Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN FLEKSIBILITAS TUNGKAI DENGAN KECEPATAN GERAK ATLET

SEPAKBOLA PADA PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA


PELAJAR (PPLP) SULAWESI SELATAN
Muh Thahir
Jurusan Fisioterapi Polteknik Kesehatan Makassar
Alamat Korespondensi: Jalan Paccerakkang, No 78, KM 13 Daya Makassar/ HP: 085255940981
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan fleksibilitas tungkai dengan kecepatan gerak
atlet sepakbola pada Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Sulawesi Selatan 2013. Desain
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dan sampel
adalah atlet sepakbola pada Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Sulsel. Jumlah sampel
sebanyak 17 responden yang diambil dengan tehnik total sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengambilan data primer berupa pengukuran berat badan dan tinggi badan, posisi
bermain atlet, usia, pengukuran fleksibilitas tungkai menggunakan metode ankle flektion test dan
pengukuran kecepatan gerak menggunakan metode sprint test, kemudian dilakukan pengolahan data
menggunakan program SPSS 16 selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Data
dianalisis melalui Uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan fleksibilitas tungkai dengan kecepatan gerak atlet sepakbola pada Pusat Pendidikan
dan Latihan Olahraga Pelajar Sulawesi Selatan 2013 (p = 0,271 atau nilai p > 0,05).
Keywords: fleksibilitas, kecepatan, atlet sepakbola
PENDAHULUAN
Meningkatkan
fleksibilitas
sangat
penting bagi seorang atlet, karena kehilangan
fleksibilitas berarti mengurangi efisiensi
gerakan dan kemungkinan cidera pada
cabang olahraga tertentu akan semakin besar.
Fleksibilitas yang baik membawa manfaat
yang positif bagi otot dan sendi, membantu
mencegah terjadinya cidera, membantu
meminimalisir
pemendekan
otot
dan
membantu mengefisienkan aktifitas fisik
(Arnold G Nelson dan Jouko Kokkonen, 2007).
Upaya pencapaian prestasi atau hasil
optimal dalam berolahraga, selain fleksibilitas
kondisi fisik lain yang sangat penting adalah
kecepatan. Kecepatan adalah waktu yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan suatu
kerja fisik tertentu. Kecepatan dalam banyak
cabang olahraga merupakan inti dan sangat
diperlukan agar dapat dengan segera
memindahkan tubuh atau menggerakkan
anggota tubuh dari satu posisi ke posisi
lainnya. (Iskandar, Primana, Tilarso, Moeloek
:1999
Kecepatan merupakan salah satu
faktor
yang
menentukan
kemampuan
seseorang dalam cabang olahraga. Atlet yang
memiliki kecepatan akan dapat dengan cepat
menguasai situasi dalam pertandingan.
Menurut Wilmore :1977 yang dikemukakan
oleh Harsono 1988: 216 bahwa kecepatan

tergantung dan beberapa faktor yang


mempengaruhinya, yaitu strength, waktu
reaksi (reaction time), dan fleksibility. Jadi
bagi
atlet,
kalau
berlatih
untuk
memperkembangkan kecepatan, atlet harus
pula dilatih kekuatan, fleksibilitas, dan
kecepatan reaksinya, dan tidak hanya sematamata berlatih kecepatan saja. Elastisitas otot
penting pula karena makin panjang otot
tungkai dapat terulur, makin kuat dan cepat ia
dapat memendek atau berkontraksi. Dengan
otot yang elastis, tidak akan mengerem
gerakan-gerakan otot tungkai sehingga
Langkah kaki dapat dilakukan dengan cepat
dan
panjang.
(Wilmore
:1977
yang
dikemukakan oleh Harsono 1988: 216)
Sebuah survey yang dilakukan pada
2011
tentang
Kontribusi
Kecepatan,
Kelentukan Dan Koordinasi Mata Kaki
Terhadap Keterampilan Menggiring Bola Pada
Permainan Sepak Bola Siswa Sekolah
Menengah
Analis
Kimia
Makassar
menunjukkan adanya kontribusi signifikan
kecepatan terhadap keterampilan menggiring
bola pada permainan sepakbola SMAK
Makassar sebesar 49.80 %, kelentukan
sebesar 47.20 %, koordinasi mata kaki
sebesar 53.30%, serta Ada kontribusi yang
signifikan
kecepatan,
kelentukan,
dan
koordinasi mata kaki terhadap kemampuan
menggiring bola pada permainan sepakbola

115
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

siswa SMAK Makassar sebesar 69.00 %.


(wahyudi : 2011)
Berdasarkan dari uraian di atas dan
masih kurangnya data statistik serta belum
adanya penelitian mengenai fleksibilitas dan
kecepatan pada Atlet maka penulis perasa
perlu untuk mengadakan penelitian yang
berkaitan dengan hubungan fleksibilitas
dengan kecepatan
pada atlet sepakbola
Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga
Pelajar yang diharapkan dapat memberikan
masukan dan
sebagai
bahan acuan
pengembangan atau peningkatan prestasi
atlet di masa selanjutnya. Uraian dalam latar
belakang masalah di atas memberi dasar bagi
peneliti untuk merumuskan masalah yaitu:
Adakah
hubungan
fleksibilitas tungkai
dengan kecepatan gerak atlet sepakbola pada
Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga
Pelajar?
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi dan sampel
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Lapangan atletik Pusat Pendidikan dan
Latihan Olahraga Pelajar yang bertempat di
jalan Paccerakkang, belakang Gedung
Olahraga Sudiang, Makassar Sulawesi
Selatan. Penelitian berlangsung pada bulan
Desember 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pemain sepakbola di PPLP di Kota
Makassar yang berjumlah 17 orang.
Berdasarkan populasi tersebut, pengambilan
sampel menggunakan teknik total sampling
yaitu sampel seluruh pemain sepakbola di
PPLP di Kota Makassar saat penelitian
berlangsung dijadikan sampel.
Instrumen Pengumpul Data
Pemeriksaan
fleksibilitas
pada
responden dilakukan dengan ankle flexibility
dan pengukuran kecepatan dilakukan dengan
sprint test. Pemeriksaan dilakukan di Gedung
latihan PPLP Sudiang Makassar.
Analisis Data
Data yang diperoleh merupakan data
primer hasil pengukuran fleksibilitas tungkai
dan kecepatan gerak yang merupakan data
kategorik. Data yang diperoleh diolah secara
manual dengan menggunakan program
komputer software pengolah data kemudian
disajikan dalam bentuk diagram batang dan
tabel kemudian dijelaskan secara deskriptif.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Jenis Kelamin, Usia, Posisi
Bermain, Indeks Massa Tubuh, Penilaian

Fleksibilitas Tungkai dan Kecepatan Gerak


Subyek (n=17)
Karakteristik
n
%
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
17
100.0
b. Perempuan
0
0
Usia
a. 15
4
23.5
b. 16
7
41.2
c. 17
5
29.4
d. 18
1
5.9
Posisi Bermain
a. Depan
3
17.6
b. Tengah
5
29.4
c. Belakang
9
52.9
Indeks Massa Tubuh
a. Kurang
0
0
b. Ideal
17
100.0
c. Lebih
0
0
d. Obesitas I
0
0
e. Obesitas II
0
0
Tabel 1 menunjukkan bahwa seluruh
responden dalam penelitian ini adalah berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 17 orang (100,0%).
Dari tabel tersebut juga diperoleh bahwa usia
responden yang paling banyak adalah 16
tahun yaitu sebanyak 7 orang (41,2%)
sedangkan usia responden terendah adalah
usia 18 tahun sebanyak 1 orang (5,9%). Tabel
5.1 juga diperoleh bahwa posisi Bermain
responden yang paling banyak adalah pemain
belakang yaitu sebanyak 9 orang (52,9%)
sedangkan
posisi
bermain
responden
terendah adalah pemain depan sebanyak 3
orang (17,6%).
Tabel
2
Distribusi
Subjek
berdasarkan Fleksibilitas Tungkai
Fleksibilitas
n
Tungkai
Kurang sekali
11
Kurang
3
Cukup
3
Baik
0
Baik sekali
0
Total
17

Penelitian
%
64.7
17.6
17.6
0
0
100.0

Berdasarkan tabel 2 dari 17 subyek


penelitan diketahui bahwa tingkat fleksibilitas
paling banyak yang dimiliki oleh responden
adalah kategori kurang sekali yaitu sebanyak
11 orang (64,7%) dan yang paling sedikit
adalah ketegori fleksibilitas baik dan baik
sekali yaitu tak seorang pun yang berada pada
kategori tersebut (0%).

116
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Tabel 3 Distribusi Fleksibilitas Tungkai Berdasarkan Posisi Bermain Atlet


Fleksibilitas Tungkai
Posisi Bermain
Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sekali
5
2
2
0
Belakang
(29,4%)
(11,8%)
(11,8%)
(0%)
4
1
0
0
Tengah
(23,5%)
(5,9%)
(0%)
(0%)
2
0
1
0
Depan
(11,8%)
(0%)
(5,9%)
(0%)
Berdasarkan tabel tabel 3 Distribusi
Fleksibilitas Tungkai Berdasarkan Posisi
Bermain Atlet dari 17 subyek penelitan
diketahui bahwa pada responden yang posisi
bermain belakang yang paling banyak memiliki
fleksibilitas tungkai berada pada kategori
kurang sekali yaitu sebanyak 5 orang (29,4%)
dan fleksibilitas tungkai yang paling sedikit
dimiliki adalah kategori baik dan baik sekali,
tidak seorang atlet pun yang memiliki
fleksibilas tersebut (0%). Fleksibilitas tungkai
yang paling banyak dimiliki responden posisi
bermain tengah adalah kategori kurang sekali
yaitu sebanyak 4 orang (23,5%) dan yang
paling sedikit adalah fleksibilitas tungkai
kategori cukup, baik dan baik sekali, tidak
seorang atlet pun yang memiliki fleksibilas
tersebut (0%). Fleksibilitas tungkai yang paling
banyak dimiliki responden posisi bermain
depan adalah kategori kurang sekali yaitu
sebanyak 2 orang (11,8%) dan yang paling
sedikit adalah fleksibilitas tungkai kategori
kurang, baik dan baik sekali, tidak seorang

Baik Sekali
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)

Total
9
(52,9%)
5
(29,4%)
3
(17,6%)

atlet pun yang memiliki fleksibilas tersebut


(0%).
Tabel
4
Distribusi
Subjek
berdasarkan Kecepatan Gerak
Kecepatan Gerak
n
a. Kurang sekali
8
b. Kurang
4
c. Cukup
2
d. Baik
2
e. Baik sekali
1
Total
17

Penelitian
%
47.1
23.5
11.8
11.8
5.9
100.0

Dari Tabel 4 dari 17 subyek penelitan


diketahui bahwa tingkat kecepatan paling
banyak yang dimiliki oleh responden adalah
kategori kurang sekali yaitu sebanyak 8 orang
(47.1%) dan yang paling sedikit adalah
ketegori kecepatan baik sekali yaitu sebanyak
1 orang (5.9%).

Tabel 5 Distribusi Kecepatan Gerak Berdasarkan Posisi Bermain


Kecepatan Gerak
Posisi Bermain
Belakang
Tengah
Depan

Kurang
Sekali
4
(23,5%)
2
(11,8%)
2
(11,8%)

Total
Kurang

Cukup

Baik

Baik Sekali

2
(11,8%)
2
(11,8%)
0
(0%)

1
(5,9%)
1
(5,9%)
0
(0%)

1
(5,9%)
0
(0%)
1
(5,9%)

1
(5,9%)
0
(0%)
0
(0%)

Sedangkan jika dilihat tabel 5 Distribusi


Kecepatan Gerak Berdasarkan Posisi Bermain
dari 17 subyek penelitan diketahui bahwa
pada responden yang posisi bermain belakang
yang paling banyak memiliki kecepatan gerak
berada pada kategori kurang sekali yaitu
sebanyak 4 orang (23,5%) dan kecepatan
gerak yang paling sedikit dimiliki adalah
kategori cukup, baik dan baik sekali, yaitu
masing-masing sebanyak 1 orang (5,9%).
Kecepatan gerak yang paling banyak dimiliki
responden posisi bermain tengah adalah
kategori kurang sekali dan kurang yaitu

9
(52,9%)
5
(29,4%)
3
(17,6%)

masing-masing sebanyak 2 orang (11,8%) dan


yang paling sedikit adalah kecepatan gerak
kategori baik dan baik sekali yaitu tidak
seorang atlet pun yang memiliki fleksibilas
tersebut (0%). Kecepatan gerak yang paling
banyak dimiliki responden posisi bermain
depan adalah kategori kurang sekali yaitu
sebanyak 2 orang (11,8%) dan yang paling
sedikit adalah fleksibilitas tungkai kategori
kurang, cukup dan baik sekali, tidak seorang
atlet pun yang memiliki fleksibilas tersebut
(0%).

117
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Karakteristik Sample
Fleksibilitas
dan
kecepatan
merupakan salah satu komponen yang
penting dalam meningkatkan performa
seorang atlet dalam mencapai prestasi
puncak. Penentu akhir dari seorang atlet
dalam suatu perlombaan, pada umumnya
adalah kemampuan jaringan disekitar sendi
dapat terulur secara maksimal dan kembali
seperti semula secara cepat dan tepat.
Dalam hal ini adalah seberapa besar otot
mampu mempertahankan aktivitasnya
secara terus-menerus dalam waktu yang
lama. Fleksibilitas dan kecepatan berbeda
pada setiap individu atlet.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan fleksibilitas tungkai
dan kecepatan gerak atlet sepakbola pada
Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga
Pelajar Sulawesi Selatan. Data penelitian
ini merupakan data primer yang dilakukan
pada 17 atlet sepakbola pada Pusat
Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar
Sulawesi Selatan.
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian diperoleh
informasi bahwa seluruh responden
adalah responden laki-laki 17 orang
atau 100%.
Menurut teori ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan tentang
nilai fleksibilitas tubuh pada umumnya.
Perempuan
dikatakan
memiliki
fleksibilitas
yang
lebih
baik
dibandingkan dengan laki-laki (Bompa,
1999).
Penelitian
terdahulu
menyebutkan bahwa perempuan lebih
lentur daripada laki-laki karena tulangtulangnya lebih kecil dan otot-ototnya
lebih sedikit daripada laki-laki (Philips,
1955 ; Kirchner dan Glines, 1957 dalam
Bloomfield, dkk, 1994).
Baik anak perempuan ataupun
anak
laki-laki
meningkat
ketangkasannya sampai usia 14 tahun,
namun sesudah itu anak perempuan
tampak menurun sedangkan anak lakilaki
lebih
cepat
mencapai
kemampuannya. Seiring pertambahan
usia, kecepatan reaksi akan meningkat
dan anak laki laki akan memiliki reaksi
yang lebih cepat dibanding anak
perempuan.
laki-laki
lebih
cepat
bergerak dari pada wanita karena mata
lelaki lebih cepat merespon benda
bergerak selain itu diameter dan massa
serabut
otot
sebagai
komponen
kontraktil laki-laki lebih besar oleh
karena hormone testosterone yang

relatife banyak menurut Santosa


Giriwijoyo, dkk (2007).
b. Usia
Berdasarkan penelitian diperoleh
informasi bahwa usia terendah yang
dimiliki responden adalah 15 tahun dan
usia tertinggi yang dimiliki responden
adalah 18 tahun. bahwa usia responden
yang paling banyak adalah 16 tahun
yaitu sebanyak 7 orang (41,2%)
sedangkan usia responden terendah
adalah usia 18 tahun sebanyak 1 orang
(5,9%)
Menurut
teori,
fleksibilitas
punggung bawah dapat dipengaruhi
oleh faktor usia seseorang dan hal
tersebut merupakan faktor penting juga.
Fleksibilitas seseorang meningkat atau
dalam keadaan tinggi pada masa
kanak-kanak sampai masa remaja
kemudian menetap dan kemudian
berangsur-angsur berkurang seiring
dengan bertambahnya usia (Bloomfield,
1994 dalam Juliantine, 2001).
Menurut Brian J. Sharkey,
tenaga mencapai puncaknya pada awal
usia 20-an tahun dan menurun perlahan
hingga usia 60 tahun atau lebih.
Sedangkan nilai capaian kualitas fisik
puncak pada periode usia 20 tahun
sampai 30 tahun yang lazim dalam ilmu
kedokteran disebut sebagai The Golden
Age. Setelah usia 30 tahun terjadi
penurunan fisik secara bertahap,
misalnya penurunan daya tahan otot
dan daya tahan tubuh (H. Harsuki,
2002).
Disamping
itu,
hilangnya
substansi massa otot yang menyertai
pertambahan usia dan penurunan
aktifitas fisik dapat mempengaruhi
massa otot dan fleksibilitas otot.
Menurut Ngurah Hariawan, sejalan
bertambahnya usia, metabolisme tubuh
dan kemampuan organ-organ cerna
akan menurun sehingga asupan
makanan dan minuman yang berlebihan
bisa menjadi beban kerja. Umumnya
perubahan komposisi tubuh yang terjadi
adalah
komposisi
lemak
yang
meningkat, komposisi cairan yang
berkurang,
komposisi
otot
yang
menurun disertai komposisi penurunan
massa tulang. Perubahan komposisi
inilah yang mempengaruhi tingkat
fleksibilitas dan kecepatan bergerak.
c. Indeks Massa Tubuh
Berdasarkan penelitian diperoleh
informasi bahwa seluruh responden
yang bejumlah 17 orang memiki indeks
massa tubuh ideal atau 100%.

118
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

gerak tetapi setelah dilakukan uji analisis


data hasil yang ditemukan berbeda. Hasil
penelitian menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara fleksibilitas tungkai
dengan kecepatan gerak dengan nilai
korelasi sangat lemah.
Menurut Iskandar, Primana, Tilarso,
Moelek (1997:7) yang menerangkan bahwa
kemampuan yang cepat dan lincah dalam
mengubah arah memerlukan fleksibilitas
tubuh atau bagian tubuh yang terlibat
dalam kegiatan tersebut. menurut Jonath
dan Krempel dalam Harsono (1988: 205),
kecepatan dapat diartikan sebagai :
Kemampuan
yang
berdasarkan
kelentukan atau fleksibilitas, proses sistem
persyarafan dan alat-alat otot untuk
melakukan gerakan-gerakan dalam satu
satuan waktu tertentu. Hal inilah menjadi
dasar
bahwa
fleksibilitas
memiliki
hubungan kecepatan. Namun setelah
dilakukan uji analisis data hasil yang
ditemukan berbeda. Jika dilihat dari data
distribusi berdasarkan fleksibilas tungkai
dan kecepatan gerak jelas bahwa sampel
memiliki tingkat fleksibilitas dan kecepatan
masing-masing berada pada kategori yang
sangat kurang. Hal lain di karena kan
jumlah sampel yang masih kurang yakni 17
orang sehingga hasilnya pun tidak sesuai
andaikata sampel lebih dari 30 orang
mungkin hasilnya memiliki hubungan.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara


dan observasi bahwa mereka latihan 3 jam
sehari dengan porsi latihan fokus terhadap
teknik bermain sedangkan kurangnya porsi
latihan fisik atau memberikan waktu khusus
untuk latihan fisik belum ada. Sebagaimna
Bompa (1994:49) menjelaskan bahwa:
persiapan fisik harus dianggap sebagai
salah satu aspek yang harus diperhatikan
dan dipertimbangkan dalam latihan untuk
mencapai prestasi maksimal. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan
potensi fungsi alat-alat tubuh (fisiologis)
para atlet dan untuk mengembangkan
kemampuan biomotor menuju tingkatan
yang tertinggi. ada beberapa responden
yang menyatakan rutin berolahraga pagi
dari setelah sholat subuh hingga bersiap
kesekolah dengan tujuan ingin melatih
endurance mereka. Responden juga
adalah para atlet yang dikarantina dan
dituntut harus berprestasi serta membawa
nama baik Sulawesi Selatan di kancah
nasional namun disisi lain mereka juga
adalah pelajar yang harus belajar 8 jam
sehari dalam waktu normal untuk mampu
meraih cita-cita mereka baik dibidang
olahraga maupun pendidikan karena
mereka adalah remaja yang memiliki citacita berbeda demi membanggakan bangsa,
keluarga, maupun diri mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
ACSM (American College of Sport Medicine). 2009. ACSMs Guidelines for Exercise Testing and Prescription.
Eighth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Bloomfield, Ackland, Elliot. (1994). Applied Anatomy And Biomechanics in Sport. Australia : Blackwell Scientific
Publications.
Bompa, Tudor. (1994). Theory and Metodology of Training. Iowa . Kendall Hunt Publishing Company.
Brian J. Sharkey, (2003). Kebugaran dan Kesehatan. PT Raja Garfindo persada. Jakarta.
Cael, Christy. 2010. Functional Anatomy: Musculoskeletal Anatomy, Kinesiology, and Palpation for Manual
Therapists. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Davis B. et al, (2000) Physical Education and the Study of Sport.
Fauzi Endro , Pramono 2012 Tingkat Kesegaran Jasmani Pemain Sepakbola Kelompok 10-12 SSB Handayani
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta : Program
Studi Ilmu Olahraga FIK Universitas Negeri Yogyakarta.
Fox. 2003. Human Physiology. Eighth Edition. New York: McGraw-Hill Companies
Gilbert WG, McHugh MP. Flexibility and its effects on sports injury and per-formance. Sports Medicine. 1997; 24:
289-299
G. Nelson, Arnold and Kokkonen, Jouko. (2007). Stretching anatomy. United States: Human Kinetics.
Guyton & Hall. 2006. Medical Physiology 11th ed. Philadelphia: Elsevier.

120
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Halim, Nur Ichsan. 2011. Tes dan pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar: Badan penerbit UNM
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. C.V. tambak Kesuma.
Iskandar, Primana, Tilarso, Moeloek. (1999). Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta :
Kantor Menpora.
Islam, Fahrul. 2012. Pengaruh Latihan Periode Persiapan PON Terhadap Fleksibilitas Otot Atlet Kontingen
Bayangan PON XVII 2012 KONI Sulawesi Selatan. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program
Pascasarjan Unhas Makassar.
Juliantine, Tite. 2007. Pengaruh Latihan Peregangan Dinamis, Statis, Pasif, dan Kontraksi-Rileksasi (PNF)
terhadap Fleksibilitas Batang Tubuh dan Sendi Panggul pada Siswa Sekolah Dasar. Tesis tidak
diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Jaelani,M.Akbar. 2012. Analisis Faktor-Faktor Fleksibilitas dan Kecepatan pada Atlet PON XVIII KONI Sulawesi
Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program S1Fisioterapi Unhas Makassar.
Johnson B.L. & Nelson J.K. Practical Measurements for Evaluation in PE 4th Ed. 1986
Kisner, C. et al. 2007. Therapeutic Exercise. Foundation and Techniques (5 ed.). Philadelphia: Elsevier.
Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud, Dikti
PPLPTK
Moeloek, Dangsina. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nukhrawi Nawir, 2008, Perubahan Predominan Filamen Aktin dan Miosin Otot Skeletal pada Dosis Latihn Fisik
Interval Anaerobik, Disertasi program disertasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Nurman. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas Punggung Bawah pada Mahasiswa
Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedoteran Universitas Hasanuddin. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar: Program S1Fisioterapi Unhas Makassar.
Partang,Tita. 2012. Perbandingan Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 maks) pada Atlet Cabang Olahraga
Permainan di PPLP Makassar setelah bleep test. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program
S1Fisioterapi Unhas Makassar.
PSM

Makassar.
(2013).
Pemain
PSM
Jalani
Tes
Kebugaran
Fisik
.
http://www.psmmakassar.com/home/index.php?option=com_content&view=article&id=855%3Apemainpsm-jalani-tes-kebugaran-fisik&catid=31%3Akabar-bola&Itemid=40 (diakses 12 September 2013)

Scalon, Valerie C. & Sanders, Tina. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology Fifth Edition. Philadelphia: F. A.
Davis Company.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Tang, Aco. 2012. Pengaruh Latihan Periode Persiapan Umum PON Terhadap Perubahan Kekuatan Otot Atlet
Kontingen Bayangan PON XVII 2012 KONI Sulawesi Selatan. Tesis tidak diterbitkan. Makassar:
Program Pascasarjan Unhas Makassar.
Thahir,Muh. 2012. Pengaruh Latihan Periode Persiapan Umum PON Terhadap Perubahan VO2 Max Atlet
Kontingen Bayangan PON XVII 2012 KONI Sulawesi Selatan. Tesis tidak diterbitkan. Makassar:
Program Pascasarjan Unhas Makassar.

121
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai