Leukemia Makalah
Leukemia Makalah
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang , pucat , kakesia
Kesadaran : CM
TD : 30 Kg
/ menit
N : 110 x /menit
S : 38,8 C
RR : 25 x
Status Generalis :
Kepala
:
konjungtiva anemis , sklera ikterik , tampak hipertrofi gusi dan perdarahan
gusi (+) , epistaksis (+)
Leher
: Limfadenopati servikal (+) , faring tidak hiperemis , tonsil : T1
T1 tenang
Thoraks
Abdomen
:
tampak abdomen cembung , distensi abdomen (+), nyeri tekan (+), bising
usus (+) , hepar teraba 6 cm dibawah batas costa kanan , limpa :
ujungnya teraba 3 cm dibawah batas costa kiri
Ekstremitas
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Rutin :
-
KEGANASAN DARAH
( LEUKEMIA )
LIMFOPROLIFE
RATIF
MIELOPRPLIFE
RATIF
AK
UT
FAB
:
M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
KRON
IK
LEUKEMI
A
GRANUL
OSITIK
KRONIK
POLISITE
MIA
VERA
SUMSU
M
TULANG
AKUT :
LEUKEMIA
LIMFOBLAS
TIK AKUT 1
,2,3
KRONIK :
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
KRONIK
SEL
PLASMA
DISCRASI
KEL.
LIMF
E
-
PENYA
KIT
HODG
KIN
LIMFO
MA
NON
MULTIPLE
MIELOMA
MAKROGLO
BULINEMIA
WALDENST
RUM
LEUKEMIA
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai darah
putih pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik .
1. DEFINISI :
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan
genetik pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari
sel yang normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah
banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis . Keganasan
hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik
sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam
sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik .
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah
yang berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel
darah putih sirkulasinya meninggi .
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal.
Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah
dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan .
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai
aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia.
Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan
struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan
genetik, dengan perkembangan gen
yang
berubah dianggap
menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal .
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel
darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan
kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).
Translokasi
kromosom
mengganggu
pengendalian
normal
dari
pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan
menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang
normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
2.ETIOLOGI :
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat
pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down,
sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma
Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma
von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson,
1991 ) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group
Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.
b. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi
leukemia yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .
c. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obatobatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) .
d. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian
pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase
pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan
enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang
menyebabkan leukemia pada hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu
virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah
Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute
T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala,
19990).
e. Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan
dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu
yang sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) Selain
benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari
AML, antara lain : produk produk minyak, cat , ethylene oxide,
herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .
f. Obat-obatan
3. KLASIFIKASI :
a. MIELOPROLIFERATIF AKUT
LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT
-
Definisi :
LMA merupakan leukemia
yang
mengenai
sel
stem
hematopoetik
yang
akan
berdiferensiasi ke semua sel
mieloid.
LMA
merupakan
leukemia
nonlimfositik
yang
paling sering terjadi.
-
Epidemiologi :
LMA
atau
Leukemia
Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang
dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).Permulaannya
mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan
durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3
sampai 6 bulan.
-
Klasifikasi :
Mo ( Acute Undifferentiated Leukemia )
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga
disebut sebagai AML dengan diferensiasi minimal .
M1 ( Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi )
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir
seperempat dari kasus AML. Pada AML jenis ini terdapat
gambaran azurophilic granules dan Auer rods. Dan sel leukemik
Gejala :
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan
infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang.
perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia.
Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100
ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, sesak
napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan
gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
b. MIELOPROLIFERATIF KRONIK
LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIK
-
Definisi :
LGK/LMK adalah gangguan
mieloproliferatif yang ditandai
dengan produksi berlebihan sel
mieloid (seri granulosit) yang
relatif matang.34
Epidemiologi :
LGK/LMK
mencakup
20%
leukemia dan paling sering
dijumpai pada orang dewasa usia
pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang
dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95%
penderita LGK/LMK.36
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah
memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu
produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan
sel darah merah yang amat kurang.
Klasifikasi :
LGK dapat dibagi atas 3 fase berdasarkan karakteristik klinis
dan hasil pemeriksaan laboratorium . Dengan tidak adanya
Gejala :
pada
POLISITEMIA VERA
-
Definisi :
Polisitemia Vera adalah suatu keganasan derajat rendah sel-sel
induk hematopoitik dengan karakteristik peningkatan jumlah
eritrosit absolut dan volume darah total, biasanya disertai
lekositosis, trombositosis dan splenomegali
Epiemiologi :
Polisitemia Vera dapat mengenai semua umur, sering pada
pasien berumur 40-60 tahun, dengan perbandingan antara pria
dan wanita 2:1, di Amerika Serikat angka kejadiannya ialah 2,3
per 100.000 penduduk dalam setahun, sedangkan di Indonesia
belum ada laporan tentang angka kejadiannya. Penyakit ini dapat
terjadi pada semua ras / bangsa, walaupun didapatkan angka
kejadian yang lebih tinggi pada orang Yahudi.
Klasifikasi :
Klasifikasi Polisitemia Vera tergantung volume sel darah merah
yaitu :
a. Polisitemia Relatif
terjadi penurunan volume plasma tanpa peningkatan yang
sebenarnya dari volume sel darah merah, seperti pada pada
keadaan dehidrasi
berat, luka bakar, reaksi alergi
b. Polisitemia Aktual atau Polisitemia Vera
Sedangkan secara garis besar Polisitemia dibedakan :
a. Polisitemia Primer
terjadi peningkatan volume sel darah merah tanpa diketahui
penyebabnya
b. Polisitemia sekunder
terjadinya peningkatan volume sel darah merah secara
fisiologis karena kompensasi atas kebutuhan oksigen yang
meningkat seperti pada penyakit paru kronis, penyakit
jantung kongenital atau tinggal didaerah ketinggian dll,
disamping itu peningkatan sel darah merah juga dapat terjadi
secara non fisiologis pada tumor yang menghasilkan
eritropoitin seperti tumor ginjal, hepatoma, tumor ovarium
dll .
Manifestasi Klinis :
Definisi :
LLA
merupakan
jenis
leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi
sel-sel patologis dari sistem
limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali (pembesaran alatalat dalam) dan kegagalan organ
Epidemiologi :
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur
dewasa (18%).21 Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada
umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan
hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh
kegagalan dari sumsum tulang19
Klasifikasi :
LLA sendiri terbagi menjadi tiga :
L1
Sel-sel leukemia terdiri dari limfoblas yang homogen dan L1 ini
banyak menyerang anak.
L2
Terdiri dari sel sel limfoblas yang lebih heterogen bila
dibandingkan dengan L1. ALL jenis ini sering diderita oleh orang
dewasa.
L3
Terdiri dari limfoblas yang homogen, dengan karakteristik berupa
sel Burkitt. Terjadi baik pada orang dewasa maupun anak-anak
dengan prognosis yang buruk
-
Gejala :
Gejala
klinis
LLA
sangat
bervariasi.
Umumnya
menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis
berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing,
sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga
ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21
Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan
femur .
Definisi :
LLK adalah suatu keganasan
klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T). Perjalanan penyakit
ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi
progresif
yang
berjalan lambat dari limfosit
kecil yang berumur panjang
Etiologi
Penyebab
LLK
belum
diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas
kromosom, onkogen, dan retrovirus (RNA tumour virus).
Penelitian awal menunjukkan keterlibatan gen bcl-1 dan bcl-2
pada 5-15% pasien, sedangkan gen bcl-3 hanya kadang-kadang
terlibat. Protoonkogen lcr dan c-fgr, yang menkode protein kinase
tirosin diekspresikan pada limfosit yang terkena LLK tetapi tidak
pada sel B murni yang normal. Saat ini pada pasien LLK
didapatkan delesi homozigot dan region genom telomerik gen
retinoblastoma tipe-1 d13s25. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya gen suppressor tumor baru terlibat dalam LLK.
Epidemiologi
Usia rerata pasien saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya
10-15% kurang dari 50 tahun. Angka kejadian di negara barat
3/100.000. Pada populasi geriatri, insiden di atas usia 70 tahun
Gejala :
Pada awal diagnosis, kebanyakan pasien LLK tidak
menimbulkan gejala,. Pada pasien dengan gejala, paling sering
ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan
dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan dan
penurunan kemampuan latihan/ olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapi smakin
mencolok sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
Akibat penumpukan sel B neoplastik, pasien yang asimptomatik
pada saat diagnosis pada akhirnya akan mengalami
limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali.
Stadium
d.
2. Ukuran
3. Derajat keganasan
Definisi :
Etiologi :
Para ilmuwan masih belum tahu persis apa yang menyebabkan
sebagian besar kasus multiple myeloma. Namun, mereka telah
membuat kemajuan dalam memahami bagaimana perubahan
tertentu dalam DNA dapat
menyebabkan sel-sel plasma untuk menjadi kanker.
Epidemiologi :
Multiple myeloma adalah kanker relatif jarang. Di Amerika
Serikat, risiko seumur hidup mendapatkan multiple myeloma
adalah 1 dalam 159 (0,63%). The American Cancer Society
terbaru perkiraan untuk multiple myeloma di Amerika Negaranegara untuk 2012:
Tentang 21.700 kasus baru akan didiagnosis (12.190 pada pria
dan 9.510 pada wanita).
Tentang 10.710 kematian diperkirakan akan terjadi (6.020 pada
pria dan 4.690 pada wanita).
Waldenstrom Macroglobulinemia
-
Definisi :
Waldenstrom
Macroglobulinemia
(WM)
adalah,
jarang indolen (tumbuh lambat) non-Hodgkin lymphoma (kanker
yang dimulai di sel-sel dari sistem kekebalan tubuh). WM juga
disebut limfoma lymphoplasmacytic . Ini dimulai di sel darah
putih yang disebut limfosit B atau sel B.
Sel B adalah bagian penting dari sistem kekebalan
tubuh. Mereka terbentuk di kelenjar getah bening, limpa , dan
lainnya limfoid jaringan ,
termasuk sumsum
tulang (jaringan,
lembut seperti sepon dalam tulang). Beberapa sel B
menjadi plasma sel, yang membuat, menyimpan, dan antibodi
rilis. Antibodi membantu melawan tubuh virus , bakteri , dan zat
asing lainnya.
Etiologi :
Penyebab pasti WM tidak diketahui. Namun, para ilmuwan
percaya bahwa genetika mungkin memainkan peran dalam WM,
karena penyakit ini telah terlihat berjalan dalam keluarga
Epidemiologi :
WM adalah kanker langka, sekitar 1.500 kasus baru terjadi
setiap tahun di Amerika Serikat. TheInsiden WM lebih tinggi pada
laki-laki dan lebih tinggi dalam putih daripada di Afrika
Amerika.Insiden meningkat tajam dengan usia. The median usia
saat diagnosis adalah 63 (setengah dari kasus yang didiagnosis
sebelum usia 63, dan setengah yang didiagnosis setelah usia 63)
Gejala :
Gejala yang paling umum adalah kelemahan, kelelahan yang
parah, perdarahan dari hidung atau gusi, penurunan berat
badan, dan memar atau kulit lainnya lesi . Tingkat sangat tinggi
IgM dapat menyebabkan hiperviskositas sindrom , di mana darah
menjadi abnormal tebal. Gejala sindrom ini termasuk masalah
visual (misalnya, kabur atau kehilangan penglihatan) dan
masalah
neurologis
(misalnya,
sakit
kepala,
pusing,
vertigo). Selama pemeriksaan
fisik ,
dokter
juga
dapat
menemukan pembengkakan kelenjar getah bening, limpa, dan /
atau hati
Penatalaksanaan :
Pada saat ini, tidak ada dikenal obat untuk WM. Namun,
beberapa pilihan pengobatan yang tersedia untuk mencegah
atau mengendalikan gejala penyakit.
Pasien yang tidak memiliki gejala WM biasanya dipantau
tanpa diobati, pasien sering hidup selama bertahun-tahun
sebelum membutuhkan pengobatan . Pasien dengan gejala
biasanya diobati dengan kemoterapi . Terapi biologi (perawatan
yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan
kanker) juga digunakan untuk mengobati WM . Hasil yang
menjanjikan telah terlihat dengan terapi biologi dan kemoterapi
dalam
kombinasi. Contoh
kombinasi terapi menggunakan rituximab dan fludarabine
.
Pasien dengan kadar tinggi IgM dan sindrom hiperviskositas
Kemoterapi
dosis tinggi dengan transplantasi sel
induk autologous - pembentuk darah sel induk (sel dari
mana semua sel darah berkembang) yang dipanen (dihapus)
dan disimpan, kemudian diberikan kembali ke pasien setelah
kemoterapi dosis tinggi. Sel-sel dipanen dapat diobati
sebelum transplantasi untuk
menyingkirkan
sel-sel
kanker. Sel-sel yang ditransplantasikan perjalanan ke sumsum
tulang dan mulai memproduksi sel darah baru.
f. PENCEGAHAN LEUKEMIA
Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat
menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal
itu terjadi
g. PENATALAKSANAAN MENDIS
b.1. Kemoterapi
b.1.1. Kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun
tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.
a. Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan
REFERENSI
Mehta, A, Hoffbrand, V. At a Glance Hematologi. Edisi II. Jakarta:
EMS.2008.
Gleadle, Jonathan. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
EMS. 2007.
Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kapita selekta: hematologi. Edisi IV.
Jakarta: EGC. 2005.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI. 2007.
Anonim. Splenomegaly. Diunduh dari www.mayoclinic.com. 2008.
Anonim. Leukimia Limfositik Kronik. Diunduh dari www.medicastore.com.
2008
Anonim.
Chronic
Lymphocytic
www.cancercenter.com. 2009.
Leukemia.
Diunduh
dari
Biopsy.
Diunduh
dari
Liu,
Delong.
Chronic
Lymphocytic
http://emedicine.medscape.com/ 2008.
Leukemia.
Diunduh
dari
Besa,
Emanuel
C.
hairy
cell
http://emedicine.medscape.com/. 2008.
leukemia.
Diunduh
dari