Anda di halaman 1dari 52

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH

PADA BALITA DI DESA BROGO DONOHUDAN


NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :
TIA YULI WAHYUNINGSIH
NIM. B09.053

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam
Berdarah Pada Balita di Desa Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun Karya Tulis Ilmiah ini
tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta semangat dari pembimbing, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Agnes Sriharti, M. Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta.
2. Dheny Rohmatika, S. SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ernawati, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Sutrapsilo S.pd, selaku Kepala Desa Donohudan Ngemplak Boyolali
yang telah bersedia memberi ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen beserta staff Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah
diberikan.
6. Ibu-ibu di desa Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali yang telah bersedia
menjadi responden untuk Karya Tulis Ilmiah.
7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

iv

8. Kedua orang tua saya yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Rekan-rekan Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran dan kritik demi kemajuan
penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Surakarta,

Juli 2012

Penulis

Prodi D III Kebidanan, STIKes Kusuma Husada Surakarta


Karya Tulis Ilmiah, 2012
Tia Yuli Wahyuningsih
B09 053
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH
PADA BALITA DI DESA BROGO DONOHUDAN
NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN 2012
xv + 52 halaman + 14 lampiran+ 3 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung
meningkat. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia
terutama di negara tropik dan subtropik. Demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegepty. Kejadian DBD di surakarta pada bulan Januari 2006
mencapai 37 balita. Jumlah penderita pada bulan januari meningkat tajam
dibandingkan dengan Januari 2005 yang hanya 4 balita. Sesuai dengan pola lima
tahunan berjalan tahun 2006 diprediksi terjadi peningkatan dan mencapai
puncaknya tahun 2007.
Tujuan : Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu tentang demam berdarah
pada balita di Desa Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali dengan kategori baik,
cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif,
lokasi dan waktu penelitian di Desa Brogo, Donohudan, Ngemplak, Boyolali pada
bulan Juni 2012, populasi penelitian 135 ibu, pengambilan sampel dengan
Random Sample dengan jumlah 33 responden. Teknik pengumpulan data dengan
kuesioner yang di uji validitas dan reliabilitasnya, teknik analisa univariat dengan
distribusi frekuensi.
Hasil penelitian : Dari hasil penelitian terhadap 33 responden di Desa Brogo,
Donohudan, Ngemplak, Boyolali yang berpengetahuan baik sebanyak 6
responden (18,18%), berpengetahuan cukup 20 responden (60,61%) dan yang
berpengetahuan kurang 7 responden (21,21%).
Kesimpulan : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Demam Berdarah Pada Balita di Desa Brogo, Donohudan, Ngemplak,
Boyolali terbanyak pada kategori cukup yaitu 20 responden (60,61%). Di
pengaruhi oleh pendidikan, umur, pekerjaan, lingkungan, sosial budaya dan
ekonomi.

Kata kunci : Pengetahuan, Ibu, Demam Berdarah, Balita.


Kepustakaan : 26 literatur (Tahun 2002-2011)

vi

MOTTO

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan


hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah
mereka menyukainya atau tidak.
Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah: Hatinya selalu berniat
suci. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah. Kedua matanya menangis
kerana penyesalan (terhadap dosa). Segala perkara dihadapinyaya dengan
sabar dan tabah. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan
dunia.
Orang-orang yang bekerja keras hari ini dan memastikan bahwa yang
dilakukannya hari ini pantas mendapat penghargaan di masa depan, akan
bisa lebih senang nanti menyambut masa depan yang datang dengan
kualitas yang lebih baik.
Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi keberhasilan, tetapi
tidak cukupnya tindakan. Dan bukan kurang cerdasnya pemikiran yang
melambatkan perubahan hidup ini, tetapi kurangnya penggunaan dari
pikiran dan kecerdasan.

vii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT. Karya Tulis Ilmiah ini
kupersembahkan untuk:
Bapak ibu tercintaku yang paling aku banggakan yang menjadi tumpuan
hidupku, yang selalu memberiku semangat, dukungan, moral maupun
moril, tetesan air mata, cucuran keringat, serta doa yang selalu mengalir
kepadaku. Sungguh tiada kata yang lebih mudah dan lebih pantas terucap
untuk membalas kasih sayangmuLove U Mom N Pap.
My Lovely (Arif Auliya) Seseorang yang telah menempatkan diri di
hatiku, yang selalu suport dalam setiap langkahku. Terimakasih atas cinta
dan kesetiaan yang kau berikan selama ini.
Ibu Dheny dan Ibu Erna yang selalu memberi semangat, motivasi,
dukungan, yang selalu sabar dalam membimbing dan selalu berusaha
meluangkan waktu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Sahabat terbaikku (Riki, Mega, Tatik n Deni) kalian telah melengkapi
goresan warna terindah dalam perjalanan hidupkumiss u freinds.
Mahasisiwi Akbid Kusuma Husada angkatan 09 yang telah mewarnai
kehidupan dikampus tercinta.
Almamaterku.Love U.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................

iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................

iv

ABSTRAK.

vi

MOTTO.

vii

PERSEMBAHAN. .

viii

CURICULUM VITAE.. .

ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xiii

DAFTAR TABEL..

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xv

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................

A. Latar Belakang .......................................................................

B. Perumusan Masalah ...............................................................

C. Tujuan Penelitian ...................................................................

D. Manfaat Penelitian .................................................................

E. Keaslian Penelitian .................................................................

F. Sistematika Penelitian ............................................................

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

BAB II

A. Tinjauan Teori ........................................................................

1. Pengetahuan .....................................................................

2. Balita ................................................................................

15

3. Demam Berdarah Dengue ................................................

15

B. Kerangka Teori.......................................................................

29

C. Kerangka Konsep ...................................................................

30

METODE PENELITIAN .............................................................

31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................

31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................

31

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..............

32

D. Instrumen Penelitian...............................................................

33

E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................

37

F. Variabel Penelitian .................................................................

38

G. Definisi Operasional Variabel ................................................

38

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................

40

I. Etika Penelitian ......................................................................

43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ...

46

A.Gambaran Umum Tempat Penelitian

46

B.Hasil Penelitian.

47

C.Pembahasan..

49

D.Keterbatasan .

50

BAB III

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan..

xi

51

B.Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

52

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori penelitian ..........................................................

29

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................

30

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi kisi Pernyataan Kuesioner ....................................................

34

Tabel 3.2 Definisi operasional ......................................................................... 39


Tabel 4.1 Nilai Mean dan SD .......................................................................... 47
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi .......................................................................... 48

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Jadwal Penelitian

Lampiran 2.

Surat Ijin Pendahuluan Pengambilan Data Awal

Lampiran 3.

Surat Balasan Pengambilan Data Awal

Lampiran 4.

Surat Pemohonan Uji Validitas

Lampiran 5.

Surat Balasan Uji Validitas

Lampiran 6.

Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 7.

Surat Balasan Penelitian

Lampiran 8.

Surat Permohonan Responden

Lampiran 9.

Surat Persetujuan Responden

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian


Lampiran 11. Hasil Uji Validitas
Lampiran 12. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 13. Tabulasi
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting.
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh
setiap orang, tetapi juga oleh individu, keluarga, bahkan oleh masyarakat untuk
mewujudkan keadaan sehat. Bentuk nyata perilaku proaktif memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan
(Depkes RI, 2005).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung
meningkat. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia
terutama di negara tropik dan subtropik. Hasil studi epidemiologik
menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan
umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di
daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi
peningkatan

aktifitas

vektor dengue pada

musim

hujan

yang

dapat

menyebabkan terjadinya penularan penyakit DBD pada manusia melalui


vektor Aedes (Djunaedi, 2006).
Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian
terutama pada usia balita. Penyebaran populasi nyamuk Aedes aegypti
berkaitan erat dengan perkembangan pemukiman penduduk akibat didirikanya
rumah-rumah baru yang dilengkapi dengan sarana pengadaan air untuk
keperluan sehari-hari (Irawan, 2004).
Data kasus penderita DBD tiga tahun terakhir di Indonesia menunjukkan
pada tahun 2005 jumlah penderita 95.279, dengan Case Fatality Rate (CFR)
1,36%, dan Insidence Rate (IR) 43,42/100.000. Tahun 2006 jumlah penderita
114.656 dengan CFR 1,04% dan IR 52,48/100.000. Tahun 2007 jumlah
penderita menjadi 158.115 dengan CFR 1,01% dan IR 71,78/100.000
(Depkes RI, 2008).
Kejadian DBD di Jawa Tengah tergolong KLB selama dua tahun
terakhir berturut-turut, tercatat tahun 2005 jumlah penderita DBD baru 10.924
kasus dengan IR 19,51/100.000 dan CFR 2,29%. Pada tahun 2006 terjadi
20.565 kasus dengan IR 33,72/100.000 dan CFR 2,01%, dan tahun 2007
ada 19.285 kasus DBD dengan IR 61,96/100.000 dan CFR 1,60%. Dapat
disimpulkan bahwa angka kesakitan DBD selama 3 tahun terakhir melebihi
standar yang telah ditetapkan oleh Depkes RI, yaitu IR 2/100.000 maupun
CFR < 1% (Depkes RI, 2008).
Kejadian DBD di surakarta pada bulan Januari 2006 mencapai 37 balita.
Jumlah penderita pada bulan januari meningkat tajam dibandingkan dengan
Januari 2005 yang hanya 4 balita. Sesuai dengan pola lima tahunan berjalan
tahun 2006 diprediksi terjadi peningkatan dan mencapai puncaknya tahun

2007. Sementara itu jumlah penderita DBD sepanjang tahun 2005 mencapai
273 kasus dan 8 di antaranya meninggal dunia. Angka kematian pada usia
balita atau total fatality rate (TFR) mencapai 2,9 atau lebih tinggi dari standar
nasional 2,5. Angka kejadian atau insident rate (IR) sepanjang 2005 mencapai
5,4 atau lebih tinggi dari indeks nasional 3 (Kurniawan, 2007).
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) cara ini dikenal dengan
kegiatan 3M yaitu : Menguras, (menyikat baik bak mandi, bak wc), Menutup
tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum), serta Mengubur,
(menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban),
pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara
teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak ditempat itu (Irawan, 2004).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Brogo
Donohudan, Ngemplak, Boyolali. Dari 135 ibu yang mempunyai anak balita
diambil 13 ibu, terdapat 4 ibu yang cukup mengetahui pengetahuan tentang
Demam Berdarah dan 9 ibu yang kurang mengetahui pengetahuan tentang
Demam Berdarah.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah Pada Balita di Desa
Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali.

B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu di Desa Brogo Tentang
Demam Berdarah pada Balita?.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Tingkat pengetahuan Ibu tentang demam berdarah pada balita
di Desa Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu di desa Brogo tentang demam
berdarah pada balita dengan tingkat pengetahuan baik.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu di desa Brogo tentang demam
berdarah pada balita dengan tingkat pengetahuan cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu di desa Brogo tentang demam
berdarah pada balita dengan tingkat pengetahuan kurang.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang demam berdarah pada
balita.

2. Bagi diri sendiri


Untuk menambah pengalaman dalam melakukan penelitian, memperdalam
pengetahuan tentang demam berdarah dengue dan mengetahui tingkat
pengetahuan ibu tentang demam berdarah dengue pada balita di Desa Brogo
Donohudan Ngemplak Boyolali.
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Sebagai sumber referensi dan bahan bacaan pelajaran terutama yang
berkaitan dengan demam berdarah pada balita.
b. Desa Brogo
Menambah pengetahuan bagi masyarakat khususnya para ibu yang
mempunyai anak balita di Desa Brogo mengenai Demam Berdarah
Dengue.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh :
1. Eddy Soewandojo S (2006), Dengan judul Demam Berdarah Dengue pada
Orang Dewasa Gejala Klinik dan Penatalaksanaanya , dengan hasil sebagai
berikut : Demam Berdarah dewasa dapat mengakibatkan meninggal dunia.
Hal ini perlu diingatkan karena ada anggapan bahwa demam berdarah
dewasa basanya ringan, sehingga tidak ada yang meninggal dunia.
Diagnosis dini dan pengobatan dini perlu ditegakkan untuk mencegah
perdarahan dan shock pada penderita demam berdarah dewasa. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil rata-rata


penelitian demam berdarah pada orang dewasa yaitu 75%. Apabila
diklasifikasikan termasuk dalam kategori sedang.
2. Muji Sulistyowati (2007), Dengan judul Kemauan Membiayai Pada
Masyarakat Mencegah Atas dalam Program Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah di Kotamadya Surakarta, dengan hasil sebagai berikut:
Sebagian besar responden terhadap ketidakaktifan Program Dinas
Kesehatan termasuk dalam hal ini pembiayaan sebagai responden di daerah
sporadis demam berdarah mengatakan bahwa seharusnya Dinas Kesehatan
tidak menarik iuran wajib setelah mengadakan penyemprotan, memang
tidak gratis tapi artinya jangan dipukul rata antara warga yang mampu
dengan warga tidak mampu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan croos sectional. Hasil
penelitian dapat disimpulkan yaitu rata-rata penanggulangan

penyakit

Demam Berdarah di Kotamadya Surakarta hasilnya 67%. Apabila


diklasifikasikan termasuk dala kategori sedang/cukup.
Pada penelitian mengenai demam berdarah dilakukan juga oleh
penulis-penulis lain seperti pada hasil penelitian

diatas. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah mengenai


metode penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian dan responden
dalam penelitian. Dalam penelitian ini peniliti menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan simple random sampling, lokasi penelitian di
Desa Brogo, Donohudan, Ngemplak, Boyolali mulai bulan Mei sampai

bulan Juni 2012. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian


yang pernah dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang pengetahuan
Demam Berdarah.

F. Sistematika Penelitian
Penulisan Karya Tulis Ini terdiri dari 5 BAB yaitu :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian
penelitian, sistematika penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori medis tentang pengetahuan mencakup
pengertian, pengetahuan, tingkat pengetahuan, faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan, pengukuran pengetahuan,
pengertian balita, pengertian demam berdarah, sasaran
penyakit DBD, penularan penyakit DBD, tempat penularan
DBD, siklus hidup nyamuk aedes aegypti, tanda dan gejala
DBD, dan pencegahan penyakit DBD, kerangka teori,
kerangka konsep.

BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi
dan

waktu

pengambilan

penelitian,

populasi,

sampel,

instrumen

sampel

dan

penelitian,

tehnik
tehnik

pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional,


metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini akan dibahas tentang gambaran umum tempat
penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan
penelitian.

BAB V

PENUTUP
Dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang
ditujukan bagi ilmu pengetahuan, bagi diri sendiri dan bagi
institusi yaitu pendidikan dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang memilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.


Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan manusia adalah hasil dari berkontaknya 2 macam
besaran, yaitu benda atau di periksa, diselidiki dan akhirnya diketahui
(objek), dan manusia yang melakukan pemeriksaan, penyelidikan dan
akhirnya mengetahui (mengenal) benda (Jalal, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2010), tingkat pengetahuan yang dicakup
dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

10

2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

11

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan


sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan antara lain :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Menurut Wawan dan Dewi (2010), Pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain
menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan
adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari
nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
c) Umur
Menurut Elisabet BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun.

12

2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003),
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial Budaya
Sistem

sosial

budaya

yang

ada

pada

masyarakat

dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.


c. Sumber-sumber Pengetahuan
Adapun beberapa sumber pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007),
antara lain sebagai berikut :
1) Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat, dan agama
Berbentuk norma dan kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan
sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan
yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris,
tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan
tanpa keraguan dan percaya secara bulat. Pengetahuan yang
bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi
subjektif.
2) Pengetahuan berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain
Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat
dipercayai adalah orang tua, guru, ulama dan orang yang dituakan.

13

Apa pun yang mereka katakan, benar atau salah, baik atau buruk, dan
indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh
tanpa kritik. Karena kebanyakan orang telah mempercayai mereka
sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan
lebih luas.
3) Pengalaman
Bagi manusia, pengalaman adalah alat vital penyelenggaraan
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan
kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula
melakukan kegiatan hidup.
4) Akal pikiran
Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani.
akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual,
abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap. Akal pikiran
cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan
pasti.
5) Intuisi
Berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual,
melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman
pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan
pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui
sentuhan indera maupun olahan akal pikiran.

14

d. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam
pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dan dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang dapat
digunakan

untuk

pengukuran

pengetahuan

secara

umum

dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :


1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.
Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga
nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan
dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya.
2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple
choise), bentul salah, dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan
pilihan ganda, betul salah, menjodohkan disebut pertanyaan obyektif
karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh
penilai.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif
khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan
sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah
disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan
lebih cepat (Arikunto, 2006).

15

2. Balita
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik
pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5
bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi
4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah
kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan
mulai berakhir (Soetjiningsih, 2009).
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah
lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita
merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan
masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian
keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita,
karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2010).
3. Demam Berdarah Dengue
a. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (Irawan, 2004).

16

b. Sasaran penyakit Demam Berdarah Dengue


Penyakit ini menunjukkan peningkatan jumlah orang yang
terserang setiap 4-5 tahun. Kelompok usia yang sering terkena adalah
balita. Cara hidup nyamuk terutama nyamuk betina yang menggigit pada
pagi dan siang hari, kiranya menjadi sebab mengapa usia balita mudah
terserang demam berdarah. Nyamuk Aedes yang menyenangi tempat
teduh, terlindung matahari, dan berbau manusia, oleh karena itu balita
yang masih membutuhkan tidur pagi dan siang hari seringkali menjadi
sasaran gigitan nyamuk. Sasaran berikutnya adalah anak sekolah yang
pada pagi dan siang hari berada di sekolah, sarang nyamuk selain di
dalam rumah, juga banyak dijumpai di sekolah, apalagi bila keadaan
kelas gelap dan lembab. Terdapat juga nyamuk Aedes albopictus yang
menularkan penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk Aedes
albopictus hidup di luar rumah, di kebun yang rindang, sehingga anak
usia sekolah dapat juga terkena gigitan oleh nyamuk kebun tersebut di
siang hari tatkala sedang bermain. Faktor daya tahan anak yang belum
sempurna seperti halnya orang dewasa, agaknya juga merupakan faktor
mengapa anak lebih banyak terkena penyakit demam berdarah dengue
dibandingkan orang dewasa (Maharani, 2009).
c. Penularan penyakit DBD
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian terutama pada balita, dapat dengan mudah
menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk Aedes aegypti

17

melalui gigitannya. Meskipun nyamuk Aedes albopictus dapat


menularkan DBD tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat
kecil, karena biasanya hidup di kebun-kebun. Seminggu setelah digigit
oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka
orang tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap
sehat tetapi menjadi carrier (sumber penular dengan menyimpan virus
dengue). Karena nyamuk yang menggigit orang yang darahnya
mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk tersebut hidup akan tetap
mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan kepada orang
lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari). Apabila
terdapat tetangga Anda yang menderita DBD dan lokasi rumahnya
berada tidak jauh dari rumah Anda, maka perlu diwaspadai akan
keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini karena kemampuan terbang
nyamuk tersebut + 40 m, dan jangkauan terbang maksimal sejauh 100 m
(Maharani, 2009).
d. Tempat Penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat
nyamuk penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD
adalah :
1) Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)
2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orangorang yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut
antara lain :

18

a) Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah


selain itu merupakan kelompok umur yang paling rentan terserang
DBD.
b) Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayah
dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier
virus dengue.
c) Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran,
dan tempat ibadah.
3) Pemukiman baru di pinggir kota
Karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah,
maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang
membawa virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi
asal (Depkes RI, 2005).
e. Siklus Hidup Nyamuk Aides aegepty
Nyamuk Aides aegepty dalam siklus hidupnya mengalami
metamorfosis lengkap yaitu :
1) Telur
Telur nyamuk Aides aegepty berbentuk lonjong, berwarna
hitam dan terdapat gambaran seperti sarang lebah. Telur diletakkan
oleh betina secara terpisah-pisah di tengah atau di tepi permukaan air
jernih yang tenang, juga ditemukan di genangan-genangan air jernih
lain, baik didalam rumah maupun di luar rumah. Di dalam rumah

19

misalnya bak mandi, tempat air minum, air vas bunga, perangkap
semut dan lain-lain. Sementara itu diluar rumah banyak terdapat
benda-benda yang dapat menampung air hujan, seperti kaleng bekas,
pecahan botol, pot tanaman, bekas potongan bambu dan lain-lain,
tempat-tempat ini dikenal sebagai tempat perindukan. Tempat
perindukan biasanya terlindung dari pancaran sinar matahari secara
langsung dan mengandung air jernih. Telur ini berumur 1-2 hari yang
kemudian dapat segera menetas apabila kondisinya memungkinkan,
yaitu terdapat di genangan air. Namun pada keadaan kering, telur
dapat bertahan lama bahkan dapat sampai bertahun-tahun, telur juga
dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu 2C sampai 42C.
Namun apabila kelembaban terlampau rendah maka telur akan
menetas dalam waktu 4 hari (Irawan, 2004).
2) Larva (Jentik-jentik)
Larva nyamuk berbentuk seperti cacing, aktif dan bergerak
dengan gerakan-gerakan naik ke permukaan dan turun sampai ke
dasar secara berulang-ulang. Larva ini memakan mikroba di dasar
genangan, oleh karena itu larva Aides aegypti disebut sebagai
pemakan

di

dasar.

Perilaku

demikianlah

yang

mendasari

pemberantasan larva ini dengan abatisasi. Granul abate mengandung


temefos yang merupakan racun perut bagi larva, yang ditebarkan pada
genangan air, dan akan menempel pada dasar genangan, yang
kemudian dapat meracuni larva pada saat dia makan. Umur residu

20

abate didalam air tergantung dari tempat penampung air. Pada saat
larva mengambil oksigen dari udara (istirahat), posisi tubuh tampak
menggantung pada permukaan air, seolah-olah badan larva dalam
posisi membentuk sudut dengan permukaan air. Stadium larva
umumnya berlangsung 4-9 hari untuk kemudian menjadi pupa
(Irawan, 2004).
3) Pupa (Kepompong)
Pupa mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu mempunyai
terompet pernafasan berbentuk segitiga (trianguler). Bentuk tubuh
seperti koma, bersifat aktif dan sensiitif terhadap gerakan dan cahaya.
Biasanya pupa terbentuk pada sore hari dan berumur hanya 1-2 hari
untuk segera menjadi nyamuk dewasa. Biasanya nyamuk jantan
keluar lebih dahulu walaupun akhirnya perbandingan jantan dan
betina 1 : 1 dari kelompok telur yang sama (Irawan, 2004).
4) Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa keluar dari pupa melalui celah antara kepala
dan dada. Aides aegypti dewasa mempunyai ciri-ciri morfologis yang
khas yaitu berukuran lebih kecil daripada nyamuk rumah, dengan
warna dasar hitam berbelang-belang putih pada bagian tubuh dan
kaki. Nyamuk dewasa setelah berumur 1 hari melakukan kopulasi
dan setelah kopulasi nyamuk betina mengisap darah manusia
(antropofilik). Untuk keperluan pemasakan telur, biasanya nyamuk
ini menghisap darah pada siang hari (day biter), dengan puncak

21

pengisapan pada pagi hari jam 08.00-13.00 dan sore hari jam 15.0017.00. nyamuk ini menghisap darah manusia baik di dalam rumah
maupun di luar rumah dan lebih suka beristirahat di luar rumah dari
pada di dalam rumah. Dalam menghisap darah nyamuk ini bersifat
intermitten (berulang) sebelum merasa kenyang. Sifat seperti inilah
yang menyebabkan dalam saat yang sama dapat menginfeksi
beberapa orang dalam satu keluarga. Kemampuan nyamuk dewasa
sebenarnya hanya pendek saja, yaitu sekitar 50 m dari tempat
perindukan. Adanya nyamuk dewasa pada jarak sampai 2 km dari
tempat perindukan disebabkan oleh pengaruh angin atau transportasi
(Irawan, 2004).
f. Tanda dan gejala demam berdarah dengue (DBD)
1) Gejala Utama
Balita memang menjadi sasaran paling utama wabah demam
berdarah. Karenanya sebaiknya pahami gejala yang timbul dari
penyakit ini, diantaranya:
a) Suhu badan meninggi antara 2 hingga 7 hari
b) Walau suhu badan tinggi antara 38C hingga 40C, tapi
penderita merasa kedinginan
c) Nyeri pada ulu hati
d) Biasanya timbul bintik merah di kulit, dada serta tungkai atas
dan bawah
e) Jika sudah parah, timbul pendarahan dari hidung mirip mimisan

22

f) Berkeringat pada tangan dan kaki


jika balita sudah diminumkan obat penurun panas dan dikompres
tapi demam tak kunjung reda dalam 2 hingga 3 hari, segera periksa
darah ke rumah sakit. Jangan sampai terlambat, karena jika sudah
parah risiko kematian wabah ini tinggi (Maharani, 2009).
2) Gejala Lain
Pada balita yang mempunyai riwayat kejang bila demam,
pada saat demam tinggi dapat terjadi kejang, terutama bila anak
setelah kejang tidak sadar kembali. Gejala lain yang sering
dikeluhkan oleh orang dewasa adalah nyeri kepala, nyeri di belakang
mata, rasa pegal-pegal pada otot dan sendi. Keluhan-keluhan pada
orang dewasa ini sangat mengganggu sehingga cepat mencari
pengobatan, sedangkan anak-anak biasanya belum mengeluh atau
keluhan tersebut tidak dirasakan mengganggu (Maharani, 2009).
3) Komplikasi yang muncul jika tidak segera ditangani
Komplikasi akan muncul bila anak balita tidak segera
ditangani yaitu ketika suhu badan akan turun, apabila demam
menghilang tetapi anak bertambah lemah, ingin tidur, dan tidak mau
makan/minum apapun apalagi disertai nyeri perut, ini merupakan
tanda awal terjadinya syok. Keadaan syok merupakan keadaan yang
sangat berbahaya karena semua organ tubuh akan kekurangan
oksigen dan hal ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. Tanda-tanda syok harus dikenali dengan baik bila kita

23

merawat anak yang dicurigai menderita demam berdarah, atau anak


yang telah demam tinggi selama 3 hari atau lebih. Anak tampak
gelisah atau bila syok berat, anak menjadi tidak sadarkan diri, nafas
cepat seolah-olah sesak nafas, seluruh badan teraba dingin dan
lembab, perasaan dingin yang paling mudah dikenal bila kita meraba
kaki dan tangan penderita, bibir dan kuku tampak kebiruan
menggambarkan pembuluh darah di bagian ujung mengkerut sebagai
kompensasi untuk memompa darah yang lebih banyak ke jantung.
Anak akan merasa haus, serta kencing berkurang atau tidak ada
kencing sama sekali. Syok akan mudah terjadi bila anak sebelum
terjadi syok, kurang atau tidak mau minum. Apabila syok yang telah
diterangkan sebelumnya tidak diobati dengan baik maka akan
menyusul gejala berikutnya yaitu perdarahan dari saluran cerna.
Perdarahan saluran cerna ini dapat ringan atau berat tergantung dari
berapa lama syok terjadi sampai diobati dengan tepat. Penurunan
kadar oksigen di dalam darah akan memicu terjadinya perdarahan,
makin lama syok terjadi makin rendah kadar oksigen di dalam darah
maka makin hebat perdarahan yang terjadi. Pada awalnya perdarahan
saluran cerna tidak terlihat dari luar, karena terjadi di dalam perut.
Yang akan tampak hanya perut yang semakin lama semakin
membuncit dan nyeri bila diraba. Selanjutnya akan terjadi muntah
darah dan berak darah/berak hitam. Pada saat terjadi perdarahan
hebat penderita akan sangat kesakitan, tetapi bila syok sudah lama

24

terjadi penderita pada umumnya sudah tidak sadar lagi. Pada hari
sakit keenam dan seterusnya, merupakan saat penyembuhan. Saat ini
demam telah menghilang dan suhu menjadi normal kembali, tidak
dijumpai lagi perdarahan baru, dan nafsu makan timbul kembali.
Pada umumnya, setelah sembuh dari sakitnya anak masih tampak
lemah, muka agak sembab disertai perut agak tegang tetapi beberapa
hari kemudian kondisi badan anak akan pulih kembali normal tanpa
gejala sisa. Sebagai tanda penyembuhan kadang kala timbul bercakbercak merah menyeluruh di kedua kaki dan tangan dengan bercak
putih diantaranya, pada orang dewasa mengeluh gatal pada bercak
tersebut. Jadi, bila telah timbul bercak merah yang sangat luas di kaki
dan tangan anak itu pertanda anak telah sembuh dan tidak perlu
dirawat lagi (Maharani, 2009).
g. Pencegahan paling efektif yang dapat dilakukan adalah :
Menurut Depkes RI (2005), pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN
DBD) yaitu dengan cara :
1) Fisik
Cara ini dikenal dengan kegiatan 3 m yaitu :
a) Menguras, (dan menyikat) baik bak mandi, bak wc, dan lain-lain,
b) Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan,
drum, dan lain-lain)
c) Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang
bekas (seperti kaleng, ban dan lain-lain)

25

Pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu


dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar
nyamuk tidak dapat berkembang biak ditempat itu. Pada saat ini telah
dikenal dengan istilah 3M yang perluas. Bila PSN DBD dilaksanakan
oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk aedes aegypti dapat
ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi
lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat
harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan karena
keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.
2) Kimia
Cara memberantas jentik aedes aegypti dengan menggunakan
insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah
larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah
Temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules
(sand granules), dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram ( 1
sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air, larvasida dengan
temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
3) Biologi
Dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan cupang / tempalo, dan lain-lain).
4) Fogging / Pengasapan
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan
cara pemyemprotan (pengasapan/pengabutan = fogging) dengan

26

insektisida, kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-banda


bergantung, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah
se. Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah mesin fog atau
mesin ULV dan penyemprotan dengan cara pengasapan tidak
mempunyai efek residu. Untuk membasmi penularan virus dengue
penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu, pada
penyemprotan siklus pertama semua nyamuk yang mengandung
virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk yang lainnya
akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang
diantaranya akan menghisap darah penderita vevimia yang masih
ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh
karena

itu

penyemprotan

perlu
yang

dilakukan
kedua

penyemprotan
dilakukan

siklus

minggu

kedua,
sesudah

penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif


tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain
(Depkes RI, 2005).
5) Abatiasi (penggunaan abate)
Setelah tempat penampungan air dibubuhkan ABATE maka
Selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu membunuh
jentik aedes aegypti dan air yang telah dibubuhi ABATE dengan
takaran yang benar tidak membahayakan tetap aman bila air tersebut
diminum (Depkes RI, 2005).

27

h. Pengobatan
Menurut Maharani (2009), Pertolongan Pertama pada anak balita
Demam Berdarah Dengue adalah
a. Berikan minum sebanyak mungkin
Penderita penyakit demam berdarah pada awalnya akan
menderita demam tinggi. Dalam keadaan demam ini tubuh banyak
kekurangan cairan oleh karena terjadi penguapan yang lebih banyak
daripada biasa. Cairan tubuh makin berkurang bila anak terus
menerus muntah atau tidak mau minum. Maka pertolongan pertama
yang terpenting adalah memberikan minum sebanyak-banyaknya
kira-kira 2 liter (8 gelas) dalam satu hari atau 3 sendok makan setiap
15 menit. Minuman yang diberikan pada balita ASI sebanyak
mungkin pada anak, sesuai selera anak misalnya air putih, air teh
manis, sirup, sari buah, susu, oralit, softdrink, dengan memberikan
minum banyak diharapkan cairan dalam tubuh tetap stabil. Untuk
memantau bahwa cairan tidak kurang, perhatikan jumlah kencing
anak. Apabila anak banyak buang air kecil, minimal 6 kali dalam satu
hari berarti jumlah cairan yang diminum anak mencukupi.
b. Berikan obat penurun panas dan mengompresnya
Untuk jenis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang
berasal dari golongan parasetamol jangan diberikan jenis asetosal
atau aspirin karena dapat merangsang lambung sehingga akan
memperberat bila terdapat perdarahan lambung. Kompres dapat

28

membantu bila anak balita menderita demam terlalu tinggi sebaiknya


diberikan kompres hangat dan bukan kompres dingin, karena
kompres dingin dapat menyebabkan balita/anak menggigil.
c. Bawalah ke tenaga kesehatan
Pada balita awal sakit yaitu demam 1-3 hari, seringkali gejala
menyerupai penyakit lain seperti radang tenggorokan, campak, atau
demam tifoid (tifus), oleh sebab itu, diperlukan kontrol ulang ke
dokter apabila demam tetap tinggi 3 hari terus menerus apalagi anak
bertambah lemah dan lesu. Untuk membedakan dengan penyakit lain
seperti tersebut di atas, pada saat ini diperlukan pemeriksaan darah
dapat dilakukan. Pemeriksaan darah diperlukan untuk mengetahui
apakah darah cenderung menjadi kental atau lebih. Bila keadaan anak
masih baik, artinya tidak ada tanda kegawatan dan hasil laboratorium
darah masih normal, maka anak dapat berobat jalan. Kegawatan
masih dapat terjadi selama anak masih demam, sehingga pemeriksaan
darah seringkali perlu diulang kembali.

29

B. Kerangka Teori

Sumber-sumber
pengetahuan
1. Kepercayaan
berdasarkan tradisi,
adat dan agama
2. Pengetahuan
berdasarkan pada
otoritas kesaksian
orang lain
3. Pengalaman
4. Akal pikiran
5. Intuisi

Pengetahuan

Faktor faktor yang


mempengaruhi
pengetahuan
1. Faktor internal
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan
b.Social budaya

Demam Berdarah Dengue


1. Pengertian Balita
2. Pengertian Demam
Berdarah Dengue
3. Sasaran penyakit DBD
4. Penularan penyakit
DBD
5. Tempat penularan DBD
6. Siklus hidup nyamuk
Aides Aegypti
7. Tanda dan gejala
demam berdarah
dengue
8. Pencegahan Penyakit
DBD
9. Pengobatan penyakit
DBD

Gambar 2. 1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi (Notoatmodjo, 2010)

30

C. Kerangka Konsep

TINGKAT PENGETAHUAN
IBU TENTANG DEMAM
BERDARAH

Baik
Cukup
Kurang

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PENGETAHUAN
1. FAKTOR INTERNAL
a. PENDIDIKAN
b. PEKERJAAN
c. UMUR
2. FAKTOR EKSTERNAL
a. LINGKUNGAN
b.SOSIAL BUDAYA

Keterangan :
: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Di Desa Brogo Kelurahan Donohudan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali merupakan desa yang mempunyai luas wilayah
4 Ha, dengan jumlah penduduk 320 penduduk, dengan jumlah
penduduk pria 150 jiwa dan perempuan 170 jiwa. Tanah di wilayah ini
cukup subur dan sumber airnya cukup melimpah. Tempat penyaluran
limbahnya di sungai dan selokan kemudian penyaluran pembuangan
kotoran juga disungai jadi sungai di Desa Brogo ini terlihat kotor serta
terdapat sumbatan dan genangan air. Mayoritas dari penduduk bekerja
sebagai wirausaha.

B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Demam Berdarah Pada Balita di Desa Brogo Donohudan Ngemplak
Boyolali adalah sebagai berikut:

46

47

Tabel 4.1. Nilai Mean dan Simpangan Deviasi


Variabel

Mean

Simpangan Deviasi

Tingkat Pengetahuan Ibu


Tentang
Demam
Berdarah Pada Balita di
Desa Brogo Donohudan
Ngemplak Boyolali.

15,42

4,30

1) Baik, bila nilai (x) > mean + 1 SD


(x) >15,42 + 1.4,30
(x) > 19,72
2) Cukup, bila nilai mean 1 SD x mean + 1 SD
15,42 1.4,30 x 15,42+ 1.4,30
11,11 x 19,72
3) Kurang, bila nilai (x) < mean 1 SD
(x) <15,42 1. 4,30
(x) <11,11
Tabel 4.2.Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Demam Berdarah Pada Balita di Desa Brogo Donohudan Ngemplak
Boyolali.
No.

Tingkat Pengetahuan

Frekuensi

1.

Baik

18,18

2.

Cukup

20

60,61

3.

Kurang

21,21

33

100

Jumlah
Sumber: Data primer, (2012).

48

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui Tingkat Pengetahuan Ibu


Tentang Demam Berdarah Pada Balita di Desa Brogo Donohudan
Ngemplak Boyolali. Yang berpengetahuan baik sebanyak 6 responden
(18,18%), berpengetahuan cukup 20 responden (60,61%) dan yang
berpengetahuan kurang 7 responden (21,21%). Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah
Pada Balita di Desa Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali terbanyak pada
kategori cukup yaitu 20 responden (60,61%).

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah Pada Balita di Desa Donohudan
Ngemplak Boyolali adalah berpengetahuan baik 6 responden (18,18%),
berpengetahuan cukup 20 responden (60,61%) dan berpengetahuan kurang 7
responden (21,21%). Pencapaian baik, cukup dan kurang ini kemungkinan
dipengaruhi oleh beberapa faktor pengetahuan yaitu pendidikan dan usia.
Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia,
yakni: Penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo (2007), Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah pendidikan, informasi/media masa, sosial budaya dan

49

ekonomi, lingkungan, pengalaman

dan usia. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan
baik atau buruk, status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu. Lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial yang berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
kedalam individu. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya.
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah Pada Balita di
Desa Brogo Donohudan Ngemplak yang mayoritas berpengetahuan cukup hal
ini kemungkinan terjadi disebabkan karena adanya faktor pendidikan yang
kurang karena banyak dari sebagian responden yang berpendidikan SD, selain
itu juga umur yang masih muda akan berpengaruh pada pola pikir dan

50

terbatasnya pengetahuan responden karena banyak dari responden yang


menikah pada umur yang masih muda. Juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan
dimana sebagian banyak responden memiliki pekerjaan ibu rumah tangga dan
kebanyakan responden bekerja sebagai pedagang, sehingga kurang dalam
mendapatkan informasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor Lingkungan,
dimana lingkungan di pedesaan lebih sulit mendapatkan informasi
dibandingkan di lingkungan kota dan pengalaman yang didapat juga kurang.
Ada juga faktor sosial budaya dan ekonomi dimana sebagian besar dari
responden masih beranggapan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat itu
hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di kota, yang mempunyai
rumah bagus dan orang kaya yang mempunyai penghasilan tinggi saja.

D. Keterbatasan
Dalam penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu :
1. Kendala Penelitian
Pada saat responden bekerja, sehingga peneliti harus kembali lagi
sampai responden pulang.
2. Keterbatasan Penelitian
a) Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tertutup sehingga
kurang

dapat

menggali

pengetahuan

responden

karena

memungkinkan responden untuk asal mengisi jawaban.


b) Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal sehingga
hasil

penelitian

terbatas

pada

tingkat

pengetahuan

saja.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan di Desa Brogo Kelurahan Donohudan
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Dengan tujuan untuk mengetahui
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah Pada Balita, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah Pada Balita di Desa
Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali termasuk dalam kategori baik
yaitu sebanyak 6 responden (18,18%).
2. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah Pada Balita di Desa
Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali termasuk dalam kategori cukup
yaitu sebanyak 20 responden (60,61%).
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tentang Demam Berdarah Pada Balita
di Desa Brogo Donohudan Ngemplak Boyolali termasuk dalam kategori
kurang yaitu sebanyak 7 responden (21,21%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan ibu
tentang Demam Berdarah Pada Balita, maka saran yang dapat penulis
sampaikan adalah:

51

52

1. Bagi Responden
Diharapkan kepada ibu yang mempunyai anak balita di Desa Brogo untuk
meningkatkan pengetahuan tentang Demam Berdarah dari TV, majalah,
koran dan selalu mengikuti kegiatan penyuluhan tentang Bemam Berdarah
yang di adakan di Desa Brogo.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan bekerjasama dengan instansi kesehatan
mengadakan kegiatan penyuluhan dan konseling agar informasi mengenai
Demam Berdarah Dengue dapat terlaksana dan dilaksanakan oleh ibu
dengan bimbingan tenaga kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya Karya Tulis Ilmiah ini digunakan sebagai sumber referensi
atau bahan informasi tentang Demam Berdarah Pada Balita.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan melakukan penelitian dengan mengembangkan variabel
penelitian, lebih luas pembahasan materinya, menggunakan metode dan
tehnik yang berbeda serta memperluas ruang lingkup peneliti dengan hasil
yang lebih optimal.

Anda mungkin juga menyukai