(STEMI)
Oleh :
Dani Ibrahim Harahap (120100006)
Jessica Arminta Wijaya (120100191)
Fetra Olivia Simbolon (120100244)
Pembimbing : dr. Hilfan Ade Putra Lubis, Sp.JP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya
sehingga
penulis
dapat
Myocardial
Infarction
(STEMI).
Penulisan laporan kasus ini adalah salah
satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Kardiologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada
mengucapkan
kesempatan
terima
ini
kasih
penulis
kepada
dosen
telah
meluangkan
waktunya
dan
menyadari
bahwa
penulisan
Medan,
03 Juni
2016
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular
yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka
kematian yang tinggi.1 Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau
terminologi yang digunakan untuk menggambarkan keadaan gangguan aliran
darah koroner parsial hingga total ke miokard secara akut.2
SKA dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu angina pektoris tidak
stabil/APTS (unstable angina/UA), infark miokard gelombang non-Q atau infark
miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/
NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi
segmen ST ( ST elevation myocardial infarction/STEMI). 3 Infark miokard adalah
nekrosis miokard yang berkembang cepat oleh karena ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen otot-otot jantung.4 Gejala yang timbul bervariasi,
tergantung pada derajat penyempitan yang dipengaruhi oleh komponen
vasospasme arteri dan oleh ukuran trombus.2
Satu juta orang di Amerika Serikat diperkirakan menderita infark miokard
akut tiap tahunnya dan 300.000 orang meninggal karena infark miokard akut
sebelum sampai ke rumah sakit.5 Menurut laporan WHO, pada tahun 2004,
penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian utama di dunia. 6
Terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di
seluruh dunia. Penyakit ini adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa
di mana-mana.7
Infark miokard akut adalah penyebab kematian nomor dua pada negara
berpenghasilan rendah, dengan angka mortalitas 2.470.000 (9,4%).6 Di Indonesia
pada tahun 2002, penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian
pertama, dengan angka mortalitas 220.000 (14%).8 Direktorat Jendral Yanmedik
Indonesia meneliti, bahwa pada tahun 2007, jumlah pasien penyakit jantung yang
menjalani rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239.548
jiwa. Kasus terbanyak adalah panyakit jantung iskemik, yaitu sekitar 110,183
kasus. Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard akut
(13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung
lainnya (13,37%).9
Menurut data RISKESDAS tahun 2013, di Indonesia prevalensi penyakit
jantung koroner (PJK) berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%.
Angka kejadiannya juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi
pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 3,6%.10
Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut
disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan.
Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil peningkatan
marka jantung. 11
STEMI merupakan indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri
koroner. Terapi yang rutin diberikan pada STEMI adalah be ta blocker, ACE
inhibitor, ARB, statin, nitrogliserin, oksigen, dan morfin. 11 Pada STEMI dengan
onset <12 jam, perlu dilakukan tindakan revaskularisasi sesegera mungkin untuk
mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya, secara
medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi
koroner perkutan primer.1,12 Pada pasien STEMI yang datang terlambat (>12 jam)
dapat dilakukan terapi reperfusi bila pasien masih mengeluh nyeri dada yang khas
infark (ongoing chest pain).1
1.2.
Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit infark miokard
elevasi segmen ST (STEMI).
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap
kasus infark miokard elevasi segmen ST (STEMI) serta melakukan
penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan
prognosis yang baik.
1.3.
Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang
infark miokard elevasi segmen ST (STEMI).
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
infark miokard elevasi segmen ST (STEMI)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi Sindrom Koroner Akut
Sindrom Koroner Akut (SKA) menggambarkan suatu penyakit yang berat,
dengan mortalitas tinggi serta merupakan suatu keadaan gawat darurat jantung
dengan manifestasi klinis berupa keluhan perasaan tidak enak atau nyeri dada
yang disertai dengan gejala lain sebagai akibat iskemia miokard.3
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang
digunakan untuk menggambarkan keadaan gangguan aliran darah koroner parsial
hingga total ke miokard secara akut.2 Berbeda dengan angina pektoris stabil
(APS), gangguan aliran darah ke miokard pada SKA bukan disebabkan oleh
penyempitan yang statis namun terutama akibat pembentukan thrombus didalam
arteri coroner yang sifatnya dinamis.
1.2. Epidemiologi Sindrom Koroner Akut
Menurut data RISKESDAS tahun 2013, di Indonesia prevalensi penyakit
jantung koroner (PJK) berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%.
Angka kejadiannya juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi
pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 3,6%.10
1.3. Patofisiologi Sindrom Koroner Akut
Patofisiologi utama terjadinya sindroma koroner akut disebabkan oleh
terbentuknya trombus. Trombus terbentuk karena adanyanya ruptur/erosi plak
arterosklerotik. Trombus tersebut bersifat dinamis, dengan episode pembentukan,
pembesaran dan lisis terjadi secara berasamaan namun tidak seimbang. Pada
keadaan ini pembentukan trombus lebih dominan dari proses lisis, sehingga
terjadi episode peningkatan penyempitan atau bahkan okulasi arteri koroner
dengan dampak iskemia hingga infark jaringan miokard.13
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat
murmur sistolik
Paru : rales atau mengi bila terdapat gagal jantung
Ekstremitas : normal atau terdapat tanda penyakit vascular perifer13
1.4.3. Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG 12 sadapan sangat penting untuk pengenalan STEMI,
LBBB baru pada kondisi klinis yang sama dapat dianggap setara. Elevasi ST
menunjukan beberapa berapa millimeter lebih besar voltase pada segmen ST
dibandingkan segmen
Lokasi Elevasi
Arteri Kororner
Miokard Akut
Anterior
Segmen ST
V3,V4
Arteri
koroner
kiri
cabang
LAD-
Anteroseptal
V1,V2,V3,V4
diagonal
Arteri koroner
kiri
cabang
LAD-
Anterior ekstensif
Anterolateral
I,aVL,V2-V6
I,aVL,V3,V4,V5,V6
II,III,aVF
Inferior
I,aVL,V5,V6
Septum
V1,V2
Posterior
V7,V8,V9
Ventrikel Kanan
V3R-V4R
1.4.4. Biomarka Jantung
LAD-
SKA atas keluhan angina di ruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan
EKG dan atau marka jantung adalah :
1.
2.
Tirah baring
Suplemen O2 harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O 2 arteri
< 95% atau mengalami distres respirasi. Suplemen O2 dapat diberikan pada semua
pasien SKA dalam 6 jam pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2 aspirin.
3.
Nitrogliserin tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih
berlangsung, jika nyeri dada tidak hilang bisa diulang sampai 3 kali.
4.
Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada pasien tanpa komplikasi.
5.
Clopidogrel dengan dosis awal 300 mg dilanjutkan dengan maintanance
75 mg per hari.
6.
Morfin sulfat 1-5 mg IV, dapat diulang 10-30 menit bagi pasien yang tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual.1
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
Kepaniteraan Klinik RSUP. H. Adam Malik
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2016
No. RM : 00.67.65.29
Tanggal : 26/05/2016
Hari : Kamis
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama : Islam
Kecamatan Barumun
Selatan Padang Lawas
HP : -
Telepon : ANAMNESA
Autoanamnesa
Alloanamnesa
: Nyeri dada
Anamnesa
- Hal ini sudah pernah dialami OS sekitar 1 tahun yang lalu. Nyeri dada dialami
oleh pasien lebih kurang 2 hari SMRS saat pasien sedang berkebun. Nyeri dada
dirasakan di dada kiri seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke arah bahu dan
punggung selama lebih dari 20 menit. Nyeri bersifat hilang timbul dengan
intensitas yang semakin meningkat. Nyeri dada tidak berkurang apabila dalam
keadaan istirahat.
- Mual (+), muntah (+), dan keringat dingin (+).
- Riwayat keluhan yang sama (-), sesak nafas (+),PND (+), OP (-), DOE (-),
bengkak kedua kaki(-), Demam(-), Batuk (-)
- Riwayat hipertensi (+) dengan TD tertinggi 240 mmHg, DM (-), dan
hiperkolesterolemia (-).
- Riwayat merokok (-).
- Riwayat konsumsi obat ISDN (+), obat antihipertensi (+), obat kunyah (+)
Faktor Risiko PJK
: Hipertensi
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens :
KU
: Sedang
Kesadaran
: CM
TD
: 110/70 mmHg
HR
: 94 x/m
RR
: 20 x/m
Suhu
: 36 C
Sianosis : (-)
Ortopnu
: (-)
Dispnu
: (-)
Ikterus : (-)
Edema
: (-)
Pucat
: (-)
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Leher
Dinding toraks:
Batas Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Simetris fusiformis
: Stem fremitus kanan = kiri
: Sonor di kedua lapangan paru
Kiri
: Linea Midklavikula
Sinistra
Auskultasi
Jantung
: S1 (+)N
S2 (+) N
Suara tambahan
:-
Abdomen
S3 (-)
S4 (-) , Reguler
Grade :-
Radiasi : -
: Suara Pernafasan
Suara Tambahan
Wheezing
: (-/-)
: Soepel, timpani
Asites (-)
Clubbing (-)
Inferior
Akral
: Hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG 26 Mei 2016 Pukul 21.54
: Sinus rhytm
Rate
: 75 x/menit
Gelombang P : Normal
Durasi QRS
: 0,08 s
Durasi P
: 0,08s
Segmen ST
Interval PR
: 0,16
Axis QRS
: LAD
: 70%
Apex jantung
: Downward
Segmen aorta
: Menonjol
Kongesti
: (-)
Segmen pulmonal
: Normal
Infiltrat
: (-)
Pinggang jantung
: Mendatar
Trakea
: Tengah
Hb
: 11.7 g/dL
(13-18)
Eritrosit
: 3.83 juta/L
(4,50-6,50)
Leukosit
: 15.860 /L
(4000-11000)
Hematokrit
: 35%
(39-54)
Trombosit
: 222.000/L
MCV
: 92 fL
(81-99)
MCH
: 30.5 pg
(27,0-31,0)
MCHC
: 33.1 g/dL
(31,0-37,0)
Morfologi eritrosit
: Normokrom normositer
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
: 87.90
: 6.10
: 5.70
: 0.0
: 0.30
(50-70)
(20-40)
(2-8)
(1-3)
(0-1)
FAAL HEMOSTASIS
PT (pasien/kontrol) : 16.3 detik/14.0 detik, INR : 1,13 , aPTT (pasien/kontrol) :
78.5 detik/34.0 detik, TT (pasien/kontrol) : 18.5 detik/17.5 detik.
KIMIA KLINIK
Troponin I : 28 ng/ml (<0.1).
AGDA
pH: 7.29 (7,35-7,45), pCO2: 28.0 mmHg(38-42), pO2: 173 mmHg (85-100),
HCO3: 13.5 mmol/L(22-26), Total CO2: 14.4 mmol/L (19-25), BE : -11.7
mmol/L((-2)-(+2)), SaO2 : 99% (95-100).
METABOLISME KARBOHIDRAT
KGD sewaktu : 261 mg/dl (<200), Glukosa Darah Puasa : 78 mg/dl, Glukosa
Darah 2 jam PP : 90 mg/dl, HbA1c : 5,3%
LEMAK
Kolestrerol Total : 168 mg/dl (<200), Trigliserida : 129 mg/dl (<150), HDL : 42
(60), LDL : 86 (<100).
GINJAL
BUN : 20 mg/dl (8-26), Ureum : 43 mg/dl (18-55), Kreatinin : 1,09 mg/dl (0,71,1).
ELEKTROLIT
Na : 138 mEq/L(135-155), K : 3.2 mEq/L(3,6-5,5), Cl : 106 mEq/L (96-106)
ENZIM JANTUNG
CK-MB : 162 U/L (24), Troponin I : 28 ng/ml (<0,1).
Diagnosa Kerja :STEMI Inferior Posterior onset 2 hari Killip I TIMI Risk 3/14
1. Fungsional : Killip I TIMI Risk 2/14
2. Anatomi
: PDA
3. Etiologi
: Ruptur Plak
Diferensial Diagnosa:
Perikarditis, Miokarditis, Diseksi aorta
Pengobatan:
Bed rest
O22-4 L/i via n.c
IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i (mikro)
Inj. Furosemide 20 mg (k/p)
Aspilet 1 x 80 mg
Clopidogrel 1 x 75 mg
Simvastatin 1 x 40 mg (malam)
ISDN 5mg (k/p)
Captopril 3x 6,25 mg
Laxadyn Syr 1xCI (Malam)
26
27
BAB 4
FOLLOW UP
Tabel 4.1. Follow Up Pasien Tanggal 26 Mei 2016 Pukul 22.35
TGL
S
26/05 Nyeri
Sens: CM
A
STEMI
- Bed rest
TD : 95/60 mmHg
inferopost
HR : 94 x/i
RR : 20 x/i
2 hari
- IVFD NaCl
SaO2 : 99%
KILLIP I
TIMI
- Clopidogrel 1x75mg
RISK
- Aspilet 1x80 mg
3/14.
Hipertensi
- Captopril 3x6,25 mg
Puku
l
22.35
Cor : S1 S2 reguler,
terkontrol
- ISDN 5 mg (k/p)
- Simvastatin 1x40mg
- Laxadyn syr 1X CI
- Inj Furosemide 20mg
(k/p)
(+/+)
Abdomen: Soepel,
BUN(+)
Ekstremitas: Akral
hangat, edema pretibial
(-/-)
28
07/05
Nyeri
Sens: CM
STEMI
- Bed rest
/2016
Dada(+)
TD : 126/82 mmHg
inferopost
HR : 95 x/i
RR : 22 x/i
2 hari
- IVFD NaCl
C : 35c
KILLIP I
TIMI
- Clopidogrel 1x75mg
RISK
- Aspilet 1x80 mg
3/14.
Hipertensi
- Simvastatin 1x40mg
Pukul
08.45
Cor : S1 S2 reguler,
terkontrol
- Captopril 3x6,25 mg
- ISDN 5 mg (k/p)
- Inj Arixtra 2,5 g / 24
jam
(+/+)
- Inj Furosemide
Abdomen: Soepel,
20mg / 12 jam
BU(+)N
Ekstremitas: Akral
- Laxadyn syr 1X CI
S
Nyeri
Sens: CM
A
STEMI
P
- Bed rest
/2016
Dada (+)
TD :120/70 mmHg
inferoposteri
HR : 96 x/i
or onset 2
nasal kanul
RR : 22 x/i
SaO2 : 98%
TIMI RISK
0,9% 10 gtt/i
EKG : SR
3/14.
Hipertensi
(mikro)
Pukul
08.30
terkontrol
- Aspilet 1x80 mg
- Clopidogrel
1x75mg
- Simvastatin
29
Cor : S1 S2 reguler,
1x40mg
- Captopril 3x6,25
mg
(-/-)
24 jam
Abdomen: Soepel ,
- Inj Furosemide
BU(+)N
Ekstremitas: Edema
20mg / 12 jam
- ISDN 5 mg (k/p)
- Laxadyn syr 1X
(-/-)
CI
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI
Faktor Resiko SKA14
Yang tidak dapat dimodifikasi :
Usia
KASUS
Pada kasus, didapatkan pasien memiliki
faktor resiko PJK yaitu :
30
Hipertensi
pada wanita
Jenis kelamin
Laki-laki > perempuan walaupun setelah
menopause, tingkat kematian perempuan
akibat penyakit jantung meningkat namun
tidak sebanyak tingkat kematian pada lakilaki
Riwayat Keluarga
Anak dengan orangtua dan saudara
kandung memiliki riwayat penyakit jantung
lebih beresiko untuk terkena penyakit
jantung
Yang dapat dimodifikasi :
Merokok
Peran rokok dalam PJK antara lain dapat
menimbulkan aterosklerosis, peningkatan
trombogenesis
dan
vasokonstriksi,
dan
penurunan
kapasitas
pengangkutan oksigen.
Alkohol
Hipertensi
Hipertensi
dapat
menyebabkan
31
Pada kasus :
di daerah retrosternal. Nyeri seperti tertimpa dirasakan di dada sebelah kiri, bersifat
beban berat, ditekan, rasa terbakar, ditusuk menjalar ke bahu dan punggung. Nyeri dada
dan nyeri menjalar ke bahu, lengan, leher, dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk
sampai ke epigastrium. Nyeri dicetuskan selama >20 menit bersifat terus menerus.
oleh aktifitas fisik dan stress emosional
Gejala penyerta
(keringat
dingin),
Diagnosa :15
Pada kasus :
Anamnesis
Berdasarkan
disertai keringat
anamnesis
dijumpai
Keluhan nyeri dada tipikal, riwayat nyeri adanya nyeri tipikal disertai dengan gejala
sebelumnya, faktor resiko PJK, serta riwayat penyerta berupa keringat dingin dan mualkeluarga dengan PJK. Perlu juga ditanyakan muntah. Pasien mempunyai faktor risiko
apa yang dilakukan oleh pasien sebelum yaitu : usia > 55 tahun, hipertensi
terjadi serangan
Pemeriksaan fisik
pemeriksaan
fisik
Berdasarkan
Berdasarkan
EKG
ditemukan
keringat dingin. Selain itu dari pemeriksaan segment ST di lead II, III, aVF, V7-V9
32
ditegakkan
dengan
Berdasarkan
pemeriksaan
enzim
EKG
Diagnosis
33
Tirah Baring
Bed rest
O2
pertama
saturasi
mempertimbangkan 0ISDN 5 mg
Laxadyn syr 1xCI
atau dengan saturasi
tanpa
oksigen
oksigen <95%
Terapi reperfusi
Terapi reperfusi dilakukan dengan terapi
tombolitik maupun dengan PCI. Dalam
menentukan terapi reperfusi, tahap pertama
adalah menentukan ada tidaknya rumah
sakit sekitar yang memiliki fasilitas PCI.
Bila membutuhkan waktu lebih dari 2 jam,
reperfusi pilihan adalah fibrinolitik. Dan
fibrinolitik setelah selesai diberikan, pasien
dapat dikirim ke pusat fasilitas PCI. Tidak
disarankan melakukan PCI rutin pada arteri
yang telah tersumbat sepenuhnya lebih dari
24 jam setelah awitan pada pasien stabil
tanpa gejala iskemia. Pemberian trombolitik
34
direkomendasikan
diberikan
Nitrat
Nitrat
adalah
venodilator
yang
akhir
diastolik
sehingga
jika
dengan
satu
kali
Morfin
Aspirin
berfungsi
untuk
menginhibisi
35
Clopidrogel
platelet.
Clopidrogel
dapat
studi
menunjukkan
penggunaan
Antikoagulan
STEMI
fibrinolitik
yang
hingga
diberikan
agen
revaskularisasi
(bila
yang
diberikan
streptokinase.
36
Statin
harus
diberikan
pada
semua
membantu
menstabilkan
plak
KILLIP Imortalitas 6%
Killip13
Klasifikasi Killip
Kelas
I
II
Definisi
Tidak ada tanda gagal jantung
kongestif
+ S3 dan/atau ronki basah di basal paru
Proporsi
Mortalitas
pasien
(%)
40-50%
30-40%
17
37
III
10-15%
30-40
IV
Syok kardiogenik
5-10%
60-80
Poin
3
2
1
TDS <100mmHg
Frekuensi jantung > 100x/i
Klasifikasi Killip II-IV
Berat < 67 kg
Elevasi ST anterior atau LBBB
Waktu ke reperfusi > 4 jam
Skor risiko = total poin (0-14)
3
2
2
1
1
1
2/14
POIN
% MORTALITAS DALAM
0
1
2
3
4
5
6
7
8
>8
30 HARI
0,8
1,6
2,2
4,4
7,3
12
16
23
27
36
38
BAB 6
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
PN, Perempuan berusia 55 tahun 8 bulan, mengalami STEMI
Inferior-Posterior onset 2 hari Killip I TIMI risk 3/14 dan diberi
pengobatan:
Bedrest
O22-4 l/i via nasal canule
IVFD NaCl 0,9 %10 gtt/i mikro
ISDN 5 mg
Laxadyn syr 1xCI
Inj Furosemide 20 mg/12 jam
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
Simvastatin 1x40 mg
Captopril 3x6,25mg
39
DAFTAR PUSTAKA
40