LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. SY
Usia
: 57 tahun
Pekerjaan
: Guru
Alamat
: Kp Mangga Rt 04/02
Tanggal Pemeriksaan
: 17 Januari 2015
II. Anamnesa
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan : Pengelihatan mata kanan buram sejak 6 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merasa sakit kepala sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
merasa mata kanan sakit, disertai mata merah, sedikit berair tapi tidak terdapat
adanya gatal, kotoran pada mata dan rasa silau sakit mata dan sakit kepala dirasakan
hilang timbul. hilang jika pasien istirahat. pasien mengeluh ada mual.
Pasien juga mengeluh saat melihat seperti ada asap yang menghalangi
dikedua mata pasien yang dirasakan pasien sejak 6 bulan yang lalu. Pasien
mempunyai kesulitan untuk melihat jarak dekat, sejak 2 tahun yang lalu pasien selalu
menggunakan kacamata saat sedang membaca yang sampai sekarang tidak
mengalami penurunan ataupun peningkatan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini. Pasien pernah
menjalani operasi katarak pada mata kiri tahun 2012. riwayat hipertensi disangkal
oleh pasien. Riwayat diabetes mellitus disangkal oleh pasien.
Alergi obat disangkal, Alergi debu dan cuaca dingin disangkal, Alergi makanan
disangkal.
Riwayat Kacamata
OS
Visus
Gerakan Bola Mata
Palpebra Superior
6/20
Baik kesegala arah
Udem
(-)
Hiperemis ( - )
Hiperemis ( - )
Hematom ( - )
Hematom ( - )
Sikatriks
Sikatriks
(-)
benjolan ( - )
Udem
(-)
Palpebra inferior
(-)
benjolan ( - )
Udem
(-)
Hiperemis ( - )
Hiperemis ( - )
Hematom ( - )
Hematom ( - )
Sikatriks
Sikatriks
(-)
benjolan ( - )
Hiperemis (-)
Selaput (-)
Konjungtiva tarsalis
superior
Konjungtiva bulbi
Injeksi siliar ( + )
injeksi konjungtiva(-)
Hiperemis ( -)
papil
(-)
folikel
Jernih
(-)
infiltrat ( - )
(-)
benjolan ( - )
Hiperemis (-)
Selaput (-)
Injeksi siliar ( - )
Konjungtiva tarsalis
injeksi konjungtiva(-)
Hiperemis ( -)
inferior
papil
(-)
folikel
Jernih
(-)
kornea
infiltrat ( - )
Sedang
COA
Hifema ( - )
Sedang
Hifema ( - )
Hipopion ( - )
Warna coklat,
Iris
Sinekia anterior ( - )
Hipopion ( - )
Warna coklat,
Sinekia anterior ( - )
Sinekia posterior ( - )
midriasis
reflex cahaya (-)
Keruh
Shadow test (-)
Tidak dapat di evaluasi
Meningkat
Pupil
Sinekia posterior ( - )
midriasis
Lensa
Vitreus Humor
Tonometri Palpasi
IV. Resume
Ny.S berumur 56 tahun datang berobat ke poli mata RSIJ Cempaka Putih
dengan keluhan Pasien merasa sakit kepala sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga merasa mata kanan sakit, disertai mata merah, sedikit berair. Pasien juga
mengeluh saat melihat seperti ada asap yang menghalangi penglihatannya. Pasien
menderita rabun dekat sejak 2 tahun yang lalu dan saat sedang membaca selalu
menggunakan kacamata. . Didapatkan kekeruhan pada lensa mata kanan dengan
shadow test negatif pada mata kanan.
V. Diagnosa
Diagnosa Kerja:
Glaukoma Akut (ODS)
Katarak Senil stadium matur (OD)
Diagnosa Banding:
Konjungtivitis Akut
Iritis Akut
VI. Penatalaksanaan
Pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit yang disusul setiap 1 jam
selama
satu hari
Asetazolam 500mg IV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
I.
Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan
mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf
optik, dan menciutnya lapang pandang.
Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu
penyebab terjadinya kerusakan syaraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan
adanya gangguan dengan cairan di dalam mata yang terlalu berlebih. Ini bisa
disebabkan oleh mata yang memproduksi cairan terlalu berlebih, cairan tidak
mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang ada untuk keluar dari mata
(jaringan trabecular meshwork) atau sudut yang terbentuk antara kornea dan iris
dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/ memblok pengaliran daripada cairan
mata.
Tekanan bola mata umumnya berada antara 10-21 mmHg dengan rata-rata
16 mmHg. Tekanan bola mata dalam sehari dapat bervariasi yang disebut variasi
diurnal. Pada orang tertentu tekanan bola mata dapat lebih dari 21mmHg yang tidak
pernah disertai kerusakan serabut saraf optic (hipertensi okuli).
Makin tinggi tekanan bola mata, makin cepat terjadi kerusakan pada serabut
retina saraf optik. Pada orang tertentu dengan tekanan bola mata rendah telah
memberikan kerusakan pada serabutsaraf optic (low tension glaucoma-glaukoma
tekanan rendah).
II. Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini, disebabkan
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
Glaukoma primer
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan
yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang
telah memiliki bakat bawaan glaukoma seperti:
Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan
anatomi bilik mata yang menyempit.
Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan
(goniodisgenesis),
berupa
trabekulodisgenesis,
irisdogenesis
dan
menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan
dan nyeri yang hebat. Glaukoma sudut tertutup adalah glaukoma primer yang
ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, bersifat bilateral dan
herediter. Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal
berbahaya memakai obat antihistamin dan antispasme.
ini terjadi
bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat
pergeseran diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di
segmen posterior mata.
Miotik: yang paling mudah didapat adalah pilokarpin 2-4% tetes mata
yang diteteskan tiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1
Pembedahan
Obat-obatan di atas dapat diberikan bersama-sama, tetapi hanya
merupakan pengobatan darurat dan jangka pendek. Pembedahan tetap
harus direncakan.
Sebelum pembedahan. Tiap glaukoma akut harus diobati terlebih
dahulu. Dengan cara seperti tersebut dia atas, tekanan bola mata yang
tadinya sangat tinggi diturunkan dahulu sampai di bawah 25 mmHg.
Apabila mata masih terlalu merah, dapat ditunggu sampai mata lebih
putih, dan kemudian penderita di bedah.
o Iridektomi perifer
Indikasi: pembedahan ini digunakan untuk glaukoma dalam
fase prodromal, glaukoma akut yang baru saja terjadi atau untuk
tindakan pencegahan pada mata sebelahnya yang masih sehat.
Teknik: pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris.
Maksudnya adalah untuk menghindari hambatan pupil. Iridektomi ini
biasanya dibuat di sisi temporal atas.
o Pembedahan Filtrasi
Indikasi: Pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut
sudah berlangsung lama atau penderita sudah masuk stadium
glaukoma kongestif kronik.
Trepanasi Elliot: Sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat
di daerah kornea skleral, kemudian ditutup oleh konjungtica dengan
tujuan agar akuous humor mengalir langsung dari bilik mata depan ke
subkonjungtiva.
Sklerotomi Scheie kornea-skleral dikauterisasi agar luka tidak
menutup kembali dengan sempurna, dengan tujuan agar aquoushumor
mengalir langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.
Trabekulektomi yaitu dengan mengankat trabekulum sehingga
terbentuk celah untuk mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal
Sclemm
b. Subakut
Faktor-faktor etiologi yang berperan pada glaukoma sudut tertutup
subakut sama dengan yang berperan pada tipe akut, kecuali bahwa episode
peningkatan tekanan intraokularnya berlangsung singkat dan rekuren.
Episode peningkatan TIO berlangusng singkat dan rekuren. Episode
penutupan sudut membaik spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan
pada sudut bilik mata depan disertai pembentukan sinekia anterior perifer.
Glaukoma sudut tertutup subakut kadang-kadang berkembang menjadi
glaukoma sudut tertutup akut.
Didapatkan riwayat serangan berulang berupa nyeri, kemerahan,
dan kekaburan penglihatan disertai halo di sekitar cahaya pada satu mata.
Serangan sering terjadi pada malam hari dan sembuh dalam semalam.
Pemeriksaan diantara waktu serangan mungkin hanya memperlihatkan
sudut bilik mata depan yang sempit disertai dengan sinekia anterior
perifer. Diagnosis dapat dipastikan dengan gonioskopi. Terapinya adalah
iridotomi perifer dengan laser.
c.
Kronik
Pasien dengan predisposisi anatomi penutupan sudut bilik mata depan
mungkin tidak pernah mengalami episode peningkatan tekanan intraokular
akut, tetapi mengalami sinekia anterior perifer yang semakin meluas
disertai dengan peningkatan TIO secara bertahap. Para pasien ini
bermanifestasi seperti yang diperlihatkan oleh pasien glaukoma sudut
terbuka primer, sering dengan penyempitan lapangan pandang yang
ekstensif di kedua mata. Sesekali pasien-pasien tersebut mengalami
serangan penutupan sudut subakut.
Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan tekanan intraokular, sudut bilik
mata depan yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai
tingkat serta kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.
Pada jenis glaukoma kronik penderita jarang mengeluhkan mata, karena
umumnya peningkatan tekanan yang terjadi telah berlangsung lama dan
mata penderita telah beradaptasi. Keadaan ini sangat berbahaya, penyakit
berjalan terus sedangkan penderita tidak menyadarinya.
Hilang
penglihatan
berangsur-angsur,
yang
diawali
dengan
Apabila glaukoma sudah lebih lanjut, lapang pandangan perifer pun akan
menunjukkan kerusakan. Pada gonioskopi akan ditemukan sudut bilik
mata depan yang lebar.
Gambar 6. Sumbatan
pada trabekular meshwork memperlambat aliran aqueos,
sehingga meningkatkan TIO.
Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan secara teratur dan
pembedahan hanya dilakukan bila pengobatan tidak mencapai hasil yang
memuaskan.
Pengobatan dengan obat-obatan:
-
Miotik:
o Pilokarpin 2-4%, 3-6 kali 1 tetes sehati (membesarkan pengeluaran
cairan mata-outflow)
o Eserin -1%, 3-6 kali 1 tetes sehari (membesarkan pengeluaran cairan
mata-outflow)
Simpatomimetik
o Epinefrin 0,5-2%, 1-2 kali 1 tetes sehari (menghambat produksi akuos
humor)
Beta-bloker
o Timolol maleate 0,25-0,50%, 1-2 kali tetes sehari (menghambat
produksi akuos humor)
kornea.
Tanda
utamanya
adalah
peningkatan
tekanan
intraocular.
yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa alat khusus (tonometer). Dengan
menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan didalam
bola mata.
Penilaian
dilakukan
dengan
pengalaman
sebelumnya
yang
dapat
menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan
tekanan mata lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal.
Tonometer Schiotz
Tonometer
Schiotz
merupakan
permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Pada
tonometer Schiotz bila tekanan rendah atau bolamata empuk maka beban akan
dapat mengidentasi lebih dalam dibanding bila tekanan bola mata tinggi atau bola
mata keras.
Bila tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya glaukoma, bila tekanan
lebih dari pada 25 mmHg pasien menserita glaukoma
Tonometer Schiotz
T. Non Kontak
T. Aplanasi
Goldmann
Gambar 8. Macam-macam Tonometer
Oftalmoskopi
Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina. Dengan oftalmoskop
dapat dilihat saraf optik didalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan
bola mata telah mengganggu saraf optik.
Tonografi
Tonografi bertujuan untuk mengukur daya kemampuan pengaliran aquous
humor atau daya pengosongan cairan mata pada sudut bilik mata.
Dengan mempergunakan tonometer Schiotz elektrik dihubungkan dengan
alat pencatat untuk mengetahui hasil tekanan yang menurunkan tekanan bola mata
bila
diberi
tekanan
berkesinambungan.
Pencatatan
pada
kertas
yang
Rasio cawan-diskus adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus
optikus pada pasien glaucoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran
cawan optic terhadap diameter diskus, misalnya cawan kecil-rasionya 0,1 dan
cawanbesar-0,9. Apabila terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan
tekanan intraocular, rasio cawan-diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang
bermakna antara kedua mata sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.
Penilaian klinis diskus optikus dapat dilakukan dengan optalmoskopi
langsung atau dengan pemeriksaan menggunakan lensa 78 dioptri atau lensa kontak
kornea khusus yang member gambaran tiga dimensi.
Bukti klinis lain adanya kerusakan neuron pada glaucoma adalah atrofi
lapisan serat saraf retina, yang mendahului timbulnya kelainan diskus optikus.
Kerusakan ini dapat terdeteksi dengan oftalmoskopi atau foto fundus, keduanya
dilengkapi dengan cahaya bebas-merah, optical coherence tomography, scanning
laser polarimetry, atau scanning laser tomography.
Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)
Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer dan
melihat kemampuan penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian dapat
dilakukan pemeriksaan defek lapangan pandang.
Pachymetry menentukan ketebalan dari kornea. Setelah mata dibuat mati rasa
dengan obat-obat tetes bius, ujung dari pachymeter disentuhkan dengan ringan pada
permukaan depan mata (kornea). Studi-studi terakhir menunjukkan bahwa
ketebalan kornea pusat dapat mempengaruhi pengukuran tekanan intraocular.
Kornea yang lebih tebal dapat memberikan pembacaan tekanan mata yang tinggi
secara salah dan kornea yang lebih tipis dapat memberikan pembacaan tekanan
yang rendah secara salah. Lebih jauh, kornea-kornea tipis mungkin adalah suatu
faktor risiko tambahan untuk glaucoma.
Pencegahan
Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:
1.
2.
3.
Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala
yang berat.
KATARAK
KATARAK
A. Definisi
Kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam
penglihatan penderita berkurang. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes
(waterfall) karena pada awalnya katarak dipikirkan sebagai cairan yang mengalir dari
otak ke depan lensa.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi (penambahan
cairan ) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
B. Etiologi
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
6. Usia
C. Gejala Klinis
Kekeruhan mungkin dapat menurunkan ketajaman penglihatan secara langsung
atau menghasilkan perubahan indeks refraksi lensa menyebabkan astigmatisma
iregular dan kadang diplopia monokular. Pasien mungkin lebih marasa nyaman bila
menggunakan topi atau kaca mata gelap untuk mengurangi cahaya yang masuk.
Gejala Klinis
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap :
1. Penglihatan kabur dan berkabut
2. Fotofobia
3. Penglihatan ganda
4. Warna lensa berubah / putih
D. Klasifikasi
Keadaan patologi lensa dapat dalam bentuk-bentuk berikut :
1. Katarak berdasarkan usia:
a. Katarak congenital
b. Katarak juvenil
c. Katarak Degeneratif (senil)
2. Katarak Komplikata
3. Katarak Trauma
A. Pembahasan
Katarak Berdasarkan Usia
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan
secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
- Infeksi kongenital, seperti campak Jerman
- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti
-
galaktosemia.
pada
urine
yang
positif
mungkin
katarak
terjadi
akibat
yang terdapat di dalam bilik mata depan yang menuju kornea sehingga
memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti piramid. Katarak polaris anterior
berjalan tidak progresif.
Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan. Bila sangat mengganggu
tajam
penglihatan
atau
tidak
terlihatnya
fundus
pada
pemeriksaan
2. Katarak Juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah
lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan
serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan
disebut sebagai soft cataract.
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk
pada usia kurang dari 9 bulan, katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan
katarak kongenital.
Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan
sehari-hari. Hasil tindakan pembedahan sangat bergantung pada usia penderita,
bentuk katarak apakah mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai
kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media
penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.
Gambar 5. Katarak juvenile
3. Katarak
Degeneratif
atau
Senil
Semua
kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak
nuklear, kortikal, dan subkapsular posterior.
a. Katarak Nuklear
Inti lensa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuningan menjadi cokelat
dan kemudian menjadi kehitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau
nigra.
b. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi
cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada
keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat
dekat pada usia yang bertambah.
c. Katarak Subkapsular Posterior
Katarak subkapsular posterior terdapat pada korteks didekat kapsul
posterior bagian sentral. Diawal perkembangannya, katarak ini cenderung
menimbulkan gangguan pengelihatan. Gejala yang umum, antara lain
penurunan pengelihatan pada kondisi pencahayaan yang terang.
Katarak Senil dapat dibagai atas 4 Stadium
a. Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk
gerigi dasar di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di
perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks
anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila pupil
dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan shadow test negatif.
b. Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagianbagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan
lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma.
Shadow test pada keadaan ini positif.
c. Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa
akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan
akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini
terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena
deposit kalsium. Bila dilakukan shadow test akan terlihat negatif.
d. Katarak Hipermatur
Marupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan
berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus
lensa tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil
akan mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Shadow test memberikan
gambaran pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan
penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.
Insipien
Ringan
Normal
Normal
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Matur
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Depan
Sudut Bilik Mata
Shadow Test
Penyulit
Normal
Negatif
-
Sempit
Positif
Glaukoma
Normal
Negatif
-
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis
Glaukoma
4. Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, pasca bedah
mata, dapat juga disebabkan penyakit system endokrin seperti diabetes
mellitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi.
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat
difus, pungtata ataupun linier, dapat berbentuk rosete, reticulum dan biasanya
terlihat vakuol.
retina,
kontusio
retina
dan
myopia
tinggi
yang
Penatalaksanaan
1. Benda asing yang masuk harus segera dikeluarkan atau setelah peradangan
mereda.
2. Diberikan antibiotik sistemik dan Topikal kortikosteroid topikal untuk
memperkecil terjadinya infeksi dan uveitis
3. Atropin Sulfat 1 % untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan mencegah
pembentukkan sinekia posterior.
6. Katarak Diabetes
Katarak diabetik meupakan katarak yang disebabkan Diabetes Mellitus,
dapat terjadi dalam 3 bentuk :
a. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata,
pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa
berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa,
kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal
kembali.
b. Pasien diabetes juvenil yang tidak terkontrol, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake
atau bentuk piring subkapsular.
c. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara
histologik dan biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.
7. Katarak Sekunder
Katarak sekunder atau sering disebut after catarak yaitu katarak yang
timbul beberapa bulan setelah ekstraksi katarak ekstakapsular atau setelah
emulsifikasi fako; berupa penebalan kapsul posterior proliferasi sel-sel
radang pada sisa-sisa korteks yang tertinggal.
Pengobatan pada katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio
katarak sekunder, kapsulotomi, memberanektomi atau pengeluaran seluruh
membran keruh.
B. Penatalaksanaan
Jenis Tindakan
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa
lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Termasuk
dalam
golongan
ekstraksi
linear,
aspirasi
dan
endotel,
keratoplasti,
implantasi
lensa
intra
okuler