Anda di halaman 1dari 145

PERLINDUNGAN KARYA CIPTA MUSISI INDEPENDEN TERHADAP

UPLOADING DAN DOWNLOADING KARYANYA MELALUI MEDIA


INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN
2002 TENTANG HAK CIPTA
ABSTRAK
Musik pada zaman sekarang ini sudah banyak mengalami kemajuan
yang cukup signifikan, karena industri musik sudah cukup banyak merekrut
musisi yang membawakan jenis musik yang tidak berada di wilayah
mainstream. Para pelaku musik yang membawakan musik yang tidak
mainstream biasanya memilih cara independen untuk tetap berkarya.
Berbagai cara promosi dilakukan oleh musisi independen termasuk juga
memanfaatkan media internet yang sangat berpengaruh dalam akses
informasi secara global, dalam hal ini jaringan myspace adalah suatu wadah
untuk berpromosi.
Permasalahan yang hendak dikaji dalam penulisan hukum ini adalah
apakah uploading yang di lakukan oleh pengguna jasa myspace dapat
dikategorikan sebagai suatu bentuk pelanggaran (Pembajakan) hak cipta
musik menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, apakah myspace
sebagai pihak yang menyediakan fasilitas uploading dan downloading dapat
dimintai pertanggungjawaban terkait dengan pelanggaran hak cipta atas
musik yang diupload dan didownload oleh penggunanya dan tindakan hukum
apa saja yang dapat dilakukan oleh pemilik hak cipta atas musik terhadap
uploader dan myspace.
Penulisan ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yaitu
dengan mengumpulkan fakta-fakta yang terjadi dan menerapkan azas-azas
hukum nasional dan internasional yang mempunyai relevansi dengan
masalah ini sedangkan spesifikasi penelitian penulisan ini dengan metode
deskriptis analitis. Tahapan penelitian penulisan ini dilakukan dengan
penelitian kepustakaan dan teknik pengumpulan data yang dipergunakan
dalam penulisan ini yaitu studi kepustakaan.
Berdasarkan analisis dari penulisan hukum ini bahwa uploading yang
dilakukan pengguna jasa myspace adalah suatu bentuk pelanggaran
(pembajakan) hak cipta karena uploading merupakan kegiatan pengumuman,
dan uploading ini juga tidak mendapat izin dari pemegang hak ciptanya.
Myspace sebagai pihak yang menyediakan fasilitas uploading dan
downloading juga dapat dimintai pertanggungjawaban, karena pihak
myspace menyediakan fasilitas yang memungkinkan terjadinya pelanggaran
terhadap hak eksklusif suatu karya cipta, dan juga musisi independen
sebagai pemegang hak eksklusif karya musik tersebut dapat meminta pihak
myspace untuk menonaktifkan account uploader dan juga meminta pihak
myspace untuk menutup fasilitas downloadingnya.

THE PROTECTION OF INDEPENDENT MUSICIANS


CREATION CONCERNING TO UPLOADING AND
DOWNLOADING OF THEIR CREATION THROUGH THE
INTERNET RELATED TO INDONESIAN COPYRIGHT
REGULATION
(LAW NO.19 YEAR 2002)
ABSTRACT
Music nowadays has experiencing significant progress, since the
music industry begin to recruit musicians even their music style is not
categorized as mainstream style. Musicians whom play non-mainstream style
music usually prefer to use independent way to maintain their career. There
are several promotions conducted by independent musicians, including using
a global information access source which is called internet. In this case
myspace could be an example of site that frequent used as a place to make a
promotion.
Issues that would discuss in this law writing are whether the uploading
conducted by myspace user could categorized as copyright infringement
according to Law No. 19/2002, whether myspace as a party whom
establishes uploading and downloading facility could ask for responsibility
related to the uploading and downloading activity through their site, and what
kind of legal act could take by the owner of copyright related to uploading and
downloading activity of their creation.
This writing use juridical normative method, which is collecting facts
and apply national and international principles that relevant with these issues.
Meanwhile research specification is descriptive analysis method. Research
stage through the document research and data collecting technique used for
this writing is document study.
Based on analysis results shows that uploading conducted by
myspace user could categorize as copyright infringement since the uploading
consider as announcement activity, and also it doesnt have permit from the
owner of copyright. Myspace as a party whom establish uploading and
downloading facility also could ask for their responsibility, since it possibly
everyone to do the exclusive right violation, and in the other side the
independent musician as the exclusive right holder could ask myspace to
non-activating the uploader account and also could ask myspace to close the
downloading facility.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

ii

BAB I.

BAB II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................

B. Identifikasi Masalah ........................................................

10

C. Tujuan Penelitian ............................................................

10

D. Kegunaan Penelitian .......................................................

11

E. Kerangka Pemikiran ........................................................

12

F. Metode Penelitian ...........................................................

23

G. Sistematika Penulisan .....................................................

24

LAGU SEBAGAI BENTUK KARYA CIPTA YANG DILINDUNGI


A. Hak Eksklusif atas Hak Cipta atas Lagu..........................

26

B. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta atas Lagu..........

35

C. Subjek Hukum Hak Cipta atas Lagu................................

36

D. Pendaftaran Hak Cipta atas Lagu...................................

40

E. Hak-Hak yang Berkaitan dengan Hak Cipta atas Lagu...

43

F. Pelanggaran Hak Cipta atas Lagu dan Sumber


Hukumnya........................................................................

45

G. Ketentuan Hukum Hak Cipta Amerika Serikat.................

50

H. Penerapan Yurisdiksi Sebagai Upaya Penegakan Hukum


Untuk menangani Pelanggaran Hukum di Cyberspace..... 57

BAB III. UPLOADING DAN DOWNLOADING KARYA CIPTA MUSIK DI


MYSPACE
A. Musik Independen............................................................

62

B. Uploading dan Downloading Karya Cipta Musisi


Independen di Myspace oleh Uploader...........................

70

C. Pengertian Jaringan Myspace beserta Cara Kerjanya....

75

BAB IV. PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KEGIATAN


UPLOADING DAN DOWNLOADING MUSIK INDEPENDEN

A. Uploading Musik Independen Sebagai Bentuk


Pelanggaran Hak Cipta...................................................

78

B. Tanggung Jawab Myspace dalam Downloading Karya


Cipta Musisi independen..................................................

81

C. Tindakan Hukum yang dapat Diupayakan Musisi


Independen Terhadap Uploader dan myspace................

BAB V.

93

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .....................................................................

97

B. Saran ...............................................................................

99

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 101


LAMPIRAN............................................................................................ 106
CURRICULUM VITAE........................................................................... 140

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

United States Copyright Act (U.S.C) 1976

Lampiran

II

Myspace Terms & Conditions

In music the passions enjoy


themselves.
(Frederich Wilhelm Nietzsche)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia hidup dikaruniai dengan kelebihan yang diberikan oleh Sang
Pencipta. Manusia tidak hanya mempunyai intelejensi saja, tetapi manusia
juga mempunyai kemampuan untuk mengolah seni yang sangat tinggi,
dengan

kelebihan

ini

manusia

dikatakan

makhluk

yang

memiliki

keistimewaan lebih dari makhluk lainnya di dunia. Salah satu bentuk dari
sebuah kreativitas manusia adalah seni. Seni dapat dikembangkan melalui
pendalaman seseorang dalam bentuk latihan terhadap suatu bidang seni,
biasanya orang yang mempunyai ketertarikan dalam bidang seni sudah
memiliki bakat sejak lahir dan juga seni mengalir melalui proses kreativitas
manusia tanpa ada teori-teori yang baku mengenai seni tersebut. Estetika
dari seni yaitu suatu karya seni yang dibuat oleh manusia melalui proses
kreativitasnya tersebut harus dikembangkan sampai batas maksimal dan seni
tidak bisa terusik oleh suatu kepentingan sehingga proses kreativitasnya
terbatas.
Hasil dari suatu karya seni salah satunya adalah karya seni musik atau
karya lagu. Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh yang terdiri dari unsur
lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya, dalam
arti bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan karya cipta.

Pencipta musik atau lagu adalah seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan musik atau lagu
berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau
keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, yang
dalam istilah lain dikenal sebagai komposer.1
Karya musik atau lagu sudah lama menjadi bagian dari suatu industri
yang dapat mendatangkan profit besar bagi pencipta musik itu sendiri dan
juga

industri

yang

menanganinya.

Industri

musik

pada

dasarnya

menitikberatkan pada pencarian profit dan perluasan distribusi, tetapi


seringkali industri musik tersebut mengurangi nilai dari suatu hasil seni yang
dikembangkan oleh penciptanya dengan melihat selera pasar, sehingga
terkadang industri harus menyesuaikan dengan selera pasar, akibatnya
pencipta seni mulai terjajah oleh suatu sistem yang memaksa si pembuat
seni berkompromi untuk membuat hasil karyanya agar dapat diterima semua
kalangan masyarakat atau dapat disebut juga

mainstream, dengan

berkompromi dengan industri memang akan lebih mendatangkan keuntungan


yang lebih besar bagi penciptanya, tetapi secara tidak langsung suatu nilai
dari seni tersebut akan berkurang.
Dunia industri yang mengatasnamakan seni pada zaman sekarang ini
sudah semakin banyak dan semakin berkembang tetapi, diluar industri
tersebut masih banyak musisi yang hanya bermain musik tanpa memikirkan
1

Hulman Panjaitan, Pemahaman Hak Cipta Rendah, Pembajakan Lagu Marak,


www.suarapembaruan.com. Minggu, diakses tanggal 12 September 2006

cara untuk mendapatkan profit besar atas apa yang telah dihasilkannya dan
mengerjakan segala sesuatu mengenai hasil karya seninya dengan sendiri
termasuk di dalamnya proses rekaman dan pendistribusian album. Para
musisi ini biasa disebut dengan musisi independen. Hasil karya dari musisi
independen tersebut dilindungi oleh Undang-Undang karena, hasil dari karya
seni tersebut dapat dimanfaatkan dalam bidang perdagangan dan industri,
terlibat pula di dalamnya hak para pencipta seni itu sendiri. Suatu hasil karya
yang dihasilkan para musisi independen dilindungi oleh hak cipta yang mana
hak cipta adalah suatu bentuk dari hak kekayaan intelektual (HKI).
Bukti keseriusan pemerintah terhadap perlindungan HKI terlihat dalam
peraturan-peraturan

yang

dikeluarkan

oleh

pemerintah

diantaranya

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta


(Selanjutnya disebut dengan UUHC), Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
Tentang Paten, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, Dan
perlindungan hak kekayaan intelektual lainnya seperti Undang-Undang No.
29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-Undang
No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang No. 31 Tahun
2000 Tentang Desain Industri.
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai perlindungan HKI dapat
berarti kurangnya penghargaan masyarakat atas karya seni yang dibuat oleh
pencipta, sehingga terjadilah semakin maraknya pelanggaran hak cipta.
Dalam dunia nyata kesadaran mengenai penghargaan HKI sangatlah rendah,

Mental para penegak hukum di Indonesia juga belum seperti apa yang kita
harapkan. HKI dalam era sekarang ini mengalami tantangan besar karena
belum selesainya penegakan HKI dalam dunia nyata, sudah hadir suatu
wahana baru dalam dunia komputerisasi (dunia maya) yang disebut internet
atau cyberspace.
Berbicara mengenai internet, sudah seharusnya kita mengenal apa
yang dimaksud dengan internet, tetapi sampai sekarang ini belum ada
pengertian yang pasti mengenai internet itu sendiri. Secara umum, internet
adalah sebuah jaringan komputer yang terdiri dari berbagai macam ukuran
jaringan komputer (dari jaringan lokal berskala kecil sampai dengan jaringan
utama), sehingga setiap pemakai atau pengguna dari setiap jaringan dapat
saling mengakses semua layanan yang disediakan jaringan yang lain. 2
Kehadiran Internet sebagai suatu media seakan-akan memberi jalan
untuk semakin berkembangnya pelanggaran karya cipta di dunia ini
khususnya di Indonesia. Media internet menyediakan suatu kesempatan
besar kepada musik dan bisnis hiburan dalam abad millennium ini.
Kemampuan internet untuk melewati dan menghilangkan proses distribusi
dari hiburan dan informasi dengan sendirinya mengubah cara serta model
bisnis yang dijalankan. Pada masa yang akan datang diharapkan fasilitas ini
sebagai jalan yang termudah dan dilakukan banyak orang untuk melakukan
suatu transaksi jual beli yang dilakukan industri dan konsumen. Konsumen
2

Daniel H. Purwadi, Belajar Sendiri Mengenai Internet Jaringan Informasi Dunia, Cet.2.
Jakarta :PT.Elex Media Komputindo, 1995. hlm.1-1

akan mendapatkan kemudahan untuk bertransaksi bahkan, setiap pencipta


seni ataupun musisi independen dapat mengerjakan pendistribusian dan
promosi yang efektif dengan menggunakan media internet tersebut. Berbagai
sistem pendistribusian yang sudah ada dalam suatu industri musik dapat
mudah sekali untuk berubah. Hanya dengan menempatkan musik mereka
secara digital ke dalam komputer dan disambungkan melalui internet, para
musisi, perusahaan rekaman kecil atau musisi independen telah merubah
industri musik secara keseluruhan.3
Selama

beberapa

tahun

belakangan

ini

lagu-lagu

dari

musisi

independen sudah banyak yang ditransfer ke media internet dengan dua


cara, yaitu :
1. Melalui transmisi yang menyerupai penyiaran radio melalui internet, baik
kepada publik yang banyak ataupun langsung menuju individual
berdasarkan permintaan.
2. Melalui pengiriman file komputer seperti halnya file word, yang berisi
rekaman musik yang dapat didengarkan melalui personal computer atau
komputer pribadi dan alat yang lainnya yang dilengkapi dengan
kemampuan yang sama. Ini yang dinamakan dengan file downloadable
music atau nama format file yang sekarang lebih dikenal dengan MP3.
Hal tersebut di atas yang kemudian menyebabkan mereka yang
menciptakan dan yang mendistribusikan karya cipta tersebut bertanya,
3

Robin D.Gross, The Digital Music Revolution (New Music Industry),


http://www.virtualrecordings.com/digital music.htm, diakses tanggal 12 September 2006

apakah hukum yang telah dibuat dan ada saat ini dapat melindungi hak cipta
mereka, seperti musik ataupun rekamannya, serta dapat secara efektif
diterapkan dalam dunia digital.
Permasalahan mengenai pendistribusian serta sarana pertukaran dan
pencarian musik melalu internet inilah yang mendapat perhatian sangat besar
oleh para pelaku di bidang musik. Pada tahun 1999 juga telah dipublikasikan
mengenai pentingnya masalah hak cipta beserta HKI, salah satunya di harian
Kompas yang melaporkan bahwa begitu besarnya angka pembajakan hak
cipta di Indonesia sehingga Amerika Serikat melalui united states trade
representative

dalam

beberapa

tahun

belakangan

ini

menempatkan

Indonesia pada posisi priority watch list. Amerika Serikat akan mengambil
tindakan dalam permasalahan pembajakan hak cipta ini, jika Indonesia tidak
dapat memperbaiki keadaan maka sanksinya adalah penggunaan special
301 pada united states trade act, ketentuan ini memberikan mandat kepada
pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan pembalasan (retaliation) di
bidang ekonomi kepada Indonesia. 4
Dengan status priority watch list tersebut pemerintah Amerika Serikat
tidak melarang dan juga tidak menganjurkan investor Amerika Serikat untuk
berinvestasi di negara yang dikenai status priority watch list dan Amerika
serikat juga tidak memberi jaminan terhadap investasi tersebut. 5
4

Kompas, http://www.kompas.com/kompas%2Deetak/berita%2Dterbaru/1945.htm, 5
Agustus 1999, diakses tanggal 12 September 2006
Henra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Pascasarjana, 2003, Hlm 9.

Setiap orang yang memakai komputer dapat mengubah lagu kedalam


sebuah bentuk file komputer dan dapat dicantumkan dalam suatu jaringan di
internet yang menyediakan fasilitasnya sehingga lagu tersebut dapat
didengar ataupun di download oleh setiap orang yang terhubung dengan
internet. Angka kerugian atas pelanggaran hak cipta musik ini otomatis akan
naik dengan cepat, apalagi musik yang saat ini sedang digemari oleh
masyarakat kebanyakan di Indonesia maupun di dunia yaitu musik alternatif
yang dapat memberikan sesuatu yang baru, biasanya para musisi yang
menghasilkan karya ini yaitu musisi independen. Musik yang menjadi objek
pelanggaran hak cipta sudah sangat sering terjadi di dalam dunia internet
tetapi selain musik, karya visualisasi seperti film-film, buku-buku atau apapun
yang dapat di digitized dapat juga terbajak dengan mudah, dan secara
otomatis pelanggaran hak cipta di internet akan lebih banyak dan meluas.
Salah satu kasus pembajakan musik yang belakangan ini sangat fenomenal
dalam media internet adalah kasus Napster.
Napster ialah sebuah online service yang diciptakan oleh seorang
remaja ketika berusia delapan belas tahun yang memperbolehkan para
pengguna komputer yang terkoneksi dengan internet untuk melihat-lagu yang
terdapat di hard drive pengguna internet yang lain dan membuat copy dari
lagu tersebut. Hal ini sudah jelas melanggar hak cipta dari musisi yang hasil
karyanya di copy orang lain, karena musik yang di copy tidak mendapatkan
izin dari penciptanya, dan penciptanya tidak mendapatkan royalti atas

perbuatan tersebut, tetapi sekarang ketentuan-ketentuan dari napster


tersebut sudah berbeda, para pengguna napster tersebut akan dikenakan
biaya dan biaya tersebut akan dijadikan royalti kepada pencipta lagu
tersebut.
Dalam dunia cyber atau internet banyak terdapat online service, yaitu
suatu wadah untuk memperluas teman di dunia maya yang berupa suatu
jaringan, siapa saja dapat menggunakan jaringan itu tanpa dikenakan biaya,
contohnya friendster, live connector, myspace dan masih banyak lagi. Dalam
jaringan tersebut kita dapat mendaftarkan diri dan mempunyai biodata diri
agar dapat dilihat orang lain di seluruh dunia.
Jaringan myspace sekarang lebih banyak digemari oleh masyarakat
luas dari berbagai kalangan ataupun profesi, karena bukan hanya data
personal (individu) saja yang dapat menjadi anggotanya, melainkan juga grup
musik atau disebut juga grup band. Sebuah grup band dapat memasangkan
biografinya dan dapat pula mencantumkan hasil karya dari band tersebut
untuk dipromosikan dan didengar ataupun di download oleh siapapun yang
ingin mengetahui seperti apa hasil karya musik dari grup band tersebut.
Suatu hal yang menjadi permasalahan adalah apabila suatu grup band yang
telah mendaftarkan diri di jaringan myspace itu adalah sebuah grup band
yang baru berdiri dan belum memiliki hasil karya sendiri, grup band tersebut
mencantumkan (uploading) hasil karya grup band independen lain sehingga
karya musik yang diupload tersebut dikenal banyak orang sebagai lagunya.

Kemungkinan hal tersebut sangatlah besar di era internet ini mengingat


proses pendistribusian yang sangatlah mudah dan efisien untuk dilakukan.
Mengenai permasalahan tersebut akan dikaji lebih jauh berdasarkan
ketentuan perlindungan hasil karya intelektual di Indonesia dalam bidang hak
cipta yang terdapat pada Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta. Hal ini akan dituangkan dalam bentuk penulisan hukum atau skripsi
dengan judul Perlindungan Karya Cipta Musisi Independen terhadap
Uploading

dan

Downloading

karyanya

Melalui

Media

Internet

Dihubungkan dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak


Cipta

B. Identifikasi Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan dalam membahas
permasalahan ini, maka dalam skripsi ini akan dibatasi oleh tiga masalah
berikut :
1. Apakah uploading musik independen yang di lakukan oleh pengguna
jasa myspace yang bukan sebagai pemilik hak ciptanya dapat
dikategorikan sebagai suatu bentuk pelanggaran hak cipta musik
menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2002?
2. Apakah myspace dapat dimintai pertanggungjawaban terkait dengan
pelanggaran hak cipta atas karya musisi independen yang didownload
oleh penggunanya?

3. Tindakan hukum apa saja yang dapat dilakukan oleh pemilik hak cipta
atas musik independen terhadap uploader dan myspace?

C. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dalam menyusun skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah uploading hasil karya seni musisi
independen dalam jaringan myspace oleh pihak yang bukan pemilik
hak ciptanya merupakan suatu pelanggaran hak cipta menurut
ketentuan hak cipta di Indonesia.
2. Untuk

mengetahui

apakah

myspace

dapat

dimintai

pertanggungjawaban atau tidak terhadap pelanggaran hak cipta atas


musik independen yang didownload oleh penggunanya.
3. Untuk mengetahui tindakan hukum apa saja yang dapat dilakukan
oleh pemilik hak cipta atas musik independen terhadap uploader dan
myspace.

D. Kegunaan Penelitian
Terdapat dua aspek kegunaan yaitu kegunaan secara teoritis dan
kegunaaan secara praktis.
1. Kegunaan Teoritis :

Sebagai suatu sumbangan dalam pengembangan ilmu hukum, pada


umumnya dalam bidang hukum perdata dan bidang hukum
internasional, khususnya mengenai Hukum HKI
2. Kegunaan Praktis :
Sebagai suatu masukan agar perlindungan terhadap suatu karya
cipta dalam bidang seni di dalam dunia Internet lebih di perhatikan.

E. Kerangka Pemikiran
HKI dalam kaitannya dengan hak azasi manusia bahwa, intellectual
property dirumuskan juga sebagai hak. Hak itu bersifat pribadi sehingga
timbul gagasan untuk melindunginya. Setiap karya manusia harus dihargai
dan mendapat hak, sehingga intellectual property rights mendapatkan
basisnya pada hak milik dalam arti umum, yakni, hak milik sebagai hak
asasi.6
Dalam penelusuran lebih jauh konsep HKI meliputi :

1. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya,


bersifat tetap dan eksklusif.
2. Hak yang diperoleh pihak lain atas izin pemilik, bersifat sementara.
Konsep mengenai HKI diatur dalam deklarasi universal hak azasi
manusia dan dapat dilihat ke dalam Universal Declaration of Human Rights
yang terkandung dalam Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2).
6
7

Ibid, hlm. 22
Abdulkadir Muhammad, Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya
Bhakti, Bandung, 2001, hlm.1

Pasal 27 ayat (1) The Declaration Of Human Rights berbunyi sebagai


berikut :
Everyone has the right freely to participate in the culture life of the
community, to enjoy the arts and to share in scientific, advancement
and its benefit : Everyone has the right to protection of the moral and
material interest resulting from any scientific, literary of artistic
production of which he is the author
Sedangkan Pasal 27 ayat (2) The Declaration of Human Rights
berbunyi:
Everyone has the right freely to participate in the culture life of the
community, to enjoy the arts and to share in scientific, advancement
and its benefits.8
Dalam kedua Pasal ini ditekankan bahwa setiap individu berhak untuk
turut serta dengan bebas dalam kehidupan kebudayaan masyarakat serta
menikmati kesenian dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sekaligus
mendapatkan manfaatnya. Dengan hak tersebut berarti tercermin suatu
pengakuan oleh manusia di dunia ini atau bersifat universal, bahwa hak
individu yang meliputi kepentingan-kepentingannya yang harus diberikan
perlindungan yang bersifat moral dan materil yang diperoleh dari ilmu seni
dimana individu itu ialah sang penciptanya.
Perlu dipahami bahwa yang dilindungi oleh hukum HKI bukanlah suatu
bentuk konkritnya yang berwujud materil, tetapi hak eksklusif suatu benda
yang selalu ada di pemegang hak dan si pemilik hak tersebut, sehingga
apabila pihak lain ingin memanfaatkan dan menggunakan hak tersebut untuk

Lihat Deklarasi universal hak azasi manusia, pasal 27, 1948

menciptakan benda material bentuk jelmaannya, wajib memperoleh izin dari


pemegang hak atau pemilik hak tersebut.
Berbagai pertanyaan sudah muncul pada zaman dahulu dan seorang
filsuf Inggris yang bernama John Locke mempunyai pemikiran bahwa hak ini
terletak pada hak pribadi. Locke berbicara mengenai hak material,
maksudnya adalah sesuatu yang bersifat kebendaan, sesuatu yang dapat
dikuasai, yang dapat menjadi fasilitas hidup manusia. Kekayaan intelektual
sudah menjadi miliknya sehingga tidak dapat dirampas begitu saja oleh orang
lain.9
Karya intelektual yang dihasilkan oleh musisi memiliki hak yang
disebut hak cipta atau copyrights. Hak cipta juga meliputi hak penampilan
(performing rights) dan juga hak memperbanyak suatu hasil karya
(mechanism rights). Dalam hal ini performing rights tidak hanya terbatas pada
artis yang membawakan atau menampilkan suatu karya saja, tetapi juga
menyangkut seluruh aktivitas manusia yang bersifat menampilkan suatu
karya cipta, termasuk di dalamnya menampilkan suatu karya cipta orang lain
dalam internet, sedangkan mechanism rights yaitu hak penggandaan yang
dimiliki si pemegang hak ciptanya, dalam hal ini pencantuman karya musik di
internet dapat di download oleh setiap orang dan dapat berarti juga suatu
kegiatan penggandaan terhadap suatu karya cipta musik.

Henra Tanu Atmadja, Op.cit., hlm. 22

Hak yang diperoleh pihak lain atas izin pemilik, selain hak untuk
mengumumkan (performing rights), memperbanyak (mechanism rights), hak
untuk menggunakan pada produk tertentu, atau hak untuk menghasilkan
produk tertentu. Hak kekayaan intelektual merupakan benda tidak berwujud
hasil kegiatan intelektual (daya

cipta) terdapat dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan teknologi. Pada daya cipta (ide) tersebut melekat
predikat intelektual yang bersifat abstrak. Konsekuensinya, hak kekayaan
intelektual menjadi terpisah dengan benda material bentuk jelmaannya. 10
Hak cipta pertama kali diatur dalam Konvensi Bern 1886 tentang
Perlindungan Karya Sastra dan Karya Seni (Berne Convention for The
Protection of Literary and Artistic Works, 1886) sebagaimana telah diubah
dan disempurnakan beberapa kali, dan terakhir pada tanggal 24 Juli 1971 di
Paris. Konvensi Bern 1886, pada garis besarnya memuat tiga prinsip dasar,
berupa sekumpulan ketentuan yang mengatur standar minimum perlindungan
hukum (minimum standard of protection) yang diberikan kepada pencipta dan
juga memuat sekumpulan ketentuan yang berlaku khusus bagi negaranegara berkembang.
Suatu karya cipta yang dilindungi adalah suatu karya yang sudah
dapat dilihat dan didengar sehingga dapat dikatakan wujudnya sudah konkrit,
mengenai hal ini diatur dalam Konvensi Bern pada Pasal 2 mengenai Scope
of Copyrights Protection yang berbunyi:

10

Abdulkadir Muhammad, Opcit, hlm.2

Copyrights protection extends to expressions and not to ideas,


procedures, methods of operation or mathematical concepts as such. 11

Terdapat tiga prinsip dasar yang dianut Konvensi Bern yaitu :


(1). Prinsip National Treatment.
Ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian (yaitu
ciptaan seorang warga negara, negara peserta perjanjian, atau suatu
ciptaan yang pertama kali diterbitkan disalah satu negara peserta
perjanjian) harus mendapat perlindungan hukum hak cipta yang sama
seperti yang diperoleh ciptaan seorang pencipta warga negara sendiri.
(2). Prinsip Automatic Protection.
Pemberian perlindungan hukum harus diberikan secara langsung
tanpa harus memenuhi syarat apapun (must not be conditional upon
compliance with any formality).
(3). Prinsip Independence of Protection.
Suatu perlindungan hukum diberikan tanpa harus bergantung kepada
pengaturan perlindungan hukum negara asal pencipta. 12

11

12

WIPO Copyright Treaty and Agreed Statements Concerning the WIPO Copyrights Treaty
www.wipo.int., Diakses tanggal 16 Desember 2006
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi ke-2, Cetakan ke-3, Alumni, Bandung, 2004,
hlm.61.

Konvensi Bern juga menentukan juga bahwa setiap negara peserta


wajib memberikan kepada pencipta, hak untuk menuntut kepemilikan dan hak
untuk melawan segala bentuk pemutarbalikan, atau perubahan lainnya dan
tindakan penghinaaan dalam hubungannya dengan ciptaan yang dapat
merugikan nama baik atau reputasi penciptanya. Mengenai hal pelanggaran
ini sudah seharusnya semakin ditekan agar pelanggaran hak cipta dalam
media internet semakin berkurang. Pertanggungjawaban pelanggaran
terhadap karya cipta ini dapat dikenakan pertanggungjawaban perdata atau
pidana.
Indonesia meratifikasi Bern Convention for the Protection of Artistic
and Literary Works (Konvensi Bern tentang perlindungan karya seni dan
sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga World
Intellectual Property Organizations Copyrights Treaty (perjanjian hak cipta
WIPO) melalui Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 1997. 13
Konsep HKI juga dibahas dalam kovenan mengenai Ekonomi, Sosial
dan Budaya yaitu dalam International Covenant On Economic, Social and
Cultural rights (ICESCR) khususnya pada Pasal 15 ayat (1) yang berbunyi
Negara-negara pihak pada kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk
berpatisipasi dalam kehidupan budaya, untuk menikmati manfaat dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapannya, untuk memperoleh manfaat

13

Lihat Penjelasan Umum Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, alinea
kedua.

kepentingan moral dan material yang timbul dari karya ilmiah, sastra atau
seni yang telah diciptakannya.
Indonesia sebagai negara yang meratifikasi perjanijian WTO berarti
harus tunduk kepada aturan yang dimuat di dalam perjanjian tersebut, untuk
itu

Indonesia

tanpa

tawar-menawar

perundang-undangannya

dengan

harus

kerangka

menyesuaikan
WTO,

peraturan

khususnya

dalam

kaitannya dengan bidang yang diatur dalam WTO tersebut dimana HKI
termasuk didalamnya.14
Dalam kerangka WTO ada bidang tersendiri yang disebut TRIPs
(Agreement on Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights). TRIPs
itu sendiri memuat norma-norma dan standar perlindungan bagi karya
intelektual dan menempatkan perjanjian internasional di bidang HKI sebagai
dasar.

Disamping

itu,

persetujuan

tersebut

mengatur

pula

aturan

pelaksanaan penegakan hukum di bidang HKI secara ketat. 15


Perjanjian TRIPs merupakan isi dari Annex 1 C perjanjian Marrakesh
yang mendirikan World Trade Organization (WTO) tanggal 15 April 1994 yang
mulai diaktifkan pada tanggal 1 Januari 1995. Perjanjian ini bertujuan untuk
memastikan perlindungan yang cukup dan penegakan yang efektif terhadap
hak kepemilikan intelektual, keuntungan bersama baik kaum produsen dan

14

H.OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaaan Intelektual, PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 1995
15
Henra Tanu Atmadja, Op.cit., Hal. 69

pengguna kepemilikan intelektual, serta adanya penyelesaian yang adil dari


permasalahan diantara anggota WTO mengenai hak kepemilikan intelektual
Perjanjian TRIPs memberikan masa waktu transisi empat tahun bagi
negara berkembang dan masa waktu transisi sebelas tahun bagi negara
kurang berkembang untuk menyesuaikan perundang-undangan nasional
mereka dengan perjanjian TRIPs. Prinsip umum dari perjanjian TRIPs tersirat
didalam pasal 1, 6, dan 8. Pasal 1 TRIPs menyatakan negara-negara
mempunyai kebebasan untuk menentukan metode yang sesuai untuk
mengimplementasikan perjanjian TRIPs didalam praktek dan sistem hukum
mereka sendiri.
Pasal

TRIPs

memperkenankan

negara

anggota

untuk

mengantisipasi terjadinya international exhaustion of rights, dan selanjutnya


untuk melakukan impor paralel bila mereka menginginkannya. Impor paralel
adalah tindakan mengimpor suatu produk yang sama dari suatu negara
dimana harganya lebih murah daripada produk yang dijual didalam negara
pengimpor, dengan demikian

membantu untuk mencegah terjadinya

perpecahan pasar dan diskriminasi harga oleh pemegang HKI. International


exhaustion of rights adalah habisnya hak eksklusif pemilik hak paten
dikarenakan mereka bersaing dengan produk mereka sendiri yang mereka
jual lebih murah di negara lain. Prinsip ini bisa menjadi sangat penting
terhadap perlindungan kepentingan konsumen dan untuk memastikan akses
terhadap produk industri pada level harga yang kompetitif.

Sedangkan didalam pasal 8 dari perjanjian TRIPS terdapat dua hal


yaitu :
1. Anggota

diperbolehkan

didalam

memformulasikan

atau

mengamandemenkan hukum dan regulasi mereka untuk mengadopsikan


pendekatan yang diperlukan untuk melindungi nutrisi dan kesehatan
publik, dan untuk mempromosikan kepentingan publik didalam sektorsektor penting yang vital kepada perkembangan sosio-ekonomi dan
teknologi mereka, dengan catatan pendekatan tersebut konsisten dengan
ketentuan dari perjanjian ini.
2. Pendekatan yang tepat dan konsisten dengan ketentuan dari perjanjian
ini, mungkin dibutuhkan untuk mencegah penyalahgunaan dari hak atas
kekayaan intelektual oleh pemegang hak atau hasil pelaksanaan yang
secara tidak beralasan membatasi perdagangan atau merugikan transfer
teknologi internasional.
Dalam isi perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement
Establishing World Trade Organisation/WTO), yang lebih khusus lagi
berkaitan dengan perjanjian HKI dalam TRIPs (Agreement On Trade Related
Aspects Of Intelectual Property Rights) adalah dengan tegas disebutkan
bahwa setiap negara yang telah ikut dalam organisasi perdagangan dunia
(WTO) maka mau tidak mau harus menghormati keberadaan HKI dan salah
satu perjanjian internasional di bidang HKI yang dijadikan dasar oleh TRIPs
adalah Konvensi Bern. Keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO dan

juga

persetujuan

TRIPs

menimbulkan

kewajiban

Indonesia

untuk

menerapkan dalam perundang-undangan nasionalnya di bidang hak cipta


dengan mengacu kepada Konvensi Bern.
Di Indonesia sendiri peraturan mengenai hak cipta diatur dalam
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002. Undang-Undang tersebut merupakan
dasar dari pengaturan yang harus ditaati oleh setiap orang, apabila seorang
yang mencantumkan lagu orang lain tanpa persetujuan pemilik haknya, maka
dapat dikenakan hukuman. Kita dapat melihat pengaturannya dalam Pasal 1
ayat (1) yang berbunyi Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan

izin

untuk

itu

dengan

tidak

mengurangi

pembatasan-

pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak


eksklusif terdiri dari hak moral dan hak ekonomi.
Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun
hak cipta atau hak terkait telah dialihkan dan hak moral juga merupakan hak
untuk mengklaim sebagai pencipta suatu ciptaan dan hak pencipta untuk
mengajukan

keberatan

terhadap

setiap

perbuatan

yang

bermaksud

mengubah, mengurangi, atau menambah keaslian ciptaannya, yang dapat


meragukan kehormatan dan reputasi pencipta, Sedangkan hak ekonomi yaitu
adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan atau produk
terkait. Hak ekonomi disejajarkan dengan hak-hak eksploitasi karena hak

cipta memberikan hak kepada pencipta atau pemegangnya dalam waktu


tertentu untuk mengeksploitasi manfaat ekonomi dari ciptaannya. Dalam hal
ini, yang dimaksud dengan hak eksploitasi antara lain hak Pencipta untuk
mengumumkan, memamerkan, menggunakan dan memperbanyak hasil
Ciptaan untuk tujuan komersial. Hak ekonomi ini pada setiap UndangUndang Hak Cipta selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang
diliputinya, dan ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut.
Dewasa ini Indonesia menghadapi era perdagangan bebas yang akan
memberikan kebebasan setiap negara untuk melakukan perdagangan tanpa
adanya restriksi ataupun pembatasan-pembatasan yang ketat. Seiring
dengan

itu

pula

sangatlah

diperlukan

regulasi

yang

mapan

guna

mengantisipasi efek negatif yang ditimbulkan. Komersialisasi dalam bentuk


pelanggaran karya musik akan semakin marak melalui media internet dan
pengantisipasiannya sejak dini harus dilakukan dengan melakukan suatu
pengamatan lebih lanjut menyangkut dunia cyber atau internet.
Berbagai layanan di dalam internet sudah sangatlah banyak dan salah
satunya adalah suatu layanan sosial dimana setiap orang dapat mengakses
keseluruh dunia. Suatu komunitas yang berkumpul dalam suatu wadah di
dalam dunia internet sering disebut juga dengan social network service.
Setiap social network service mempunyai kelebihan masing-masing,
salah satunya yang mempunyai keunggulan lebih adalah myspace. Myspace
tidak hanya dapat mencantumkan data mengenai data-data personal saja,

tetapi juga dapat mencantumkan (uploading) hasil karya musik suatu band
dan dapat di download oleh setiap orang yang menginginkannya.
Uploading musik dalam myspace dapat menjadi sebuah bentuk
pelanggaran hak cipta terkait dengan hak penampilan (performing rights) dan
hak penggandaan (mechanism rights). Terkait dengan performing rights yaitu,
apabila musik yang diupload oleh uploader adalah hasil karya musisi
independen lain tanpa mencantumkan nama pemegang hak ciptanya, dan
berkaitan dengan mechanism rights yaitu fasilitas downloading yang
disediakan oleh myspace dapat dilakukan oleh user lain setelah karya musik
diupload terlebih dahulu. Dengan uploading dan downloading tersebut
terjadilah suatu pelangggaran terhadap hak eksklusif pada suatu karya cipta,
karena dengan demikian karya cipta musik dapat dilihat, didengar bahkan
dimiliki oleh orang lain, terlebih lagi penggandaan tersebut tidak memiliki izin
dari pemegang hak ciptanya dan juga tidak ada imbalan (royalty) kepada
pemegang hak cipta musik tersebut. Myspace sebagai penyedia jasanya
dapat dikenai pertanggungjawaban mengenai hal ini.

F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dengan
pendekatan yuridis normatif yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta
mengenai uploading dan downloading di myspace dan menerapkan

azas-azas hukum nasional dan hukum internasional yang mempunyai


relevansi dengan masalah yang akan dianalisis dalam skripsi ini.
2. Spesifikasi penelitian
Spesifikasi penelitian dengan metode deskriptis analitis, yaitu bertujuan
untuk

menggambarkan

dan

menganalisis

uploading

lagu

dan

penyediaan layanan download oleh myspace, kemudian ditelaah


berdasarkan ketentuan di dalam UUHC.
3. Tahapan penelitian
Tahapan penelitian dilakukan dengan penelitian kepustakaaan yang
bertujuan untuk mengumpulkan konsep-konsep teori tentang objek
penelitian.
4.

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam skripsi ini yaitu


studi kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data
mengenai objek penelitian.

G. Sistimatika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari V (lima) bab dan tiap bab dibagi ke dalam
beberapa sub bab. Dalam BAB I berisikan pendahuluan, bab ini dibahas
mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian,
kerangka pemikiran, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistimatika
penelitian. Dalam BAB II yaitu, lagu sebagai bentuk karya cipta yang
dilindungi. Bab ini merupakan pembahasan mengenai hak eksklusif atas hak

cipta lagu, jangka waktu perlindungan hak cipta atas lagu, subjek hukum hak
cipta atas lagu, pendaftaran hak cipta atas lagu, hak-hak yang berkaitan
dengan hak cipta atas lagu, pelanggaran hak cipta atas lagu dan sumber
hukumnya, dan ketentuan hukum hak cipta Amerika Serikat. Dalam BAB III
membahas mengenai uploading karya cipta musik independen di myspace.
Bab ini akan membahas mengenai musik independen, uploading dan
downloading karya cipta musik independen di myspace dan pengertian
jaringan myspace beserta cara kerjanya. Dalam BAB IV membahas
mengenai perlindungan hukum hak cipta atas kegiatan uploading dan dan
downloading musik independen. Bab ini akan membahas mengenai
uploading musik independen sebagai bentuk pelanggaran hak cipta,
tanggung jawab myspace dalam downloading karya cipta musisi independen,
dan tindakan hukum yang dapat diupayakan musisi independen terhadap
uploader dan myspace, dan yang terakhir Bab V. Bab ini merupakan bab
terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran yang penyusun dapatkan
sebagai jawaban dari permasalahan yang timbul pada identifikasi masalah.

BAB II
LAGU SEBAGAI BENTUK KARYA CIPTA YANG DILINDUNGI

A. Hak eksklusif atas Hak Cipta atas lagu


Definisi hak cipta di Indonesia sangatlah beragam dan tak ada satupun
definisi hak cipta yang pasti. Pemahaman terhadap hak cipta di Indonesia
berbeda-beda pada setiap orang. Masyarakat awam di Indonesia sering
mengartikan hak cipta sama dengan hak-hak atas kekayaan intelektual
lainnya seperti hak paten maupun hak merek, memang dalam pengertian
yang mudah hak cipta merupakan suatu hak untuk melindungi hasil dari
intelektual kita sebagai manusia, tetapi hak cipta hanya meliputi hasil ciptaan

manusia di satu bidang tertentu saja. Secara umum, ciptaan yang dilindungi
hak cipta adalah ciptaan-ciptaan yang termasuk dalam karya sastra, ilmu
pengetahuan dan seni. Ada dua persyaratan pokok untuk mendapatkan
perlindungan hak cipta, yaitu unsur keaslian dan kreativitas dari suatu karya
cipta.16
Pada dasarnya hak cipta merupakan hak untuk menyalin suatu
ciptaan. Hak cipta memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi
penggandaan tidak sah atas suatu ciptaanya. Hak cipta juga dapat dikatakan
Hak tunggal dari pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas
hasil ciptaannya dalam lapangan kesusasteraan, pengetahuan dan kesenian,
untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasanpembatasan yang ditentukan oleh undang-undang. 17
Apabila perkataan hak cipta didefinisikan satu persatu hak cipta terdiri
dari dua kata, hak dan cipta. Hak berarti juga sesuatu yang berkaitan dengan
kewajiban, dapat dikatakan juga kewenangan yang diberikan kepada pihak,
sedangkan kata cipta adalah sesuatu yang dihasilkan oleh kemampuan
manusia dalam mengolah intelektualnya. Hak cipta merupakan hak milik
pribadi (personal property) yang bersifat khusus.18

16

17
18

Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelaktual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung, 2003 , hlm.122.
H. OK. Saidin, Opcit, Hlm 58
Hanafi, Hak Kekayaan Intelektual dalam Perkembangan: Tindak Pidana Hak Cipta dan
Problematika Penegakan Hukumnya, Jurnal Hukum No.12, Vol 6, Yogyakarta, 1999, hlm.
57.

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia hak cipta adalah hak


seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh Undang-Undang
(seperti hak cipta dalam mengarang, menggubah musik). 19
Pengertian hak cipta yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) UUHC
yaitu Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dari pengertian hak cipta menurut
UUHC ini terlihat bahwa hak cipta diberikan secara khusus atau eksklusif
kepada pencipta. Setiap karya intelektual yang dihasilkan oleh manusia
memiliki perlindungan begitu juga dengan hak cipta lagu.
Hak eksklusif disini diartikan suatu kewenangan lebih yang diberikan
kepada pihak yang berhak saja, bukan kepada pihak lain, karena itu pencipta
mempunyai kewenangan istimewa atau hak monopoli, tetapi kewenangan
istimewa tadi bukanlah tanpa batas. Batasan mengenai kewenangan
istimewa tadi diatur tersendiri dalam UUHC.
Hak cipta diberikan terhadap suatu ciptaan yang berwujud atau berupa
ekspresi yang dapat dilihat, didengar, dan sebagainya. Hukum hak cipta tidak
melindungi ciptaan yang masih berupa ide atau belum dapat di dengar
ataupun dilihat oleh orang lain. Agar suatu ciptaan dapat dilindungi oleh
hukum, suatu dasar ciptaan yang masih berupa ide dalam pemikiran manusia
19

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, cet. I, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm.334.

harus terlebih dahulu diwujudkan dalam bentuk yang konkrit. Sebuah hasil
karya cipta sangatlah susah untuk dikurangi perlindungan hak ciptanya
walaupun ada kesamaan dengan yang terdahulu, karena persyaratan
keaslian hak cipta seperti ini tidak terlalu ketat sebagaimana persyaratan
kebaruan (novelty) pada paten. Hak cipta mengatur salinan (copy), bukan
mengatur karya asli, dan menyangkut uang dalam jumlah kecil, biasanya
berupa kutipan yang dikenakan untuk membuat salinan bagi keperluan orang
lain yang ingin turut menikmati karya cipta yang bersangkutan, bukan
menyangkut uang dalam jumlah besar yang harus dibayar seseorang untuk
memiliki suatu karya cipta yang tidak ada duanya. 20 Setelah kita mengetahui
gambaran umum mengenai hak cipta, maka selanjutnya akan dibahas
mengenai hak cipta musik atau lagu.
Musik adalah suatu cetusan ekspresi isi hati yang dikeluarkan secara
teratur dalam bahasa bunyi (lagu). Apabila cetusan ekspresi dikeluarkan
dengan mulut disebut vokal, sedangkan apabila dikeluarkan melalui alat
musiik disebut instrumental.21
Dalam penjelasan Pasal 12 ayat (1) huruf d, dikatakan bahwa lagu
atau musik diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun terdiri atas
unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya termasuk notasi. 22
Pengertian utuh dimaksudkan bahwa karya cipta tersebut merupakan satu
20

Paul Goldstein, Hak Cipta : Dahulu, Kini dan Esok, yayasan obor Indonesia, 1997. hlm.8
Handju Atan dan Armillah Windawati, Pengetahuan Seni Musik, cat. 1, (Jakarta: Penerbit
Mutiar, 1981), hlm.9
22
Lihat Penjelasan Pasal 12 Undang-undang Hak Cipta No.19 Tahun 2002,
21

kesatuan yang dengan sendirinya hanya terdapat satu hak cipta saja untuk
semua unsur-unsur diatas. Hal yang terpenting dari hak cipta lagu adalah hak
cipta lagu merupakan hak yang hanya dimiliki oleh pihak yang berhak saja
atau dapat dikatakan hak khusus. Hak khusus itu sendiri maksudnya adalah
tidak ada satu pihak lain yang berhak menggunakan hak khusus tersebut
untuk mengedarkan, mendistribusikan atau apapun tanpa seizin pencipta
atau pihak yang memegang hak cipta tersebut. Hak cipta dari sebuah lagu
adalah hak milik pribadi yang bersifat khusus.
Pengertian pengumuman dalam Pasal 1 angka (5) adalah pembacaan,
penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan
dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media internet, atau
melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,
didengar, atau dilihat orang lain. Pengumuman tersebut termasuk juga
mengadakan pertunjukan musik dengan membawakan lagu musisi lain,
uploading musik di media internet, bahkan memutarkan hasil karya musisi
lain di tempat-tempat umum. Pengertian perbanyakan dalam Pasal 1 angka
(6) yaitu penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan
maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan
yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara
permanen atau temporer. Perbanyakan ini termasuk juga menjiplak ataupun
fotokopi suatu karya tulis, penggandaan karya cipta dalam bentuk apapun.

Pengklasifikasian hak cipta secara umum terdapat dua aspek yaitu


hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right). Hak ekonomi
adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk
hak terkait, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta
atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan
apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Hak moral, diatur
dalam Konvensi Bern (Art.6bis Berne Convention), yang secara garis besar
berisi, antara lain:23
1) Pencipta mempunyai hak untuk menuntut hasil ciptaannya,
2) Pencipta dapat mengajukan keberatan atas segala penyimpangan,
pemotongan atau perubahan lain atau tindakan-tindakan yang dapat
menurunkan kualitas dari suatu karya, yang dapat merusak reputasi
dari Pencipta
Hak ekonomi dalam permasalahan ini sebagai contoh adalah hak
untuk

mendapatkan

royalty

atas

penggunaan

(pengumuman

dan

perbanyakan) suatu karya cipta. Untuk melahirkan suatu karya cipta musik
atau lagu diperlukan pengorbanan tenaga, waktu, pikiran dan biaya yang
tidak sedikit jumlahnya, sehingga kepada pencipta atau komposer diberikan
hak eksklusif

23

untuk suatu jangka waktu tertentu mengeksploitasi karya

Suyud Margono, Hukum & Perlindungan Hak Cipta, CV.Novindo Pustaka Mandiri,
Jakarta, 2003,hlm.50

ciptanya, dengan demikian segala biaya dan tenaga untuk melahirkan


ciptaan tersebut dapat diperoleh kembali.24
Suatu pengorbanan yang dilakukan oleh seseorang dalam membuat
suatu karya seni sangatlah besar, apabila dilihat dari segi ekonomi
pengorbanan tersebut adalah suau bentuk investasi yang dikelola secara
komersial untuk mendapatkan kompensasi dalam bentuk pengembalian
modal. semakin bermutunya suatu ciptaan, semakin tinggi pula potensi nilai
komersialnya. Hak ekonomi disejajarkan dengan hak-hak eksploitasi karena
Hak cipta memberikan hak kepada Pencipta atau Pemegangnya dalam waktu
tertentu untuk mengeksploitasi manfaat ekonomi dari ciptaannya. 25
Pengklasifikasian hak ekonomi menurut Komen dan Verdake terdiri
dari komponen-komponen sebagai berikut. 26 :
a. Hak reproduksi (menerbitkan/memperbanyak)
b. Hak eksekusi (memainkan/mempertunjukan)
c. Hak adaptasi (memindahkan/mengalihkan)
d. Hak interpretasi (menerjemahkan/mengalihbahasakan).
Pengertian hak ekonomi semakin diperluas dengan diperkenalkannya
hak sewa (rental rights). Hak sewa adalah hak pencipta untuk memberi izin
atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan

24

Alan B. Morisson, Fundamental of American Law, (New York: University of Law


Foundation, printed in Great Britain, 1998), hlm.509
25
Insan Budi Maulana, 108 Tanya Jawab Paten, Merek, dan Hak Cipta, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996, hlm. 144.
26
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, cet. 1, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1998). hlm.4

tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersil. hak sewa ini diberikan
kepada pencipta film dan program komputer serta produser rekaman suara.
Selain dari hak ekonomi diatas, penghargaan terhadap pencipta
terhadap hasil karyanya juga mempunyai hak moral. Penghargaan moral
tersebut diberikan masyarakat kepada pencipta karena sudah memberikan
sesuatu terhadap masyarakat yang dapat bermanfaat bagi masyarakat
banyak.
Suatu hasil karya walaupun haknya sudah dialihkan ke orang lain
tetapi pemegang hak cipta yang menerima hak tersebut wajib mencantumkan
nama penciptanya. Hak moral terdiri dari hak untuk menyebarluaskan
ciptaan, hak mencantumkan nama pencipta, hak melindungi integritas
ciptaan.
1. Hak menyebarluaskan ciptaan (hak melindungi ciptaan dari disebarluaskan
tanpa izin).
Pencipta memiliki hak unutuk menyediakan ciptaan yang belum
disebarluaskan pada masyarakat luas. ini berarti juga bahwa pencipta
memiliki hak untuk memutuskan apakah ciptaannya, baik orisinal maupun
bentuk-bentuk turunannya akan disebarkan atau tidak. Dalam hal ciptaan
yang telah dialihkan hak ciptanya, pencipta dianggap telah menyetujui
bahwa ciptaan bersangkutan dapat dipamerkan, karena jika tidak akan
merepotkan pemegang hak cipta jika penciptanya tidak menyetujui

pameran bersangkutan. Konvensi Bern tidak mengatur mengenai


penyebaran suatu ciptaan kepada masyarakat luas.
2. Hak mencantumkan nama pencipta (hak meminta mencantumkan nama).
Bila sebuah ciptaan diumumkan pencipta memiliki hak untuk menentukan
apakah nama pencipta harus dicantumkan atau tidak dan apakah nama
sebenarnya atau nama samarannya yang digunakan. Pencipta juga
memiliki hak untuk menentukan hal ini bila sebuah ciptaan turunan
diumumkan, hak ini bukan berarti keharusan menggunakan nama
pencipta.
3. Hak melindungi integritas ciptaan (hak melindungi ciptaan dari diubah
tanpa izin).
Seperti dari nama hak ini, Pencipta memiliki hak untuk melindungi
integritas ciptaannya dan judul ciptaannya dari distorsi, mutilasi, atau
perubahan-perubahan lain tanpa izin pencipta. Dalam hal penerbitan
atau musik, hak ini dapat menimbulkan masalah bila diperlukan
perubahan atau pembetulan ejaan. istilah atau ungkapan. Dengan
berjalannya waktu, berubah pula norma-norma sosial dan bahkan kosa
kata dan ejaan yang kita pakai. Penerbit dan editor mungkin ingin
mengubah suatu karya agar lebih mudah dibaca, tetapi ini tidak dapat
mereka lakukan tanpa terlebih dahulu memberi tahu pencipta atau
meminta izin dari pemegang hak cipta.27
27

Buku Panduan Hak Cipta Asia, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Terbitan Pertama, April
2006

Pengaturan mengenai hak moral terdapat pada pasal 24 UUHC yang


berbunyi :
(1)

Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut pemegang hak cipta


supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya.

(2)

Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun hak ciptanya telah


diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan pencipta atau
dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal pencipta telah meninggal
dunia.

(3)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap


perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan
nama atau nama samaran Pencipta.

(4)

Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai


dengan kepatutan dalam masyarakat.
Konvensi Bern menentukan bahwa setiap negara peserta wajib

memberikan kepada pencipta, hak untuk menuntut kepemilikan dan hak


untuk melawan segala bentuk pemutarbalikan, atau perubahan lainnya atau
tindakan penghinaan dalam hubungannya dengan ciptaan yang dapat
merugikan nama baik atau reputasi penciptanya.

B. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta atas Lagu


Jangka waktu perlindungan hak cipta atas lagu sebenarnya
didasarkan fungsi sosial dari ciptaan tersebut, apabila si pencipta meninggal
dunia maka sesuai dalam Pasal 29 UUHC masih ada jangka waktu
perlindungannya, tetapi bukan berarti perlindungan hak cipta lagu ini tidak
terbatas. Pada suatu ketika suatu ciptaan haruslah dapat dinikmati oleh
masyarakat

banyak

dengan

tidak

ada

suatu

pembatasan.

Dengan

ditetapkannya batasan tertentu dimana hak si pencipta itu berakhir maka


orang lain dapat menikmati hak tersebut secara bebas, artinya ia boleh
mengumumkan atau memperbanyak tanpa harus meminta izin kepada si
pencipta atau si pemegang hak, dan ini tidak dianggap sebagai pelanggaran
hak cipta.28
Jangka waktu perlindungan hak cipta atas lagu diatur dalam Pasal 29
UUHC yang menyatakan :
(1) Hak cipta atas ciptaan: buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain;
drama atau drama musikal, tari, koreografi; segala bentuk seni rupa,
seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung; seni batik; lagu atau musik
dengan atau tanpa teks; arsitektur; ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan
sejenis lain; alat peraga; peta; terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga
rampai, berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50
(lima puluh tahun setelah pencipta meninggal dunia.
(2) Untuk ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2
(dua) orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang
meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh)
tahun sesudahnya.

C. Subjek Hukum Hak Cipta atas Lagu


Pencipta sebagai pemegang hak cipta suatu karya seni musik atau
lagu yang sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan.

Pengertian

terhadap pencipta tersebut juga diatur dalam Pasal 1 angka (2) yaitu,
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang
atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
28

H. OK. Saidin, Opcit, hlm. 109

bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Pencipta mempunyai kekuasaan yang
di berikan oleh hukum untuk menguasai dan mengontrol pengumuman
ataupun perbanyakan ciptaannya.
Pemegang karya seni musik mempunyai hak eksklusif terhadap karya
ciptanya. Perlindungan pencipta ditinjau dalam bidang perdata yaitu, pencipta
sebagai pemegang hak eksklusif berhak mengajukan gugatan ganti rugi
melalui pengadilan niaga dan meminta penyitaan terhadap benda yang
diumumkan atau hasil dari pelanggaran apapun, di samping itu pemegang
hak cipta berhak minta ke pengadilan niaga agar memerintahkan penyerahan
seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari pelanggaran hak atas
musik atau lagu tersebut. Sebelum putusan akhir, dalam putusan sela hakim
pengadilan niaga dapat memutuskan dan memerintahkan agar pelanggar
menghentikan pengumuman dan atau perbanyakan ciptaan atau barang lain
yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta musik atau lagu tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang
haknya dilanggar.
Di Indonesia, salah satu lembaga manajemen kolektif adalah Yayasan
Karya Cipta Indonesia (KCI). Institusi ini adalah fasilitator yang sangat
penting bagi pencipta maupun pengguna karya cipta/pemakai, karena
institusi ini menjembatani hubungan antara pemegang hak cipta dengan
pemakai dan akan memastikan bahwa si pemegang hak cipta atau pencipta
menerima pembayaran atas penggunaan karya mereka. Institusi ini bertindak

atas nama para anggotanya untuk menegosiasikan royalti dan syarat-syarat


penggunaan karya cipta tersebut kepada pemakai, mengeluarkan lisensi
untuk pemakai, mengumpulkan dan mendistribusikan royalti. Pemakai yang
antara lain adalah stasiun televisi, radio, restoran, kafe, hotel, pusat
perbelanjaan, diskotik, theater, karaoke dan tempat-tempat lainnya yang
memutarkan dan memperdengarkan lagu atau musik untuk kepentingan
komersial berkewajiban untuk membayar royalti, karena lagu atau musik
adalah karya intelektual dari seseorang. Pembayaran royalti tersebut di
Indonesia dapat dilakukan melalui KCI. Perlu di ingat bahwa royalti yang di
bayarkan tidak akan masuk kedalam institusi KCI melainkan akan
didistribusikan oleh KCI kepada para pencipta lagu yang karyanya telah
digunakan, untuk mempermudah hal ini pemakai dapat pula memiliki lisensi
dari KCI ini sehingga pemakai dapat menggunakan jutaan karya cipta musik
untuk kepentingannya dimana sebagai konsekwensinya adalah membayar
royalti kepada KCI atas lisensi tersebut.
Perlindungan terhadap lagu ditujukan kepada pemegang hak ciptanya.
Lagu terdiri dari beberapa bagian diantaranya lirik, aransemen dan syair.
Dalam penjelasan Pasal 12 ayat (1) Huruf d UUHC berbunyi Lagu atau
musik dalam undang-undang ini diartikan sebagai karya yang bersifat utuh,
sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan
aransemennya termasuk notasi, yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa
lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta. Hal tersebut

dapat berarti juga, suatu grup musik yang memiliki karya cipta walaupun
liriknya ditulis oleh vokalis grup tersebut dan aransemen ataupun notasi
musiknya ditulis oleh anggota lainnya, tetap saja karya tersebut merupakan
suatu kesatuan dan pemegang hak ciptanya adalah grup musik tersebut,
terkecuali diinginkan lain oleh grup musik itu tersebut. Subjek hukum atas
lagu dapat juga terjadi lebih dari satu bagian dilihat dari siapa yang
menciptakan notasi, lirik ataupun aransemen suatu lagu. Sehubungan
dengan hak-hak pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak
ciptaannya, terdapat sejumlah hak untuk melakukan perwujudannya berupa :
1. Hak untuk mengumumkan yang berarti pencipta atau pemegang hak
cipta berhak mengumumkan (right to publish) untuk yang pertama
kalinya suatu ciptaan di bidang seni atau sastra atau ilmu
pengetahuan;
2. Hak untuk mengumumkan dengan cara memperdengarkan ciptaan
lagu yang direkam, misalnya kepada publik secara komersial di
restoran-restoran, hotel, dan pesawat udara;
3. Hak untuk menyiarkan suatu ciptaan di bidang seni atau sastra atau
ilmu pengetahuan dalam bentuk karya siaran dengan menggunakan
transmisi

dengan

elektromagnetik;

atau

tanpa

kabel

atau

melalui

sistem

4. Hak untuk memberi izin atau melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya

menyewakan

ciptaan

karya

film

dan

program

komputer untuk kepentingan yang bersifat komersial.29

D. Pendaftaran Hak Cipta atas lagu


Hak cipta secara umum sangatlah berbeda dengan hak paten maupun
hak merek yang mewajibkan keduanya di daftarkan. Undang-Undang tidak
mewajibkan untuk mendaftarkan suatu ciptaan ke kantor hak cipta. Suatu
pendaftaran hak cipta hanya dimaksudkan untuk memudahkan suatu
pembuktian apabila terjadi sengketa. Hal yang terpenting lagi dari
pendaftaran hak cipta ini adalah dengan pendaftaran diharapkan dapat
memberikan semacam kepastian hukum serta lebih memudahkan dalam
prosedur pengalihan haknya. 30
Suatu karya cipta lagu dengan didaftarkan atau tidak, sudah
mendapatkan suatu perlindungan hukum, seperti yang dijelaskan dalam
Pasal 5 UUHC :
(1)

Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai pencipta adalah:


a. orang yang namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan pada
Direktorat Jenderal atau
b. orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan
sebagai pencipta pada suatu ciptaan.

29

Tim Lindsey, Eddy Damian, et.al, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar,
PT.Alumni, Bandung, 2003, hlm.115.
30
H. OK. Saidin, Opcit, hlm. hlm 91.

(2)

Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan


bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya, orang
yang berceramah dianggap sebagai pencipta ceramah tersebut.
Ketentuan diatas sudah menjelaskan bahwa suatu karya cipta lagu

tidak perlu didaftarkan. Suatu kepastian hukum sudah lahir semenjak karya
tersebut ada, tetapi pendaftaran hak cipta lagu sangatlah menguntungkan si
pencipta, karena orang atau pihak yang terdaftarkan pada kantor hak cipta
dianggap sebagai pencipta atau pemegang hak, jika ada pihak lain yang
menganggap suatu karya cipta lagu itu bukan milik orang atau pihak yang
namanya

terdaftar,

pihak

itu

harus

dapat

membuktikannya.

Beban

pembuktian berada di pihak yang tidak mendaftarkan. Sistem pendaftaran ini


sering disebut juga sistem deklaratif. Sistem deklaratif titik beratnya diletakan
pada anggapan sebagai pencipta terhadap hak yang didaftarkan itu, sampai
orang lain dapat membuktikan sebaliknya. 31
Pasal 36 UUHC juga mengatakan bahwa pendaftaran ciptaan dalam
daftar umum ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi,
arti, maksud, atau bentuk dari ciptaan yang didaftar.
Dalam Konvensi Bern ada beberapa ketentuan yang berkaitan dengan
hal ini. Konvensi Bern menyatakan bahwa apabila dalam Konvensi tidak
diatur, karya cipta seorang warga negara suatu negara anggota di negara lain
yang bukan negara asal karya itu, bagi suatu karya yang diterbitkan maupun
yang pertama kali diterbitkan di suatu negara akan memperoleh perlindungan
31

Ibid, hlm 89

hukum sebagaimana diberikan oleh Undang-Undangnya. Suatu karya


dianggap telah diterbitkan sama di negara anggota apabila telah diterbitkan
dalam dua negara atau lebih dalam waktu 30 hari dari hari penerbitan
pertama, tetapi jika karya itu tidak diterbitkan maka negara asalnya dianggap
sebagai negara asal pencipta.
Selain Konvensi Bern, Universal Copyright Convention (UCC) juga
menyatakan bahwa yang dianggap sebagai suatu hak cipta adalah karya
bentuk asli dan juga meliputi terjemahannya. Dalam Konvensi ini tidak terlalu
memfokuskan pada pendaftaran karya cipta karena apabila dilihat dari
berbagai ketentuannya Konvensi ini menitikberatkan pada suatu karya cipta
agar dapat di manfaatkan untuk berbagai kepentingan umum (sosial). Dalam
Konvensi ini yang banyak diperhatikan adalah ketentuan untuk negaranegara berkembang. itulah sebabnya dalam Pasal 5 Universal Copyright
Convention (UCC) memberikan batasan-batasan tertentu terhadap hak si
pencipta asli untuk terjemahan ini yang diupayakan untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, dan ilmu pengetahuan. 32
Dapat disimpulkan bahwa suatu karya cipta yang sudah dilahirkan dan
sudah berwujud walaupun tidak didaftarkan karya tersebut sudah memiliki
hak cipta dari semenjak karya tersebut dapat didengar ataupun dilihat oleh
orang lain.

32

ibid, Hlm 220

E. Hak-hak yang Berkaitan dengan Hak Cipta atas Lagu.


Dalam hak cipta terdapat hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta,
yang disebut juga neighbouring rights. Dalam WIPO, neighbouring rights
dikatakan sebagai related aspect atau hak yang terkait dan berdampingan.
Neighbouring rights berisi tiga hak yaitu :
1. Hak penampilan artis atas tampilannya (The rights of performing artists in
their performances)
2. Hak produser rekaman suara terhadap rekaman yang dihasilkan (The
rights producers of phonograms in their phonograms)
3. Hak organisasi atau lembaga penyiaran terhadap program radio dan
televisi (The rights of broadcasting organizations in their radio and
television broadcasts)
Ketiga hak tersebut berisi subjek pemegang hak yaitu seniman
(penyanyi, penari, dan sebagainya), produser rekaman, dan lembaga
penyiaran. Mereka bukanlah pencipta yang hasil karya ciptanya dilindungi
oleh

UUHC,

menyampaikan

tetapi
dan

mereka

hanyalah

mengkomunikasikan

fasilitator
kepada

atau

pihak

masyarakat

yang
umum

sehingga suatu karya cipta dapat dinikmati oleh masyarakat umum.


Penyampaian suatu karya cipta ini dibutuhkan pihak yang profesional dan

pihak yang menyampaikan karya cipta ini memberikan kontribusi yang besar
sehingga

mereka

perlu

mendapatkan

suatu

perlindungan

hukum.

Perlindungan hukum patut diberikan kepada yang bersangkutan, guna


menumbuhkan rangsangan kreativitas dan sekaligus memberikan pengakuan
terhadap jerih payah mereka dalam bentuk imbalan berupa royalty.
Neighbouring rights dalam kaedah hukum internasional pengaturannya
terdapat dalam Rome Convention for the Protection of Performers, Producers
Of Phonograms and Broadcasting Organization (1961), Geneva Convention
for the Protection of Producers of Phonograms againts Unauthorized
Duplication of Their Phonograms, Brussels Convention Relative to the
Distribution of Programme Carrying Signal Transmitted by Satellite
Selain dari pengaturan internasional, neighbouring rights juga diatur
dalam ketentuan hukum nasional, yaitu terdapat dalam Pasal 49 yang
menentukan :
(1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.
(2)

Produser rekaman suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin


atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak
dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi.

(3)

Lembaga penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau


melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat,
memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui

transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik


lain.
Mengenai jangka waktu perlindungan dari

neighbouring rights

disebutkan secara khusus pada Pasal 50 ayat (1) UUHC yang menentukan :
a.

Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut


pertamakali dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau
media audiovisual;

b. Produser rekaman suara, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak


karya tersebut selesai direkam;
c. Lembaga penyiaran, berlaku 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran
tersebut pertama kali disiarkan.

F. Pelanggaran Hak Cipta atas Lagu dan Sumber Hukumnya


Pelanggaran hasil karya yang berupa lagu sudah sangatlah sering
terjadi terutama pelanggaran pada mechanism right dan performing rights.
Dalam konteks hukum, karya seni musik merupakan bagian dari HKI, dan
HKI merupakan suatu hak yang timbul akibat adanya tindakan kreatif
manusia yang menghasilkan karya-karya inovatif yang dapat diterapkan
dalam kehidupan manusia. Hukum memberikan perlindungan terhadap
seniman dan karyanya yang lahir dari sebuah proses penciptaan, daya
intelektual, karsa, dan rasa sang seniman. Di Indonesia pengaturan
perlindungan tersebut di dituangkan dalam Undang-Undang No.19 tahun
2002 tentang Hak Cipta yang diberlakukan tanggal 29 Juli 2003.

Suatu hak cipta tidak akan dianggap dilanggar apabila suatu ciptaan
tersebut sudah memiliki lisensi dari pemegang hak cipta karya tersebut.
Sistem lisensi ini diatur dalam Pasal 45,46, dan 47. Posisi pencipta dalam hal
lisensi ini adalah sebagi pemberi lisensi, pencipta yang memberikan izin
kepada penerima lisensi untuk dalam jangka waktu tertentu dan dengan
syarat tertentu menikmati manfaat ekonomi suatu ciptaan dari si pencipta
tersebut.
Perjanjian lisensi biasanya tidak dibuat secara khusus atau eksklusif,
artinya pemegang hak cipta tetap dapat melaksanakan hak ciptanya atau
memberikan lisensi yang sama kepada pihak ketiga. hal ini yang mendasari
bahwa lisensi dianggap bersifat non eksklusif. Perjanjian lisensi juga dapat
dibuat secara khusus atau eksklusif yaitu dengan cara pemberian lisensi
diberikan secara khusus kepada pihak penerima lisensi dan tidak diberikan
kepada pihak lain. Perjanjian lisensi secara khusus ini mempunyai
kelemahan dan kemungkinan penyalahgunaan, yaitu untuk memonopoli
pasar atau meniadakan persaingan sehat dipasar. Hal tersebut sangatlah
merugikan hak pencipta dan bahkan dapat menggangu pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Kesimpulannya bahwa lisensi non eksklusif tidak
dipegang secara ketat, karena masih ada kesempatan untuk memilih sistem
lisensi eksklusif. Jika sistem lisensi eksklusif yang dipilih para pihak, maka
penerima lisensi adalah satu-satunya yang berhak, dan pemberi lisensi tidak
dapat melaksanakannya lagi sendiri atau melisensikan lebih lanjut kepada

pihak ketiga lainnya selama jangka waktu tertentu sebagaimana telah


disepakati bersama di dalam suatu perjanjian. Pemberian lisensi juga harus
didaftarkan atau dicatat pada kantor hak cipta.
Internet sebagai media yang pada dewasa ini sangatlah dibutuhkan
untuk mengakses informasi. Internet seringkali di salah gunakan khususnya
dalam bidang karya seni musik. Para pengelola media internet khususnya
pihak-pihak yang membuat jasa layanan umum atau disebut internet service
provider (ISP) seringkali tidak melihat lebih jauh terhadap dampak negatif
atas jasa layanannya, contohnya pada uploading suatu karya musik dalam
jaringan myspace. Uploading karya musik tersebut dapat di download oleh
setiap orang yang mengakses myspace. Uploading ini dapat diartikan juga
sebagai pengumuman suatu karya cipta. Pengaturan terhadap hal ini
terdapat dalam Pasal 1 angka (5) UUHC Indonesia yang berbunyi
Pengumuman

adalah

pembacaan,

penyiaran,

pameran,

penjualan,

pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apa


pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa pun
sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain,
sedangkan downloading suatu karya cipta dapat dikategorikan sebagai
penggandaan, peraturannya terdapat pada Pasal 1 angka (6) yang berbunyi
Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara
keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan

bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan


secara permanen atau temporer.
Uploading karya cipta musik yang dilakukan user jaringan myspace
akan menjadi suatu pelanggaran apabila karya musik yang diupload oleh
penggunanya tidak dicantumkan nama atau identitas pemegang hak cipta
karya cipta musik tersebut, bahkan kalaupun dicantumkan beserta identitas
pemegang hak cipta karya musik tersebut tetap saja dapat melanggar karya
cipta, karena karya musik yang sudah di upload oleh user tersebut dapat di
download dengan bebas kepada siapa saja yang mengakses ke dalam
jaringan myspace itu, dan si pemegang hak cipta karya musik tersebut tidak
mendapatkan royalty atas perbuatan tersebut.
Pelanggaran yang dilakukan oleh uploader menyangkut tiga aspek hak
moral, yaitu hak menyebarluaskan ciptaan, dalam hal ini berarti suatu karya
cipta lagu tanpa seizin pemegang hak ciptanya sudah dipublikasikan tanpa
izin terlebih dahulu. Aspek hak moral yang dilanggar selanjutnya yaitu hak
mencantumkan nama pencipta, dalam hal ini

uploader seharusnya

mencantumkan nama pencipta ataupun identitas yang dapat berupa nama


samaran, karena bila suatu ciptaan diumumkan pencipta mempunyai hak
apakah nama pencipta harus dicantumkan atau tidak, sedangkan aspek yang
ketiga adalah hak melindungi integritas ciptaan, dalam hal ini karya cipta
musik dapat menimbulkan masalah bila diperlukan perubahan dan hal ini

tidak dapat dilakukan apabila sebelumnya belum meminta izin kepada


pemegang hak cipta dari lagu tersebut.
Pelanggaran ini memiliki sedikit kesamaan dengan kasus sebelumnya
yaitu napster. Napster adalah suatu jaringan yang menyediakan fasilitas
sharing file musik dari hard disk setiap pengguna yang terhubung dengan
internet dan tidak memiliki database musik karena hanya menyediakan
fasilitasnya saja, sehingga setiap orang yang log on ke napster dapat
melihat-lihat lagu dan mendownload secara gratis. Hal ini sudah diputuskan
oleh pengadilan bahwa napster bersalah, karena memberikan fasilitas untuk
pelanggaran karya cipta. Myspace adalah suatu jaringan dimana jaringan
tersebut memiliki database musik yang dapat diupload oleh uploader, dan
myspace mempunyai fasilitas download gratis untuk setiap orang yang
menginginkan sebuah lagu yang sudah tercantum di myspace tersebut.
Dapat menjadi suatu masalah apabila lagu yang sudah tercantum dalam
myspace tersebut adalah lagu yang hak ciptanya bukan dimiliki oleh user
yang mengupload karya lagu tersebut. Napster dan myspace memberikan
jalan kepada siapa saja yang ingin melakukan pelanggaran. Napster yang
menyediakan fasilitas download antara satu komputer ke komputer lain dan
tidak mempunyai data base saja di anggap bersalah, apalagi myspace yang
mempunyai data base musik.

G. Ketentuan Hukum Hak Cipta Amerika Serikat


Konstitusi Amerika Serikat memberikan kewenangan kepada kongres
untuk membuat suatu ketentuan yang

bertujuan untuk mendukung

pertumbuhan ilmu pengetahuan dan perkembangan akan kebutuhan seni


dengan memperhatikan hak ekskusif dari pera pencipta, jangka waktu dari
hak cipta serta faktor-faktor lainnya. Berdasarkan hal itu maka kongres
memberlakukan copyright act of 1909, yang kemudian direvisi dengan
dikeluarkannya copyright act of 1976.
UUHC Amerika Serikat ini mengatur karya cipta yang dihasilkan oleh
pencipta dalam bentuk ide yang telah diekspresikan dalam bentuk tertentu
(fixed), ketentuan mengenai hak cipta ini tidak melindungi apa yang masih
dalam tahap ide. Perlindungan terhadap pemegang hak cipta yang diatur
dalam Pasal 106 ketentuan UUHC Amerika Serikat (17 United States Code
(U.S.C)) ini, menetapkan para pemegang hak cipta mendapatkan hak
eksklusif berupa :
a. Hak melakukan reproduksi karya cipta dalam bentuk suatu copy atau
rekaman suara (phonorecords).
b. Hak untuk menyediakan karya cipta turunan atau derivative
berdasarkan karya cipta.
c. Hak

untuk

mendistribusikan

copy

atau

rekaman

suara

(phonorecords) dari suatu karya cipta kepada publik umum dengan

cara menjual atau perpindahan kepemilikan, atau dengan cara


penyewaan, leasing atau peminjaman.
d. Dalam bidang sastra, musik, drama, dan koreografi, pantomim, dan
gambar, grafik atau kerajinan tangan, termasuk gambar pribadi dari
suatu film atau karya audiovisual lainnya, hak untuk dipertunjukan
karya cipta tersebut kepada umum.
e. Dalam hal rekaman suara, hak untuk melakukan pertunjukan karya
cipta kepada umum dalam wujud transmisi digital audio.
Hak-hak eksklusif yang dijelaskan Pasal 106 ini dibatasi oleh beberapa
ketentuan. Pertama, yang diatur dalam Pasal 302 (17 U.S.C) mengenai
habisnya jangka waktu hak eksklusif. Dalam hal karya cipta dihasilkan
setelah tanggal 1 Januari 1978, jangka waktu dihitung setelah 50 tahun
kematian penciptanya, atau dalam hal karya cipta yang dihasilkan dalam
lingkup pekerjaan, 75 tahun setelah tanggal publikasi atau 100 tahun dari
tanggal penciptaan karya cipta.
Faktor kedua dari pembatasan hak eksklusif seperti yang diatur dalam
Pasal 107 (17 U.S.C) adalah ketentuan dalam suatu doktrin yang disebut
doctrine fair of use, yang merupakan pengecualian atas perbuatan
pelanggaran terhadap kepemilikan hak cipta jika syarat-syarat dari fair use
tersebut dipenuhi. UUHC Amerika Serikat memberlakukan empat faktor yang

harus diperhatikan dalam menentukan terpenuhinya suatu fair use terhadap


suatru karya cipta, faktor-faktor tersebut adalah :
a.

Faktor dari tujuan dan karakteristik penggunaan suatu karya


cipta (the purpose and character of the use),

apakah

penggunaan karya cipta tersebut bersifat komersial atau tidak


(seperti untuk tujuan pendidikan). Jika tujuannya digunakan
untuk kepentingan pendidikan bukan suatu pelanggaran, tetapi
apabila digunakan untuk tujuan komersial jelas merupakan
pelanggaran.
b.

Faktor kualitas atau karakter dari karya cipta tersebut bekerja


(the nature of the copyright work). Pada faktor ini dapat diberikan
contoh, jika kita membuat copy tulisan seseorang secara sama
untuk dimasukan menjadi bagian skripsi maka penggunaan dari
tulisan seseorang tersebut diperbolehkan asal ditulis keterangan
dalam footnote.

c.

Faktor jumlah dan bagian dari substansi yang dipergunakan


dilihat penggunaan karya cipta tersebut secara keseluruhan (the
amount and substantiality of the portion used in relation to the
copyright work as a whole). Jika kita membuat copy tulisan dari
empat

halaman

lengkap

dari

suatu

situs,

hal

ini

bisa

dikategorikan sebagai pelanggaran, akan tetapi jika hanya

mengambil satu halaman dari sebuah situs maka hal tersebut


diperbolehkan
d.

Faktor akibat yang ditimbulkan dalam penggunaan karya cipta


terhadap pasar potensial dilihat dari nilai karya cipta itu sendiri
(the effect of the use upon the potential market for or value of
the copyright work). Contoh faktor ini jika kita membuat copy
seluruh artikel yang diambil dari sebuah situs CNN, maka dapat
dikategorikan perbuatan tersebut suatu pelanggaran, karena kita
telah memperkecil jangkauan pasar dari situs CNN yang
memungkinkan penerima copy tulisan tersebut tidak perlu
membuka situs CNN. Akan tetapi jika kita membuat copy
headline dan paragraf pertama dari artikel dan mencantumkan
alamat situs CNN, hal ini diperbolehkan.

Prinsip dari doctrine fair of use ini mempertimbangkan beberapa


kepentingan untuk dapat dikualifikasikan sebagai pertimbangan masalah atas
maksud ekonomis dari pelanggaran hak cipta tersebut. Pada konkritnya
penggunaan doctrine fair of use terletak pada kepentingan pribadi pencipta
atas ciptaannya. Misalnya apabila si pelanggar hak cipta dapat menunjukkan
bahwa dirinya tidak mendapatkan keuntungan dari peniruan/penggunaan
ciptaan tersebut melainkan untuk keperluan pendidikan misalnya, maka
pelanggaran ini tidak dapat dikualifikasikan untuk keperluan komersil belaka.

Dalam hal pengaduan terhadap pelanggaran suatu karya cipta antar


negara, sampai saat ini belum dibentuk suatu pengadilan internasional yang
mempunyai yurisdiksi atas kasus pelanggaran hak cipta internasional.
Penyelesaian dari pelanggaran hak cipta secara internasional ini diatur dan
ditetapkan oleh negara yang bersangkutan. Hal ini berarti pemilik hak cipta
harus mendatangi negara dimana pelanggaran hak cipta tersebut terjadi dan
menuntut kepada pengadilan lokal terhadap pelanggaran tersebut. 33
Mengenai peraturan hak cipta musik di Amerika Serikat mendapatkan
perhatian serius oleh pemerintah Amerika Serikat. Maka dari itu kongres
Amerika Serikat mengeluarkan beberapa pengaturan yang merupakan
perlindungan suatu karya cipta musik diantaranya :
a. Pada tahun 1992, kongres mengeluarkan Audio Home Recording
Act (AHRA) (Pasal 1001-1010 dari 17 U.S.C). Ketentuan hukum ini
memperbolehkan kita untuk mmbuat rekaman

audio untuk

keperluan pribadi atau penggunaan yang non-komersial, seperti


yang diatur Pasal 1008 dari 17 U.S.C.
b. Pada tahun 1995, kongres mengeluarkan Digital Performance
Rights in Sound Recording Act (DPRSRA). Ketentuan hukum ini
mengatur perusahaan-perusahaan rekaman untuk mendapatkan
royalti untuk karya cipta yang dipublikasikan lewat transmisi audio
33

Charles J. Meyer, National and international Copyrights liability for Electronic System
Operators, http://www.law.indiana.edu/glsj/vol2/no2/meyer.html, diakses tanggal 12
September 2006

digital, yang hak ciptanya dipegang oleh perusahaan tersebut.


Berdasarkan american society of Composers, Authors, and
Publishers (ASCAP) yang termasuk transimisi digital dalam
ketentuan ini termasuk downloading, uploading dan streaming.
Dengan

berlakunya

DPRSRA

ini

secara

otomatis

sistem

neighbouring rights terhadap pembuatan dan distribusi dari


rekaman suara (phonorecords) dalam Pasal 115 dari 17 U.S.C,
sekarang diberlakukan terhadap transmisi digital dari rekaman
suara. Para operator situs yang menyediakan sarana kepada para
usernya

berupa

file

MP3

baik

secara

streaming

ataupun

downloading, diharuskan mempunyai izin lisensi terlebih dahulu.


c. Pada tahun 1997, kongres mengeluarkan The Non Electric Theft
Act (NET). Ketentuan ini diberlakukan untuk mengantisipasi
pelanggaran

hak

cipta

menggunakan

komputer

dengan

menetapkan ketentuan pidana (Pasal 2319 dari 18 U.S.C)


d. Pada

tahun

1998,

Kongres

mengeluarkan

Digital

Millenium

Copyright Act (DMCA). Ketentuan ini dikeluarkan dalam rangka


mengimpementasikan legislasi dari perjanjian WIPO. Secara umum
ketentuan ini membatasi pertanggungjawaban sebuah Internet
Service Provider (I.S.P) yang hanya melakukan transmisi informasi di
internet jika terjadi pelanggaran hak cipta melalui server ISP
tersebut.

H. Penerapan Yurisdiksi Sebagai Upaya Penegakan Hukum Untuk


Menangani Pelanggaran Hukum di Cyberspace
Pemanfaatan Teknologi Informasi membuat dampak negatif terhadap
hukum, sehingga proses penyelesaian sengketanya harus melihat terlebih
dahulu kepada wewenang suatu negara mana yang berhak untuk
menyelesaikan suatu kasus di internet karena sifat dari internet itu sendiri
yaitu lintas batas negara (transnational). Apabila suatu permasalahan terjadi
di dalam internet maka dengan demikian pihak yang dirugikan harus
menuntut

ke

pengadilan

dalam

suatu

yurisdiksi

negara

terjadinya

pelanggaran tersebut. Dalam setiap yurisdiksi harus menentukan lingkup


cakupan kewenangannya dan juga di dalam batasan-batasan konstitusional
negara federal seperti Amerika Serikat.
Kewenangan pengadilan sangat penting untuk diatur terlebih dahulu
dengan tujuan untuk mengantisipasi adanya penolakan untuk mengadili dari
pengadilan karena alasan tidak memiliki yurisdiksi untuk mengadili dan
menghukum pelaku-pelaku cybercrimes, kalau sampai terjadi penolakan
demikian maka akan terjadi ketidakadilan dan ketidakpastian hukum karena
pelaku tindak pidana akan bebas tanpa melalui proses pengadilan. Akibat
lebih lanjutnya orang tersebut dikhawatirkan akan mengulangi perbuatannya.
Dalam penentuan yurisdiksi terdapat dua hal yaitu mengenai
perbedaan antara yurisdiksi umum dan yurisdiksi khusus. Yurisdiksi umum

tidak mensyaratkan terdapatnya hubungan antara titik taut dalam forum


dengan klaim yang digugat, sedangkan yurisdiksi khusus mensyaratkan.
Hanya sedikit kasus mempersoalkan yurisdiksi umum yang muncul dari dunia
maya semata-mata kebanyakan berkaitan dengan penegasan yurisdiksi
khusus.
Fakta-fakta dalam dunia maya yang menundukkan seseorang pada
yurisdiksi negara bagian yang berbeda dalam suatu negara, dapat juga
menundukkan orang tersebut pada yurisdiksi negara lain. Persamaannya,
badan hukum asing dapat tunduk pada yurisdiksi suatu negara sebagai
konsekwensi aktifitas internet mereka. Jika negara asing menerapkan
yurisdiksi tersebut dan menjalankan gugatan melawan warga negara Amerika
Serikat permasalahannya akan terjadi di Amerika Serikat.
Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku dikenal
beberapa asas yang biasa digunakan. pertama, subjective territoriality, yang
menekankan bahwa keberlakuan hukum ditentukan berdasarkan tempat
perbuatan dilakukan dan penyelesaian tindak pidananya dilakukan di negara
lain. Kedua, objective territoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang
berlaku adalah hukum dimana akibat utama perbuatan itu terjadi dan
memberikan
bersangkutan.
mempunyai

dampak

yang

sangat

Ketiga,

nationality

yurisdiksi

untuk

merugikan

yang

bagi

menentukan

menentukan

hukum

negara
bahwa

yang
negara

berdasarkan

kewarganegaraan pelaku. Keempat, passive nationality yang menekankan

yurisdiksi berdasarkan kewarganegaraan korban. Kelima, protective principle


yang menyatakan berlakunya hukum didasarkan atas keinginan negara untuk
melindungi kepentingan negara dari kejahatan yang dilakukan di luar
wilayahnya, yang umumnya digunakan apabila korban adalah negara atau
pemerintah, dan keenam, asas universality.
Asas universality
dengan

selayaknya memperoleh perhatian khusus terkait

penanganan hukum kasus-kasus cyber. Asas ini disebut juga

sebagai universal interest jurisdiction. Dalam ruang cyber pelaku pelanggaran


seringkali menjadi sulit dijerat karena hukum dan pengadilan Indonesia tidak
memiliki yurisdiksi terhadap pelaku dan perbuatan hukum yang terjadi,
mengingat pelanggaran hukum bersifat transnasional tetapi akibatnya justru
memiliki implikasi hukum di Indonesia. Dalam hukum internasional, dikenal
tiga jenis yurisdiksi, yakni yurisdiksi untuk menetapkan undang-undang (the
jurisdiction to prescribe), yurisdiksi untuk penegakan hukum (the jurisdiction
to enforce), dan yurisdiksi untuk menuntut (the jurisdiction to adjudicate)
Prinsip-prinsip yurisdiksi dalam pengertian konvensional sudah diakui
secara umum oleh hukum internasional dan didasari dengan ketentuan
geografis, sementara internet merupakan dunia tanpa batas, sehingga untuk
menentukan kewenangan suatu negara harus dilihat ke dalam beberapa
teori. Beberapa teori yang berlaku di Amerika Serikat yaitu :
1. The theory of the uploader and downloader

Berdasarkan teori ini uploader adalah pihak yang memasukan


informasi kedalam suatu lokasi ke dalam internet dan downloader adalah
pihak yang mengakses informasi. Suatu negara dapat melarang, dalam
wilayahnya, kegiatan uploading dan downloading yang diperkirakan dapat
bertentangan dengan kepentingan negaranya. Misalnya, suatu negara dapat
melarang setiap orang untuk uploading kegiatan perjudian dalam wilayah
negaranya dan melarang setiap orang dalam wilayahnya untuk downloading
kegiatan perjudian tersebut. 34 Negara di Amerika Serikat telah menggunakan
teori ini baik yurisdiksi untuk uploaders maupun downloaders di luar wilayah
negara-negara bagian tersebut.
2. The theory of the law of the server
Berdasarkan teori ini yaiitu menyebutkan bahwa memperlakukan
server dimana webpages secara fisik berlokasi, yaitu dimana mereka dicatat
sebagai data elektronik. Namun teori ini akan sulit digunakan apabila
uploader berada dalam yurisdiksi asing.
3. The theory of international space
Dalam teori ini ditekankan bahwa dunia maya sebaiknya dianggap
kedalam the fourth space. Dasar analogi ini tidak terletak kepada kesamaan
fisik, melainkan pada sifat internasional yakni sovereignless quality. Dalam
hukum internasional dikenal dimensi ruang keempat, yaitu ruang angkasa.

34

Mieke Komar Kantaatmadja, et.al, Cyberlaw : suatu pengantar. Pusat studi cyberlaw
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, Hlm.102

Ruang angkasa merupakan ruang yang bebas yang tidak tunduk pada
kedaulatan negara manapun.

BAB III.

UPLOADING DAN DOWNLOADING KARYA MUSIK


INDEPENDEN DI MYSPACE
A. Musik Independen
Definisi

tentang

musik

bermacam-macam,

beberapa

orang

menganggap musik tidak berwujud sama sekali. Musik adalah bunyi yang
diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya
dan selera seseorang. Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan
mendamaikan

hati

yang

gundah,

mempunyai

terapi

rekreatif

dan

menumbuhkan jiwa patriotisme.35


Karya cipta musik sejak zaman dahulu sangatlah digemari setiap
kalangan masyarakat, baik berupa musik klasik instrumental, seriosa, jazz,
blues dan pop. Musik blues di mainkan oleh pekerja-pekerja kulit hitam di
Amerika dan dicampur dengan unsur musik jazz, pada saat itu musik seperti
ini belum menjadi tren yang sangat di gemari masyarakat kebanyakan karena
musisi-musisi ini hanya memainkan musik yang digemari oleh kalangannya
saja khususnya kalangan kulit hitam, barulah setelah beberapa tahun seiring
semakin banyaknya pekerja kulit hitam, musik blues ini mulai mewabah di
Amerika Serikat dan pencari bakat musik mulai mencari talenta-talenta yang
mulai terlihat dan menjadikan musik sebagai komoditas bisnisnya.

35

Wikipedia Indonesia ensklopedia bebas berbahasa Indonesia. www.wikipedia.com, kata


kunci : musik, diakses tanggal 16 Desember 2006.

Seiring berkembangnya zaman dan budaya musik, jenis-jenis musik


semakin beragam dan musisi-musisi pada zamannya semakin giat mencari
dan mengembangkan musik agar tidak terpaut degan satu jenis musik saja.
Pada sekitar tahun 1960, musik sudah banyak berkembang dan sebagian
musik yang dimainkan oleh musisi-musisi di Amerika Serikat maupun di
Inggris adalah perpaduan antara jenis musik rock n roll, pop, dan folk.
Pebisnis musik pada zaman itu tidak berani mengambil risiko dengan
merekrut musisi yang membawakan jenis-jenis musik baru dan belum
mempunyai potensi komersil yang besar, sehingga banyak musisi yang
berusaha agar hasil karya cipta musiknya dapat diketahui oleh masyarakat
banyak dengan cara memproduksi sendiri proses distribusinya, proses
rekaman, bahkan membuat live performance dengan sendiri, prinsip
kemandirian ini disebut juga prinsip do it yourself, dan para pelaku musik ini
disebut juga musisi indie. Kata indie adalah kependekan untuk kata
independen dan dalam hal ini dimaksudkan untuk sebuah kreasi artistik diluar
jalur komersil mainstream (arus utama) tanpa dukungan dari perusahaan
rekaman besar atau perusahaan studio film besar (major), atau sumber
lainnya yang memiliki dana anggaran besar.36
Grup musik

The Beatles

dari

kota

Liverpool, Inggris cukup

merepresentasikan musik rock n roll anak muda pada zamannya. Grup


36

ibid, kata kunci : indie, diakses tanggal 16 Desember 2006.

musik ini digemari oleh masyarakat banyak dan menandatangani kontrak


dengan salah satu perusahaan rekaman besar, dengan begitu semakin besar
ketenaran The Beatles dan ketenaran tersebut tidak hanya terjadi di Inggris
saja, melainkan keseluruh negara termasuk Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya musik di Inggris, Amerika Serikat juga
seakan-akan tidak ingin tertinggal, musisi-musisi di Amerika Serikat
tertantang dan banyak menghasilkan musisi-musisi handal dan berkualitas,
sehingga bermunculanlah grup band macam Iggy pop and the stooges dan
The Velvet Underground. The Velvet Underground yang dimotori oleh Lou
Reed sering disebut juga pelopor musik yang membawakan musik yang tidak
lazim pada zamannya. Walaupun The Velvet Underground tidak banyak yang
mengenal, tetapi mereka mempunyai penggemar yang fanatik dan setia.
Sound musik yang dihasilkan oleh The Velvet Underground ini semakin
berkembang sehingga banyak band yang setelah era 1960an mengklaim The
Velvet Underground sebagai inspirasi terbesarnya. Pada awal tahun 1970 di
Amerika Serikat, jenis musik yang nilai komersilnya rendah karena masih
banyak melakukan eksperimen dalam musiknya (cutting edge) semakin
mewabah, sehingga timbulah berbagai jenis musik, salah satunya jenis musik
punk.
Punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya
hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu

gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas


antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara
terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah
dan mereorganisasi atau mendisorganisasi secara drastis kemapanan gaya
hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal,
bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya
pemikiran (ideas). 37
Musik punk adalah hasil perkembangan musik rock n roll yang
dikemas dengan sound yang lebih modern dan biasanya memuat lirik-lirik
yang memberontak. Jenis musik punk ini dipelopori oleh The Ramones di
Amerika Serikat, sedangkan di Inggris dipelopori oleh Crass, The Sex Pistols,
Buzzcocks dan The Clash. Jenis musik punk dikenal juga sebagai musik
pemberontakan anak muda.
Punk semakin mewabah dengan prinsip do it your self, yaitu prinsip
dimana

suatu

band

harus

mengerjakan

segala

sesuatunya

untuk

mempopulerkan musiknya termasuk didalamnya live performance dan juga


proses rekaman. Musisi ini terus berkarya dan semakin banyak grup band
yang memainkan jenis musik ini. Musisi punk biasanya dijauhi oleh kalangan
orang tua dan masyarakat karena biasanya lirik yang disuarakan oleh musisi
ini memuat kata-kata yang kotor ataupun tidak lazim, banyak juga yang

37

ibid, kata kunci : punk ,16 diakses tanggal 16 Desember 2006.

menulis lirik sarat dengan muatan politis atau pemberontakan. Pada tahun
1980 di Amerika Serikat musik punk mengalami perkembangan yang
signifikan dan memunculkan jenis-jenis yang sangat berbeda dari musik punk
kebanyakan, jenis musik ini adalah jenis musik hardcore dan metal,
kebanyakan dari pelaku musik punk di Amerika ini sarat dengan muatan
politis ataupun ajakan gaya hidup positif (straight edge). Straight edge
diketahui sebagai pergerakan anak muda di Amerika Serikat yang
mempunyai prinsip gaya hidup positif dan mempunyai ajakan tidak boleh
melakukan hubungan seksual diluar nikah, tidak minum alkohol dan
memakan makanan yang sehat atau menjadi seorang vegetarian. Pada
awalnya gaya hidup straight edge ini hanyalah penggalan lirik disalah satu
band independen yang cukup ternama di Washington D.C dan bukanlah
suatu pergerakan yang melibatkan banyak pihak, tetapi semakin lama
semakin banyak anak muda di Washington D.C mempromosikan gaya hidup
ini secara besar-besaran, sehingga seringkali media musik menyebut gaya
hidup straight edge ini sebagai suatu pergerakan anak muda. Pada saat itu
anak muda di Washington D.C memang sedang dalam masa krisis, karena
penggunaan obat-obatan terlarang sedang mewabah. Straight edge sebagai
gaya hidup alternatif mendapatkan respon yang cukup baik oleh anak muda
yang tidak terjerumus ke dalam penggunaan obat-obatan terlarang dan gaya
hidup negatif lainnya. Gaya hidup straight edge ini dipelopori band Minor
Threat di Washington D.C, Amerika Serikat.

Seiring dengan semakin berkembangnya musik, tidak hanya musisi


punk saja yang bermain musik di wilayah musik independen, tetapi juga
musik pop dan disko yang mewabah pada tahun 1980an. Sampai saat ini
musisi independen disetiap negara semakin berkembang dan juga pelaku
bisnis musik besar dan perusahaannya (major label) sudah mulai melihat
potensi komersial musisi independen, sehingga sudah banyak musisi yang
pada awalnya berada di wilayah independen direkrut ke perusahaan rekaman
besar dan proses rekaman, distribusi dan live performancenya diatur oleh si
perusahaan rekaman besar (major label) yang merekrutnya itu.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam bidang
ekonomi, sosial maupun budaya, para pemusiknya sudah sejak awal tahun
1990 mengadopsi prinsip-prinsip musik independen diluar negeri, sehingga
pada awal tahun 1990, grup musik PAS band disebut-sebut sebagai pelopor
jenis musik ini, dengan melakukan proses rekaman, distribusi dan live
performance tanpa melibatkan pihak perusahaan rekaman besar. PAS band
juga disebut sebagai pelopor prinsip do it youself (D.I.Y) di Indonesia.
kemunculan PAS band di Bandung juga memicu berkembangnya musik
independen di Indonesia, sehingga banyak band di Indonesia yang
memainkan berbagai jenis musik dalam wilayah musik independen, seperti
Pure Saturday dari Bandung yang membawakan jenis musik pop dan
Puppen yang juga datang dari Bandung berjenis musik hardcore. Jakarta

juga seakan-akan tidak mau tertinggal sehingga bermunculan band seperti


Rumah Sakit, Pestol Aer, Dll.
Musisi independen di Indonesia semakin menemukan potensi
komersialnya sehingga perusahaan rekaman besar mulai melirik band
independen. Direkrutnya grup musik independen seperti grup band Rocket
Rockers dari Bandung dan Superman Is Dead dari Bali yang direkrut Sony
Music Indonesia ataupun The Upstairs dari Jakarta yang direkrut Warner
Music Indonesia semakin mengukuhkan eksistensi musik independen di
kancah permusikan Indonesia. Hal tersebut menunjukan bahwa musik
independen semakin digemari banyak pihak. Tudingan yang juga seringkali
dilayangkan kepada musisi independen sebagai musisi yang bermain musik
secara asal-asalan dan tidak profesional, semakin hari semakin berkurang
dan pelaku bisnis musik atau major label juga harus berhati-hati dengan
semakin menjamurnya independent label (indie label) di Indonesia untuk
menaungi grup musik independen yang berpotensi besar dan mempunyai
kualitas yang tidak kalah dengan band yang sudah terlebih dahulu yang
berada di wilayah mainstream atau major label.
Indie label yang bermunculan di Indonesia sudah memiliki konsep
yang sangatlah bagus dan tidak kalah dengan major label, contohnya yaitu
FFWD records dari Bandung yang mengurusi grup musik Mocca sebagai
salah satu artisnya. Mocca sudah seringkali mengisi panggung-panggung

besar di setiap kota di Indonesia bahkan sudah seringkali tampil di luar negeri
walaupun masih sebatas Asia, hal itu berarti konsep manajemen FFWD
records sebagai indie label sudah sangatlah bagus dan tidak kalah dengan
major label seperti Sony Music, Warner Music ataupun EMI.
Semakin hari musik independen semakin berkembang dan semakin
menemukan tempat di masyarakat. Prinsip do it yourself yang dimiliki para
pelaku musik independen ini bukan hanya diterapkan dalam bidang musik
saja, melainkan dalam berbagai bidang seperti perfilman atau yang biasa
dikenal dengan film independen. Kesulitan pendistribusian dan promosi yang
dilakukan oleh para pelaku musik independen ini membuat mereka mencari
solusi agar hasil karya ciptanya dapat diketahui masyarakat, dan pada saat
ini internet menawarkan solusi yang akurat.
Para musisi independen ini memanfaatkan media internet untuk
mencantumkan dan mempromosikan hasil karyanya kepada khalayak umum
dan dengan begitu musisi independen sudah semakin dikenal, tetapi
teknologi yang baru dan banyak membawa kemajuan selalu memiliki efek
negatif yang cukup besar dan salah satunya pelanggaran hak cipta musik
independen maupun musik mainstream di media internet. Musisi independen
selalu menghasilkan jenis karya musik yang baru, dan biasanya melakukan
terobosan-terobosan baru di bidang musik dan biasanya hasil karyanya lain
daripada yang lain, tetapi musisi independen ini sebagian besar tidak

mendaftarkan karya ciptanya kepada pihak yang berwenang, sehingga


apabila terjadi suatu kasus, musisi independen ini sulit untuk menempuh jalur
hukumnya, walapun suatu karya cipta sudah mempunyai perlindungan
hukum semenjak karya tersebut lahir.
B. Uploading dan Dowloading Karya Cipta Musisi Independen di Myspace
oleh Uploader
Internet adalah suatu terobosan dalam bidang teknologi yang
memudahkan para penggunanya untuk mengakses segala informasi, oleh
karena itu internet dapat dikatakan juga sebagai teknologi informasi.
Disamping memberikan manfaat, tingginya penggunaan teknologi informasi
justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap eksistensi karya cipta
dan invensi yang ditemukan oleh para penemu hak kekayaan intelektual. 38
Internet sangatlah berperan bagi peradaban kehidupan manusia di
dunia. Definisi mengenai internet itu sendiri sangatlah beragam, tetapi secara
teknis internet adalah singkatan dari international networking. Internet
merupakan dua komputer atau lebih yang saling berhubungan membentuk
jaringan komputer hingga meliputi jutaaan komputer di dunia (internasional)
yang saling berinteraksi dan bertukar informasi. Sedangkan dari ilmu
pengetahuan, internet merupakan suatu perpustakaan besar yang di

38

Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam system hukum Indonesia, PT. Refika
Aditama, Bandung, 2004, Hlm.6

dalamnya terdapat jutaan (bahkan milyaran) informasi atau data yang dapat
berupa text, graphic, audio, maupun animasi dan lain-lain dalam bentuk
media elektronik.39
Dalam media internet terdapat pihak-pihak yang menyelenggarakan
layanan jasa, biasanya disebut juga dengan internet service provider (ISP).
Uploading karya musik di internet semakin hari semakin banyak dikarenakan
penyelenggara jasa internet service provider (ISP) banyak mengeluarkan
produk-produk yang berupa layanan dalam bidang entertainment di internet
yang memungkinkan setiap penggunanya untuk mencantumkan hasil karya
ciptanya di internet melalui jaringan internet service provider (ISP) tersebut,
dalam hal ini social network service (SNS) adalah medianya. Sebelum
uploading musik di internet dilakukan, terdapat beberapa proses yang harus
dilakukan terlebih dahulu, dalam hal ini musik yang sudah berformat CD
audio di transfer ke dalam bentuk yang berkapasitas lebih kecil yaitu MP3.
Pada tahun 1987 perusahaan Moving Picture Experts Group membuat
standar file format yang dapat menyimpan rekaman suara di dalam bentuk
digital yang disebut dengan MP3. MP3 Singkatan dari MPEG, Audio Layer 3,
MP3 menjadi format paling populer dalam musik digital. Kepopuleran MP3
disebabkan karena ukuran filenya yang kecil dengan kualitas yang tidak
kalah dengan CD audio. Format ini dikembangkan dan dipatenkan oleh
39

Yuhefizar, kuliah umum ilmu komputer, www.ilmukomputer.com, 2003, diakses tanggal


16 Desember 2006

Fraunhofer Institute.40 File MP3 yang berbentuk digital ini diciptakan melalui
proses yang di sebut ripping. Proses ripping tersebut membuat pemakai
komputer dapat melakukan copy sebuah audio compact disc (CD) secara
langsung ke dalam hard disk dari komputer user dengan cara mereduksi
informasi audio pada CD tersebut ke dalam bentuk format MP3. Proses
compressing ini yang menyebabkan proses transmisi file digital audio dari
satu komputer ke komputer lain menjadi lebih cepat dan juga mudah
dilakukan. Proses transmisi tersebut dapat melalui electronic mail (e-mail)
atau melalui beberapa file transfer protocol.
Software dalam file transfer protocol memungkinkan setiap pengguna
jasa internet mengirimkan file dari satu komputer ke komputer lainnya.
Ukuran file yang kecil berupa file MP3 memungkinkan untuk suatu karya cipta
musik dengan mudah dapat diupload oleh pengguna jasa internet service
provider (ISP) ke dalam social network service (SNS). Proses transformasi
dari format CD audio ke fomat MP3 ini dapat dkatakan juga penggandaan
suatu karya cipta.
Perlindungan hukum HKI di era digital semakin diperlukan, khususnya
menghadapi perkembangan penggunaan internet di Indonesia, apalagi etika
berinternet semakin hari semakin tidak diperhatikan dan setiap negara
termasuk Indonesia menghadapi perkembangan pengguna internet yang
40

www.google.com, kata kunci : kenali format musik sebelum download, diakses tanggal
21 Desember 2006

pesat. Internet sebagai bagian dari era digital telah memberikan tantangan
bagi HKI pasalnya, karya cipta manusia dapat dialihrupakan dalam bentuk
digital yang kemudian perbanyakannya sangat mudah dilakukan seperti
dalam proses penggandaan ini.
Setelah proses pengandaan karya musik ini, hasil penggandaannya
diupload oleh pengguna jasa internet service provider (ISP) ke dalam sebuah
social network service (SNS). Uploading karya cipta ini memungkinkan untuk
di download kepada setiap pengguna jasa tersebut yang meginginkannya.
Dalam social network service (SNS) tersebut terdapat fasilitas yang
memungkinkan untuk setiap karya cipta agar dapat di download, walaupun
terkadang tidak semua karya cipta yang sudah di upload oleh seorang user
social network service (SNS) dapat di download oleh user lainnya. Download
dalam hal ini berarti perpindahan sebuah file dari satu komputer kepada
komputer yang lain dalam sebuah sistem di komputer di internet dan dari
sudut user internet, download dimaksudkan juga meminta dari komputer lain
(dari halaman situs komputer yang lain) dan menerimanya.
Permasalahan hukum timbul karena isi halaman web merupakan
suatu karya cipta manusia yang mengandung beberapa komponen ciptaan,
baik itu program komputer, lagu, seni rupa dalam segala bentuknya, fotografi
dan sebagainya. Berbagai ciptaan ini menurut ketentuan Pasal 12 ayat (1)
UUHC merupakan ciptaan yang dilindungi. Sebagai suatu ciptaan yang

dilindungi, pengumuman ataupun perbanyakan ciptaan tersebut tentunya


haruslah seizin pencipta atau pemegang hak ciptanya. Pembuatan fasilitas
tersebut saja tidaklah melanggar hak cipta, Namun jika kemudian halaman
web yang dituju oleh user tersebut membuat jalan untuk pelanggaran hak
cipta pihak penyelenggara jasa layanan ini atau social network service (SNS)
juga dapat juga dimintai pertanggungjawaban.
Penggunaan teknologi digital file MP3 ini sudah pasti menyinggung
wilayah hukum hak cipta karena, dapat dilihat dari setiap digital file MP3
mempunyai kemiripan bentuk yang sempurna dari yang aslinya. Semua file
yang di distribusikan tersebut merupakan hasil dari karya cipta berdasarkan
hukum hak cipta. Aktifitas penyebaran karya cipta yang dapat di download
oleh para user social network service (SNS) di dalam internet service
provider (ISP) di internet ini lazimnya juga disebut dengan aktifitas sharing.
Aktifitas sharing MP3 dari user kepada user lain yang merupakan hasil
reproduksi, distribusi dan kemungkinan besar dipertunjukan di tempat umum
yaitu media internet.
C. Pengertian Jaringan Myspace beserta Cara Kerjanya
Berawal dari pertemanan dua kawan yang bernama Tom Anderson
dan Chris yang sebelumnya ingin mempunyai bisnis untuk membiayai hidup.
Mereka pernah mencoba membuat internet marketing bernama response
base pada tahun 2000 dan usaha mereka berhasil, tetapi Tom memiliki

pemikiran lain. Seiring dengan kemajuan dan pengetahuan mengenai internet


yang

semakin

hari

menyelenggarakan

semakin

suatu

baik,

jaringan

Tom

interaktif

memikirkan
sosial

di

agar

dapat

internet

yang

mempunyai fasilitas mengenai musik. Pada saat itu jaringan interaktif sosial
yang sudah terkenal adalah friendster, akhirnya Pada bulan Juli 2003 Tom
dan Chris meluncurkan myspace. Setelah peluncuran tersebut, berbagai
promosi terus dilakukan oleh Tom dan Chris, sehingga myspace semakin hari
semakin berkembang dan terkenal. Kemajuan myspace yang sangatlah
cepat dan anggota yang semakin

banyak, membuat Tom dan Chris

memikirkan untuk menyiapkan sebuah server yang lebih kuat dan cepat.
Pada saat itu pula Rupert Murdoch selaku pemilik news corporation membeli
myspace tetapi tetap dengan ketentuan bahwa Tom sebagai presiden
myspace dan Chris sebagai CEOnya.
Jaringan myspace adalah jaringan di internet yang didalamnya
menawarkan interakif sesama anggota myspace itu sendiri dan setiap
anggota myspace dapat mencantumkan biodata diri dan juga musik,
biasanya anggota myspace yang mencantumkan musik adalah anggota yang
sebelumnya sign up melalui artist sign up yang mana anggota tersebut
adalah musisi ataupun seniman. Myspace sekarang ini lebih populer
daripada jaringan sosial yang sudah sebelumnya, yaitu Friendster, karena
lebih banyaknya fitur yang bisa dimanfaatkan anggota. Salah satu
andalannya yang masih tidak ada di Friendster adalah musik. Anggota bisa

mendengarkan lagu sampai melihat jadwal rutin konser setiap artis musik
yang tergabung di myspace. Berbagai fitur baru yang dekat dengan keinginan
anggota ini menjadikan myspace pilihan utama remaja di Amerika Serikat.
Jaringan myspace ini menyediakan fasilitas downloading suatu lagu
yang sudah tersedia dalam myspace tersebut. Setiap user yang sudah
terhubung dengan myspace dapat mendownload format musik MP3 yang
sudah tercantum tersebut dan juga sebaliknya, para user yang mendaftarkan
diri dapat juga mengupload suatu lagu ke dalam myspace tersebut, fasilitas
ini disediakan gratis. Hal ini hampir sama dengan apa yang ditawarkan
napster, hanya saja dalam hal ini napster tidak memiliki data base musiknya
melainkan hanya menyediakan jasa sharing file atau pertukaran file,
sedangkan myspace memiliki data base karena setiap user yang ingin
mencantumkan suatu lagu harus mengupload ke myspace terlebih dahulu.
Terms agreement yang terdapat dalam myspace menyatakan bahwa
setiap suatu karya yang di upload oleh penggunanya tidak boleh melanggar
hak cipta, dan apabila telah di upload, myspace tidak ikut bertanggungjawab,
hal ini biasa diajukan kepada setiap user suatu social network service, tetapi
apabila suatu hasil karya yang telah di upload adalah hasil pelanggaran karya
cipta dan karya tersebut tidak diketahui pihak myspace bahwa karya tersebut
adalah suatu hasil pelanggaran, setiap orang yang mengakses myspace
tetap dapat mendownload karya itu.

BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KEGIATAN
UPLOADING DAN DOWNLOADING MUSIK INDEPENDEN

A. Uploading Musik Independen Sebagai Bentuk Pelanggaran Hak Cipta

Musik sebagai karya intelektual manusia dilindungi dari segi hukum.


Pengaturan di Indonesia mengenai hal ini terdapat pada Pasal 12 huruf D
UUHC yang menyebutkan bahwa lagu atau musik dengan atau teks
dilindungi oleh UUHC. Kegiatan uploading musik dalam jaringan myspace
menyangkut aspek performing rights dan moral rights.
Pencipta musik independen adalah pihak yang berkarya dan
merupakan pemegang hak eksklusif, dari karyanya tersebut mereka disebut
juga subjek hak cipta. Kegiatan uploading disebut juga performing dan hal itu
terdapat dalam bagian hak eksklusif. Apabila performing dilakukan oleh
subjek

hak

cipta,

berarti

hal

tersebut

bukanlah

merupakan

suatu

pelanggaran, tetapi apabila yang melakukan performing itu oleh pihak lain
dan tidak mendapatkan izin, hal tersebut jelas merupakan suatu pelanggaran.
Hak eksklusif terbagi meliputi dua jenis hak, yaitu hak ekonomis dan hak
moral. Menurut Pasal 1 angka 1 UUHC hak ekonomis meliputi tiga aspek
yaitu performing rights, mechanical rights dan license. Dalam hal ini pihak
yang melakukan uploading karya musisi independen melanggar performing
rights karena uploader adalah pihak lain yang melakukan pengumuman
tanpa mendapat izin sehingga

mereka dapat dikatakan melakukan

pelanggaran.
Definisi pengumuman berdasarkan Pasal 1 angka 5 UUHC yaitu
Pengumuman

adalah

pembacaan,

penyiaran,

pameran,

penjualan,

pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apa


pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa pun
sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
Melihat kasus ini para uploader yang tanpa izin telah melakukan suatu
pengumuman dalam bentuk penyebaran suatu karya lagu dalam bentuk file
MP3 ke dalam database jaringan myspace yang fasilitas uploadingnya
disediakan oleh myspace itu sendiri, dan setelah diupload lagu tersebut dapat
dilihat dan didengarkan oleh setiap anggota myspace. Uploading musik
independen yang dilakukan user jaringan myspace dapat dkatakan juga
sebagai pengumuman dan penyiaran sehingga suatu karya cipta dapat dilihat
atau didengar orang lain.
Sesuai dengan apa yang terdapat dalam UUHC, bahwa pemegang
hak cipta memiliki hak eksklusif dan hak ekskusif itu sendiri adalah suatu hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
terhadap penggunaan karyanya. Dalam hal ini uploader tidak mendapatkan
izin dari si pemegang hak eksklusif, sehingga melanggar ketentuan Pasal 2
ayat (1) UUHC.
Selain

terjadi

pelanggaran

pada

hak

ekonomis,

terjadi

juga

pelanggaran terhadap hak moral. Musisi independen yang karyanya telah


diupload ke jaringan myspace oleh pihak lain tanpa mencantumkan nama
pemegang hak ciptanya ataupun si musisi independen tersebut, berarti terjadi
suatu pelanggaran. Dengan demikian musisi independen yang karyanya

diupload oleh uploader tanpa izin telah dirugikan dan orang yang dapat
mendengarkan lagu tersebut akan beranggapan bahwa lagu tersebut adalah
hasil karya si uploader bukannya musisi independen yang menghasilkan
karya tersebut. Dalam hal ini terjadi pelanggaran terhadap moral rights dalam
bentuk paternity rights sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) UUHC
yang berbunyi Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut pemegang hak
cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya.
Pelanggaran terhadap Pasal 24 ayat (1) ini dapat dikenakan sanksi
pidana dengan penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) sesuai apa yang
disebutkan pada Pasal 72 ayat (6) Ketentuan Pidana UUHC.

B. Tanggung Jawab Myspace Dalam Downloading Karya Cipta Musisi


Independen.
Myspace selain menyediakan jasa layanan social network service
yang didalamnya menyediakan fasilitas untuk berkumpul didalam suatu
jaringan juga menyediakan fasilitas uploading dan downloading karya
intelektual, dalam hal ini karya seni musik atau lagu. myspace memiliki
peraturan sendiri apabila kita ingin menjadi anggotanya, hal tersebut ada
dalam bagian terms and conditions.
Peraturan yang dikeluarkan myspace sebagai terms of use agreement
menyangkut beberapa hal, diantaranya yaitu myspace tidak boleh digunakan
untuk sesuatu yang bersifat mencari keuntungan atau memanfaatkan

myspace untuk tujuan komersial dan juga sebagai anggota myspace tidak
boleh melakukan posting material yang ilegal atau pelanggaran hak cipta,
apabila myspace mengetahuinya pihak myspace berhak untuk menonaktifkan
anggotanya dan juga didalamnya terdapat pernyataan bahwa myspace tidak
ikut bertanggungjawab pada suatu content yang telah di posted dimana
content tersebut adalah ilegal.
Fasilitas downloading yang disediakan oleh myspace secara tidak
langsung sudah menyinggung wilayah mechanical rights karena fasilitas
downloading adalah suatu fasilitas yang bertujuan untuk menggandakan dan
juga perbanyakan suatu hasil karya dan hal itu terjadi tanpa izin pemegang
hak cipta. Mechanical rights adalah bagian dari hak eksklusif pemegang hak
cipta dan terdapat pada Pasal 1 angka (6) UUHC yang berbunyi
Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara
keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan
bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan
secara permanen atau temporer.
Berdasarkan ketentuan UUHC Amerika Serikat suatu pelanggaran
terhadap karya musik harus di buktikan melalui penunjukan kepemilikan hak
cipta dari suatu karya cipta yang dilanggar dan yang kedua, harus dapat
membuktikan bahwa perbuatan yang di lakukan pelanggar paling sedikit
melanggar satu hak eksklusif yang dipegang oleh pemegang hak cipta sesuai
dengan ketentuan U.S.C Pasal 106.

Peraturan mengenai hak cipta dalam media internet di Amerika Serikat


diatur dalam Digital Millenium Copyright Act (DMCA). DMCA memberikan
pembatasan masalah tanggung jawab ISP, dan penentuan kapan ISP
bertanggung jawab atas materi yang di post di server-nya atau sebaliknya,
bilamana ia tidak bertanggung jawab. DMCA banyak mengatur mengenai
penyedia jasa internet. Pasal 512 (d) DMCA menyebutkan bahwa penyedia
jasa di internet tidak dapat dikenakan pertanggungjawaban terhadap adanya
pelanggaran

hukum

dengan

syarat

sama

sekali

tidak

mempunyai

pengetahuan atau alasan mengetahui kegiatan pelanggaran tersebut. Dalam


hal ini myspace mengetahui bahwa mereka menyediakan fasilitas download
dan memungkinkan untuk terjadinya pelanggaran hak cipta.
Myspace melakukan pelanggaran karena dalam hal ini seseorang
dapat mendownload lagu yang fasilitasnya tersedia dalam myspace dan lagu
yang telah diupload tersebut, berada dalam database yang dimiliki oleh
myspace itu sendiri, dalam hal ini ada sarana yang memungkinkan terjadi
suatu pelanggaran hak cipta dan memiliki unsur kesengajaan. Hal ini
membuat myspace melanggar hak cipta dan juga harus bertanggung jawab
sesuai dengan hukum hak cipta Amerika Serikat yang ketentuannya dimuat
dalam ketentuan U.S.C Pasal 501 (a) yang menyatakan bahwa sebuah
pelanggaran hak cipta terjadi ketika apa yang dilakukan pelanggar
berhubungan dengan aktifitas yang terdapat di Pasal 106 U.S.C. Dalam

Pasal 106 U.S.C ini diantaranya mengatur mengenai hak memproduksi dan
hak mendistribusi.
Ketentuan dalam U.S.C mengenai tanggung jawab myspace ini juga
terdapat pada Pasal 512 mengenai limitations on liability relating to material
online. Salah satu ketentuannya ada didalam bagian B system caching di sub
bagian dua mengenai conditions bagian E, yang menyebutkan bahwa service
provider harus menghilangkan atau menutup akses apabila materi yang di
posted sudah diklaim sebagai pelanggaran hak cipta karena belum
mendapatkan wewenang dari pemilik hak ciptanya.
Ketentuan dalam DMCA mengenai myspace ini terdapat dalam title II
mengenai online copyright infringement liability limitation dan ketentuan
didalam DMCA ini lebih mengkhususkan terhadap pelanggaran hak cipta
yang online di internet, selain itu diatur juga dalam Pasal 512 U.S.C.
Mengenai ketentuan pidananya DMCA tidak mengatur, tetapi terdapat pada
U.S.C Pasal 2319A Appendix VII criminal penalties for the unauthorized
fixation of and trafficking in sound recordings and music videos of live
musical performances yang menyebutkan bahwa bagaimanapun juga apabila
tindakan tersebut terjadi di Amerika Serikat akan dikenakan pidana
(dipenjarakan) dengan tidak lebih dari 5 tahun atau dikenakan denda berupa
uang maupun ganti kerugian lain, dan juga apabila pelanggaran itu terjadi
kedua kalinya atau terjadi secara berurutan dapat dikenakan pidana
(dipenjarakan) dengan tidak lebih dari 10 tahun. Dalam hal ini orang yang

bertanggungjawab terhadap perusahaan myspace ini dapat dikenakan


ancaman hukuman.
Keputusan yang akan dikeluarkan oleh pengadilan mengenai bersalah
atau tidaknya suatu jaringan terhadap pelanggaran hak cipta terhadap
penyediaan jasa sharing file biasanya melihat kepada suatu yurisprudensi
yang lahir dari suatu kasus pada tahun 1984, yang dikenal dengan kasus
sony video betamax. Dalam kasus ini perusahaan perusahaan sony dari
Jepang mengeluarkan alat perekam video (video tape recorder). Alat tersebut
dapat merekam acara televisi dan juga dapat merekam acara lain sementara
saluran televisinya sedang dipindahkan. Dari keputusan ini kasus ini lahirlah
suatu yurisprudensi yang dikenal dengan istilah substantial non infringing use
yang sering dipakai oleh para hakim untuk mengambil keputusan untuk kasus
seperti ini41. Sony betamax tidak dapat diputuskan bersalah karena teknologi
sony betamax memiliki unsur substantial non infringing use dan tidak ada
pelanggaran hak cipta yang terjadi oleh sony video betamax tersebut
sehingga sony video betamax tidak dapat dijatuhkan hukuman. Selain kasus
sony video betamax tersebut, dalam jaringan internet juga sudah terjadi
beberapa pelanggaran dan gugatan hukum, contoh kasus mengenai
pelanggaran hak cipta yang berkaitan dengan internet ini adalah kasus
napster, kasus gugatan hukum terhadap gnutella dan kasus grokster.

41

Ibid, kata kunci : substantial non infringing use : the betamax case, diakses tanggal 5
Oktober 2007

Kasus

napster

telah

terjadi

beberapa

tahun

silam.

Napster

menyediakan fasilitas sharing file atau peer to peer file sharing. Peer to peer
(sering disingkat menjadi P2P) merupakan sebuah jaringan yang terdiri atas
dua komputer atau lebih yang menggunakan program yang sama atau
menggunakan jenis program yang sama untuk saling berkomunikasi dan
berbagi data. Setiap komputer, yang dalam arsitektur peer-to-peer disebut
dengan peer, dianggap sama dan setiap peer juga bertindak sebagai server
bagi peer lainnya di dalam jaringan tersebut, yang bertindak sebagai
kliennya. Tidak seperti arsitektur klien atau server yang mendedikasikan
sebuah komputer agar menjadi server, dalam arsitektur peer-to-peer, server
terdedikasi tidak dibutuhkan42. Peer to peer dalam napster berarti juga
jaringan napster dapat mengkoneksikan setiap komputer yang terhubung
dengan komputer lain di internet agar setiap komputer dapat melihat-lihat dan
mendownload lagu yang tersimpan dalam harddisk orang lain yang telah
terkoneksi dengan napster tersebut.
Pada dasarnya setiap jaringan komputer ada yang berfungsi sebagai
klien dan juga server. Tetapi ada jaringan yang memiliki komputer khusus
didedikasikan sebagai server sedangkan yang lain sebagai klien. Ada juga
yang tidak memiliki komputer khusus berfungsi sebagai server saja. Karena
itu berdasarkan fungsinya maka ada dua jenis jaringan komputer yaitu klienserver dan peer to peer itu sendiri.

42

Opcit, www.wikipedia.com, kata kunci : peer to peer, diakses tanggal 16 Desember 2006.

klien-server

Yaitu

jaringan

komputer

dengan

komputer

yang

didedikasikan khusus sebagai server. Sebuah layanan bisa diberikan oleh


sebuah komputer atau lebih. Contohnya adalah sebuah domain seperti
www.detik.com yang dilayani oleh banyak komputer web server. Atau bisa
juga banyak layanan diberikan oleh satu komputer. Contohnya adalah server
jtk.polban.ac.id yang merupakan satu komputer dengan multi service yaitu
mail server, web server, file server, database server dan lainnya. Sedangkan
pada Peer-to-peer tidak seperti arsitektur klien-server yang mendedikasikan
sebuah komputer agar menjadi server, dalam arsitektur peer-to-peer, server
terdedikasi tidak dibutuhkan. Contohnya dalam file sharing antar komputer di
jaringan windows network neigbourhood ada 5 komputer (kita beri nama a, b,
c, d, dan e) yang memberi hak akses terhadap data yang dimilikinya. Pada
satu saat a mengakses file share dari b bernama data_nilaixls dan juga
memberi akses data soal_uas.doc kepada c. Saat a mengakses data dari b
maka a berfungsi sebagai klien dan saat a memberi akses kepada c maka a
berfungsi sebagai server. Kedua fungsi itu dilakukan oleh a secara
bersamaan maka jaringan seperti ini dinamakan peer-to-peer, dimana setiap
host dapat menjadi server dan juga menjadi klien secara bersamaan.
File sharing adalah sebuah cara agar data tersedia untuk pengguna
lain yang mendownload melalui internet atau sebuah jaringan kecil. Biasanya
penggunaan file sharing diikuti dengan model peer-to-peer, dimana data
tersebut disimpan dan dilayani oleh pengguna komputer pribadi tersebut.

Kebanyakan orang yang menggunakan file sharing biasanya download data


dari sesama pengguna jaringan. Kadang-kadang kedua kegiatan ini
terkoneksi satu sama lain.
Peer-to-peer

file

sharing

biasanya

dalam

pengoperasiannya

menggunakan sebuah jaringan, dimana terdapat perpindahan data dari satu


jaringan

melalui

jaringan

lainnya

yang

menggunakan

jaringan

lain.

Bermacam-macam variasi file sharing programs terdapat dalam berbagai


jaringan tersebut. Berikut ini adalah kategori klien dalam penggunaan
jaringan :
1)

Centralized clients

2)

Decentralized clients (Gnutella, Lime Wire)

3)

Decentralized tracker-based clients

4)

Multi-network clients

5)

Anonymous peer-to-peer

6)

Private file-sharing networks


Berdasarkan putusan hakim yang dikeluarkan melalui pengadilan San

Fransisco terhadap napster di California pada tanggal 5 Maret 2001, napster


dinyatakan bersalah.
Dalam kasus ini pelanggaran oleh napster terbagi menjadi dua
kategori yaitu pelanggaran secara langsung (direct infringement) dan
pelanggaran secara tidak langsung (indirect atau secondary infringement).
Direct infringement disini yaitu pelanggaran yang terjadi oleh user dari

napster itu sendiri. Pada kasus ini penuntut berhasil membuktikan bahwa
kepemilikan dari hak cipta dari karya-karya musik dalam file MP3 yang
didistribusi serta hasil reproduksi di internet. Berdasarkan bukti yang diajukan
dalam sidang, terbukti bahwa sebanyak 87 persen dari karya musik yang
tersedia di napster telah memiliki hak cipta yang dipegang oleh pihak yang
bersangkutan (dalam hal ini diwakili oleh para industri rekaman yang
menuntut).

Majelis

hakim

dalam

pengadilan

banding

napster

juga

menyatakan persetujuan terhadap pembuktian dari pihak penuntut yang


menyatakan para user napster paling tidak dua dari hak eksklusif yang
dipunyai dari pemegang hak cipta yaitu hak memproduksi dan hak untuk
mendistribusi.
Para user napster yang melakukan upload file musik MP3 untuk
dimasukan kedalam direktori daftar file musik melalui server napster yang
dapat dicopy oleh user lain, melanggar hak distribusi dari penuntut. Para user
napster yang melakukan download file yang mengandung hak cipta musik,
melanggar hak reproduksi dari penuntut.
Indirect atau secondary infringement mempunyai dua bentuk yaitu
contributory

infringement

dan

vicarious

liability.

Dalam

contributory

infringement yaitu dimaksudkan seseorang yang diketahui berperan dalam


pelanggaran

yang

pertanggungjawaban.

dilakukan

orang

lain

dapat

dikenakan

Secondary infringement ini dipenuhi dengan tiga faktor, yaitu direct


infringement itu sendiri, knowledge (pelaku contributory infringement ini
mengetahui fakta tetapi berpura-pura seakan tidak mengetahui, dalam hal ini
adalah pihak manajemen napster itu sendiri), dan material contribution
( kontribusi secara material).
Vicarious liability yang juga merupakan bentuk dari secondary
infringement merupakan persamaan dari prinsip legal yang menyatakan
seseorang atasan bertanggungjawab terhadap perbuatan yang dilakukan
oleh

bawahannya.

Seseorang

dapat

dikenakan

pertanggungjawaban

terhadap vicarious liability apabila dia mempunyai hak atau kewajiban dan
kemampuan untuk mengawasi aktivitas pelanggaran dan juga mempunyai
hubungan langsung atas keuntungan yang diperoleh dari aktivitas tersebut.
Napster tidak mempunyai database sendiri karena napster hanya
menyediakan fasilitasnya, tetapi napster yang tidak mempunyai database
saja

diputuskan

menyediakan

bersalah

fasilitas

yang

dan

dimintai

sangat

pertanggungjawaban

memungkinkan

untuk

karena

terjadinya

pelanggaran hak cipta, apalagi myspace yang mempunyai database sendiri.


Pelanggaran yang dilakukan myspace menyangkut mechanical rights karena
fasilitas downloading merupakan suatu perbanyakan hasil karya cipta.
Menurut ketentuan hukum hak cipta di Amerika serikat, maka napster
dikenakan ancaman hukuman berdasarkan 17 U.S.C Pasal 502 mengenai
injunctions, Pasal 504 mengenai damages dan Pasal 506 mengenai criminal

penalties. Ancaman hukuman juga terdapat pada 18 U.S.C Pasal 2319A yang
mengatur mengenai criminal penalties for the unauthorized fixation of and
trafficking

in sound

recordings and

music videos of live

musical

performances. Napster pada akhirnya diwajibkan untuk membayar royalti


(compulsory royalty) kepada pihak penuntut (industri rekaman) atas segala
pelanggaran hak cipta yang terjadi melalui napster
Kasus yang berkaitan dengan kasus napster yaitu kasus gnutella.
Gnutella dapat disebut sebagai perkembangan lebih lanjut dari napster.
Program komputer gnutella langsung menghubungkan komputer pengguna
dengan

pengguna

yang

lain

yang

menggunakan

gnutella.

Cara penggunaan gnutella sangat mudah dilakukan pertama dengan menginstall gnutella setelah itu pengguna kemudian mengakses internet dan
menuliskan

alamat

IP

(IP

address)

pengguna

lain

yang

sudah

mempergunakan gnutella. Apabila hubungan ini sudah terbentuk, maka


pengguna lain segera memberitahukan keberadaan komputer-komputer baru
yang terhubung dengan komputernya dengan komputer-komputer lain.
Hubungan yang terjadi adalah hubungan antara komputer dengan komputer
secara langsung. Tidak terdapat server yang menjadi pusat di dalam
hubungan ini. Masing-masing komputer menjadi client dan sekaligus server
bagi komputer yang lain. Apabila hubungan internet terputus dan kemudian
menghidupkan kembali hubungan internet maka gnutella akan mengingat
hubungan dengan pengguna lain. Mengingat tidak adanya server sentral

seperti halnya napster, gnutella tidak dapat ditutup atau dituntut. gnutella
merupakan sebuah teknologi yang tidak mungkin dilarang penggunaannya.
Kasus juga gnutella berkaitan dengan Streamcast Network yang
membuat software di balik Grokster, Kasus ini dimulai pada bulan Oktober
2001 ketika 28 perusahaan media mengajukan pengaduan. Pengaduan ini
berisi tuduhan bahwa Streamcast meraup untung besar dari pembajakan
yang berlangsung di jaringan file-sharing Namun demikian, upaya untuk
mendapatkan ganti rugi tidak berhasil karena pengadilan-pengadilan
sebelumnya berpihak ke jaringan file-sharing. Para hakim di pengadilan
rendah menyebutkan sebuah keputusan di tahun 1984 dalam masalah
perekam sony video betamax. Dalam kasus ini, pengadilan mengatakan
mayoritas orang yang menggunakan perekam video secara legal melebihi
jumlah orang yang menggunakan teknologi itu secara ilegal, Hal ini termasuk
kedalam yurisprudensi substantial non infringing use. Para hakim semula
diperkirakan akan mengambil keputusan yang berpihak kepada jaringan filesharing karena yurisprudensi yang lahir ketika rekaman video pertama kali
muncul yaitu dalam kasus sony video betamax.
Tetapi dalam keputusan terbaru ini, para hakim mengesampingkan
yurisprudensi ini dan juga keputusan pengadilan rendah, dan ini berarti para
pembuat teknologi harus menjawab apa yang dilakukan orang atas teknologi
itu jika mereka menggunakannya dengan melanggar hukum.

C. Tindakan Hukum yang Dapat Diupayakan Musisi Independen Terhadap


Uploader dan Myspace.
Musisi independen yang terkadang menghasilkan karya lagu yang
berpotensi komersil biasanya tidak didaftarkan pada lembaga karya cipta
atau pemerintah karena biasanya para pelaku musisi independen kurang
memahami bahwa pendaftaran suatu karya cipta juga penting, terutama
apabila terjadi suatu sengketa. Pelanggaran yang terjadi dalam uploading
dan downloading karya cipta ini bisa sangat merugikan musisi independen
karena biasanya musisi independen sangatlah ingin karyanya diketahui oleh
masyarakat banyak dan selanjutnya dapat memperoleh keuntungan dari
penjualan hasil karyanya.
Hal pertama yang dilihat dari kerugian musisi independen yang hasil
karyanya telah diupload adalah, kesempatan untuk menampilkan karyanya
secara sah dan itu juga berarti pengumuman yang seharusnya dilakukan oleh
si pemegang hak cipta menjadi dilanggar ataupun disebut pelanggaran
terhadap performing rights. Hal kedua yaitu mengenai suatu kesempatan
bagi musisi independen yang ingin dikenal oleh masyarakat banyak menjadi
hilang karena seharusnya nama pemegang hak ciptanya dicantumkan
sedangkan dalam hal ini nama yang dicantumkan adalah nama si uploader
tersebut, hal ini melanggar apa yang disebut dengan hak moral. Hal ketiga
yaitu dapat dilihat dari segi bisnis, bahwa kesempatan untuk dilirik label
rekaman besar menjadi sulit, karena apabila pihak label rekaman besar

melihat bahwa lagu tersebut layak untuk dijual melalui label rekaman besar
itu, pihak yang akan dihubungi adalah yang mengupload lagu tersebut,
dimana pemegang hak ciptanya bukanlah si uploader tersebut, otomatis
kesempatan rekaman lebih baik dan bertujuan komersil yang seharusnya
dimiliki oleh si pemegang hak cipta tersebut menjadi ikut menghilang.
Musisi independen yang karyanya telah diupload oleh pihak lain atau
uploader dapat menempuh upaya hukum terhadap dua pihak yaitu, pihak
uploader dan pihak myspace sebagai penyedia fasilitasnya. Upaya yang
dapat diajukan si pemegang hak cipta kepada uploader yaitu dengan
mengajukan somasi ataupun dengan cara bernegosiasi bahwa uploader
harus mengganti kerugian akibat dilanggarnya hak eksklusif yang dimiliki oleh
musisi independen, yaitu meliputi moral rights oleh uploader dan juga
mechanical rights oleh myspace.
Jika negosiasi dengan cara mengirim pesan ke myspace melalui
fasilitas e-mail atau contact us di myspace tersebut gagal, maka musisi
independen dapat mengajukan gugatan perdata ke pengadilan niaga
berdasarkan Pasal 56 ayat (1) UUHC. Selain mengajukan gugatan kepada
uploader, pemegang hak cipta atau si musisi independen dapat menuntut
pihak myspace sebagai pihak yang terkait atas pelanggaran ini.
Pihak myspace dalam hal ini terkait melakukan pelanggaran karena
menyediakan fasilitas downloading yang merupakan juga pelanggaran
terhadap mechanical rights, sehingga terhadap myspace musisi independen

dapat mengajukan somasi yang berisi penutupan fasilitas downloadnya.


Apabila myspace tidak mau menutup fasilitas downloadnya dapat digugat ke
pengadilan di Santa Monica, California tempat headquarter myspace berada
dengan didasari ketentuan hukum hak cipta Amerika Serikat yaitu
pelanggaran terhadap Pasal 106 U.S.C.
Selain daripada itu pemegang hak cipta, dalam hal ini musisi
independen, dapat menuntut agar pihak myspace dengan segera menutup
dan menonaktifkan account uploader yang telah mengupload hasil karya
musisi lain dan meminta hasil karya yang telah diupload tersebut agar
dicantumkan nama pemegang hak ciptanya. Dalam hal ini myspace juga
dapat dikenakan ancaman hukum pidana apabila secara perdata gugatannya
tidak terpenuhi dan ketentuan pidananya terdapat pada U.S.C Pasal 2319A
yang mengatur mengenai criminal penalties for the unauthorized fixation of
and trafficking in sound recordings and music videos of live musical
performances yang menyebutkan bahwa bagaimanapun juga apabila
tindakan tersebut terjadi di Amerika Serikat akan dikenakan pidana
(dipenjarakan) dengan tidak lebih dari 5 tahun atau dikenakan denda berupa
uang maupun ganti kerugian lain, dan juga apabila pelanggaran itu terjadi
kedua kalinya atau terjadi secara berurutan dapat dikenakan pidana
(dipenjarakan) dengan tidak lebih dari 10 tahun.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bab-bab terdahulu, maka dapat diambil


beberapa kesimpulan yang menjadi hasil kajian terhadap permasalahan
dalam skripsi ini. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Uploading karya musik dalam internet khususnya didalam jaringan


myspace tanpa seizin pemilik hak eksklusifnya merupakan suatu
pelanggaran hak cipta. Uploading tersebut melanggar UUHC Indonesia
Pasal 1 angka 1 mengenai hak eksklusif, Pasal 1 angka 5 mengenai
pengumuman, Pasal 2 ayat (1) mengenai perbanyakan ciptaan, dan
Pasal 24 ayat (1) mengenai hak moral. Hal ini juga melanggar ketentuan
hukum hak cipta Amerika Serikat yaitu Pasal 106 copyright act 1976
tentang penetapan hak eksklusif pemegang hak cipta berupa hak
reproduksi, hak turunan (derivative), pendistribusian copy karya cipta,
hak pertunjukan karya cipta di depan umum, dan hak pertunjukan karya
cipta kepada umum dalam bentuk transmisi digital audio.

2.

Myspace sebagai jaringan yang menyediakan fasilitas uploading dan


downloading karya cipta musik ikut bertanggungjawab atas pelanggaran
hak cipta yang terjadi, karena karya musik yang diupload oleh uploader
ini belum mendapatkan izin dari pemegang hak ciptanya. Pelanggaran
yang terkait dengan myspace ini menyangkut dua aspek pelanggaran
hak eksklusif, yaitu performing rights dan mechanical rights. Mechanical
rights adalah bagian dari hak eksklusif pemegang hak cipta dan terdapat
pada Pasal 1 angka (6) UUHC yang berbunyi Perbanyakan adalah

penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun


bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan
yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara
permanen atau temporer.
3.

Tindakan musisi independen yang karyanya diupload oleh uploader


dalam jaringan myspace ini dapat menuntut upaya hukum baik terhadap
uploader maupun myspace. Musisi independen ini dapat mengupayakan
tuntutan secara perdata dengan mengajukan somasi kepada pihak
uploader untuk mengganti kerugian yang menyangkut hak moral,
apabila somasi ini gagal, masalah ini dapat diajukan ke pengadilan
niaga berdasarkan Pasal 56 ayat (1) UUHC yang berbunyi Pemegang
hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan
niaga atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap
benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu. Tuntutan
kepada pihak myspace oleh musisi independen ini yaitu meminta
myspace untuk menutup fasilitas downloading dan juga meminta untuk
menonaktifkan account uploader yang melakukan uploading karya
musik musisi independen tanpa izin tersebut. Apabila myspace tidak
memenuhi

tuntutan

musisi

independen

tersebut,

maka

musisi

independen dapat menggugat myspace melalui pengadilan di Santa


Monica, California tempat headquarter myspace berdasarkan ketentuan

hukum hak cipta Amerika Serikat yaitu pelanggaran terhadap Pasal 106
U.S.C.

B. Saran-saran
Saran-saran yang dapat diberikan penulis khususnya terhadap
pelanggaran hak cipta musik di internet adalah sebagai berikut :
1.

Semua musisi diharapkan mendaftarkan karya

ciptanya

karena

bagaimanapun karya musik adalah suatu hal yang harus dilindungi,


tidak perduli dengan status karya musik tersebut adalah karya musik
independen atau bukan, karena apabila suatu karya musik sudah
terdaftar, akan lebih mudah bagi pencipta untuk menyelesaikan masalah
apabila terjadi suatu sengketa.
2.

Sudah waktunya bagi pemerintah, KCI, akademisi, dan juga praktisi


hukum melakukan semacam penyuluhan dan pendidikan terhadap
aparat penegak hukum, para pelaku di industri musik, dan masyarakat
pada umumnya mengenai hak cipta. Dengan penyuluhan ini diharapkan
kontrol dan pengawasan terhadap pelanggaran hak cipta musik dapat
lebih efektif dengan tidak hanya mengandalkan pihak KCI atau
pemerintah, melainkan masyarakat pada umumnya.

3.

Saatnya bagi pemerintah untuk merealisasikan instrumen hukum


mengenai cyber dalam bentuk tertulis dan tertuang dalam bentuk
Undang-Undang, sehingga apabila terjadi suatu permasalahan yang

berkaitan dengan media internet dapat diselesaikan dengan melihat


ketentuan hukum mengenai internet tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intlektual. Penerbit


PT. Citra Adithya Bhakti. Bandung 2001.
Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam sistem hukum Indonesia, PT.
Refika Aditama, Bandung, 2004.
Buku Panduan Hak Cipta Asia, Penerbit Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
Terbitan Pertama, April 2006.
Daniel H. Purwadi, Belajar sendiri mengenai internet, jaringan informasi
dunia. Penerbit PT.Elexmedia Komputindo. Jakarta, 1995
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi ke-2, Cetakan ke-3, Alumni, Bandung,
2004.
Handja atan dan Armillah Windawati, Pengetahuan Seni Musik. Penerbit
Mutiar. Jakarta 1981.
Henra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu. Universitas Indonesia
Fakultas Hukum Pasca sarjana, Jakarta 2003
H.Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Penerbit PT.
Rajagrafindo Persada. Jakarta 1995.
Insan Budi Maulana, 108 Tanya Jawab Paten, Merek, dan Hak Cipta, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1996.
Mieke Komar Kantaatmadja, (et.al), Cyberlaw : Suatu Pengantar, Pusat studi
Cyberlaw Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, 2002.
Morrison, Alan B, Fundamental of American Law. University of Law
Foundation. Printed in Great Britain 1998.
Paul Goldstein, Hak Cipta : Dahulu, Kini dan Esok, Yayasan Obor Indonesia,
1997.
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelaktual: Perlindungan dan
Dimensi Hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung, 2003
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta. Penerbit PT. Citra Adithya Bhakti.
Bandung 1998.

Suyud Margono, Hukum & Perlindungan Hak Cipta, Novindo Pustaka


Mandiri, Jakarta, 2003.
Tim Lindsey, Eddy Damian, (et.al.), Hak Kekayaan Intelektual Suatu
Pengantar, Alumni, Bandung, 2003.
B. Peraturan Perundang-undangan, Konvensi & Regulasi.
Bern Convention for The Protection of Artistic and Literary Works 1886.
Universal Declaration of Human Rights 1948.
Universal Copyright Convention (UCC) 1955.
International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR)
1966.
United States Trade Act 1974.
United States Copyright Act (U.S.C) 1976.
Audio Home Recording Act (AHRA) 1992.
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs)
1993.
Digital Performance Rights in Sound Recording Act (DPRSRA) 1995.
World Intellectual Property Organization (WIPO) Copyright Treaty 1996.
The Non Electric Theft Act (NET) 1997.
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997.
Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
Digital Millenium Copyright Act (DMCA) 1998.
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

C. Majalah & Kamus


Hanafi, Hak Kekayaan Intelektual dalam Perkembangan: Tindak Pidana Hak
Cipta dan Problematika Penegakan Hukumnya, Jurnal Hukum
No.12, Vol 6, Yogyakarta, 1999
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Penerbit Balai Pustaka. 1991.

D. Artikel Internet
Charles J. Meyer, National and international Copyrights liability for Electronic
System Operators,
http://www.law.indiana.edu/glsj/vol2/no2/meyer.html,
1994.
Hulman Panjaitan S.H, Pemahaman Hak Cipta Rendah, Pembajakan Lagu
Marak, www.suarapembaruan.com., minggu 24 september 2006.
Kompas,http://www.kompas.com/kompas%2Deetak/berita
%2Dterbaru/1945.htm, 5 Agustus 1999, Selasa 12 September 2006.
Robin D. Gross, The Digital Music Revolution (New Music Industry),
http://www.virtualrecordings.com/digitalmusic.htm, Selasa 12 September
2006
WIPO Copyright Treaty and Agreed Statements Concerning the WIPO
Copyrights Treaty, www.wipo.int., (adopted in Geneva on December 20,
1996).
Yuhefizar, kuliah umum ilmu komputer, www.ilmukomputer.com, 2003

E. Website
http://www.dgip.go.id
http://www.wipo.org
http://www.ipdl.com
http://ipfrontline.com

http://ipaustralia.gov.au
http://www.ipr.itb.ac.id
http://www.legalreview.com
http://www.hukumonline.com
http://www.solusihukum.com
http://www.majalah-gugat.co.id
http://www.suarapembaruan.com
http://www.kompas.com
http://www.wartakota.co.id
http://www.myspace.com
http://www.napster.com
http://www.ilmukomputer.com
http://www.virtualrecordings.com/digital music.htm
http://www.google.co.id
http://www.yahoo.com
http://www.wikipedia.org
http://www.law.indiana.edu/glsj/vol2/no2/meyer.html
http://www.cbgb.net
http://www.deathrockstar.tk
http://www.indiebandung.com
http://www.absolutepunk.com
http://www.interpunk.com

http://www.punknews.com
http://www.punkvoter.com
http://www.dischord.com
http://www.alternativetentacles.com

TITLE 17 United States Copyright Act 1976


Article 106. Exclusive rights in copyrighted works

Subject to sections 107 through 122, the owner of copyright under this title
has the exclusive rights to do and to authorize any of the following:
(1) to reproduce the copyrighted work in copies or phonorecords;
(2) to prepare derivative works based upon the copyrighted work;
(3) to distribute copies or phonorecords of the copyrighted work to the public
by sale or other transfer of ownership, or by rental, lease, or lending;
(4) in the case of literary, musical, dramatic, and choreographic works,
pantomimes, and motion pictures and other audiovisual works, to perform
the copyrighted work publicly;
(5) in the case of literary, musical, dramatic, and choreographic works,
pantomimes, and pictorial, graphic, or sculptural works, including the
individual images of a motion picture or other audiovisual work, to display
the copyrighted work publicly; and
(6) in the case of sound recordings, to perform the copyrighted work publicly
by means of a digital audio transmission.

Article 106A.
Rights of certain authors to attribution and integrity
(A) Rights of Attribution and Integrity.
Subject to section 107 and independent of the exclusive rights provided in
section 106, the author of a work of visual art :
(1) shall have the right :
(A) to claim authorship of that work, and
(B) to prevent the use of his or her name as the author of any work of
visual art which he or she did not create;
(2) shall have the right to prevent the use of his or her name as the author
of the work of visual art in the event of a distortion, mutilation, or other

modification of the work which would be prejudicial to his or her honor


or reputation; and
(3) subject to the limitations set forth in section 113(d), shall have the right
:
(a) to prevent any intentional distortion, mutilation, or other
modificationof that work which would be prejudicial to his or her
honor o reputation, and any intentional distortion, mutilation, or
modification of that work is a violation of that right, and
(B) to prevent any destruction of a work of recognized stature, and any
intentional or grossly negligent destruction of that work is a violation
of that right.
(B) Scope and Exercise of Rights
Only the author of a work of visual art has the rights conferred by
subsection (a) in that work, whether or not the author is the copyright
owner. The authors of a joint work of visual art are coowners of the rights
conferred by subsection (a) in that work.
(C) Exceptions.
(1) The modification of a work of visual art which is the result of the
passage of time or the inherent nature of the materials is not a
distortion, mutilation, or other modification described in subsection
(a)(3)(A).
(2) The modification of a work of visual art which is the result of
conservation, or of the public presentation, including lighting and
placement, of the work is not a destruction, distortion, mutilation, or

other modification described in subsection (a)(3) unless the


modification is caused by gross negligence.
(3) The rights described in paragraphs (1) and (2) of subsection (a) shall
not apply to any reproduction, depiction, portrayal, or other use of a
work in, upon, or in any connection with any item described in
subparagraph (A) or (B) of the definition of work of visual art in
section 101, and any such reproduction, depiction, portrayal, or
other use of a work is not a destruction, distortion, mutilation, or
other modification described in paragraph (3) of subsection (a).
(D) Duration of Rights.
(1) With respect to works of visual art created on or after the effective
date set forth in section 610(a) of the Visual Artists Rights Act of 1990,
the rights conferred by subsection (a) shall endure for a term
consisting of the life of the author
(2) With respect to works of visual art created before the effective date set
forth in section 610(a) of the Visual Artists Rights Act of 1990, but title
to which has not, as of such effective date, been transferred from the
author, the rights conferred by subsection (a) shall be coextensive
with, and shall expire at the same time as, the rights conferred by
section 106.
(3) In the case of a joint work prepared by two or more authors, the rights
conferred by subsection (a) shall endure for a term consisting of the
life of the last surviving author.
(4) All terms of the rights conferred by subsection (a) run to the end of the
calendar year in which they would otherwise expire.

(e) Transfer and Waiver.


(1) The rights conferred by subsection (a) may not be transferred, but
those rights may be waived if the author expressly agrees to such
waiver in a written instrument signed by the author. Such instrument
shall specifically identify the work, and uses of that work, to which the
waiver applies, and the waiver shall apply only to the work and uses so
identified. In the case of a joint work prepared by two or more authors,
a waiver of rights under this paragraph made by one such author
waives such rights for all such authors.
(2) Ownership of the rights conferred by subsection (a) with respect to a
work of visual art is distinct from ownership of any copy of that work, or
of a copyright or any exclusive right under a copyright in that work.
Transfer of ownership of any copy of a work of visual art, or of a
copyright or any exclusive right under a copyright, shall not constitute a
waiver of the rights conferred by subsection (a). Except as may
otherwise be agreed by the author in a written instrument signed by
the author, a waiver of the rights conferred by subsection (a) with
respect to a work of visual art shall not constitute a transfer of
ownership of any copy of that work, or of ownership of a copyright or of
any exclusive right under a copyright in that work.

Article 107. Limitations on exclusive rights: Fair use


Notwithstanding the provisions of sections 106 and 106A, the fair use
of a copyrighted work, including such use by reproduction in copies or
phonorecords or by any other means specified by that section, for purposes
such as criticism, comment, news reporting, teaching (including multiple

copies for classroom use), scholarship, or research, is not an infringement of


copyright. In determining whether the use made of a work in any particular
case is a fair use the factors to be considered shall include :
(1) the purpose and character of the use, including whether such use is of a
commercial nature or is for nonprofit educational purposes;
(2) the nature of the copyrighted work;
(3) the amount and substantiality of the portion used in relation to the
copyrighted work as a whole; and
(4) the effect of the use upon the potential market for or value of the
copyrighted work.
The fact that a work is unpublished shall not itself bar a finding of fair use if
such finding is made upon consideration of all the above factors.

1.1 Article 501. Infringement of copyright


(a) Anyone who violates any of the exclusive rights of the copyright owner as
provided by sections 106 through 122 or of the author as provided in
section 106A (a), or who imports copies or phonorecords into the United
States in violation of section 602, is an infringer of the copyright or right of
the author, as the case may be. For purposes of this chapter (other than
section 506), any reference to copyright shall be deemed to include the
rights conferred by section 106A (a). As used in this subsection, the term
anyone includes any State, any instrumentality of a State, and any
officer or employee of a State or instrumentality of a State acting in his or
her official capacity. Any State, and any such instrumentality, officer, or
employee, shall be subject to the provisions of this title in the same
manner and to the same extent as any nongovernmental entity.
(b) The legal or beneficial owner of an exclusive right under a copyright is
entitled, subject to the requirements of section 411, to institute an action
for any infringement of that particular right committed while he or she is

the owner of it. The court may require such owner to serve written notice
of the action with a copy of the complaint upon any person shown, by the
records of the Copyright Office or otherwise, to have or claim an interest in
the copyright, and shall require that such notice be served upon any
person whose interest is likely to be affected by a decision in the case.
The court may require the joinder, and shall permit the intervention, of any
person having or claiming an interest in the copyright.
(c) For any secondary transmission by a cable system that embodies a
performance or a display of a work which is actionable as an act of
infringement under subsection (c) of section 111, a television broadcast
station holding a copyright or other license to transmit or perform the
same version of that work shall, for purposes of subsection (b) of this
section, be treated as a legal or beneficial owner if such secondary
transmission occurs within the local service area of that television station.
(d) For any secondary transmission by a cable system that is actionable as
an act of infringement pursuant to section 111 (c)(3), the following shall
also have standing to sue : (i) the primary transmitter whose transmission
has been altered by the cable system and (ii) any broadcast station within
whose local service area the secondary transmissions occurs.
(e) With respect to any secondary transmission that is made by a satellite
carrier of a performance or display of a work embodied in a primary
transmission and is actionable as an act of infringement under section
119(a)(5), a network station holding a copyright or other license to transmit
or perform the same version of that work shall, for purposes of subsection
(b) of this section, be treated as a legal or beneficial owner if such
secondary transmission occurs within the local service area of that station.
(f) (1) With respect to any secondary transmission that is made by a satellite
carrier of a performance or display of a work embodied in a primary
transmission and is actionable as an act of infringement under section

122, a television broadcast station holding a copyright or other license


to transmit or perform the same version of that work shall, for purposes
of subsection (b) of this section, be treated as a legal or beneficial
owner if such secondary transmission occurs within the local market of
that station.
(2) A television broadcast station may file a civil action against any satellite
carrier that has refused to carry television broadcast signals, as
required under section 122(a)(2), to enforce that television broadcast
station's rights under section 338(a) of the Communications Act of
1934.

1.2 Article 512. Limitations on liability relating to material online


1.3

(Amandment : Digital Millenium Copyright Act / DMCA 1998 in Title II


Online Copyright Infringement Liability Limitation)

(A) Transitory Digital Network Communications.


A service provider shall not be liable for monetary relief, or, except as
provided in subsection (j), for injunctive or other equitable relief, for
infringement of copyright by reason of the providers transmitting, routing,
or providing connections for, material through a system or network
controlled or operated by or for the service provider, or by reason of the
intermediate and transient storage of that material in the course of such
transmitting, routing, or providing connections, if :
(1) the transmission of the material was initiated by or at the direction of a
person other than the service provider;
(2) the transmission, routing, provision of connections, or storage is
carried out through an automatic technical process without selection of the
material by the service provider;
(3) the service provider does not select the recipients of the material
except as an automatic response to the request of another person;

(4) no copy of the material made by the service provider in the course of
such intermediate or transient storage is maintained on the system or
network in a manner ordinarily accessible to anyone other than anticipated
recipients, and no such copy is maintained on the system or network in a
manner ordinarily accessible to such anticipated recipients for a longer
period than is reasonably necessary for the transmission, routing, or
provision of connections; and
(5) the material is transmitted through the system or network without
modification of its content.
(B) System Caching.
(1) Limitation on liability.A service provider shall not be liable for
monetary relief, or, except as provided in subsection (j), for injunctive or
other equitable relief, for infringement of copyright by reason of the
intermediate and temporary storage of material on a system or network
controlled or operated by or for the service provider in a case in which
(A) the material is made available online by a person other than the
service provider;
(B) the material is transmitted from the person described in subparagraph
(A) through the system or network to a person other than the person
described in subparagraph (A) at the direction of that other person;
and
(C) the storage is carried out through an automatic technical process for
the purpose of making the material available to users of the system or
network who, after the material is transmitted as described in
subparagraph (B), request access to the material from the person
described in subparagraph (A), if the conditions set forth in paragraph
(2) are met.
(2) Conditions.The conditions referred to in paragraph (1) are that

(A) the material described in paragraph (1) is transmitted to the


subsequent users described in paragraph (1)(C) without modification
to its content from the manner in which the material was transmitted
from the person described in paragraph (1)(A);
(B) the service provider described in paragraph (1) complies with rules
concerning the refreshing, reloading, or other updating of the material
when specified by the person making the material available online in
accordance with a generally accepted industry standard data
communications protocol for the system or network through which that
person makes the material available, except that this subparagraph
applies only if those rules are not used by the person described in
paragraph (1)(A) to prevent or unreasonably impair the intermediate
storage to which this subsection applies;
(C) the service provider does not interfere with the ability of technology
associated with the material to return to the person described in
paragraph (1)(A) the information that would have been available to that
person if the material had been obtained by the subsequent users
described in paragraph (1)(C) directly from that person, except that this
subparagraph applies only if that technology
(i) does not significantly interfere with the performance of the providers
system or network or with the intermediate storage of the material;
(ii)

is

consistent

with

generally

accepted

industry

standard

communications protocols; and


(iii) does not extract information from the providers system or network
other than the information that would have been available to the
person described in paragraph (1)(A) if the subsequent users had
gained access to the material directly from that person;
(D) if the person described in paragraph (1)(A) has in effect a condition
that a person must meet prior to having access to the material, such as

a condition based on payment of a fee or provision of a password or


other information, the service provider permits access to the stored
material in significant part only to users of its system or network that
have met those conditions and only in accordance with those
conditions; and
(E) if the person described in paragraph (1)(A) makes that material
available online without the authorization of the copyright owner of the
material, the service provider responds expeditiously to remove, or
disable access to, the material that is claimed to be infringing upon
notification of
claimed infringement as described in subsection (c)(3), except that this
subparagraph applies only if
(i)

the material has previously been removed from the originating


site or access to it has been disabled, or a court has ordered
that the material be removed from the originating site or that
access to the material on the originating site be disabled; and

(ii)

(ii) the party giving the notification includes in the notification a


statement confirming that the material has been removed from
the originating site or access to it has been disabled or that a
court has ordered that the material be removed from the
originating site or that access to the material on the originating
site be disabled.

(C) Information Residing on Systems or Networks at Direction of Users.


(1) In general.
A service provider shall not be liable for monetary relief, or, except as
provided in subsection (j), for injunctive or other equitable relief, for
infringement of copyright by reason of the storage at the direction of a

user of material that resides on a system or network controlled or


operated by or for the service provider, if the service provider :
(A) (i) does not have actual knowledge that the material or an activity
using the material on the system or network is infringing;
(ii) in the absence of such actual knowledge, is not aware of facts
or circumstances from which infringing activity is apparent; or
(iii) upon obtaining such knowledge or awareness, acts
expeditiously to remove, or disable access to, the material;
(B) does not receive a financial benefit directly attributable to the
infringing activity, in a case in which the service provider has the
right and ability to control such activity; and
(C) upon notification of claimed infringement as described in paragraph
(3), responds expeditiously to remove, or disable access to, the
material that is claimed to be infringing or to be the subject of
infringing activity.
(2) Designated agent.
The limitations on liability established in this subsection apply to a service
provider only if the service provider has designated an agent to receive
notifications of claimed infringement described in paragraph (3), by
making available through its service, including on its website in a location
accessible to the public, and by providing to the Copyright Office,
substantially the following information:
(A) the name, address, phone number, and electronic mail address of
the agent.
(B) other contact information which the Register of Copyrights may
deem appropriate.
The Register of Copyrights shall maintain a current directory of
agents available to the public for inspection, including through the
Internet, in both electronic and hard copy formats, and may require

payment of a fee by service providers to cover the costs of maintaining


the directory.
(3) Elements of notification.
(A) To be effective under this subsection, a notification of claimed
infringement must be a written communication provided to the
designated agent of a service provider that includes substantially
the following:
(i) A physical or electronic signature of a person authorized to act
on behalf of the owner of an exclusive right that is allegedly
infringed.
(ii) Identification of the copyrighted work claimed to have been
infringed, or, if multiple copyrighted works at a single online site
are covered by a single notification, a representative list of such
works at that site.
(iii) Identification of the material that is claimed to be infringing or to
be the subject of infringing activity and that is to be removed or
access to which is to be disabled, and information reasonably
sufficient to permit the service provider to locate the material.
(iv) Information reasonably sufficient to permit the service provider
to contact the complaining party, such as an address, telephone
number, and, if available, an electronic mail address at which
the complaining party may be contacted.
(v) A statement that the complaining party has a good faith belief
that use of the material in the manner complained of is not
authorized by the copyright owner, its agent, or the law.
(vi) A statement that the information in the notification is accurate,
and under penalty of perjury, that the complaining party is
authorized to act on behalf of the owner of an exclusive right
that is allegedly infringed.

(B) (i) Subject to clause (ii), a notification from a copyright owner or from
a person authorized to act on behalf of the copyright owner that
fails to comply substantially with the provisions of subparagraph
(A) shall not be considered under paragraph (1)(A) in determining
whether a service provider has actual knowledge or is aware of
facts or circumstances from which infringing activity is apparent.
(ii) In a case in which the notification that is provided to the service
providers designated agent fails to comply substantially with all
the provisions of subparagraph (A) but substantially complies with
clauses (ii),
(iii), and (iv) of subparagraph (A), clause (i) of this subparagraph
applies only if the service provider promptly attempts to contact
the person making the notification or takes other reasonable
steps to assist in the receipt of notification that substantially
complies with all the provisions of subparagraph (A).
(D) Information Location Tools.
A service provider shall not be liable for monetary relief, or, except as
provided in subsection (j), for injunctive or other equitable relief, for
infringement of copyright by reason of the provider referring or linking
users to an online location containing infringing material or infringing
activity, by using information location tools, including a directory, index,
reference, pointer, or hypertext link, if the service provider :
(1) A. does not have actual knowledge that the material or activity is
infringing
B. in the absence of such actual knowledge, is not aware of facts or
circumstances from which infringing activity is apparent; or
C. upon obtaining such knowledge or awareness, acts expeditiously to
remove, or disable access to, the material;

(2) does not receive a financial benefit directly attributable to the


infringing activity,in a case in which the service provider has the right
and ability to control such activity; and
(3) upon notification of claimed infringement as described in subsection
(c)(3), responds expeditiously to remove, or disable access to, the
material that is claimed to be infringing or to be the subject of infringing
activity, except that, for purposes of this paragraph, the information
described in subsection (c)(3)(A)(iii) shall be identification of the
reference or link, to material or activity claimed to be infringing, that is
to be removed or access to which is to be disabled, and information
reasonably sufficient to permit the service provider to locate that
reference or link.
(E) Limitation on Liability of Nonprofit Educational Institutions.
(1) When a public or other nonprofit institution of higher education is a
service provider, and when a faculty member or graduate student who
is an employee of such institution is performing a teaching or research
function, for the purposes of subsections (a) and (b) such faculty
member or graduate student shall be considered to be a person other
than the institution, and for the purposes of subsections (c) and (d)
such faculty members or graduate students knowledge or awareness
of his or her infringing activities shall not be attributed to the institution,
if :
(a) such faculty members or graduate students infringing activities do
not involve the provision of online access to instructional materials
that are or were required or recommended, within the preceding 3year period,for a course taught at the institution by such faculty
member or graduate student;

(b) the institution has not, within the preceding 3-year period, received
more than 2 notifications described in subsection (c)(3) of claimed
infringement by such faculty member or graduate student, and such
notifications of claimed infringement were not actionable under
subsection (f); and
(c) the institution provides to all users of its system or network
informational materials that accurately describe, and promote
compliance with, the laws of the United States relating to copyright.
(2) For the purposes of this subsection, the limitations on injunctive relief
contained in subsections (j)(2) and (j)(3), but not those in (j)(1), shall
apply.
(F) Misrepresentations
Any person who knowingly materially misrepresents under this section:
(1) that material or activity is infringing, or
(2) that material or activity was removed or disabled by mistake or
misidentification,
shall be liable for any damages, including costs and attorneys fees,
incurred by the alleged infringer, by any copyright owner or copyright
owners authorized licensee, or by a service provider, who is injured by
such misrepresentation, as the result of the service provider relying upon
such misrepresentation in removing or disabling access to the material or
activity claimed to be infringing, or in replacing the removed material or
ceasing to disable access to it.
(G) Replacement of Removed or Disabled Material and Limitation on
Other Liability
(1) No liability for taking down generally.Subject to paragraph (2), a
service provider shall not be liable to any person for any claim based

on the service providers good faith disabling of access to, or removal


of, material or activity claimed to be infringing or based on facts or
circumstances from which infringing activity is apparent, regardless of
whether the material or activity is ultimately determined to be
infringing.
(2) Exception.Paragraph (1) shall not apply with respect to material
residing at the direction of a subscriber of the service provider on a
system or network controlled or operated by or for the service provider
that is removed, or to which access is disabled by the service provider,
pursuant to a notice provided under subsection (c)(1)(C), unless the
service provider :
(A) takes reasonable steps promptly to notify the subscriber that it has
removed or disabled access to the material;
(B) upon receipt of a counter notification described in paragraph (3),
promptly provides the person who provided the notification under
subsection (c)(1)(C) with a copy of the counter notification, and
informs that person that it will replace the removed material or
cease disabling access to it in 10 business days; and
(C) replaces the removed material and ceases disabling access to it
not less than 10, nor more than 14, business days following receipt
of the counter notice, unless its designated agent first receives
notice from the person who submitted the notification under
subsection (c)(1)(C) that such person has filed an action seeking a
court order to restrain the subscriber from engaging in infringing
activity relating to the material on the service providers system or
network.

(3) Contents of counter notification.To be effective under this


subsection, a counter notification must be a written communication
provided to the service providers designated agent that includes
substantially the following:
(A) A physical or electronic signature of the subscriber.
(B) Identification of the material that has been removed or to which
access has been disabled and the location at which the material
appeared before it was removed or access to it was disabled.
(C) A statement under penalty of perjury that the subscriber has a
good faith belief that the material was removed or disabled as a
result of mistake or misidentification of the material to be removed
or disabled.
(D) The subscribers name, address, and telephone number, and a
statement that the subscriber consents to the jurisdiction of
Federal District Court for the judicial district in which the address
is located, or if the subscribers address is outside of the United
States, for any judicial district in which the service provider may
be found, and that the subscriber will accept service of process
from the person who provided notification under subsection (c)(1)
(C) or an agent of such person.
(4) Limitation on other liability.A service providers compliance with
paragraph (2) shall not subject the service provider to liability for
copyright infringement with respect to the material identified in the
notice provided under subsection (c)(1)(C).
(H) Subpoena to Identify Infringer
(1) Request : A copyright owner or a person authorized to act on the
owners behalf may request the clerk of any United States district court to

issue a subpoena to a service provider for identification of an alleged


infringer in accordance with this subsection.
(2) Contents of request : The request may be made by filing with the Clerk
:
(A) a copy of a notification described in subsection (c)(3)(A);
(B) a proposed subpoena; and
(C) a sworn declaration to the effect that the purpose for which the
subpoena is sought is to obtain the identity of an alleged infringer and
that such information will only be used for the purpose of protecting
rights under this title.
(3) Contents of subpoena : The subpoena shall authorize and order the
service provider receiving the notification and the subpoena to
expeditiously disclose to the copyright owner or person authorized by
the copyright owner information sufficient to identify the alleged
infringer of the material described in the notification to the extent such
information is available to the service provider.
(4) Basis for granting subpoena : If the notification filed satisfies the
provisions of subsection (c)(3)(A), the proposed subpoena is in proper
form, and the accompanying declaration is properly executed, the clerk
shall expeditiously issue and sign the proposed subpoena and return it
to the requester for delivery to the service provider.
(5) Actions of service provider receiving subpoena.Upon receipt of the
issued subpoena, either accompanying or subsequent to the receipt of
a notification described in subsection (c)(3)(A), the service provider
shall expeditiously disclose to the copyright owner or person
authorized by the copyright owner the information required by the
subpoena, notwithstanding any other provision of law and regardless
of whether the service provider responds to the notification.

(6) Rules applicable to subpoena.Unless otherwise provided by this


section or by applicable rules of the court, the procedure for issuance
and delivery of the subpoena, and the remedies for noncompliance
with the subpoena, shall be governed to the greatest extent practicable
by those provisions of the Federal Rules of Civil Procedure governing
the issuance, service, and enforcement of a subpoena duces tecum.
(I) Conditions for Eligibility
(1) Accommodation of technology.The limitations on liability established
by this section shall apply to a service provider only if the service
provider
(A) has adopted and reasonably implemented, and informs subscribers
and account holders of the service providers system or network
of, a policy that provides for the termination in appropriate
circumstances of subscribers and account holders of the service
providers system or network who are repeat infringers; and
(B) accommodates and does not interfere with standard technical
measures.
(2) Definition.As used in this subsection, the term standard technical
measures means technical measures that are used by copyright
owners to identify or protect copyrighted works and :
(A) have been developed pursuant to a broad consensus of copyright
owners and service providers in an open, fair, voluntary, multiindustry standards process
(B) are available to any person on reasonable and nondiscriminatory
terms; and
(C) do not impose substantial costs on service providers or
substantial burdens on their systems or networks.

(J) Injunctions
The following rules shall apply in the case of any application for an
injunction under section 502 against a service provider that is not subject
to monetary remedies under this section:
(1) Scope of relief :
(A) With respect to conduct other than that which qualifies for the
limitation on remedies set forth in subsection (a), the court may grant
injunctive relief with respect to a service provider only in one or more
of the following forms:
(i) An order restraining the service provider from providing access to
infringing material or activity residing at a particular online site on the
providers system or network.
(ii) An order restraining the service provider from providing access to
a subscriber or account holder of the service providers system or
network who is engaging in infringing activity and is identified in the
order, by terminating the accounts of the subscriber or account
holder that are specified in the order.
(iii) Such other injunctive relief as the court may consider necessary
to prevent or restrain infringement of copyrighted material specified in
the order of the court at a particular online location, if such relief is
the least burdensome to the service provider among the forms of
relief comparably effective for that purpose.
(B) If the service provider qualifies for the limitation on remedies
described in subsection (a), the court may only grant injunctive relief
in one or both of the following forms:
(i) An order restraining the service provider from providing access to
a subscriber or account holder of the service providers system or
network who is using the providers service to engage in infringing

activity and is identified in the order, by terminating the accounts of


the subscriber or account holder that are specified in the order.
(ii) An order restraining the service provider from providing access,
by taking reasonable steps specified in the order to block access, to
a specific, identified, online location outside the United States.
(2) Considerations :
The court, in considering the relevant criteria for injunctive relief under
applicable law, shall consider :
(A) whether such an injunction, either alone or in combination with other
such injunctions issued against the same service provider under this
subsection, would significantly burden either the provider or the
operation of the providers system or network;
(B) the magnitude of the harm likely to be suffered by the copyright
Copyright Law of the United States owner in the digital network
environment if steps are not taken to prevent or restrain the
infringement;
(C) whether implementation of such an injunction would be technically
feasible and effective, and would not interfere with access to
noninfringing material at other online locations; and
(D) whether other less burdensome and comparably effective means of
preventing or restraining access to the infringing material are available.
(3) Notice and ex parte orders :
Injunctive relief under this subsection shall be available only after notice
to the service provider and an opportunity for the service provider to
appear are provided, except for orders ensuring the preservation of
evidence or other orders having no material adverse effect on the
operation of the service providers communications network.

(K) Definitions
(1) Service provider.
(A) As used in subsection (a), the term service provider means an
entity offering the transmission, routing, or providing of connections for
digital online communications, between or among points specified by a
user, of material of the users choosing, without modification to the
content of the material as sent or received.
(B) As used in this section, other than subsection (a), the term service
provider means a provider of online services or network access, or the
operator of facilities therefor, and includes an entity described in
subparagraph (A).
(2) Monetary relief.
As used in this section, the term monetary relief means damages,
costs, attorneys fees, and any other form of monetary payment.
(L) Other Defenses Not Affected
The failure of a service providers conduct to qualify for limitation of
liability under this section shall not bear adversely upon the consideration
of a defense by the service provider that the service providers conduct is
not infringing under this title or any other defense.
(M) Protection of Privacy
Nothing in this section shall be construed to condition the applicability of
subsections (a) through (d) on
(1) a service provider monitoring its service or affirmatively seeking facts
indicating infringing activity, except to the extent consistent with a

standard technical measure complying with the provisions of


subsection (i); or
(2) a service provider gaining access to, removing, or disabling access to
material in cases in which such conduct is prohibited by law.
(N) Construction
Subsections (a), (b), (c), and (d) describe separate and distinct
functions for purposes of applying this section. Whether a service provider
qualifies for the limitation on liability in any one of those subsections shall
be based solely on the criteria in that subsection, and shall not affect a
determination of whether that service provider qualifies for the limitations
on liability under any other such subsection.

TITLE 18 United States Copyright Act 1976


2319A
Unauthorized fixation of and trafficking in sound recordings
and music videos of live musical performances
(a) Offense
Whoever, without the consent of the performer or performers involved,
knowingly and for purposes of commercial advantage or private financial
gain:
(1) fixes the sounds or sounds and images of a live musical performance
in a copy or phonorecord, or reproduces copies or phonorecords of
such a performance from an unauthorized fixation;
(2) transmits or otherwise communicates to the public the sounds or
sounds and images of a live musical performance; or
(3) distributes or offers to distribute, sells or offers to sell, rents or offers to
rent, or traffics in any copy or phonorecord fixed as described in
paragraph

(1) regardless of whether the fixations occurred in the United States; shall be
imprisoned for not more than 5 years or fined in the amount set forth in
this title, or both, or if the offense is a second or subsequent offense, shall
be imprisoned for not more than 10 years or fined in the amount set forth
in this title, or both.
(b) Forfeiture and Destruction.
When a person is convicted of a violation of subsection (a), the court shall
order the forfeiture and destruction of any copies or phonorecords created
in violation thereof, as well as any plates, molds, matrices, masters, tapes,
and film negatives by means of which such copies or phonorecords may
be made. The court may also, in its discretion, order the forfeiture and
destruction of any other equipment by means of which such copies or
phonorecords may be reproduced, taking into account the nature, scope,
and proportionality of the use of the equipment in the offense.
(c) Seizure and Forfeiture.
If copies or phonorecords of sounds or sounds and images of a live
musical performance are fixed outside of the United States without the
consent of the performer or performers involved, such copies or
phonorecords are subject to seizure and forfeiture in the United States in
the same manner as property imported in violation of the customs laws.
The Secretary of the Treasury shall, not later than 60 days after the date
of the enactment of the Uruguay Round Agreements Act, issue regulations
to carry out this subsection, including regulations by which any performer
may, upon payment of a specified fee, be entitled to notification by the
United States Customs Service of the importation of copies or

phonorecords that appear to consist of unauthorized fixations of the


sounds or sounds and images of a live musical performance.
(d) Victim Impact Statement.
(1) During preparation of the presentence report pursuant to Rule 32(c) of
the Federal Rules of Criminal Procedure, victims of the offense shall
be permitted to submit, and the probation officer shall receive, a victim
impact statement that identifies the victim of the offense and the extent
and scope of the injury and loss suffered by the victim, including the
estimated economic impact of the offense on that victim.
(2) Persons permitted to submit victim impact statements shall include :
(A) producers and sellers of legitimate works affected by conduct
involved in the offense;
(B) holders of intellectual property rights in such works; and
(C) the legal representatives of such producers, sellers, and holders.
(e) Definitions.(As used in this section)
(1) the terms copy, fixed, musical work, phonorecord, reproduce,
sound recordings, and transmit mean those terms within the
meaning of title 17; and
(2) the term traffic in means transport, transfer, or otherwise dispose of,
to another, as consideration for anything of value, or make or obtain
control of with intent to transport, transfer, or dispose of.

(f) Applicability.
This section shall apply to any Act or Acts that occur on or after the date of
the enactment of the Uruguay Round Agreements Act.4

Terms & Conditions

MySpace.com

Terms

of

Use

Agreement

October 25, 2006


MySpace.com is a social networking service that allows Members to create unique
personal profiles online in order to find and communicate with old and new friends.
The services offered by MySpace.com ("Myspace.com" or "we") include the
MySpace.com website (the "MySpace Website"), the MySpace.com Internet
messaging service, and any other features, content, or applications offered from
time to time by MySpace.com in connection with the MySpace Website (collectively,
the "MySpace Services"). The MySpace Services are hosted in the U.S.
This Terms of Use Agreement ("Agreement") sets forth the legally binding terms for
your use of the MySpace Services. By using the MySpace Services, you agree to be
bound by this Agreement, whether you are a "Visitor" (which means that you simply
browse the MySpace Website) or you are a "Member" (which means that you have
registered with Myspace.com). The term "User" refers to a Visitor or a Member. You
are only authorized to use the MySpace Services (regardless of whether your
access or use is intended) if you agree to abide by all applicable laws and to this
Agreement. Please read this Agreement carefully and save it. If you do not agree
with it, you should leave the MySpace Website and discontinue use of the MySpace
Services immediately. If you wish to become a Member, communicate with other
Members and make use of the MySpace Services, you must read this Agreement
and indicate your acceptance during the Registration process.
This Agreement includes MySpace.com's policy for acceptable use of the MySpace
Services and Content posted on the MySpace Website, your rights, obligations and
restrictions regarding your use of the MySpace Services and MySpace.com's
Privacy Policy. In order to participate in certain MySpace Services, you may be
notified that you are required to download software or content and/or agree to
additional terms and conditions. Unless otherwise provided by the additional terms
and conditions applicable to the MySpace Services in which you choose to
participate, those additional terms are hereby incorporated into this Agreement. You
may receive a copy of this Agreement by emailing us at: privacy@MySpace.com,
Subject: Terms of Use Agreement.
MySpace.com may modify this Agreement from time to time and such modification
shall be effective upon posting by MySpace.com on the MySpace Website. You
agree to be bound to any changes to this Agreement when you use the MySpace
Services after any such modification is posted. It is therefore important that you

review this Agreement regularly to ensure you are updated as to any changes.
Please choose carefully the information you post on MySpace.com and that you
provide to other Users. Your MySpace.com profile may not include the following
items: telephone numbers, street addresses, last names, and any photographs
containing nudity, or obscene, lewd, excessively violent, harassing, sexually explicit
or otherwise objectionable subject matter. Despite this prohibition, information
provided by other MySpace.com Members (for instance, in their Profile) may contain
inaccurate, inappropriate, offensive or sexually explicit material, products or
services, and MySpace.com assumes no responsibility or liability for this material. If
you become aware of misuse of the MySpace Services by any person, please
contact MySpace or click on the "Report Inappropriate Content" link at the bottom of
any MySpace.com page.
MySpace.com reserves the right, in its sole discretion, to reject, refuse to post or
remove any posting (including private messages) by you, or to restrict, suspend, or
terminate your access to all or any part of the MySpace Services at any time, for any
or no reason, with or without prior notice, and without liability.
1. Eligibility. Use of and Membership in the MySpace Services is void where
prohibited. By using the MySpace Services, you represent and warrant that
(a) all registration information you submit is truthful and accurate; (b) you will
maintain the accuracy of such information; (c) you are 14 years of age or
older; and (d) your use of the MySpace Services does not violate any
applicable law or regulation. Your profile may be deleted and your
Membership may be terminated without warning, if we believe that you are
under 14 years of age.
2. Term. This Agreement shall remain in full force and effect while you use the
MySpace Services or are a Member. You may terminate your Membership at
any time, for any reason, by following the instructions on the Member's
Account Settings page. MySpace.com may terminate your Membership at
any time, without warning. Even after Membership is terminated, this
Agreement will remain in effect, including sections 5-17.
3. Fees. You acknowledge that MySpace.com reserves the right to charge for
the MySpace Services and to change its fees from time to time in its
discretion. If MySpace.com terminates your Membership because you have
breached the Agreement, you shall not be entitled to the refund of any unused
portion of subscription fees.
4. Password. When you sign up to become a Member, you will also be asked to
choose a password. You are entirely responsible for maintaining the

confidentiality of your password. You agree not to use the account, username,
or password of another Member at any time or to disclose your password to
any third party. You agree to notify MySpace.com immediately if you suspect
any unauthorized use of your account or access to your password. You are
solely responsible for any and all use of your account.
5. Non-commercial Use by Members. The MySpace Services are for the
personal use of Members only and may not be used in connection with any
commercial endeavors except those that are specifically endorsed or
approved by MySpace.com. Illegal and/or unauthorized use of the MySpace
Services, including collecting usernames and/or email addresses of Members
by electronic or other means for the purpose of sending unsolicited email or
unauthorized framing of or linking to the MySpace Website is prohibited.
Commercial advertisements, affiliate links, and other forms of solicitation may
be removed from Member profiles without notice and may result in
termination of Membership privileges. Appropriate legal action will be taken
for any illegal or unauthorized use of the MySpace Services.
6. Proprietary Rights in Content on MySpace.com.
1. MySpace.com does not claim any ownership rights in the text, files,
images, photos, video, sounds, musical works, works of authorship, or
any other materials (collectively, "Content") that you post to the
MySpace Services. After posting your Content to the MySpace
Services, you continue to retain all ownership rights in such Content,
and you continue to have the right to use your Content in any way you
choose. By displaying or publishing ("posting") any Content on or
through the MySpace Services, you hereby grant to MySpace.com a
limited license to use, modify, publicly perform, publicly display,
reproduce, and distribute such Content solely on and through the
MySpace Services.
Without this license, MySpace.com would be unable to provide the
MySpace Services. For example, without the right to modify Member
Content, MySpace.com would not be able to digitally compress music
files that Members submit or otherwise format Content to satisfy
technical requirements, and without the right to publicly perform
Member Content, MySpace.com could not allow Users to listen to
music posted by Members. The license you grant to MySpace.com is
non-exclusive (meaning you are free to license your Content to anyone
else in addition to MySpace.com), fully-paid and royalty-free (meaning
that MySpace.com is not required to pay you for the use on the
MySpace Services of the Content that you post), sublicensable (so that
MySpace.com is able to use its affiliates and subcontractors such as

Internet content delivery networks to provide the MySpace Services),


and worldwide (because the Internet and the MySpace Services are
global in reach). This license will terminate at the time you remove your
Content from the MySpace Services. The license does not grant
MySpace.com the right to sell your Content, nor does the license grant
MySpace.com the right to distribute your Content outside of the
MySpace Services.
2. You represent and warrant that: (i) you own the Content posted by you
on or through the MySpace Services or otherwise have the right to
grant the license set forth in this section, and (ii) the posting of your
Content on or through the MySpace Services does not violate the
privacy rights, publicity rights, copyrights, contract rights or any other
rights of any person. You agree to pay for all royalties, fees, and any
other monies owing any person by reason of any Content posted by
you to or through the MySpace Services.
3. The MySpace Services contain Content of MySpace.com
("MySpace.com Content"). MySpace.com Content is protected by
copyright, trademark, patent, trade secret and other laws, and
MySpace.com owns and retains all rights in the MySpace.com Content
and the MySpace Services. MySpace.com hereby grants you a limited,
revocable, nonsublicensable license to reproduce and display the
MySpace.com Content (excluding any software code) solely for your
personal use in connection with viewing the MySpace Website and
using the MySpace Services.
4. The MySpace Services contain Content of Users and other
MySpace.com licensors. Except for Content posted by you, you may
not copy, modify, translate, publish, broadcast, transmit, distribute,
perform, display, or sell any Content appearing on or through the
MySpace Services.
7. Content Posted.
1. MySpace.com may delete any Content that in the sole judgment of
MySpace.com violates this Agreement or which may be offensive,
illegal or violate the rights, harm, or threaten the safety of any person.
MySpace.com assumes no responsibility for monitoring the MySpace
Services for inappropriate Content or conduct. If at any time
MySpace.com chooses, in its sole discretion, to monitor the MySpace
Services, MySpace.com nonetheless assumes no responsibility for the
Content, no obligation to modify or remove any inappropriate Content,
and no responsibility for the conduct of the User submitting any such

Content.
2. You are solely responsible for the Content that you post on or through
any of the MySpace Services, and any material or information that you
transmit to other Members and for your interactions with other Users.
MySpace.com does not endorse and has no control over the Content.
Content is not necessarily reviewed by MySpace.com prior to posting
and does not necessarily reflect the opinions or policies of
MySpace.com. MySpace.com makes no warranties, express or
implied, as to the Content or to the accuracy and reliability of the
Content or any material or information that you transmit to other
Members.
8. Content/Activity Prohibited. The following is a partial list of the kind of
Content that is illegal or prohibited to post on or through the MySpace
Services. MySpace.com reserves the right to investigate and take appropriate
legal action against anyone who, in MySpace.com's sole discretion, violates
this provision, including without limitation, removing the offending
communication from the MySpace Services and terminating the Membership
of such violators. Prohibited Content includes, but is not limited to Content
that, in the sole discretion of MySpace.com:
1. is patently offensive and promotes racism, bigotry, hatred or physical
harm of any kind against any group or individual;
2. harasses or advocates harassment of another person;
3. exploits people in a sexual or violent manner;
4. contains nudity, violence, or offensive subject matter or contains a link
to an adult website;
5. solicits personal information from anyone under 18;
6. provides any telephone numbers, street addresses, last names, URLs
or email addresses;
7. promotes information that you know is false or misleading or promotes
illegal activities or conduct that is abusive, threatening, obscene,
defamatory or libelous;
8. promotes an illegal or unauthorized copy of another person's
copyrighted work, such as providing pirated computer programs or
links to them, providing information to circumvent manufactureinstalled copy-protect devices, or providing pirated music or links to
pirated music files;
9. involves the transmission of "junk mail," "chain letters," or unsolicited
mass mailing, instant messaging, "spimming," or "spamming";
10. contains restricted or password only access pages or hidden pages or
images (those not linked to or from another accessible page);
11. furthers or promotes any criminal activity or enterprise or provides

instructional information about illegal activities including, but not limited


to making or buying illegal weapons, violating someone's privacy, or
providing or creating computer viruses;
12. solicits passwords or personal identifying information for commercial or
unlawful purposes from other Users;
13. involves commercial activities and/or sales without our prior written
consent such as contests, sweepstakes, barter, advertising, or pyramid
schemes;
14. includes a photograph of another person that you have posted without
that person's consent; or
15. for band and filmmaker profiles, uses sexually suggestive imagery or
any other unfair, misleading or deceptive Content intended to draw
traffic to the profile.
The following is a partial list of the kind of activity that is illegal or prohibited
on the MySpace Website and through your use of the MySpace Services.
MySpace.com reserves the right to investigate and take appropriate legal
action against anyone who, in MySpace.com's sole discretion, violates this
provision, including without limitation, reporting you to law enforcement
authorities. Prohibited activity includes, but is not limited to:
16. criminal or tortious activity, including child pornography, fraud,
trafficking in obscene material, drug dealing, gambling, harassment,
stalking, spamming, spimming, sending of viruses or other harmful
files, copyright infringement, patent infringement, or theft of trade
secrets;
17. advertising to, or solicitation of, any Member to buy or sell any
products or services through the MySpace Services. You may not
transmit any chain letters or junk email to other Members. It is also a
violation of these rules to use any information obtained from the
MySpace Services in order to contact, advertise to, solicit, or sell to
any Member without their prior explicit consent. In order to protect our
Members from such advertising or solicitation, MySpace.com reserves
the right to restrict the number of emails which a Member may send to
other Members in any 24-hour period to a number which
MySpace.com deems appropriate in its sole discretion. If you breach
this Agreement and send unsolicited bulk email, instant messages or
other unsolicited communications of any kind through the MySpace
Services, you acknowledge that you will have caused substantial harm
to MySpace.com, but that the amount of such harm would be
extremely difficult to ascertain. As a reasonable estimation of such

harm, you agree to pay MySpace.com $50 for each such unsolicited
email or other unsolicited communication you send through the
MySpace Services;
18. covering or obscuring the banner advertisements on your personal
profile page, or any MySpace.com page via HTML/CSS or any other
means;
19. any automated use of the system, such as using scripts to add friends
or send comments or messages;
20. interfering with, disrupting, or creating an undue burden on the
MySpace Services or the networks or services connected to the
MySpace Services;
21. attempting to impersonate another Member or person;
22. for band profiles, copying the code for your MySpace Player and
embedding it into other profiles or asking other Members to embed it
into their profiles;
23. using the account, username, or password of another Member at any
time or disclosing your password to any third party or permitting any
third party to access your account;
24. selling or otherwise transferring your profile;
25. using any information obtained from the MySpace Services in order to
harass, abuse, or harm another person;
26. displaying an advertisement on your profile, or accepting payment or
anything of value from a third person in exchange for your performing
any commercial activity on or through the MySpace Services on behalf
of that person, such as placing commercial content on your profile,
posting blogs or bulletins with a commercial purpose, selecting a
profile with a commercial purpose as one of your "Top 8" friends, or
sending private messages with a commercial purpose; or
27. using the MySpace Services in a manner inconsistent with any and all
applicable laws and regulations.
9. Copyright Policy. You may not post, modify, distribute, or reproduce in any
way any copyrighted material, trademarks, or other proprietary information
belonging to others without obtaining the prior written consent of the owner of
such proprietary rights. It is the policy of MySpace.com to terminate
Membership privileges of any Member who repeatedly infringes the copyright
rights of others upon receipt of proper notification to MySpace.com by the
copyright owner or the copyright owner's legal agent. Without limiting the
foregoing, if you believe that your work has been copied and posted on the
MySpace Services in a way that constitutes copyright infringement, please
provide our Copyright Agent with the following information: (i) an electronic or
physical signature of the person authorized to act on behalf of the owner of

the copyright interest; (ii) a description of the copyrighted work that you claim
has been infringed; (iii) a description of where the material that you claim is
infringing is located on the MySpace Services; (iv) your address, telephone
number, and email address; (v) a written statement by you that you have a
good faith belief that the disputed use is not authorized by the copyright
owner, its agent, or the law; (vi) a statement by you, made under penalty of
perjury, that the above information in your notice is accurate and that you are
the copyright owner or authorized to act on the copyright owner's behalf.
MySpace.com's Copyright Agent for notice of claims of copyright infringement
can be reached as follows: Copyright Agent, MySpace, Inc., 8391 Beverly
Blvd., #349, Los Angeles, CA 90048; Facsimile: (310) 969-7394; Attn:
Copyright Agent; and email: copyrightagent@myspace.com.
10. Member Disputes. You are solely responsible for your interactions with other
MySpace.com Members. MySpace.com reserves the right, but has no
obligation, to monitor disputes between you and other Members.
11. Privacy. Use of the MySpace Services is also governed by our Privacy Policy,
which is incorporated into this Agreement by this reference.
12. Disclaimers. MySpace.com is not responsible for any incorrect or inaccurate
Content posted on the MySpace Website or in connection with the MySpace
Services, whether caused by Users of the MySpace Services or by any of the
equipment or programming associated with or utilized in the MySpace
Services. Profiles created and posted by Members on the MySpace Website
may contain links to other websites. MySpace.com is not responsible for the
Content, accuracy or opinions expressed on such websites, and such
websites are in no way investigated, monitored or checked for accuracy or
completeness by MySpace.com. Inclusion of any linked website on the
MySpace Services does not imply approval or endorsement of the linked
website by MySpace.com. When you access these third-party sites, you do
so at your own risk. MySpace.com takes no responsibility for third party
advertisements which are posted on this MySpace Website or through the
MySpace Services, nor does it take any responsibility for the goods or
services provided by its advertisers. MySpace.com is not responsible for the
conduct, whether online or offline, of any User of the MySpace Services.
MySpace.com assumes no responsibility for any error, omission, interruption,
deletion, defect, delay in operation or transmission, communications line
failure, theft or destruction or unauthorized access to, or alteration of, any
User or Member communication. MySpace.com is not responsible for any
problems or technical malfunction of any telephone network or lines,
computer online systems, servers or providers, computer equipment,
software, failure of any email or players due to technical problems or traffic
congestion on the Internet or on any of the MySpace Services or combination

thereof, including any injury or damage to Users or to any person's computer


related to or resulting from participation or downloading materials in
connection with the MySpace Services. Under no circumstances shall
MySpace.com be responsible for any loss or damage, including personal
injury or death, resulting from use of the MySpace Services, attendance at a
MySpace.com event, from any Content posted on or through the MySpace
Services, or from the conduct of any Users of the MySpace Services, whether
online or offline. The MySpace Services are provided "AS-IS" and as
available and MySpace.com expressly disclaims any warranty of fitness for a
particular purpose or non-infringement. MySpace.com cannot guarantee and
does not promise any specific results from use of the MySpace Services.
13. Limitation on Liability. IN NO EVENT SHALL MYSPACE.COM BE LIABLE
TO YOU OR ANY THIRD PARTY FOR ANY INDIRECT, CONSEQUENTIAL,
EXEMPLARY, INCIDENTAL, SPECIAL OR PUNITIVE DAMAGES,
INCLUDING LOST PROFIT DAMAGES ARISING FROM YOUR USE OF
THE SERVICES, EVEN IF MYSPACE.COM HAS BEEN ADVISED OF THE
POSSIBILITY OF SUCH DAMAGES. NOTWITHSTANDING ANYTHING TO
THE CONTRARY CONTAINED HEREIN, MYSPACE.COM'S LIABILITY TO
YOU FOR ANY CAUSE WHATSOEVER AND REGARDLESS OF THE FORM
OF THE ACTION, WILL AT ALL TIMES BE LIMITED TO THE AMOUNT PAID,
IF ANY, BY YOU TO MYSPACE.COM FOR THE MYSPACE SERVICES
DURING THE TERM OF MEMBERSHIP.
14. U.S. Export Controls. Software available in connection with the MySpace
Services (the "Software") is further subject to United States export controls.
No Software may be downloaded from the MySpace Services or otherwise
exported or re-exported in violation of U.S. export laws. Downloading or using
the Software is at your sole risk.
15. Disputes. If there is any dispute about or involving the MySpace Services,
you agree that the dispute shall be governed by the laws of the State of
California, USA, without regard to conflict of law provisions and you agree to
exclusive personal jurisdiction and venue in the state and federal courts of the
United States located in the State of California, City of Los Angeles. Either
MySpace.com or you may demand that any dispute between MySpace.com
and you about or involving the MySpace Services must be settled by
arbitration utilizing the dispute resolution procedures of the American
Arbitration Association (AAA) in Los Angeles, California, USA, provided that
the foregoing shall not prevent MySpace.com from seeking injunctive relief in
a court of competent jurisdiction.
16. Indemnity. You agree to indemnify and hold MySpace.com, its subsidiaries,
and affiliates, and their respective officers, agents, partners and employees,
harmless from any loss, liability, claim, or demand, including reasonable

attorneys' fees, made by any third party due to or arising out of your use of
the MySpace Services in violation of this Agreement and/or arising from a
breach of this Agreement and/or any breach of your representations and
warranties set forth above and/or if any Content that you post on the
MySpace Website or through the MySpace Services causes MySpace.com to
be liable to another.
17. Other. This Agreement is accepted upon your use of the MySpace Website or
any of the MySpace Services and is further affirmed by you becoming a
Member. This Agreement constitutes the entire agreement between you and
MySpace.com regarding the use of the MySpace Services. The failure of
MySpace.com to exercise or enforce any right or provision of this Agreement
shall not operate as a waiver of such right or provision. The section titles in
this Agreement are for convenience only and have no legal or contractual
effect. MySpace.com is a trademark of MySpace, Inc. This Agreement
operates to the fullest extent permissible by law. If any provision of this
Agreement is unlawful, void or unenforceable, that provision is deemed
severable from this Agreement and does not affect the validity and
enforceability of any remaining provisions.
Please contact us at: Contact MySpace with any questions regarding this
Agreement.
I HAVE READ THIS AGREEMENT AND AGREE TO ALL OF THE PROVISIONS
CONTAINED ABOVE.

Anda mungkin juga menyukai