Lapsus 7 Gangguan Cemas Menyeluruh
Lapsus 7 Gangguan Cemas Menyeluruh
Pembimbing :
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
Disusun oleh :
SABRINA
142.0221.127
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. P
Usia
: 70 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agam
: Kristen Protestan
Pendidikan
: D3 Kebidanan
Status
: Menikah
Pekerjaan
Alamat
: Jakarta
I. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis pasien dilakukan secara autoanamnesis pada pasien langsung.
Anamnesis dilakukan pada tanggal 10 Juli 2015 pukul 09.10 WIB di Poliklinik Psikiatri
RSUP Persahabatan Jakarta Timur.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta Timur untuk
kontrol dan obatnya akan segera habis. Saat ini pasien mengaku jika pasien tidak minum
obat, pasien akan sulit untuk tidur dan kecemasannya akan sulit untuk berkurang.
Pasien datang sendiri tanpa ditemani oleh siapa pun ke Poliklinik Psikiatri.
Penampilan pasien saat datang sesuai dengan usianya, pasien mengenakan baju
berwarna gelap, mengenakan celana kain, perawatan diri baik dan potongan rambut
rapi. Keadaan umum pasien baik serta kesadarannya pun baik. Dari awal sampai selesai
anamnesis pasien kooperatif, menjawab pertanyaan dengan spontan dan langsung
menjawab pertanyaan pada pointnya. Artikulasi dan pemahaman bahasa pasien jelas
dan mudah dimengerti oleh pemeriksa. Kontak mata antara pasien kepada pemeriksa
terlihat intens.
Pasien bercerita bahwa keluhan yang dialami pasien ini sudah berlangsung sejak
15 tahun yang lalu bahkan lebih saat pasien masih menjadi bidan rumah sakit di RSUP
Persahabatan. Saat itu kecemasan yang dirasakan pasien membuat pasien merasa sangat
tersiksa, perasaan gelisah yang terus-menerus di rasakan pasien serta emosi yang cepat
meningkat, yaitu pasien cepat marah-marah dengan orang yang ada disekitarnya. Sulit
tidur yang dikeluhkan pasien hingga saat ini juga berawal dari rutinitas kerjanya
terdahulu, dimana pasien sering tidak memiliki jam tidur sama sekali karena pada
malam harinya pasien harus jaga malam di rumah sakit dan membantu banyak
persalinan pada malam hari. Pada saat siang pasien bisa saja tidur, karena pasien cukup
sepi dan pasien seharusnya bisa memanfaatkan saat-saat seperti itu, namun justru pasien
juga tidak bisa tidur pada siang hari tersebut. Karena menurut pasien siang hari adalah
bukan jam tidur yang normal, dan pada siang hari juga suasanya terasa rebut dan tidak
tenang seperti malam hari, oleh sebab itu pasien tidak bisa tidur pada siang harinya
untuk menggantikan jam tidurnya yang dipakai untuk bekerja pada malam hari. Karena
sulit tidur itulah pasien sering mengeluhkan pusing dan tidak bisa beraktivitas secara
maksimal lagi. Pada akhirnya pasien merasakan penderitaan akibat kecemasan dan sulit
tidur yang dialami pasien, pasien pun memutuskan untuk berobat dan mengontrol
keluhannya tersebut hingga saat ini.
Pasien mengatakan rasa cemasnya sangat berlebihan sekali sejak dulu. Namun
saat ini pasien mengaku keluhan cemas itu perlahan mulai berkurang sejak pasien
mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter. Pasien mengaku terkadang pasien
mencemaskan hal yang tidak perlu dicemaskan karena sebenarnya suatu hal tersebut
sudah diberi tahu atau sudah diinformasikan terlebih dahulu pada pasien. Seperti ketika
anak kedua pasien pasien akan pulang terlambat, anak pasien tersebut sudah terlebih
dahulu memberitahukan kepada pasien bahwa anaknya tersebut akan pulang terlambat,
tetapi tetap saja pasien tidak bisa tenang dan menghilangkan rasa cemas yang ia
rasakan. Pasien mengatakan rasa cemas yang sering ia rasakan adalah ketika menjelang
jam pulang kantor anaknya yang kedua, anak yang kedua adalah seorang laki-laki yang
bekerja di suatu bengkel motor. Anaknya tersebut pulang dan pergi bekerja dengan
mengendarai sepeda motor, pasien mengatakan sangat khawatir sekali mengingat
mengendarai motor sangat rentan terhadap kecelakaan sehingga pasien sangat
mencemaskan hal itu. Terlebih saat anak pasien pulang kerumah terlambat, pasien akan
sangat cemas, meskipun anaknya tersebut sudah memberitahu terlebih dahulu bahwa
anaknya akan pulang terlambat.
Sosialisasi pasien dengan tetangga baik-baik saja dan tidak ada masalah dengan
tangga sekitar rumah pasien. Pasien juga mengikuti arisan yang diadakan di sekitar
lingkungan tempat tinggal pasien. Namun pasien mengatakan bahwa pasien jarang
dengan sengaja datang kerumah tetangga disekitarnya untuk duduk dan mengobrol,
karena pasien sangat menghindari obrolan-obrolan yang biasanya menjurus untuk
membicarakan orang-orang disekitarnya. Pasien sangat menghindari hal tersebut,
karenanya pasien hanya berkumpul dengan tetangga sekitarnya terutama dengan ibu-ibu
ketika arisan berlangsung saja. Selebihnya pasien banyak menghabiskan waktunya
dirumah saja. Pasien lebih memilih untuk membereskan rumah, menata barang-barang
dirumahnya dengan rapi dan teratur pada tempatnya. Pasien ingin semuanya terlihat rapi
dan sempurna menurutnya. Setelah itu, pasien kemudian akan menghabiskan banyak
waktunya untuk membaca buku, karena pasien sangat suka membaca buku. Pasien
mempunyai hobi membaca buku itu sejak pasien kecil, dan hal itu terbawa hingga
sekarang. Menurut pasien banyak hal dan manfaat dari membaca buku dibandingkan
harus keluar rumah dan sengaja mendatangi tetangga untuk bergosip. Membaca buku
lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan hal tersebut.
Pasien menyangkal pernah mendengar bisikan-bisikan yang tidak didengar oleh
orang lain, melihat sosok-sosok penampakan yang tidak dilihat oleh orang lain. Pasien
menyangkal pernah mencium bau-bauan yang aneh, misalnya seperti bau kemenyan.
Orang-orang disekitar pasien tidak ada yang mencium hal yang sama seperti yang
dicium oleh pasien. Selain itu juga pasien menyangkal kalau pasien pernah merasa
seperti ada yang menggerayangi atau meremas-remas bagian tubuhnya, namun
sebenarnya tidak ada orang yang melakukan hal tersebut pada pasien. Pasien
menyangkal adanya gangguan dalam indera pengecapan, sehingga pasien dapat
merasakan dengan normal rasa makan-makanan yang dimakan pasien. Pasien tidak
merasakan apa-apa jika pasien tidak memakan apapun, untuk itu pasien tidak ada
gangguan dalam indra pengecapannya. Pasien menyangkal bahwa pikirannya
dikendalikan atau diperintahkan untuk melakukan sesuatu, menyangkal bahwa
pikirannya tersiar ke luar kepala dan orang-orang menjadi tahu jalan pikiran pasien,
serta menyangkal bahwa pikirannya disedot oleh orang lain. Pasien juga menyangkal
perasaan ada orang yang ingin berniat jahat ke dirinya ataupun melukai diri pasien.
Pasien juga menyangkal perasaan seperti dikejar-kejar atau diikuti oleh suatu hal. Pasien
menyangkal bahwa dirinya adalah seseorang yang hebat dan perlu dipuja-puja. Saat
bercermin, pasien merasa sosok dirinya di cermin sama dengan dirinya yang
sebenarnya, dan pasien merasa tidak ada
Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Hubungan pasien dengan
adik-adiknya cukup harmonis dan tidak pernah bermasalah serius. Pasien mengatakan
pada saat pasien masih kecil ketika pasien berusia tiga tahun ibu pasien meninggal
sehingga ayah pasien menikah lagi dengan janda yang memiliki satu anak, dalam
pernikahan tersebut ayah pasien mendapatkan tiga orang anak lagi sehingga total anak
yang dimiliki ayahnya tersebut adalah Sembilan orang anak. Selain itu pada masa
tersebut banyak juga saudara-saudara pasien selain keluarga inti yang tinggal bersama
pasien dalam satu rumah. Sehingga pasien mengatakan dalam satu rumah terkadang
hamper sampai dua puluhan orang didalamnya. Oleh karena itu pasien merasa kurang
perhatian oleh ayah dan keluarganya
Pasien dapat menjawab pertanyaan seputar matematik sederhana, berupa hitungan
angka seratus dikurangi tujuh, pasien dapat menjawab dengan benar hasilnya yaitu
sembilan puluh tiga. Pertanyaan berikutnya yang diajukan pasien yaitu presiden
Republik Indonesia pada saat ini, pasien dapat menjawab dengan benar yaitu Jokowi.
Pasien dapat menjawab dengan siapa dan menggunakan apa pasien datang kerumah
sakit ketika ditanyakan oleh dokter. Pasien menjawab kalau pasien datang dengan
diantar oleh anaknya, setelah itu anaknya berangkat untuk kerja. Dan sepulangnya dari
berobat pasien mengatakan akan pulang sendiri. Pemeriksa bertanya apa yang sedang
pasien lakukan dan bersama siapa pasien berada didalam ruangan poliklinik. Pasien
dapat menjawab bahwa pasien sedang melakukan wawancara dengan dokter dan pasien
berada diruangan poliklinik psikiatri bersama dengan dokter. Pasien dapat menyebutkan
ulang nama kota Jogjakarta, Semarang, Cirebon, Surabaya dan Jakarta dengan baik,
ketika diminta oleh dokter untuk mengulang nama-nama kota tersebut.
Pasien bersekolah dari SD, SMP, SMA, Perawat Gigi di Jakarta. Salah seorang
dokter pada tempat pasien bekerja sebagai perawat gigi menganjurkan pasien untuk
menjalani pendidikan sebagai perawat kebidanan. Pasien kemudian mengikuti saran
tersebut dan melanjutkan pendidikan D3 Kebidanan. Kemudian setelah lulus dari
pendidikan tersebut pasien bekerja di Rumah Sakit Budi Kemuliaan, selanjutnya pasien
dipindahkan ke Rumah Sakit Persahabatan sampai pasien pensiun. Saat sekolah pasien
memiliki banyak teman, pasien mengaku tidak ada kesulitan dalam bergaul. Pasien
mengatakan saat sekolah pasien dapat bercengkrama dengan baik dengan teman
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang serupa
dengan pasien atau mengeluhkan hal yang sama dengan pasien.
Kesadaran umum :
Compos mentis
Kontik psikis
Cara berjalan
: baik
4. Pembicaraan
-
Kuantitas
Kualitas
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood
: Biasa
2. Afek
: Meluas
3. Keserasian
4. Empati
C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Taraf pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD, SMP, SMA, Perawat Gigi dan yang
terakhir D3 Kebidanan. Pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik,
tidak pernah tinggal kelas semasa sekolah dari SD hingga pendidikan
terakhirnya.
Pengetahuan Umum
Baik, terbukti pasien dapat menjawab dengan baik dan benar pertanyaan
pengetahuan umum yang diberikan oleh dokter seperti siapa presiden
Indonesia saat ini. Pasien menjawab, Jokowi.
Kecerdasan
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat pertanyaan berhitung
pertambahan yang diajukan pemeriksa, yaitu 100-7=93
2. Daya konsentrasi
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dari awal sampai dengan selesai.
Pasien mampu menjawab dengan cukup baik dan benar pertanyaan yang
diajukan oleh dokter untuk menilai fungsi kognitif pasien, 100-7=93
3. Orientasi
Waktu
Baik, pasien dapat mengetahui waktu saat berobat ke poliklinik jiwa pada
pagi hari
Tempat
Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di poliklinik jiwa RSUP
Persahabatan Jakarta Timur
Orang
Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter
Situasi
Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang melakukan konsultasi dan
wawancara
4. Daya ingat
5. Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat menjelaskan arti peribahasa besar pasak daripada tiang
dengan interpretasi yang benar.
10
6. Bakat kreatif
Pasien suka membaca buku
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien dapat mengerjakan aktifitas harian seperti mandi, makan tanpa
bantuan orang lain. Aktivitas sehari-hari yang dapat dikerjakan sendiri pun
tidak ada hambatan.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi
Halusinasi auditorik
(-)
Halusinasi visual
(-)
Halusinasi taktil
(-)
Halusinasi olfaktori
(-)
Halusinasi gustatorik
(-)
Ilusi
Derealisasi
E. PROSES PIKIR
1. Alur piker
Preokupasi
Kontinuitas
: koheren
Hendaya
2. Isi pikiran
Terdapat waham : Tidak terdapat waham
11
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan wawancara
dengan baik.
G. DAYA NILAI
1. Norma sosial
Kemampuan pasien bersosialisasi cukup baik. Pasien memiliki cukup banyak
teman saat sekolah dan dilingkuangan tempat tinggal pasien.
2. Uji daya nilai
Baik, ketika pasien diberikan suatu permasalahan mengenai apa yang akan
dilakukan pasien apabila menemukan seorang anak ingin menyebrang jalan,
pasien menjawab akan membantu anak tersebut untuk menyebrang
3. Penilaian realitas
Tidak terdapat gangguan dalam menilai realitas karena disini pasien tidak
memiliki waham dan halusinasi
I. TILIKAN/INSIGHT
Tilikan derajat 4, pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan
bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.
12
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan umum
2. Tanda vital
F. nafas
: 22 x/menit
Nadi
: 76 x/menit
Suhu
: afebris
3. Berat badan
: - kg
4. Bentuk badan
5. System kardiovaskular
6. System musculoskeletal :
7. System gastrointestinal
8. System urogenital
9. Gangguan khusus
Diabetes Melitus
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial
2. Saraf motoric
3. Sensibilitas
6. Gangguan khusus
13
f. Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alcohol dan narkoba serta zat
psikoaktif lainnya.
g. Saat anamnesis, kontak mata baik, mood pasien biasa, afek luas
h. Status mentalis, tidak terdapat waham, halusinasi, maupun ilusi.
i. Fungsi kognitif baik dan pengendalian impuls baik. Orientasi waktu, tempat,
orang dan situasi baik. Daya ingat jangka panjang, pendek dan segera baik.
j. Dikeluarga, tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama dengan
pasien
k. Pasien terdiagnosis mempunyai penyakit Diabetes Melitus
l. Pasien menjalani pendidikan dari SD,SMP, SMA, Perawat Ggi kemudian yang
terakhir D3 Kebidanan. Semasa bersekolah pasien dapat bergaul dengan baik.
Selain itu pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak pernah tinggal
kelas.
m. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, dengan tekanan darah 140/80
mmHg, frekuensi nadi 76 kali/menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, dan
suhu afebris
14
n. Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan 6 orang cucu.
o. Hubungan pasien dengan keluarga harmonis. Tidak ada masalah yang besar dan
berarti dalam keluarga. Keluarga sangat mendukung kesembuhan pasien.
p. Pasien saat ini tinggal dengan anak keduanya, menantu dan tiga orang cucunya.
q. Pasien mendapatkan penghasilan dari uang pensiunan pasien dan sering dibantu
oleh anaknya. Ekonomi pasien dirasakan cukup.
r. Pasien beragama Protestan dan mengaku taat beribadah.
s. Pada pasien didapatkan gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang dalam
fungsi, secara umum masih baik.
V. FORMULA DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien ditemukan
sekumpulan gejala dan perilaku yang menimbulkan penderitaan dan disfungsi, maka
pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnostik aksis I
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, tidak ditemukan penyakit yang
menyebabkan disfungsi otak. Penilaian tersebut berdasarkan tingkat kesadaran,
daya ingat, fungsi kognitif, memori dan orientasi pasien masih baik sehingga
pasien ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0)
Berdasarkan
hasil
anamnesis,
pasientidak
memiliki
riwayat
merokok,
15
gangguan mood depresi dan mood mania sehingga pasien bukan merupakan
gangguan suasana perasaan afektif atau mood (F.3)
Terdapat gangguan cemas pada pasien yang ditandai dengan kekhawatiran pasien
akan keselematan anaknya ketika mengendarai motor, terdapat tanda ketegangan
otot berupa gelisah dan tidak dapat santai. Terdapat overaktivitas otonomik berupa
seluruh badan terasa dingin. Sehingga pasien memiliki gangguan cemas
menyeluruh (F41.1)
Diagnosis aksis II
Tumbuh kembang pasien normal, pasien dapat bersosialisasi dengan teman
sebayanya semasa SD, SMP, SMA hingga masa kuliah pasien maka dapat dikatakan
pasien tidak terdapat gangguan kepribadian. Pasien juga dapat menyelesaikan masa
studi dari SD hingga pendidikan akhir D3 Kebidanan dengan baik dan fungsi kognitif
baik, maka pada pasien tidak terdapat retardasi mental. Oleh karena tidak ada gangguan
kepribadian dan tidak ada retardasi mental, sehingga aksis II tidak ada diagnosis.
Diagnosis aksis IV
Pasien seorang perempuan berusia 70 tahun. Pasien memiliki 2 orang anak, lakilaki dan perempuan. Pasien sudah menikah namun suami pasien sudah meninggal dan
saat ini tinggal dengan anak keduanya, menantu dan tiga orang cucunya dirumah milik
pasien sendiri. Pasien anak keempat dari lima bersaudara. Pasien tidak ada masalah
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hubungan dengan keluarga cukup harmonis.
Keluarga sangat mendukung kesembuhan pasien. Aksis IV tidak ada diagnosa.
Diagnosis aksis V
Pada pasien ini gejala ringan dan menetap serta disabilitas ringan dalam fungsi
secara umum baik.. Maka pada aksis V didapatkan GAF scale 70-61
16
VI.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Diabetes Melitus
Aksis IV
Aksis V
VII.
DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik
: Diabetes melitus
b. Masalah psikologi
keluarganya.
VIII. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik
IX.
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam
: ad bonam
Ad sanationam
: dubia
TERAPI
a. Psikofarmaka
17
Alprazo1am 1 x 0,5 mg
Clozapin 1 x 10 mg
b. Psikoterapi
-
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Ajar Psikiatri, FKUI. Jakarta. 2003
2. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001
3. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
PT Nuh Jaya. Jakarta. 2007
19