PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
HenochSchnlein Purpura atau dikenal juga dengan anaphylactoid purpura atau
allergic purpura, atau vascular purpura, adalah suatu penyakit peradangan
pembuluh darah yangberhubungan dengan reaksi immunologis khususnya
immunoglobulin A. Pada HSP, terjadi proses nekrosis dari vascular, yang ditandai
dengan terjadinya destruksi fibrin dinding pembuluh darah dan leukocytoclasis.7
Definisi lain menyebutkan HSP adalah suatu penyakit vasculitis
dengan kombinasi gejala; rash pada kulit, atrhalgia, periarticular udema, nyeri
abdomen, dan glomerulonephritis. Dapat disertai infeksi saluran pernafasan atas,
dan berhubungan dengan Immunoglobulin A, dan sintesis immunoglobulin G. IgA
dan Ig G berinteraksi untuk menghasilkan kompleks imun, yang mengaktifkan
complement, yang di depositkan pada organ, menimbulkan respon
inflamasi berupa vaskulitis.5
HenochSchnlein Purpura atau dikenal juga dengan anaphylactoid purpura atau
purpura nontrombositopenik adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh vaskulitis pembuluh
darah kecil sistemik yang ditandai dengan lesi kulit spesifik berupa purpura nontrombositopenik,
artritis atau artralgia, nyeri abdomen atau perdarahan GI, dan kadang-kadang nefritis atau
hematuria.8
Sementara padaNelson Text book of Pediatricsdisebutkan bahwa HSP adalah vaskulitis
pembuluh darah kecil yang memiliki kekhasan, adanya purpura, arthritis, nyeri
abdomen, dan glomerulonefritis, sehingga dapat berupa manifestasi nya HSP nefritis dan Ig A
nefropati.5
Purpura Henoch Schonlein (PHS) merupakan suatu vaskulitis sistemik
dengan karakteristik dijumpai deposisi kompleks imun yang mengandung antibodi
IgA pada kulit dan ginjal.14
2.2 Epidemiologi
Umumnya diderita oleh anak usia 3-10 tahun, dengan predominasi anak
laki-laki. InsidensPHS bervariasi dari 13,5-24/100.000 kasus tahun.14
Sindrom dapat terjadi pada setiap umur; lebih sering pada anak-anak
daripada orang dewasa, dengan kebanyakan kasus terjadi pada anak berusia 2-8
tahun. Anak laki-laki yang terkena dua kali lebih banyak daripada anak
perempuan.5
Di Amerika sekitar 14 15 kasus dari 100.000 populasi, Inggris 20,4
kasus dari100.000 populasi dan pada tahun 1998 sampai dengan 2003 terdaftar 23
kasus menurut data yang diambil dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.9
Penyakit ini terutama terdapat pada anak umur 2 15 tahun (usia anak
sekolah)dengan puncaknya pada umur 4 7 tahun. Terdapat lebih banyak pada
anak laki lakidibanding anak perempuan (1,5 : 1).8
2.3 Etiologi
Etiologi pasti PHS belum diketahui dengan jelas. Kadang-kadang terjadi
mengikuti suatu episode infeksi saluran pernapasan akut dan di negara dengan
empat musim, lebih sering terjadi pada musim dingin. Salah satu patogen yang
sering menyebabkan PHS adalah Streptococcus hemolyticus, yang terbukti
dengan ditemukannya antigen streptokokus di dalam glomerulus pasien nefritis
PHS. Keadaan lain yang juga dilaporkan berhubungan dengan terjadinya PHS
antara lain gigitan serangga dan alergi makanan. 14
Sampai sekarang penyebab ini belum diketahui. Diduga beberapa faktor
memegang peranan, antara lain faktor genetik, infeksi traktus respiratorius, bagian
atas, makanan, imunisasi (vaksin varisela, rubella, rubeola, hepatitis A dan B dan
obat-obatan (ampisilin, eritromisin, kina). Infeksi bisa berasal dari bakteri (spesies
Haemophilus, Mycoplasma, Parainfluenza, Legionella, Yersinia, Salmonella dan
Shigella) ataupun virus (adenovirus, varisela).8
Vaskulitis juga dapat berkembang setelah terapi antireumatik, termasuk
penggunaan metroteksat dan agen anti TNF (Tumor Necrosis Facor). Namun, IgA
jelas mempunyai peranan penting, ditandai dengan peningkatan konsentrasi IgA
serum, kompleks imun dan deposit IgA di dinding pembuluh darah dan
mesangium renal.8
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan HSP antara lain10 :
Infeksi :
- Mononukleosis
- Infeksi parvovirus B19
- Infeksi Streptokokus grup A
- Infeksi Yersinia
- Sirosis karena Hepatitis-C
- Hepatitis
Infeksi Mikoplasma
- Infeksi Shigella
- Virus Epstein-Barr
- Infeksi Salmonella
- Infeksi viral Varizella-zoster
- Enteritis Campylobacter
Vaksin :
- Tifoid
- Kolera
- Campak
- Demam kuning
Alergen
- Obat (ampisillin, eritromisin, penisilin, kuinidin, kuinin)
-Makanan
-Gigitan serangga
- Paparan terhadap dingin
2.4 Patofisiologi
Dari biopsi lesi pada kulit atau ginjal, diketahui adanya deposit kompleks
imun yangmengandung IgA. Diketahui pula adanya aktivasi komplemen jalur
alternatif. Depositkompleks imun dan aktivasi komplemen mengakibatkan
aktivasi mediator inflamasitermasuk prostaglandin vaskular seperti prostasiklin,
sehingga terjadi inflamasi padapembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi dan
abdomen dan terjadi purpura di kulit,nefritis, artritis dan perdarahan
gastrointestinalis. (5,8)
Beberapa faktor imunologis juga diduga berperan dalam patogenesis HSP,
sepertiperubahan produksi interleukin dan faktor pertumbuhan yang berperan
dalam mediatorinflamasi.5 TNF, IL-1 dan IL-6 bisa memediasi proses inflamasi
pada HSP.Meningkatnya kadar faktor pertumbuhan hepatosit selama fase akut
HSP dapatmenunjukkan adanya kemungkinan kerusakan atau disfungsi sel
endotel.(6,8)Meningkatnya faktor pertumbuhan endotel vaskuler dapat setidaknya
menginduksisebagian perubahan ini. Sitokin dianggap terlibat dalam patogenesis
HSP, dan endotelin(ET), yang merupakan hormon vasokonstriktor yang
diproduksi oleh sel endotelial, jugadianggap turut berperan. Kadar ET-1 jauh lebih
besar pada fase akut penyakit inidibanding pada fase remisi.(6,8) Namun tingginya
kadar ET-1 tidak memiliki hubungandengan tingkat morbiditas, keparahan
penyakit, atau respon reaktan fase akut.8
Pada kulit, pembuluh darah kecil dikelilingi oleh suatu reaksi peradangan
leukositoklastik akut yang terdiri dari sel polimorfonuklear dan sel bulat; eosinofil
dan bisa dipati berbagai jumlah sel darah merah. Endapan IgA kulit telah
diperagakan. Kapiler adalah yang paling sering terlibat, tetapi arteriola dan venula
kecil dapat juga terkena. Tempat-tempat peradangan atau perdarahan lainnya
dapat meliputi sinovium, saluran gastrointestinal, dan sistem saraf pusat. Edema
dan vaskulitis dinding usus dapat menyebabkan intussusepsi, jarang sampai
perforasi dan dapat menyerupai penyakit radang usus. Pada ginjal, terdapat
penambahan fokal dari sel-sel dan matriks mesangial setempat,glomerulitis fokal,
dan yang jarang, perubahan difus. Imunofluoresens menunjukkan endapan
mesangial IgA dan kadang-kadang IgG dan komplemen.10
yang lebih besar yang menyerupai echimosis yang kemudian dapat mengalami
ulserasi.(6,8)
Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan (pressurebearing surfaces). Kelainan kulit ini ditemukan pada 100% kasus dan merupakan
50% keluhan penderita pada waktu berobat. Kelainan kulit dapat pula ditemukan
pada wajah dan tubuh. Kelainan pada kulit dapat disertai rasa gatal. Pada bentuk
yang tidak klasik, kelainan kulit yang ada dapat berupa vesikel hingga menyerupai
eritema multiform. Kelainan akut pada kulit ini dapat berlangsung beberapa
minggu dan menghilang, tetapi dapat pula rekuren. Edema skrotum juga dapat
terjadi dan gejalanya mirip dengan torsio testis. Gejala prodromal dapat terdiri
dari demam dengan suhu tidak lebih dari 38C, nyeri kepala dan anoreksia.(2,3,5,8)
Pada anak berumur kurang dari 2 tahun, gambaran klinis disa didominasi oleh
edema kulit kepala, periorbital, tangan dan kaki. Gambaran ini disebut AHEI
(Acute Hemorrhagic Edema of Infancy).8
Selain purpura, ditemukan pula gejala artralgia dan artritis yang cenderung
bersifat migran dan mengenai sendi besar ekstremitas bawah seperti lutut dan
pergelangan kaki, namun dapat pula mengenai pergelangan tangan, siku dan
persendian di jari tangan. Kelainan ini timbul lebih dulu (1 2 hari) dari kelainan
kulit. Sendi yang terkena dapat menjadi bengkak, nyeri dan sakit bila digerakkan,
biasanya tanpa efusi, kemerahan ataupun panas. Kelainan teutama periartrikular
dan bersifat sementara, dapat pula rekuren pada masa penyakit aktif tetapi tidak
menimbulkan deformitas menetap.(6,8)
Pada penyakit ini dapat ditemukan adanya gangguan abdominal berupa nyeri
abdomen atau perdarahan gastrointestinalis.Keluhan abdomen biasanya timbul
setelah timbul kelainan pada kulit (1 4 minggu setelah onset). Organ yang paling
sering terlibat adalah duodenum dan usus halus.8 Nyeri abdomen dapat berupa
kolik abdomen yang berat, lokasi di periumbilikal dan disertai mual, muntah,
bahkan muntah darah dan kadang kadang terdapat perforasi usus dan intususepsi
ileoileal lebih sering terjadi dibanding ileokolonal. Intususepsi atau perforasi
disebabkan oleh vaskulitis dinding usus yang menyebabkan edema dan
perdarahan submukosa dan intramural. Kadang dapat juga terjadi infark usus yang
disertai perforasi maupun tidak.8
Selain itu dapat juga ditemukan kelainan ginjal, meliputi hematuria,
proteinuria (<2g/d), sindrom nefrotik (proteinuria >40mg/m2/jam) atau nefritis.
(1,3) Penyakit pada ginjal juga biasanya muncul 1 bulan setelah onset ruam kulit.
Adanya kelainan kulit yang persisten sampai 2 3 bulan, biasanya berhubungan
6
dengan nefropati atau penyakit ginjal yang berat. Resiko nefritis meningkat pada
usia di atas 7 tahun, lesi purpura persisten, keluhan abdomen yang berat dana
penurunan aktivitas faktor XIII. Gangguan ginjal biasanya ringan, meskipun
beberapa ada yang menjadi kronik.(1) Seringkali derajat keparahan nefritis tidak
berhubungan dengan parahnya gejala HSP yang lain Pada pasien HSP dapat
timbul adanya oedem. Oedem ini tidak bergantung pada derajat proteinuria namun
lebih pada derajat vaskulitis yang terjadi. Namun oedem tersebut memang
dihubungkan dengan kejadian proteinuria pada pasien.8
Kadang kadang HSP dapat disertai dengan gejala gejala gangguan sistem
saraf pusat, terutama sakit kepala. Pada HSP dapat ditemukan adanya vaskulitis
serebral. Pada beberapa kasus langka, HSP diduga dapat menyebabkan gangguan
serius seperti kejang, paresis atau koma. Gejala gejala gangguan neurologis lain
yang dapat muncul antara lain perubahan tingkat kesadaran, apatis, somnolen,
hiperaktivitas, iritabilitas, ketidakstabilan emosi, kejang (parsial, parsial
kompleks, umum, status epileptikus), dan defisit neurologis fokal (afasia, ataxia,
korea, hemiparesis, paraparesis, kuadraparesis. Dapat juga terjadi
poliradikuloneuropati (sindroma Guillain-Barr) dan mononeuropati (nervus
fasialis, femoralis, ulnaris).8
Dua sistem klasifikasi utama digunakan untuk menegakkan diagnosa HSP. Pertama,
dari American College of Rheumatology, membutuhkan 2 atau lebih keadaan berikut:
Sistem klasifikasi kedua dari Chapel Hill Consensus Group, secara primer
digunakan kriteria nonklinis dengan 2 diagnosis :
Kehadiran dari vaskulitis pembuluh darah kecil
Deposisi IgA
dengan prognosis yang buruk. Satu studi dari 57 pasien dewasa dengan
HSP menunjukkan bahwa adanya URI, purpura dibagian atas betis, demam,
dan adanya serum marker inflamasi (erythrocyte sedimentation rate [ESR], Creactive protein [CRP]; memprediksi keterlibatan ginjal. Nefritis HSP biasanya tampak
sebagai hematuria makroskopis dan proteinuria yang berakhir berhari-hari
atau berminggu-minggu. Hal ini dapat diikuti dengan peningkatan kreatinin
plasma dan atau hipertensi, diikuti dengan hematuria
mikroskopik,dimana dapat berakhir berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Gross hematuria dapat timbul bertahun-tahun setelah penyakit yang awal dari
relaps purpura, seringkali diiikuti dengan URI.Dari pasien dengan keterlibatan
ginjal, sama banyaknya dengan 10% dapat timbul gagal ginjal kronis dan endstage renal disease. Bagaimanapun, kurang dari 1% pasien dengan HSP
mempunyai prognosis yang buruk.
Timbul berminggu hingga berbulan-bulan pada orang dewasa dan anak-anak. Dalam studi
pediatrik yang lebih besar oleh Allen et al, anak-anak usia lebih dari 2 tahun
mempunyai angka rekurensi lebih dari 50%, sementara yang lebih muda dari 2
tahun mempunyai 25% kesempatan rekurensi. Perbedaan primer antara anak-anak
dan dewasa, menurut satu studi dari 57 pasien dengan HSP, adalah kronisitas dan
keparahan erupsi pada populasi berikutnya. Bullae dan ulkus menjadi lebih
sering pada dewasa dan eksaserbasi kutan dapat terlihat selama 6 bulan atau
lebih.
Tanda dan gejala yang lain seperti nyeri testis dan bengkak, hepatosplenomegali,
keterlibatan sistem saraf pusat atau perifer (kejang atau mononeuropati, secara respektif),
nyeri kepala, dan jarang, infark miokard atau perdarahan pulmonar.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Kulit
Lesi kulit primer erupsi dapat dimulai dengan makular eritematosus atau
lesi urticarial, berkembang menjadi papul, dan kemudian, menjadi
purpura yang bisa dipalpasi, biasanya berdiameter 2-100 mm. Bullae,
vesicles, petechiae, dan ecchymotic, necrotic, ulcerative, atau lesi lain dapat timbul.
Edema subkutan sering pada anak-anak usia kurang dari 3 tahun.Lesi biasanya simetris
dan cenderung terdistribusi di area tubuh, seperti ankle dan kaki bawah pada anak
yang lebih tua dan dewasa, dipunggung, lipatan lemak, ekstremitas atas.
Edema subcutaneus prominent pada anak yang lebih muda melibatkan scalp,
regio periorbital, tangan, kaki dan area skrotum. Lesi biasanya timbul dan memudar lewat
beberapa hari. Rekurensi cenderung untuk timbul pada sisi yang sama pada lesi sebelumnya.
Jantung
10
Feses Rutin
Dilakukan untuk melihat perdarahan saluran cerna ( tes Guaiac / Banzidin )
Foto Radiologi
USG diindikasikan jika nyeri abdominal timbul untuk mendiagnosis
adanya intususepsi, edema dinding usus, penipisan atau perforasi. Modalitas ini juga
berguna untuk evaluasi nyeri testicular akut ntuk mendiagnosis torsi. Foto thorax dengan adanya
nodul pulmonar atau adenopathy hilus dengan asumsi malignancy (primer atau
metastatic) atau lymphoma, dikaitkan dengan terjadinya HSP. Foto roentgen
diindikasikan bila gejala akut abdomen atau artritis. Intususepsi biasanya
ileoileal; barium enema dapat digunakan untuk identifikasi dan reduksi non bedah.
Biopsi Kulit
Dilakukan biopsi kulit yakni bertujuan untuk mengkonfirmasi
kadar IgA dan C3 serta leukositoclastik vaskulitis. Diagnosis definitif
vaskulitis, dikonfirmasi dengan biopsi pada kutaneus yang terlibat, menunjukkan
adanya leukocytoclastic angiitis, nekrosis fibrinoid dinding arteriolar dan venular pada
kulit superficial, dengan infiltrasi dinding neutrofilik dan wilayah perivaskular.
Fragmen terkait dengan sel inflamasi dengan debris nuklear juga terlihat.
11
12
Serum Elektrolit
Creatinine dan pengukuran nitrogen urea darah mengindikasikan HSPdikaitkan dengangagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis. Ketidakseimbangan
elektrolit dapat timbul jika terdapat diare yang signifikan, perdarahan gastrointestinal,
atau terjadinya hematemesis.
Kadar Serum IgA
Pada HSP, pemeriksaan kadar serum IgA, seringkali
ditemukannya adanya peningkatan, meskipun hal ini bukan merupakan
uji yang begitu spesifik untuk penyakit ini.
Direct ImmunoFluorescence (DIF)
DIF untuk IgA pada seksi biopsi untuk memperlihatkan
predominansi deposit IgA di dinding pembuluh darah dari jaringan yang
terkena. Kulit perilesional hingga lesi kulit juga dapat menunjukkan deposit IgA.
Spesimen biopsi ginjal memperlihatkan deposisiIgA mesangial dalam
pola granular, seringkali dengan C3, IgG, atau IgM. Uji ini sensitif dan
spesifik untuk mendiagnosis HSP.
13
2. 8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah suportif dan simtomatis, meliputi pemeliharaan
hidrasi, nutrisi, keseimbangan elektrolit dan mengatasi nyeri dengan anlgesik.
Untuk keluhan artritis ringan dan demam dapat digunakan antiinflamasi non
steroid, seperti ibuprofen atau parasetamol. Edema dapat diatasi dengan elevasi
tungkai. Selama ada keluhan muntah dan nyeri perut, dapat diberikan dalam
bentuk makanan lunak. Penggunan adam asetil salisilat harus dihindarkan, karena
dapat menyebabkan gangguan fungsi trombosit yaitu petekia dan perdaraham
saluran cerna. Bila ada gejala abdomen akut, dilakukan operasi.bila terdapat
kelainan ginjal progresif dapat diberi kortikosteroid yang dapat dikombinasi
dengan imunosupresan. Metilprednisolon intravena dapat mencegah perburukan
penyakit ginjal bila diberikan secara dini. Faedda menggunakan metilprednisolon
dengan dosis 250-750 mg/hari intravena selama 3-7 hari dikombinasikan dengan
siklofosfamid 100-200 mg/hari selama 30-75 (prednison 100-200 mg oral) selang
sehari dan siklofosfamid 100-200 mg/hari selama 30-75 hari, sebelum akhirnya
siklofosfamid dihentikan langsung, dan tappering-off steroid hingga 6 bulan.8
Terapi prednison dapat diberikan dengan dosis 1-2mg/kgBB/hari secara
oral, terbagi dalam 3-4 dosis selama 5-7 hari. Kortikosteroid diberikan dalam
keadaan penyakit dengan gejala sangat berat, artritis, maifestasi vaskulitis pada
sistem saraf pusat, paru dan testis, nyeri abdomen berat, perdarahan saluran cerna,
edema dan sindrom nefrotik persisten. Pemberian dini pada fase akut dapat
mencegah perdarahan, obstruksi, intususepsi dan perforasi saluran cerna.8
Nama Obat
Methyl Prednisolone
Deskripsi
menurunkan inflamasi dengan menekan
m i g r a s i l e u k o s i t polimorfonuklear dan mengubah peningkatan
permiabilitaskapiler. Steroids menghambat efek dari reaksi anafilaktoiddan
dapat membatasi anafilaksis bifasik.
D o s i s
2 5 0 - 7 5 0 m g / h a r i
KontraIndikasi
14
Interaksi
Kehamilan
Peringatan
h yp e r g l y c e m i a , e d e m a , o s t e o n e c r o s i s , p e p t i c u l c e r
d i s e a s e , hypokalemia, osteoporosis, euphoria, psychosis, growthsuppression,
myopathy, dan infeksi merupakan komplikasiyang mungkin
Nama Obat
Prednisone (Deltasone)
Deskripsi
Dosis
Kontraindikas
i
Interaksi
Peringatan
15
Nama Obat
Deskripsi
Dosis
KontraIndikasi
30-70 mg/kgBB/hari
Hipersensitivitas terdokumentasi; hipersensitivitas
terhadap NSAID lain, atau iodida; pasien dengan asthma,urticaria, atau
angioedema; ulserasi active atau inflamasidari tractus gastrointestinal
bagian bawah; penyakit ulkuspeptikum; perforasi atau perdarahan
gastrointestinal ;insufisiensi ginjal; resiko tinggi untuk perdarahanI
Interaksi
Kehamilan
Peringatan
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain perdarahan saluran cerna,
obstruksi, intususepsi, perforasi, gagal ginjal akut dengan gangguan
neurologi. Komplikasi pada saluran cerna, ginjal dan neurologi pada
fase akut dapat menimbulkan kematian, walaupun hal ini jarang
terjadi. 8
2.10 Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam
beberapa hari atau minggu (biasanya dalam 4 minggu setelah onset). Rekurensi
dapat terjadi pada 50% kasus. Pada beberapa kasus terjadi nefritis kronik, bahkan
sampai menderita gagal ginjal. Bila manifestasi awalnya berupa kelainan ginjal
16
yang berat, maka perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal setiap 6 bulan hingga
2 tahun pasca sakit.(1,6,7,8)
Sepertiga sampai setengah anak-anak dapat mengalami setidaknya satu kali
rekurensi yang terdiri dari ruam merah atau nyeri abdomen, namun lebih ringan
dan lebih pendek dibandingkan episode sebelumnya. Eksaserbasi umumnya dapat
terjadi antara 6 minggu sampai 2 tahun setelah onset pertama, dan dapat
dihubungkan dengan infeksi saluran nafas berulang.8
Prognosis buruk ditandai dengan penyakit ginjal dalam 3 minggu setelah
onset, eksaserbasi yang dikaitkan dengan nefropati, penurunan aktivitas faktor
XIII, hipertensi, adanya gagal ginjal dan pada biopsi ginjal ditemukan badan
kresens pada glomeruli, infiltrasi makrofag dan penyakit tubulointerstisial.8
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
HenochSchnlein Purpura adalah kelainan sistemik yang penyebabnya
tidak diketahuidengan karakteristik terjadinya vaskulitis, inflamasi pada dinding
pembuluh darah kecil dengan infiltrasi leukositik pada jaringan yang menyebabkan
perdarahan dan iskemia. Adanya keterlibatan kompleks imun Immunoglobulin A
memungkinkan proses ini berkaitan dengan proses alergi. Namun mekanisme kausal
tentang ini belum dapat dibuktikan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
HSP berhubungan dengan infeksi kuman streptokokus grup A.
Adapun penegakan diagnosis HSP dilakukan apabila dua atau lebih kriteria dibawah ini
terpenuhi, yakni pasien berumur lebih muda dari 20 tahun, purpura yang dapat dipalpasi, nyeri
abdomen atau perdarahan saluran cerna serta terdapat granulosit perivaskular atau
ekstravaskular pada biopsi.
Penanganan atau penatalaksanaan dari Henoch-Schinlein Purpura ini yaitu simptomatis,
meningat penyakit ini merupakan self-limiting disease, maka upaya yang penting dilakukan
yakni hidrasi cairan, dan keseimbangan elektrolit serta nutrisi yang cukup. Sementara itu obatobatan yang diberikan apabila terdapat komplikasi ke ginjal diberikan kortikosteroid golongan
metilprednisolon intravena untuk serangan akut serta prednison untuk maintenance yang
kemudian dilakukan tapering-off selama 6 bulan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
11. www.kjronline.org/abstract/view_articletext.asp?year=2004&page=178
12. http://www.ndt-educational.org/nagycase.asp
13. Kliegman arvin behrman, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15, Vol. 1
14. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2009
19