Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN
Refraksi pada mata adalah pembiasan sinar oleh media refraksi yang terdiri
dari kornea, aqueous humor, lensa, dan vitreous humor, agar bayangan sinar jatuh
tepat di retina. Kelainan refraksi sendiri merupakan kegagalan proses refraksi
sehingga bayangan jatuh di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak
terletak pada satu titik yang tajam.1
Kelainan refraksi adalah salah satu penyebab gangguan penglihatan yang
banyak terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi yang cukup tinggi dan tidak
terikat geografis, jenis kelamin dan usia. Menurut WHO (2014), kurang lebih
terdapat 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246 juta orang dengan low vision
atau terdapat kurang lebih 285 juta orang dengan gangguan penglihatan diseluruh
dunia. Di berbagai penelitian, anomali refraksi yang tidak dikoreksi menjadi salah
satu utama penyebab kebutaan.2
Mengingat tingginya angka kejadian anomali refraksi serta komplikasi
kebutaan yang dapat dialami, pemeriksaan refraksi sebagai bentuk preventif dan
kuratif sangat dibutuhkan. Namun pada beberapa populasi, seperti pada anak yang
mengalami esotropia yang menetap ataupun berulang atau anak dan dewasa muda
dengan asthenopia dan esophoria serta berbagai indikasi lainnya, pemeriksaan
refraksi biasa dianggap kurang mampu menggambarkan anomali refraksi yang
dimilikinya. Hal inilah yang mendasari pemeriksaan refraksi dengan penggunaan
obat sikloplegik untuk menghindari mata berakomodasi selama pemeriksaan.
Telaah ilmiah ini akan membahas mengenai prosedur pemeriksaan refraksi baik
secara non-sikloplegik maupun sikloplegik serta obat-obat sikloplegik yang dapat
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai