Anda di halaman 1dari 13

Keadaan Geografi Puskesmas Pampang

Puskesmas Pampang termasuk dalam wilayah Kecamatan Panakkukang tepatnya


di Kelurahan Pampang dengan luas wilayah 2,71 km2 .
Wilayah kerja Puskesmas Pampang terdiri atas tiga kelurahan yaitu :

Kelurahan Pampang
Kelurahan Panaikang
Kelurahan Karampuang

Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara
Sebelah selatan
Sebelah barat
Sebelah timur

: Berbatasan dengan Kelurahan Rappokalling


: Berbatasan dengan Kelurahan Sinrijala
: Berbatasan dengan Kelurahan Karuwisi
: Berbatasan dengan Kelurahan Panaikang.

Wilayah kerja Puskesmas Pampang terdiri dari sejumlah RW dan RT sebagai


berikut :
Tabel 1
Luas Wilayah Kerja dan Jumlah RW, RT Puskesmas Pampang 2012
No
Kelurahan
Luas Wilayah
RW
RT
1

Pampang

271 Ha

40

Panaikang

233 Ha

55

Karampuang

145 Ha

40

Jumlah

659 Ha

24

135

Gambar 1 : Distribusi penderita DBD tahun 2013


Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa insidens DBD di Puskesmas
Pampang dari bulan Januari Desember 2013 sebanyak 54 penderita DBD,
dengan laki-laki sebanyak 25 penderita dan perempuan 29 penderita. Insiden
tertinggi terjadi pada bulan April dan tidak ada penderita pada bulan januari,
november dan Desember.

Gambar 2 : Distribusi penderita DBD bulan Januari-Juli 2014


Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa insidens DBD di Puskesmas
Pampang dari bulan Januari Juli 2014 sebanyak 35 penderita DBD, dengan
laki-laki sebanyak 22 penderita dan perempuan 13 penderita. Insiden tertinggi
terjadi pada bulan Januari.

Demam Berdarah Dengue (DBD)


A. Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti dan ditandai
dengan demam mendadak 2 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,
gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintikbintik
pendarahan (petechiae), lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura). Kadang

kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau


rejatan (shock).1,2

B. Etiologi DBD
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4 X 106. 2
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype
dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever,Japanese encehphalitis
dan West Nile Virus.2,3
a. Ciri morfologi
Nyamuk aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi dengan garis
garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua
garis melengkung vertical di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari
spesies ini. Sisik sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok
atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk nyamuk tua.
Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antarpopulasi, bergantung
dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama
perkembangan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari betina dan

memiliki rambut rembut tebal pada antenanya. Kedua cirri ini dapat
diamati dengan mata telanjang. 4
Kalau perhatikan lebih jauh lagi ada perbedaan penting pada bentuk
larva aedes aegypti. Larva nyamuk, kita sering menyebutnya jentik nyamuk,
memiliki bentuk khusus pada siponnya. Sipon adalah alat pernafasan larva
yang letaknya di bagian ekor. Sipon jentik aedes aegypti berukuran sedang
dibandingkan dengan sipon jenis lain. 4,5
b. Perilaku dan siklus hidup
Nyamuk aedes aegypti menyenangi area yang gelap dan benda benda
berwarna hitam atau merah. Oleh karena itu, nyamuk ini banyak ditemukan
di bawah meja, bangku, kamar yang gelap, atau di balik baju baju yang
digantung. Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga sore
hari. Umumnya nyamuk ini menggigit pada siang hari (pukul 09.00 10.00)
dan sore hari (pukul 16.00 17.00). Demam berdarah kerap menyerang
anakanak karena anak anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi
hari hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja
menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini. Kemampuan terbang nyamuk
mencapai radius 100 200 meter. Oleh sebab itu, jika di suatu lingkungan
terdapat pasien DBD, masyarakat yang berada pada radius 100 200 meter
dari lokasi pasien harus waspada karena nyamuk dapat menyebarkan virus
DBD dalam jangkauan tersebut. 4
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk
betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh
asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk

jantan tidak membutuhkan darah dan memperoleh energy dari nectar bunga
ataupun tumbuhan. 4
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan
perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vector, yaitu
kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan
nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, sehingga berulang kali
menusukkan alat penghisap (proboscis-nya), namun tidak berhasdil
mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain.
Akibatnya, resiko penularan virus menjadi semakin besar. 4
Nyamuk aedes aegypti hidup di dataram rendah beriklim tropis sampai
subtropis. Badan nyamuk relative lebih kecil jika dibandingkan dengan
jenis jenis nyamuk lain. Badan dan tungkainya berbintik belang belang
hitam putih. Nyamuk ini sangat menyukai tempat yang teduh dan lembap,
suka bersembunyi di bawah kerindangan pohon, ataupun pada pakaian yang
tergantung dan berwarna gelap. Selain itu, nyamuk jenis ini bersifat urban
atau berada di area perkotaan, bertolak belakang dengan aedes albopictus
yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas.).4
Nyamuk aedes aegypti, seperti halnya kelompoknya (culicines) lain,
meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur
berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur
menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam
perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke
instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapau instar ke-4,
larva berubah menjadi pupa kemudian larva memasuki masa dorman. Pupa

bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa.
Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7
hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak
mendukung.4
Telur aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan
dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi
larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi
kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva
yang

meledak

sehingga

kurang

ketersediaan

makanannya

akan

menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap


darah.4
c. Habitat larva nyamuk
Nyamuk aedes aegypti bertelur bukan pada air kotor atau air yang
langsung bersentuhan dengan tanah, melainkan di dalam air tenang dan
jernih. Air tenang dan jernih ini sering terdapat dalam vas bunga, drum,
ember, ban bekas, kaleng bekas, dan barang barang lainnya yang bisa
menampung air hujan. Itulah sebabnya demam berdarah biasanya mewabah
di saat musim hujan. Untuk mencegah berkembang biaknya larva nyamuk
jenis ini, kaleng kaleng bekas dan barang barang lainnya yang berpotensi
menampung air hujan di dalam tanah sebaiknya ditimbun, kemudian ember
ember atau bak mandi ditutup agar nyamuk tidak dapat masuk dan
berkembang biak di dalamnya. Khusus untuk bak mandi, sebaiknya dikuras
sesering mungkin. 4

C. Patogenesis DBD
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah
dengue dan sindrom renjatan dengue. 2,3
Respon imun yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah :
a)

Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam


proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksitas yang dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau
makrofag. Hipotesisi ini disebut antibody dependent enhancement

b)

(ADE)
Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksis (CD8) berperan dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu
TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-@ dan limfokin,

c)

sedangkan TH-2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10


Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan
opsonisasi antibody. Namun proses fagositosis ini menyebabkan

d)

peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag


Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a.(IPD)
Halstead pada tahun 1973 yang dikutip oleh Aru W. Sudoyo dkk

mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang menyatakan


bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe

yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibody sehingga


mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. 2
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead
dan peneliti lain yang dikutip oleh Aru W.Sudoyo dkk menyatakan bahwa
infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis
kompleks virus-antibody non netralisasi sehingga virus bereplikasi di
makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan
aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan
interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet
activating factor), IL-6 dan histamine yang mengakibatkan terjadinya
disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan
C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibodi yang juga
mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma. 2
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
1). Supresi sumsum tulang, dan 2). Destruksi dan pemendekan masa hidup
trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<hari)
menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan
nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk
megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi
trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan
terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap
keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan
fragmen C3g, terdapatnya antibody VD, konsumsi trombosit selama proses

koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi


melalui

mekanisme

gangguan

pelepasan

ADP, peningkatan

kadar

b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi trombosit.2


Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan

disfungsi

endotel.

Berbagai

penelitian

menunjukkan

terjadinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III


dan IV. Aktivasi koagulopati pada demam berdarah dengue terjadi melalui
aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalir intrinsik juga berperan
melalui aktivasi faktor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein
CI-inhibitor complex).2

D. Manifestasi Klinik dan Perjalanan Penyakit


Manifestasi klinik virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue
atau syndrome syok dengue (SSD).2
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2 7 hari, yang
diikuti oleh fase kritis selama 2 3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah
tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak
mendapat pengobatan tidak adekuat. 2,3,4

E. Diagnosis

10

Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14
hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri
tulang belakang dan perasaan lelah. 2 Diagnosa penderita DBD menurut
WHO (1986) ditegakkan jika ditemukan kriteria sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2 7 hari
b. Kecenderungan pendarahan, yang dibuktikan sedikitnya minimal dengan
test tourniquet, petekie, ekimosis atau purpura, perdarahan dari mukosa,
saluran gastrointestinal, tempat injeksi atau lokasi lain, hematemesis atau
melena.
c. Thrombositopeni (100.000/mm3 atau kurang)
d. Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya sebanyak 20%
atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit selama dalam
perawatan.2
Dengan berdasarkan patokan ini, 87% tersangka penderita DBD dapat
didiagnosa dengan tepat setelah dilakukan uji silang dengan pemeriksaan
serologis di Laboratorium. 6

F. Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue


Menurut WHO (1986), penyakit DBD dibagi atai diklasifikasikan
menurut berat ringannya penyakit. Uraian secara singkat, adalah sebagai
berikut :
1.

DBD derajat I
DBD derajat I memiliki tanda tanda demam disertai gejala gejala
yang lain, seperti mual, muntah, sakit pada ulu hati, pusing, nyeri otot,
dan lain lain tanpa adanya pendarahan spontan dan bila dilakukan uji

11

tourniquet menunjukkan hasil yang positif (+) terdapat bintik bintik


merah. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda
2.

tanda hemokonsentrasi dan trombositopenia.


DBD derajat II
DBD derajat II memiliki tanda tanda dan gejala seperti yang terdapat
pada DBD derajat I yang disertai dengan adanya pendarahan spontan

3.

pada kulit ataupun tempat lain (gusi, mimisan, dan lain sebagainya)
DBD derajat III
DBD derajat III memiliki tanda tanda dan gejala seperti yang terdapat
pada DBD derajat II yang disertai dengan kegagalan sirkulasi (kulit
dingin dan lembab serta gelisah)

4.

DBD derajat IV
DBD derajat III memiliki tanda tanda dan gejala seperti yang terdapat
pada DBD derajat II yang disertai dengan Syok berat disertai dengan

tekanan darah dan nadi tidak terukur.2


G. Penatalaksanaan
Pengobatan yang spesifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap
virus dengue belum ada.Oleh karena itu prinsip dasar pengobatan penderita
DBD adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma
dan pemberian obat antipiretik untuk menurunkan demam.2
Prinsip utama adalah terapi suportif.Dengan terapi suportif yang
adekuat

angka

kematian

dapat

diturunkan

hingga

kurang

dari

1%.Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling


penting dalam penanganan kasus DBD.Asupan cairan pasien harus tetap
dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu
dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.2

12

Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia(PAPDI) bersama


dengan divisi Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hem atologi dan
Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun
protocol penatalaksannan DBD pada pasien dewasa berdasarkan criteria2 :

Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat


sesuai atas indikasi

Praktis dalam pelaksanaannya

Mempertimbangkan cost effectiveness


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Menggerakkan Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang


Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyuluhan Lingkungan
Departemen Kesehatan RI; 1998
2. Suhendro,Nainggola L,Khiechen. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Departement Ilmu Penyakit Dalam FKUI :2007.
3. Ilmu Kesehatan anak Jilid .Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI:
2007.
4. Anggraeni DS. Demam Berdarah Dengue. Bogor.: Cita Insan Medani :
2010.
5. Widyastuti P. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah
Dengue.Jakarta.:EGC :2002
6. Depkes RI. Petunjuk Teknis Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyuluhan Lingkungan; 1992

13

Anda mungkin juga menyukai