleh
dokter. Pasien mengatakan keluhannya akan muncul lagi jika pasien tidak minum
obat dengan teratur. Pasien terkesan jujur dengan semua jawaban-jawaban yang
diutarakan pasien.

I. TILIKAN/INSIGHT
Tilikan derajat 4, pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan
bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.

12

J. TARAF DAPAT DIPERCAYA


Pemeriksa memperoleh kesan menyeluruh bahwa jawaban serta respon pasien
dalam menjawab serta menanggapi isi wawancara dapat dipercaya, pasien juga
konsisten dan tidak ada keraguan dalam menjawab setiap pertanyaan.

III.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis
1. Keadaan umum

: baik, tampak cemas

2. Tanda vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg

F. nafas

: 22 x/menit

Nadi

: 76 x/menit

Suhu

: afebris

3. Berat badan

: - kg

4. Bentuk badan

: kesan dalam batas normal

5. System kardiovaskular

tidak ada kelainan

6. System musculoskeletal :

tidak ada kelainan

7. System gastrointestinal

tidak ada kelainan

8. System urogenital

tidak ada kelainan

9. Gangguan khusus

tidak ada kelainan

10. Sistem endokrin

Diabetes Melitus

B. Status Neurologis
1. Saraf kranial

: kesan dalam batas normal

2. Saraf motoric

: kesan dalam batas normal

3. Sensibilitas

: kesan dalam batas normal

4. Susunan s. vegetative : tidak ada kelainan


5. Fungsi luhur

: tidak ada kelainan

6. Gangguan khusus

: tidak ada kelainan

13

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


a. Pasien perempuan berusia 70 tahun datang untuk control rutin karena obat akan
segera habis. Pasien mengaku bila tidak meminum obat pasien akan tidak dapat
tidur dan rasa cemas sulit mereda atau berkurang.
b. Pasien mengeluhkan keluhan ini sejak sekitar lima belas tahun lalu bahkan lebih
sejak pasien masih menjadi perawat kebidanan di RSUP Persahabatan. Pasien
mengaku kesulitan untuk tidur, merasakan cemas yang berlebihan, yang pada
akhirnya membuat pasien sering merasa pusing dan mudah marah-marah pada
orang disekitr pasien. Pasien menyadari bahwa pasien sakit kemudian pasien
memutuskan untuk berobat.
c. Sosialisasi pasien dengan tetangga cukup baik dan pasien mengikuti kegiatan
arisan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
d. Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus.
e.

Pasien masih mampu mengerjakan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan


orang lain. Pasien menghabiskan sebagian besar waktunya dirumah saja. Pasien
sering mengisi waktunya untuk membaca buku.

f. Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alcohol dan narkoba serta zat
psikoaktif lainnya.
g. Saat anamnesis, kontak mata baik, mood pasien biasa, afek luas
h. Status mentalis, tidak terdapat waham, halusinasi, maupun ilusi.
i. Fungsi kognitif baik dan pengendalian impuls baik. Orientasi waktu, tempat,
orang dan situasi baik. Daya ingat jangka panjang, pendek dan segera baik.
j. Dikeluarga, tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama dengan
pasien
k. Pasien terdiagnosis mempunyai penyakit Diabetes Melitus
l. Pasien menjalani pendidikan dari SD,SMP, SMA, Perawat Ggi kemudian yang
terakhir D3 Kebidanan. Semasa bersekolah pasien dapat bergaul dengan baik.
Selain itu pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak pernah tinggal
kelas.
m. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, dengan tekanan darah 140/80
mmHg, frekuensi nadi 76 kali/menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, dan
suhu afebris

14

n. Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan 6 orang cucu.
o. Hubungan pasien dengan keluarga harmonis. Tidak ada masalah yang besar dan
berarti dalam keluarga. Keluarga sangat mendukung kesembuhan pasien.
p. Pasien saat ini tinggal dengan anak keduanya, menantu dan tiga orang cucunya.
q. Pasien mendapatkan penghasilan dari uang pensiunan pasien dan sering dibantu
oleh anaknya. Ekonomi pasien dirasakan cukup.
r. Pasien beragama Protestan dan mengaku taat beribadah.
s. Pada pasien didapatkan gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang dalam
fungsi, secara umum masih baik.

V. FORMULA DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien ditemukan
sekumpulan gejala dan perilaku yang menimbulkan penderitaan dan disfungsi, maka
pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnostik aksis I
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, tidak ditemukan penyakit yang
menyebabkan disfungsi otak. Penilaian tersebut berdasarkan tingkat kesadaran,
daya ingat, fungsi kognitif, memori dan orientasi pasien masih baik sehingga
pasien ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0)
Berdasarkan

hasil

anamnesis,

pasientidak

memiliki

riwayat

merokok,

mengkonsumsi alcohol dan tidak menggunakan obat-obatan psikoaktif sehingga


pasien ini bukan menderita gangguan mental dan perilaku akibat zat
psikoaktif (F.1)
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, tidak
ditemukan halusinasi dan waham. Sehingga pasien bukan tergolong penderita
gangguan psikotik (F.2)
Pada pasien ini, tidak ditemukan adanya gejala-gejala perubahan suasana perasaan
(mood) kearah depresi, afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, tidak
ditemukan kehilangan energy dan tidak mudah lelah maka pasien ini tidak ada
gejala depresi. Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya aktifitas yang
berlebihan, mood atau afek yang meningkat, aktifitas mental yang meningkat
maka pasien bukan dalam episode manik. Karena bukan merupakan kriteria dalam

15

gangguan mood depresi dan mood mania sehingga pasien bukan merupakan
gangguan suasana perasaan afektif atau mood (F.3)
Terdapat gangguan cemas pada pasien yang ditandai dengan kekhawatiran pasien
akan keselematan anaknya ketika mengendarai motor, terdapat tanda ketegangan
otot berupa gelisah dan tidak dapat santai. Terdapat overaktivitas otonomik berupa
seluruh badan terasa dingin. Sehingga pasien memiliki gangguan cemas
menyeluruh (F41.1)

Diagnosis aksis II
Tumbuh kembang pasien normal, pasien dapat bersosialisasi dengan teman
sebayanya semasa SD, SMP, SMA hingga masa kuliah pasien maka dapat dikatakan
pasien tidak terdapat gangguan kepribadian. Pasien juga dapat menyelesaikan masa
studi dari SD hingga pendidikan akhir D3 Kebidanan dengan baik dan fungsi kognitif
baik, maka pada pasien tidak terdapat retardasi mental. Oleh karena tidak ada gangguan
kepribadian dan tidak ada retardasi mental, sehingga aksis II tidak ada diagnosis.

Diagnosis aksis III


Pada pasien ini didapatkan beberapa penyakit medis, berupa penyakit Diabetes
melitus

Diagnosis aksis IV
Pasien seorang perempuan berusia 70 tahun. Pasien memiliki 2 orang anak, lakilaki dan perempuan. Pasien sudah menikah namun suami pasien sudah meninggal dan
saat ini tinggal dengan anak keduanya, menantu dan tiga orang cucunya dirumah milik
pasien sendiri. Pasien anak keempat dari lima bersaudara. Pasien tidak ada masalah
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hubungan dengan keluarga cukup harmonis.
Keluarga sangat mendukung kesembuhan pasien. Aksis IV tidak ada diagnosa.

Diagnosis aksis V
Pada pasien ini gejala ringan dan menetap serta disabilitas ringan dalam fungsi
secara umum baik.. Maka pada aksis V didapatkan GAF scale 70-61

16

VI.

EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I

Gangguan cemas menyeluruh (F41.1)

Aksis II

Tidak ada diagnosis

Aksis III

Diabetes Melitus

Aksis IV

Tidak ada diagnosis

Aksis V

GAF scale 70-61

VII.

DAFTAR PROBLEM

a. Organobiologik

: Diabetes melitus

b. Masalah psikologi

: jika tidak meminum obat keluhan cemas dapat kambuh

dan tidak bisa tidur


c. Sosial ekonomi

: Pasien merasa bahwa penghasilan yang didapatkan dari

uang pensiun cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien.


d. Keluarga

: Pasien memiliki hubungan yang cukup baik terhadap

keluarganya.

VIII. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik

Pasien memiliki keinginan untuk sembuh

Pasien mau berobat dan berjanji untuk rutin minum obat

Pasien rutin melaksanakan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa

Dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien

b. Prognosis ke arah buruk

Perjalanan penyakit sudah sangat lama yaitu lebih dari 15 tahun,


ringan tetapi menetap

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah :

IX.

Ad vitam

: ad bonam

Ad functionam

: ad bonam

Ad sanationam

: dubia

TERAPI

a. Psikofarmaka

17

Alprazo1am 1 x 0,5 mg
Clozapin 1 x 10 mg
b. Psikoterapi
-

Rutin kontrol dan rajin minum obat

Memberikan edukasi untuk menarik nafas dalam lalu dihembuskan


melalui mulut perlahan, merilekskan otot-otot, dan memikirkan hal yang
diinginkan akan tercapai.

Lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa

Menyarankan hobi yang disukai pasien untuk mengisi waktu kosong

Menyarankan agar pasien bercerita dengan istri atau anaknya mengenai


hal-hal yang mengganggu pikiran pasien

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Ajar Psikiatri, FKUI. Jakarta. 2003
2. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001
3. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
PT Nuh Jaya. Jakarta. 2007

19

Anda mungkin juga menyukai