Insidensi Tuberculosis Paru(TB Paru) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade
terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi
pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka
kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang
cukup lama.
Di Indonesia TB merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan
urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam
jumlah penderita TB di dunia. Jumlah penderita TB Paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TB Paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TB Paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TB di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TB serta luasnya masalah
semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. TB terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TB
dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TB menular melalui droplet
infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat.
Etiologi
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA
positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.
TB merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TBC dapat menularkan
penyakit kepada 10 orang di sekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini
telah terinfeksi M. tuberculosis. Kabar baiknya adalah orang yang terinfeksi M. tuberculosis
tidak selalu menderita penyakit TB. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk
membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TB.
Manifestasi Klinis
Penderita TB akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak
kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan
penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan
kematian.
Gejala Umum :
orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang suspek tuberkulosis
atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus
diperiksa dahaknya.
Patogenesis
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selam 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventlasi yang buruk dan
kelembapan dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan sehari-hari sampai berbulanbulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas
atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke aceolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. kuman
akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag, kebayakan partikel ini
akan mati atau dibersinkan oelh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama
gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dala sitoplasma makrofag. Di sini
ia dapat membawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia keci dan disebut sarang primer atau afek primer atau
(focus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Kuman dapat juga
masuk sampai ke pleura, maka erjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit. Terjadi limfedenopati regional kemuadia
bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh bagian organ seperti paru, otak, ginjal,
tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalan ke seluruh bagian paru menjadi Tb
milier.
Dari sarang primer akan timbl peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfadengitis local), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis regional).
Darang primer limfadenitis local + limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke). Semua
proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic, klasifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm dan 10% diantaranyya dapat
terjadi reaktivasi lagi karena kuman dormant
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua
(elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensi-nya dan imunitas pasien, sarang
dini ini dapat menjadi :
Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.
Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang
meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan
melembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah
kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik).
Terjadinya perkijauan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat
oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNFnya. Bentuk perkijauan lain yang jaringan adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada
imunodefisensi dan usia lanjut.
Di sini lesi dangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat :
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk dalam
peredaran darah aerteri, maka akan terjadi TB milier. Dapat juga masuk ke paru selanjutnya
ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya seperti disebutkan terdahulu. Bila juga terjadi
TB endobrokial dan TB endotrakeal atau empiema bila rupture ke pleura
b. Memadat dan membungkus diri dengan menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat
mengapur dan menyembuuh atau dapat aktif kembali cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi
kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudian menjadi
mycetoma
c. Bersih dan menymbuh, disebut open healed cavity. Dapat menyembuh dengan membungkuns
diri menjaid kecil. Kadang kadanag berakhir sebagia cavitas yang terbungkus, menciut dan
berentuk seperti bintang disebut stellate shaped.
d. Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni :
1. Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi
2. Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.
3. Sarang yang berada anatara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan,
tetapi meningkat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali. Sebaliknya diberi
pengobatan yang sempurna juga.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan
menurun.
Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat
yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan
didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila
infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.
Pemeriksaan penunjang
- Tuberculin skin testing
Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tween-stabilized liquid PPD
pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam wkatu 48 72 jama, area yang
menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur. Ukuran tes Mantoux ini sebesar 5mm
diinterpretasikan positif pada kasus-kasus :
1. Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV
2. Memiliki kontak yang erat dengan penderita TBC yang infeksius
3. Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan gambaran proses
penyembuhan TBC yang lama, yang sebelumnya tidak mendpatkan terapo OAT yang
adekuat
- Pemeriksaan radiologis
1. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian perifer paru
dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus
2. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran :
a. Nekrosis
b. Cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik)
c. Fibrosis dan retraksi region hilus
d. Bronchopneumonia
e. Infiltrate interstitial
f. Pola milier
g. Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari TB primer lanjut
3. TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi secara massif
4. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali pemeriksaan
rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat apakah
-
tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah
leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih
dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit
kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal
lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama
globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun.
-
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila sekurangkurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
A. Klasifikasi
a. Tuberculosis Paru
Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru)
Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tuberkulosis Paru BTA positif
2. Tuberkulosis Paru BTA negative
b. Tuberculosis Ekstra Paru
Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan
paru,, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan
Misal : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi
dan kelenjar adrenal
2. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat
Misal : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang
belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
B. Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa
tipe penderita, yaitu :
1. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
2. Kambuh (relaps)
Adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan etlah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif
3. Pindahan (transfer in)
Adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat
rujukan/pindahan (FORM TB 09)
4. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)
Adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
5. Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang relatif singkat. Program
pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat
yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan
Streptomycin. Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi
seorang PMO (Pengawas Menelan Obat). Saat ini puskesmas telah memakai program baru untuk
meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat. Program pengobatan tersebut dikenal
dengan nama PAKET OAT. PAKET OAT ini untuk digunakan oleh satu pasien TB sampai selesai
masa pengobatannya yaitu sejak pengobatan Tahap Intensif/ Awal sampai Tahap Lanjutan.
Jumlah blister dalam Paket OAT dirancang untuk digunakan pasien TB dengan berat
badan rata rata yaitu 38 54 kg.
Tahap Intensif/ Awal : Penyesuaian RHZE
Berat badan
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg
6 blister
OAT dibutuhkan
4 blister
6 blister
8 blister
10 blister
Penyesuaian
KS 2 blist
Tidak Berubah
KS + 2 blist
KS + 4 blist
38 54 kg
55 70 kg
71 kg
Berat badan
30 37 kg
6 blister
OAT dibutuhkan
3 blist + 12 tab
5 blist + 4 tab
6 blist + 24 tab
8 blist + 16 tab
Penyesuaian
KS (2 blist +
KS 24 blist
KS + 24 blist
KS + (2 blist
16 tab)
+ 16 tab)
Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncets arthropathy
Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB.
Prognosis
Prognosis TB Paru didasarkan dua hal, yaitu :
1. Jika berobat teratur sembuh total (95%).
2. Jika dalam 2 tahun penyakit tidak aktif, hanya sekitar 1% yang mungkin relaps.
Referensi:
Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta:
UI
http://www.medicastore.com/tbc/
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html