Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

MODEL PEMBELAJARAN BCCT BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF


BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
I.A Emadwiastini1, I Wyn. Wiarta2, M.G.Rini Kristiantari3.
1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP,


Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
e-mail: emadwiastini23@yahoo.co.id1, wayan.wiarta@yahoo.com2,
rini_bali@yahoo.co.id3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signiifikan hasil belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran BCCT
berbantuan media manipulatif dan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran
konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Kontrol Group Desain. Populasi pada
penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Gugus 1 Kuta Utara berjumlah 441 siswa yang
tersebar pada 6 sekolah. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Data yang
dikumpulkan adalah hasil belajar matematika dengan metode tes dan observasi yang
merupakan penggabungan nilai kognitif dan afektif. Nilai kognitif dikumpulkan
menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda biasa sedangkan nilai afektif
dikumpulkan melalui lembar observasi sesuai dengan karakter yang dikembangkan. Data
yang terkumpul dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran BCCT berbantuan media manipulatif dan siswa yang
dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat pada hasil analisis
uji-t diperoleh bahwa thitung 5,194 > ttabel=2,000 dan derajat kebebasan (dk=40+39-2=77)
dengan taraf signifikansi 5%. Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas V yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran BCCT berbantuan media manipulatif lebih
dari siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional (78,80>73,45).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran BCCT berbantuan media
manipulatif berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Kuta
Utara.
Kata kunci : Model BCCT, Hasil Belajar,Media Manipulatif.
Abstract
This study aims to find out whether significant difference of mathematic learning result
between the students who applied with teaching and learning model of BCCT helped with
manipulative media with the one who applied and conventional teaching and learning. This
study was quasy experiment research with noneqivalent control group design. Populations
in this study were fifth graders in SD Gugus 1 Kuta Utara amounted to 441 students spread
in 6 schools. Sample was taken in random sampling technique. Data have been collected
that was learning result of mathematica with test method and observation which it is merger
of cognitive and affective value. Cognitive value was collected by using learning result test
in the form of multichoice and affective value was collected through observational sheet as
according with character developed. Data analyzed collected with t-test. The result showed
that there were significant differences of mathematica learning result between the students
who applied with teaching and learning model of BCCT helped with manipulative media and
the one who applied with conventional teaching and learning. It can be viewed at the
analysis result of t-test obtained tcalculate 5,194 > t-table=2,00 with degree of freedom
(df=40+39-2=77) with significancy level 5%. The mean of mathematic learning result at the
fifth graders who was applied with teaching and learning model of BCCT helped with
manipulative media (78,80>73,45). Thus it can be concluded that teaching and learning
model of BCCT helped by manipulated media have affect toward learning result of
mathematic at the fifth graders of SD Gugus 1 North Kuta.
Keywords: Model BCCT, Learning Result, Manipulative Media.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Seiring
dengan
terjadinya
perkembangan dan perubahan yang terjadi
di masa kini dan masa mendatang dalam
berbagai aspek kehidupan, antara lain
perkembangan di bidang sains, teknologi,
sosial, budaya, dan pendidikan (Muhsetyo,
2007 :1.24). Hal ini menunjukkan bahwa
kehidupan sekarang dan mendatang penuh
dengan tantangan dan persaingan. Untuk
mampu bertahan hidup dalam menghadapi
tantangan dan persaingan, generasi muda
sekarang
perlu
memperoleh
bekal
pengetahuan, pengalaman, kemampuan
dan keterampilan yang sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kemajuan. Dengan
demikian kita memerlukan pendidikan yang
bermutu tinggi, yang memiliki tujuan untuk
membawa generasi muda menjadi manusia
yang cerdas, ahli ,terampil, cinta tanah air
,berdedikasi dan bertanggung jawab
terhadap kemajuan bangsa dan negara.
Sekolah sebagai lembaga formal
merupakan
sarana
dalam
rangka
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Di
sekolah siswa mendapatkan berbagai
pengalaman dan kegiatan yang bernilai
edukatif. Kegiatan yang bernilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dan siswa, interaksi yang bernilai edukatif
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah dirumuskan sebelum kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan (Djamarah,
2006:1). Dalam kegiatan belajar mengajar
yang bernilai edukatif, guru dituntut untuk
mampu menyampaikan bahan pelajaran
agar dapat dikuasai oleh siswa secara
optimal.
Salah satu mata pelajaran yang
harus dikuasai siswa secara optimal adalah
matematika. Matematika sebagai salah
satu ilmu dasar yang berkembang pesat
baik isi, materi, maupun kegunaanya dalam
pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia
dalam
memenuhi
kebutuhan
agar
mempunyai bekal pengetahuan dan untuk
pembentuk sikap serta pola pikir
(Suherman, 2003:61). Matematika juga
mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
manusia. Melalui matematika, siswa akan
dibekali kemampuan berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan
bekerja sama (Suherman, 2003:60). Salah

satu tujuan pembelajaran matematika di


sekolah dasar dalam KTSP (2006:2) adalah
memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika
dalam
kehidupan,
yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah. Hal penting yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran
matematika adalah bagaimana seorang
guru mampu menjadikan siswa aktif
mencari informasi dan pengetahuan yang
diperlukan sehingga pembelajaran berpusat
pada siswa (student centered).
Menurut
Suherman
(2003:61)
Matematika
di
sekolah
mempunyai
peranan sangat penting baik bagi siswa
agar memiliki bekal pengetahuan dan untuk
pembentukan sikap serta pola pikirnya,
warga negara pada umumnya agar dapat
hidup layak, untuk kemajuan negaranya,
dan matematika itu sendiri dalam rangka
melestarikan dan mengembangkannya.
Begitu pentingnya peranan matematika,
seharusnya membuat matematika menjadi
salah
satu
mata
pelajaran
yang
menyenangkan dan disukai oleh siswa,
tetapi
masih
banyak
siswa
yang
menganggap matematika sebagai salah
satu mata pelajaran yang dianggap sulit,
membosankan
dan menakutkan bagi
siswa.
Dari
persepsi
siswa
yang
menganggap matematika sebagai salah
satu mata pelajaran yang menakutkan
membuat siswa menjadi enggan untuk
mempelajari matematika. Hal ini tentunya
menimbulkan kesenjangan yang cukup
besar antara apa yang diharapkan dari
belajar matematika dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan. Di satu sisi matematika
sangat berperan penting dalam kehidupan
sehari-hari dalam meningkatkan daya nalar,
berfikir logis, kreatif, kritis, cermat dalam
memenuhi
kebutuhan
praktis
dan
memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, sedangkan di sisi lain banyak
siswa yang tidak senang, enggan , dan
tidak
menyenangi
mata
pelajaran
matematika.
Berdasarkan hasil observasi dengan
kepala sekolah dan guru kelas V di SD
Gugus 1 Kuta Utara, yang dilakukan pada

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

hari Senin 7 Januari 2013, dalam


pembelajaran matematika masih banyak
terdapat kelemahan dan kendala yang
mempengaruhi
hasil
belajar
siswa.
Beberapa kelemahan dan kendala tersebut
yaitu,
guru
masih
menerapkan
pembelajaran
konvensional
atau
pembelajaran yang masih didominasi oleh
guru, guru belum efektif menggunakan
metode dan model pembelajaran yang
tepat, siswa kurang tertarik dengan cara
penyampaian materi, guru juga jarang
menggunakan media kongkret dalam
penyampaian materi, pembelajaran hanya
berdasarkan buku pegangan dan masih
bersifat penugasan. Selain itu, dalam
pembelajaran kurangnya interaksi antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
maupun siswa dengan sumber belajarnya
sehingga partisipasi siswa sangat kurang.
Pembelajaran
konvensional
masih
diterapkan oleh guru matematika di sekolah
tersebut yang kurang sesuai dengan
karakteristik pembelajaran matematika.
Pembelajaran
konvensional
lebih
mengutamakan hasil dibandingkan dengan
pembelajarannya, Jika hal ini dibiarkan
tanpa adanya pembaharuan metode
pembelajaran maka kemungkinan besar
tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak
tercapai secara maksimal.
Menurut
Suherman
(2003:62)
Dalam pembelajaran matematika di
sekolah
hendaknya
memilih
dan
menggunakan
strategi,
pendekatan,
metode, dan teknik yang banyak melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik maupun sosial. Pembelajaran
matematika siswa dibawa ke arah
mengamati, menebak, berbuat, mencoba,
mampu menjawab pertanyaan mengapa,
dan kalau mungkin berdebat. Belajar aktif
inilah
yang
diharapkan
dapat
menumbuhkan
sasaran
pembelajaran
matematika yang kreatif dan kritis. Agar
dalam penyampaian materi matematika
dapat mudah diterima dan dipahami oleh
siswa, guru harus memahami tentang
karakteristik
matematika di
sekolah.
Pembelajaran
matematika
perlu
disesuaikan dengan perkembangan kognitif
siswa, dimulai dari yang kongkrit menuju
abstrak.
Jadi
dalam
pembelajaran
matematika di SD peranan media/alat

peraga sangat penting untuk pemahaman


suatu konsep atau prinsip.
Sebagai langkah untuk memberikan
pembelajaran yang menyenangkan dan
diharapkan menjadi langkah awal dan
menjadi solusi pemecahan permasalahan
peningkatan hasil belajar khusunya pada
mata
pelajaran
matematika,
maka
diterapkan model pembelajaran Beyond
Center and Circle Time (BCCT) berbantun
media manipulatif.
Model pembelajaran BCCT pertama
kali dicetuskan oleh Pamela C. Phelp, Ph.D
dan dikembangkan oleh Creative Center
For Childhood Reseacrh (CCRT) di Florida,
Amerika Serikat. BCCT ini dikembangkan
oleh Pamela C. Phelp, Ph.D setelah
meneliti
banyak
negara
termasuk
Indonesia, dan melakukan penelitian
selama 30 tahun (Murfrihatin, 2008:11)
Menurut Mutiah (2010:133) model
pembelajaran
sentra
adalah
model
pembelajaran yang dalam pembelajarannya
dilakukan di dalam lingkaran (Circle times)
dan sentra bermain. Lingkaran adalah saat
guru duduk bersama siswa dengan posisi
melingkar untuk memberikan pijakan
kepada anak yang dilakukan sebelum dan
sesudah bermain. Sentra bermain adalah
zona atau area bermain yang berfungsi
sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan
untuk mengembangkan seluruh potensi
dasar siswa dalam berbagai aspek
perkembangan secara seimbang.
Model BCCT ini menempatkan siswa
pada posisi yang proposional, yakni melatih
perkembangan anak dengan metode
bermain (Soidah, 2009:15). Dunia anak
adalah dunia bermain. Intinya bermain
adalah belajar, dan belajar adalah bermain.
Belajar dengan bermain memberikan
kesempatan
pada
siswa
untuk
memanipulasi,
mengulang-ngulang,
menemukan
sendiri,
bereksplorasi,
mempraktekkan,
dan
mendapatkan
bermacam-macam konsep serta pengertian
yang tidak terhitung banyaknya. Disinilah
pembelajaran
terjadi,
siswa
dapat
mengambil keputusan,memilih,menentukan
,mencipta,memasang,membongkar,menge
mbalikan, mengeluarkan pendapat dan
memecahkan masalah,mengerjakan secara
tuntas, bekerja sama dengan teman, dan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
mengalami berbagai macam perasaan
(Soidah, 2009:16).
Menurut Suarta (2011:28) Pada
model pembelajaran BCCT ini terdiri dari 6
tahap kegiatan yang masing-masing tahap
kegiatan
memiliki
tujuan
dalam
menstimulasi tumbuh kembang anak.
Adapun tahapan kegiatan model ini
dijelaskan sebagai berikut: (1) penataan
lingkungan main dilakukan sebelum siswa
datang atau dilakukan sehari sebelumnya.
kegiatan yang disiapkan harus sesuai
dengan rencana dan tujuan yang telah
ditentukan, (2) penyambutan anak, bila
lingkungan main sudah siap, guru dapat
menyambut kedatangan siswa. kegiatan ini
bertujuan agar siswa nyaman dan antusias
untuk mengikuti kegiatan main, (3) main
pembukaan, guru menyiapkan seluruh
siswa dalam satu lingkaran kemudian
menyampaikan
kegiatan
yang
akan
dilakukan dalam kegiatan main,(4) transisi,
kegiatan transisi merupakan persiapan
siswa masuk kegiatan main inti atau
kegiatan di sentra main. Sebelum siswa
mengikuti sentra siswa diajak mencari dan
membaca materi yang berkaitan dengan
kegiatan main, (5) kegiatan main di sentra
main, dalam kegiatan main di sentra main
terdiri dari tiga bagian atau ada tiga pijakan
main yang dilakukan yaitu: pijakan sebelum
main, pijakan selama main dan pijakan
setelah main. Masing masing pijakan
mempunyai tujuan dan bentuk stimulasi
yang dilakukan kepada siswa. Adapun
proses
masing-masing
tahap/pijakan
sebagai berikut: (a) Pijakan Sebelum Main
Kegiatan dalam pijakan sebelum main ini
yaitu:(1)guru dan sisa duduk melingkar,
(2)guru
memberikan
salam,(3)
guru
mempersilahkan siswa untuk duduk dan
melakukan absensi,(4) berdoa sebelum
kegiatan dimulai,(5) bercerita dan membuka
wawasan siswa berkaitan dengan tema dan
mengaitkan
dengan
kehidupan
dan
pengalaman
siswa,(6)
menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan dan cara
menggunakan
media,
(7)
membuat
kesepakatan dan memahami aturan main
dan cara main yang harus ditaati siswa dari
awal main sampai mengakhiri permainan,
(8) bila sudah paham dan sepakat tentang
aturan main, kemudian anak dipersilahkan
memilih kegiatan main. (b) Pijakan selama

main, guru menghampiri dan mendampingi


siswa yang sedang berdiskusi dan main,
mengajukan
beberapa
pertanyaan
berkaitan dengan kegiatan atau yang
dikerjakan
siswa,
dan
memberikan
penguatan yang positif terhadap usaha
yang dilakukan siswa. Guru memberikan
contoh bila ada siswa yang belum paham
atau meminta bantuan dari temannya yang
sudah paham. Pada kegiatan ini guru
membuat catatan tentang pencapaian
perkembangan siswa, mengumpulkan hasil
kerja siswa dan mengajak siswa merapikan
media-media yang digunakan. (c) Pijakan
setelah main, merupakan kegiatan lanjutan
dari kegiatan sebelumnya. Guru mengajak
siswa kembali ke dalam lingkaran untuk
meminta
siswa
secara
bergiliran
membacakan
hasil
diskusi
atau
pengalaman main siswa, (6) Kegiatan
penutup, siswa diajak duduk melingkar dan
mendiskusikan dan menyimpukan kegiatan
yang
sudah
dilaksanakan.
Guru
merencanakan kegiatan pada esok harinya.
Menurut Suarta (2011:28) dalam
model BCCT ini diterapkan 5 sentra
(Center). Sentra yang dimaksud pusat
kegiatan bermain anak adalah dengan
fokus kegiatan bermain yang ditata dan
direncanakan dengan tujuan tertentu. Pada
model ini dipilih empat sentra yang
berdasarkan pada ciri model BCCT dan
Multiple
Intelligence.
Sentra-sentra
tersebut adalah : (1) Sentra kubus, dalam
sentra kubus ini merupakan tempat siswa
dapat belajar dan bermain. Dengan mediamedia manipulatif yang disediakan guru,
siswa dapat menentukan mengetahui
tentang cara menghitung volume dari
bangun ruang kubus, (2) Sentra balok,
dalam sentra balok ini merupakan tempat
siswa dapat belajar dan bermain. Dengan
media-media manipulatif yang disediakan
guru, siswa dapat menentukan mengetahui
tentang cara menghitung volume dari
bangun ruang balok, (3) Sentra gambar dan
mewarnai, Dalam sentra gambar dan
mewarnai ini merupakan tempat bermain
dan belajar menuangkan ide dalam
menggambar dan mewarnai. Siswa dapat
menggambar dan mewarnai bangun ruang
sesuka hati mereka. Tiap-tiap sentra
mempunyai tujuan masing-masing sesuai
dengan pengembangannya. Namun, pada

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

intinya tiap sentra mempunyai satu tujuan


pokok yaitu mengoptimalkan potensi anak
dalam kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Model pembelajaran BCCT adalah
sebuah pembelajaran yang berpusat pada
siswa yang dalam pembelajarannya berada
pada sentra-sentra dengan fasilitas dan
media yang berbeda-beda, sehingga siswa
dapat mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sesuai dengan potensi, minat, dan
kebutuhan.
Selain
penggunaan
model
pembelajaran yang tepat, penggunaan
media pembelajaran juga sangat penting,
karena pembelajaran matematika yang
bersifat abstrak memerlukan media konkret
yang
dapat
dimanipulasikan
untuk
memudahkan siswa dalam memahami
materi pembelajaran dan menamkan
konsep matematika tertentu sesuai dengan
kebutuhan(Muhsetyo,dkk2007).
Penggunaan media manipulatif ini
dapat sangat membantu siswa untuk
memahami konsep matematika dan
pembelajaran di kelas akan menjadi lebih
menarik. Menurut Suharjo (dalam Evitriani,
2011:22)
media
manipulatif
adalah
perangkat pembelajaran yang berupa
benda fisik yang dapat dimanipulasi yang
dapat memodelkan dan memperagakan
konsep serta proses matematika. Bahanbahan manipulatif tersebut, misalnya dari
karton, kertas, kayu, kawat, dan kain. yang
dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang,
dibolak-balik, diatur/ditata, dilipat/dipotong
oleh siswa untuk menanamkan konsep
matematika
tertentu
sesuai
dengan
keperluan (Muhsetyo,dkk 2007). Salah
satu contoh media manipulatif yang dapat
digunakan untuk pembelajaran bangun
ruang dan bangun datar di SD adalah
rubrik, kotak kapur, kaleng susu, dan kertas
karton yang dapat dibentuk sesuai dengan
bangun yang diinginkan. Oleh karena itu,
media manipulatif dapat dijadikan sebagai
alternatif media pembelajaran yang dalam
hal ini melengkapi model pembelajaran
BCCT.
Menurut Sudjana (2006:3) hasil
belajar pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku yang didapat setelah mereka
menempuh pengalaman belajar. Lebih
lanjut diteankan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan yang diperoleh


setelah proses belajar. Hasil belajar pada
hakikatnya
merupakan
kompetensikompetensi
yang
mencakup
aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat
diukur melalui sejumlah hasil belajar yang
indikatornya dapat diukur dan diamati.
Penilaian proses dan hasil belajar saling
berkaitan satu dengan yang lainnya karena
hasil belajar merupakan akibat dari proses
belajar. Hasil belajar digunakan oleh guru
untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah
memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Penerapkan model pembelajaran
BCCT
dengan
berbantuan
media
manipulatif yang dapat memberikan solusi
dan suasana baru yang menarik dalam
pembelajaran sehingga siswa memperoleh
konsep baru. Model pembelajaran BCCT
dengan berbantuan media manipulatif ini
membuat
siswa
termotivasi
pada
pembelajaran, karena bekerja dalam
kelompok dan menggunakan media yang
dapat membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep matematika. Rangkaian
kegiatan
pembelajarannya
mampu
merangsang siswa untuk saling aktif, kreatif
dan terus berfikir dengan menggali
pengalaman sendiri. Pembelajaran yang
menggunakan model BCCT dengan
berbantuan media manipulatif tersebut
dapat membawa konsep pemahaman
inovatif sehingga dapat mengoptimalkan
hasil belajar matematika siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan
model pembelajaran Beyond Center and
Circle Time (BCCT) berbantuan media
manipulatif
terhadap
hasil
belajar
matematika siswa kelas V SD Gugus 1
Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014.
METODE
Jenis
penelitian
ini
adalah
eksperimen semu (quasy exsperiment)
dengan rancangan penelitian Nonequivalent
Kontrol Group Desain. Variabel penelitian
terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

adalah
model
pembelajaran
BCCT
berbantuan media manipulatif
yang
dikenakan pada kelompok eksperimen
sedangkan
model
pembelajaran
konvensional dikenakan pada kelompok
kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar matematika. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas V
SD Gugus I Kuta Utara tahun ajaran
2013/2014 sebanyak 441 siswa. Pemilihan
sampel penelitian ini tidak dilakukan
pengacakan individu, karena tidak bias
mengubah
kelas
yang
terbentuk
sebelumnya. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik
Random Sampling. Sebelum dilakukan
pengundian sampel disetarakan dengan uji
t, sehingga diperoleh sampel yaitu kelas VB
SD No. 3 Dalung dan kelas VB SD No. 1
Dalung. Selanjutnya untuk menentukan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dilakukan dengan teknik undian, sedelum
diundi d
Berdasarkan teknik random
sampling yang telah dilakukan, kelas VB
yang berjumlah 40 orang dari SD No. 3
Dalung sebagai kelompok eksperimen dan
kelas VB yang berjumlah 39 orang dari SD
No. 1 Dalung sebagai kelompok kontrol..
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode tes dan metode
observasi. Untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa menggunakan tes pilihan
ganda atau tes objektif dan lembar
observasi digunakan untuk mengumpulkan
data pada ranah afektif siswa.
Data hasil belajar yang merupakan
penggabungan ranah kognitif dan ranah
afektif. Untuk analisis uji prayarat meliputi
uji normalitas dengan uji Chi Kuadrat, uji
homogenitas varians menggunakan uji F,
serta uji hipotesis menggunakan uji-t
dengan rumus polled varians .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data yang diperoleh
rata-rata nilai akhir hasil belajar dalam
pembelajaran
matematika
dari
penggabungan nilai kognitif dengan afektif,
untuk
kelompok
eksperimen
yang
dibelajarkan
dengan
model
BCCT
berbantuan media manipulatif adalah 78,80
dengan varian sebesar 22,37 dan standar
deviasi 4,73. Sedangkan rata-rata nilai akhir
hasil
belajar
dalam
pembelajaran

matematika dari penggabungan nilai


kognitif dengan afektif untuk kelompok
kontrol melalui pembelajaran konvensional
adalah 73,45 dengan varian sebesar 18,38
dan standar deviasi 4,3.
Nilai hasil belajar matematika siswa
kelas VB SD No. 3 Dalung dengan
menggunakan model pembelajaran BCCT
berbantuan media manipulatif menunjukkan
bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa
adalah 84,20 dari skor tertinggi yang
mungkin dicapai adalah 100, sedangkan
skor terendah yang dicapai siswa adalah
71,00 dari skor yang mungkin dicapai 0,
rentangan sebesar 13, rata-rata sebesar
78,80, simpangan baku sebesar 4,73,
varian sebesar 22,37, modus sebesar
78,20, dan median sebesar 80,00.
Pengelompokkan distribusi frekuensi nilai
hasil belajar matematika siswa kelas VB SD
No. 3 Dalung dengan menggunakan model
pembelajaran BCCT berbantuan media
manipulatif terletak di sekitar rata-rata
sebanyak 20%, di bawah rata-rata
sebanyak 32,5%, dan di atas rata-rata
sebanyak 47,5%.
Sedangkan nilai hasil belajar
matematika siswa kelas VB SD No. 1
Dalung
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional menunjukkan
bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa
adalah 84,00 dari skor tertinggi yang
mungkin dicapai adalah 100, sedangkan
skor terendah yang dicapai siswa adalah
64,00 dari skor yang mungkin dicapai 0,
rentangan sebesar 20, rata-rata sebesar
73,45, simpangan baku sebesar 4,3, varian
sebesar 18,38 modus sebesar 72,20, dan
median sebesar 74,00. Ini menunjukkan
bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi
untuk nilai hasil belajar matematika siswa
kelas VB SD No. 1 Dalung dengan
menggunakan pembelajaran konvensional
terletak di sekitar rata-rata sebanyak
35,9%, di bawah rata-rata sebanyak 41%,
dan di atas rata-rata sebanyak 23,1%.
Hal ini menunjukkan bahwa lebih
banyak siswa dengan kategori nilai hasil
belajar matematika sangat baik yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
BCCT berbantuan media manipulatif
daripada siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran
konvensional.
Sebelum

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu


dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas varian.
Uji normalitas data dilakukan pada
kelompok eksperimen yang dibelajarkan
menggunakan model BCCT berbantuan
media manipulatif dan kelompok kontrol
yang
dibelajarkan
menggunakan
pembelajaran konvensional. Dalam uji
normalitas digunakan analisis Chi-Kuadrat
(X2) dengan taraf signifikan 5% dan derajat
kebebasan (dk) = k-1.
Hasil uji normalitas untuk kelompok
eksprimen dengan nilai 2tabel pada taraf
signifikansi 5% ( = 0,95) dan derajat
kebebasan (db) = 5 diperoleh 2tabel=11,07,
sedangkan dari tabel kerja diperoleh 2hit =
4,19. Karena 2tabel > 2hit (11,07 > 4,19 )
maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data
kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan hasil uji normalitas untuk
kelompok kontrol dengan nilai 2tabel pada
taraf signifikansi 5% ( = 0,95) dan derajat
kebebasan (db) = 5 diperoleh 2tabel
=11,07, sedangkan dari tabel kerja
diperoleh 2hit = 1,58. Karena 2tabel > 2hit
(11,07 > 1,58) maka Ho diterima. Ini berarti
sebaran data kelompok kontrol berdistribusi
normal.
Uji homogenitas varian dilakukan
berdasarkan data hasil belajar matematika
yang meliputi data kelompok eksperimen
yang dibelajarkan dengan model BCCT
berbantuan
media
manipulatif
dan
kelompok
kontrol
yang
dibelajarkan

menggunakan pembelajaran konvensional.


Jumlah kelompok eksperimen adalah 40
orang siswa dan jumlah kelompok kontrol
adalah 39 orang siswa. Uji homogenitas
varian untuk kedua kelompok digunakan uji
F. Kriteria pengujian jika Fhitung Ftabel
maka
sampel
homogen.
Pengujian
dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan
derajat kebebasan untuk pembilang n1 1
(51-1) dan derajat kebebasan untuk
penyebut n2 1 (50-1).
Dilihat nilai Ftabel pada taraf signifikansi
5% dengan db (39,38) adalah 1,76 sedangkan
hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,22.
Ini berarti Fhitung<Ftabel maka data nilai akhir
kelompok eksperimen dan data nilai akhir
kelompok kontrol adalah homogen. Hipotesis
penelitian yang diuji adalah tidak terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan
menggunakan model model pembelajaran
Beyond Center and Circle Time (BCCT)
berbantuan media manipulatif dengan siswa
yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran
konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I
Kuta Utara. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji beda mean
(uji-t).
Dengan kreteria pengujian adalah Ho ditolak jika
dari tabel
t hitung t tabel . t tabel didapat
distribusi t pada taraf signifikan ( ) 5% dengan
derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha
ditolak jika t hitung t tabel dengan siswa yang
dibelajarkan
menggunakan
pembelajaran
konvensional.
Hasil perhitungan uji-t dapat
dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis

Kelompok
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimn

Varian
18,38
22,37

N
39
40

Berdasarkan Tabel 1, nilai ttabel pada


taraf signifikan 5% dengan derajat
kebebsan (dk=40+39-2=99) diperoleh batas
penolakan H0 sebesar 2,000 dan hasil
analisis data diperoleh thitung sebesar 5,194.
Berarti thitung > ttabel (5,194>2,000) maka
hipotesis nol ditolak dan menerima
hipotesis alternatif.

Dk

thitung

ttabel

Simpulan

77

5,194

2,000

Ha= diterima

Berdasarkan
uji-t
diperoleh
thitung>ttabel
berarti
hipotesis
yang
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar matematika
antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran BCCT berbantuan media
manipulatif dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus 1 Kuta Utara.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Hal ini disebabkan karena Model


BCCT atau yang biasa disebut dengan
model senling (sentra dan lingkungan)
merupakan salah satu model pembelajaran
yang
berfokus
pada
siswa
dalam
pembelajarannya. Model pembelajaran ini
bertujuan untuk merangsang seluruh aspek
kecerdasan anak , merangsang anak untuk
aktif, kreatif dan terus berfikir dan menggali
pengalamannya sendiri dengan belajar
sambil bermain.
Dalam model pembelajaran BCCT
ini siswa di rangsang untuk secara aktif
melakukan
kegiatan
belajar
yang
menyenangkan, dengan mengeksplorasi
media dan alam sekitar serta lingkungan.
Model pembelajaran BCCT ini diharapkan
mampu
merangsang
seluruh
aspek
kecerdasan siswa melalui permainan yang
terarah dan dibantu oleh media-media yang
sesuai
dengan
karakteristik
model
pembelajaran ini.
Penggunaan media manipulatif ini
juga dapat membantu siswa untuk
memahami konsep matematika dan
pembelajaran di kelas akan menjadi lebih
menarik. Salah satu contoh media
manipulatif yang dapat digunakan untuk
pembelajaran bangun ruang dan bangun
datar di SD adalah rubrik, kotak kapur,
kaleng susu, dan kertas karton yang dapat
dibentuk sesuai dengan bangun yang
diinginkan. Apabila pada pembelajaran
konvensional guru yang aktif membantu
siswa mengembangkan kemampuannya,
namun
pada
model
BCCT
justru
sebaliknya,
siswa
yang
aktif
mengembangkan
dan
menggali
kemampuannya. Sementara guru berperan
sebagai
fasilitator
yang
lebih
mengutamakan pemberian
bimbingan,
arahan,
mendorong
perkembangan
kreatifitas
serta bersikap interaktif dan
komunikatif dengan siswa.
Berbeda
halnya
dengan
pembelajaran
konvensional
yang
mengakibatkan siswa sangat tergantung
pada guru, hal ini dapat mengakibatkan
hasil belajar siswa kurang optimal.
Sehingga siswa hanya menerima apa yang
disampaikan guru dan pembelajaran
cenderung membosankan.
Hasil penelitian ini juga didukung
oleh penelitian Mustadi (2010) yang

menyebutkan bahwa dengan menerapkan


model BCCT siswa dapat mengoptimalkan
penguasaan
kosa
kata
bahasa
inggris,sehingga
model
pembelajaran
BCCT berpengaruh terhadap penguasaan
kosa kata bahasa inggris siswa kelas
rendah di SDN Cepit Kabupaten Bantu dan
penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni
(2013)
hasil
penelitiannya
yang
menyatakan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran BCCT, prestasi
calistung siswa berada pada kategori
sangat tinggi. Rata-rata skor prestasi
calistung siswa mengalami peningkatan
dari sebelumnya. Adanya peningkatan ini
dikarenakan oleh diterapkannya model
pembelajaran BCCT
sesuai dengan
karakteristik
siswa
sekolah
dasar.
Karakteristik siswa sekolah dasar selalu
berhubungan dengan kegiatan bermain,
sebagian besar waktu yang dimiliki siswa di
sekolah dasar digunakan untuk bermain.
Siswa cenderung lebih mengingat sesuatu
yang ditemukan sendiri ketika suatu
permainan. Dalam pembelajaran dengan
menerapkan model BCCT ini pembelajaran
calistung bukan hanya proses transfer ilmu
dari guru terhadap siswa tetapi juga
kegiatan menyenangkan dan bermakna,
sehingga model BCCT (Beyond Center And
Circle Time) berpengaruh terhadap prestasi
calistung siswa Kelas 1 SD di Desa Sudaji
Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng.

Jika pada peneliti sebelumnya


hanya menerapkan model pembelajaran
BCCT, berbeda halnya dengan penelitian
ini yang menerapkan model pembelajaran
BCCT
dengan
berbantuan
media
manipulatif yang dapat memberikan solusi
dan suasana baru yang menarik dalam
pembelajaran sehingga siswa memperoleh
konsep baru. Model pembelajaran BCCT
dengan berbantuan media manipulatif ini
membuat
siswa
termotivasi
pada
pembelajaran, karena bekerja dalam
kelompok dan menggunakan media yang
dapat membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep matematika. Rangkaian
kegiatan
pembelajarannya
mampu
merangsang siswa untuk saling aktif, kreatif
dan terus berfikir dengan menggali
pengalaman sendiri. Pembelajaran yang
menggunakan model BCCT dengan
berbantuan media manipulatif tersebut

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dapat membawa konsep pemahaman


inovatif sehingga dapat mengoptimalkan
hasil belajar matematika siswa.
Hal ini mendukung hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar matematika
antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran BCCT berbantuan media
manipulatif dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V Sekolah dasar Gugus 1 Kuta Utara
tahun ajaran 2013/2014.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji t, siswa yang mengikuti
model pembelajaran BCCT berbantuan
media manipulatif dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional pada
siswa kelas V Sekolah dasar Gugus 1 Kuta
Utara tahun ajaran 2013/2014 dengan
materi menghitung volume kubus dan balok
dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah, diperoleh thitung sebesar 5,194
lebih dari pada ttabel sebesar 2,000
(thitung=5,194>ttabel=2,000) dan di dapat ratarata hasil belajar matematika siswa kelas V
yang dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran BCCT berbantuan media
manipulatif
lebih
dari
siswa
yang
dibelajarkan menggunakan pembelajaran
konvensional (78,80>73,45),
Hal tersebut menyatakan bahwa model
pembelajaran BCCT berbantuan media
manipulatif berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas V Sekolah
dasar Gugus 1 Kuta Utara tahun ajaran
2013/2014
Adapun
saran
yang
dapat
disampaikan setelah melaksanakan dan
memperoleh hasil dari penelitian yaitu
sebagai berikut: Bagi guru, dengan
diadakan penelitian ini, guru disarankan
untuk lebih mengembangkan inovasi dalam
menerapkan model pembelajaran,salah
satunya dengan menerapkan model
pembelajaran BCCT berbantuan media
manipulatif
dalam
pembelajaran
matematika sehingga hasil pembelajaran
nya menjadi optimal.
Bagi siswa, dengan diterapkannya
model pembelajaran BCCT berbantuan
media manipulatif, siswa menjadi aktif dan
dapat menemukan konsep baru dalam

pembelajaran,
sehingga
pembelajaran
menjadi
bermakna
dan
dapat
mengoptimalkan hasil belajar matematika.
Bagi Sekolah, diharapkan dengan
hasil
penelitian
ini
sekolah
dapat
menciptakan
kondisi
yang
mampu
mendorong para guru untuk mencoba
menerapkan model-model pembelajaran
bernuansa
konstruktivisme
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah.
Bagi peneliti, disarankan pada
penelitian selanjutnya melakukan penelitian
dengan mata pelajaran dan pokok bahasan
yang lebih beragam untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, Saiful Bahri dan Zain, Aswan (2010).
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Evitriyani, Ni Ketut, 2011. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Bermedia
Manipulatif
Untuk
Meningkatkan
Keaktifan
Dan
Prestasi
Belajar
Matematika Pada Siswa kelas V Tahun
Pelajaran 2010/2011 di SD No. 1
Pemaron
Kecamatan
Buleleng.
Singaraja:
Universitas
Pendidikan
Ganesha.
Muhsetyo, Gatot. dkk. 2007. Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta : Universitas
Terbuka
Mutiah Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak
Usia Dini. Jakarta:Prenada Media.
Mustadi, Ali. 2010. Penerapan Metode Beyond
Center and Circle Time (BCCT) Pada
Penguasaan Kosa Kata Bahasa Inggris
Kelas Rendah di SDN Cepit Kabupaten
Bantul. Yogyakarta; UNIY
Koyan, I Wayan. 2004. Statiska terapan (Teknik
Analisis Data Kuantitatif) . Singaraja:
Universitas Terbuka.
Surya Prayoga, Putu Andi. 2012. Pengaruh
Penerapan Model Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Terhadap
Hasil BelajarMatematika Siswa Kelas IV
SD Negeri 18 Pemecutan Kota Denpasar

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tahun
Ajaran
2011/2012.Denpasar:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Soidah, Aminatus.2009. Metode Beyond Center
And Ciircle Time (BCCT) Dalam
Pembelajaran Nilai-Nilai Akhlak Pada
Anak Usia Dini Di Bustanulatifah Restu 1
Malang. Tersedia pada (diakses pada 25
Desember 2012)
Sri Wahyuni, Ayu Pt.2013. Pengaruh Penerapan
BCCT (Beyond Center And Ciircle Time)
Terhadap Prestasi Calistung Siswa Kelas
1 SD di Desa Sudaji Kecamatan Sawan
Kabupaten
Buleleng.
Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Suarta, I Nyoman. 2011. Konsep Dasar
Pendidikan Pada Anak Usia Dini.
Mataram: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.
Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: ALFABETA.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung :
Universitas
Pendidikan
Indonesia
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai