TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat
Fase Luminal
Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu besi heme dan besi
non-heme. Besi heme terdapat dalam daging dan ikan, tingkat absorbsi dan
2
2+
Kemudian terjadi reduksi dari besi bentuk feri (Fe ) ke fero (Fe ) yang dapat
diserap di duodenum.
b.
Fase Mukosal
Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejunum
proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks
dan terkendali. Besi non-heme dipertahankan dalam keadaan terlarut oleh
pengaruh asam lambung. Pada brush border dari sel absorptif (teletak pada
puncak vili usus, disebut sebagai apical cell), besi feri direduksi menjadi besi fero
oleh enzim ferireduktase (Gambar 2.1), mungkin dimediasi oleh protein duodenal
cytochrome b-like (DCYTB). Transpor melalui membran difasilitasi oleh divalent
metal transporter (DMT 1). Setelah besi masuk dalam sitoplasma, sebagian
disimpan dalam bentuk feritin, sebagian diloloskan melalui basolateral
transporter ke dalam kapiler usus. Pada proses ini terjadi konversi dari feri ke fero
oleh enzim ferooksidase (antara lain oleh hephaestin). Kemudian besi bentuk feri
diikat oleh apotransferin dalam kapiler usus.Sementara besi heme di lumen usus
akan berikatan dengan apotransferin membentuk kompleks transferin besi yang
kemudian akan masuk ke dalam sel mukosa dibantu oleh DMT 1. Besi non-heme
akan dilepaskan dan apotransferin akan kembali ke dalam lumen usus.
Gambar 2.2. Regulasi Absorbsi Besi (sumber: Andrews, N.C., 1999. Disorders ofIron
Metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95).
c. Fase Korporeal
Besi setelah diserap melewati bagian basal epitel usus, memasuki
kapiler usus. Kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin menjadi
transferin. Satu molekul transferin dapat mengikat maksimal dua molekul besi.
Besi yang terikat pada transferin (Fe2-Tf) akan berikatan dengan reseptor
transferin (transferin receptor = Tfr) yang terdapat pada permukaan sel,
terutama sel normoblas (Gambar 2.3).
reseptor transferin maupun feritin akan dilepas kedalam peredaran darah. Feritin
segera
difagositosis
makrofag
di
sumsum
tulang
dan
setelah
proses
sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang
lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan
mikronutrein essential dalam memproduksi
0,004% berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai
ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang.7
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan
senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein,
Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat
penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran
masuk ke dalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa
mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam
proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan
molekul berenergi tinggi. Anemia zat gizi besi dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan bekerja, dan pada anak sekolah berdampak pada
peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar.7
Kartono
dan
Soekarti
(2004)
bahwa
kecukupan
besi
yang
10
ikatan dalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globulin,
akibatnya dapat dilepaskan ke setiap jaringan dan pada setiap tempat di dalam
tubuh.8
Kelebihan besi dalam darah, ditimbun dalam hati yang kemudian besi
berikatan dengan apoferritin untuk membentuk ferritin. Apabila jumlah besi
dalam plasma turun, besi dikeluarkan dari ferritin dengan mudah, kemudian
ditranspor ke bagian tubuh yang memerlukan. Kehilangan besi perhari sekitar 0,6
mg pada laki-laki dalam bentuk feses dan 1,3 mg pada wanita.8
Sel darah merah yang telah melampaui masa hidupnya dan hancur, maka
Hb yang dilepaskan dari sel, dan sel akan dicerna oleh sel-sel dari sistem
makrofag-monosit. Besi kemudian dilepaskan dan kemudian disimpan ditempat
penyimpanan ferritin dan digunakan lagi untuk membentuk Hb baru.8
Zat besi lebih mudah diserap dalam bentuk ferro. Penyerapan ini
mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat
dalam sel-sel mukosa usus, danpada kondisi kadar zat besi yang baik, hanya
sekitar 10% dari zat besi yang terdapat dalam makanan diserap ke dalam mukosa
usus, tetapi dalam kondisi defisiensi, lebih banyak zat besi dapat diserap untuk
menutupi kekurangan zat tersebut.9
Sebelum diabsorbsi di dalam lambung besi dibebaskan terlebih dahulu dari
ikatan organik, seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk ferri direduksi
menjadi bentuk ferro. Hal ini terjadi dalam suasana asam di lambung dengan
adanya HCl dan vitamin C yang terdapat dalam makanan.10
Absorbsi terjadi di bagian atas usus halus (duodenum), sel mukosa yaitu
transferrin dan ferritin. Transferrin merupakan protein yang disintesis dalam hati,
11
terdapat dalam 2 bentuk. Transferrin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna
ke dalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferrin reseptor yang ada dalam
sel mukosa. Transferrin mukosa kemudian kembali ke rongga saluran cerna untuk
mengikat besi lain, sedangkan transferrin reseptor mengangkut besi melalui darah
ke semua jaringan tubuh. Dua ion ferri diikatkan pada transferrin untuk dibawa ke
jaringan-jaringan tubuh. Banyaknya reseptor transferrin yang terdapat pada
membran sel ini, bergantung pada kebutuhan tiap sel.10
Agustriadi (2006) menambahkan, bahwa proses absorbsi besi dibagi
menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase luminal, dimana besi pada makanan dilepas ikatannya karena pengaruh
asam lambung dan direduksi dari ferri menjadi ferro yang siap diserap di
duodenum
2. Fase mukosal, merupakan suatu proses aktif yang sangat kompleks dan
terkendali dimana sel absorptif pada puncak vili-vili usus ferri dikonversi
menjadi ferro oleh enzim ferrireduktase yang dimediasi oleh duodenal
cytochrome b(DCYTB).
3. Fase korporeal, dimana besi yang sudah diserap enterosit dan melewati
bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus lalu dalam darah diikat oleh
apotransferrin menjadi transferrin.
Absorbsi zat besi dipengaruhi banyak faktor, diantaranya bentuk besi,
asam organik, fitat, asam oksalat, tanin, tingkat keasaman lambung, faktor
intrinsik dan kebutuhan tubuh.10
2.4
Eritropoiesis
Sistem eritroid terdiri atas sel darah merah (eritrosit) dan prekursor
eritroid. Unit fungsional dari sitem eritroid ini dikenal sebagai eritron yang
12
13
Gambar 2.4. Eritropoiesis. Adapted from Bron et al. Semin Oncol.2001, and
Weiss et al. N Engl J Med.2005
tempat
eritrosit
yang
sudah
tua
(berumur
hari)dihancurkansehinggabesinyamasukkedalamjaringanlimpauntuk
120
kemudian
dalam
pengikatan
besi
untuk
14
berhasilnya
sitoplasma
sel
eritrosit
berinti
mengikat
Fe untuk
Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan
Patogenesis
15
Gambar 2.5. Distribusi Besi Dalam Tubuh Dewasa (sumber: Andrews, N. C., 1999.
Disorders of iron metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95).
Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi
yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state). Keadaan ini ditandai
oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta
pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi berlanjut
terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit
tetapi anemia secara klinis belum terjadi. Keadaan ini disebut sebagai
irondeficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai
16
2.7
Manifestasi Klinis
umum
anemia
disebut
juga
sebagai
sindrom
anemia
17
Pemeriksaan
18
A.
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantit atif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang.
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukandengan menggunakan alat
sederhana seperti Hb sahli, yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan,
yaitu trimester I dan III.1,12
2.
menggunakan rumus:1,11
a. Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila
kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai berkembang.
MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesifik setelah thalasemia
dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit
dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan
makrositik > 100 fl.
b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai
normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.
c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
19
masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk
membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah
untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW
merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta
lebih peka dari besi serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah
bersama dengan naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat
besi, dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi
diagnostik. Nilai normal 15 %.1,11
5.
20
setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi
serum karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi
serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor, pada
kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi
serum dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status
besi yang spesifik, nilai normal serum besi 70-150 ug/dl. 1,11-12
7.
besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat
menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan
keganasan. Normal dengan cara imunologi 4-9 g/L.12
8.
besi, merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi ke sumsum
tulang.Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks kekurangan
suplai besi yang meyakinkan terhadap perkembangan eritrosit. Jenuh transferin
21
Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk
menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai dalam
praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin < 12 ug/dl sangat spesifik
untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga
dapat dianggap sebagai diagnostik untuk kekurangan zat besi. 1,11-12
Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat besi,
tetapi tidak menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya
sangat tinggi. Penafsiran yang benar dari serum feritin terletak pada pemakaian
range referensi yang tepat dan spesifik untuk usiadan jenis kelamin. Konsentrasi
serum feritin cenderung lebih rendah pada wanita dari pria, yang menunjukan
cadangan besi lebih rendah pada wanita. Serum feritin pria meningkat pada
dekade kedua, dan tetap stabil atau naik secara lambat sampai usia 65 tahun. Pada
wanita tetap saja rendah sampai usia 45 tahun, dan mulai meningkat sampai sama
seperti pria yang berusia 60-70 tahun, keadaan ini mencerminkan penghentian
mensturasi dan melahirkan anak. Pada wanita hamil serum feritin jatuh secara
22
dramatis dibawah 20 ug/l selama trimester II dan III bahkan pada wanita yang
mendapatkan suplemen zat besi. 1,11-12
Serum feritin adalah reaktan fase akut, dapat juga meningkat pada
inflamasi kronis, infeksi, keganasan, penyakit hati, alkohol. Serum feritin diukur
dengan mudah memakai Essay immunoradiometris (IRMA),Radioimmunoassay
(RIA), atau Essay immunoabsorben (Elisa). 1,11-12
B.
Diagnosis
23
24
Diagnosis Banding
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik
lainnya seperti:11
1. Anemia penyakit kronis
2. Thalasemia
3. Anemia sideroblastik
Anemia
Anemia
defisiensi besi
penyakit
Derajat
Ringan sampai
kronis
Ringan
anemia
MCV
MCH
Besi serum
berat
Menurun
Menurun
Menuurun <30
Meningkat
TIBC
Thalassemia
Anemia
Sideroblastik
Ringan
Ringan
Menurun/N
Menurun/N
Menurun <50
Menurun
Menurun
Normal/
sampai berat
Menurun/N
Menurun/N
Normal/Meni
Menurun
Meningkat
Normal/Men
ngkat
Normal/menu
25
Saturasi
transferrin
Besi
>360
Menurun
<300
Menurun/N
urun
Meningkat
run
Meninngkat
<15%
Negatif
10-20%
Positif
>20%
Positif kuat
>20%
Positif dengan
sumsum
tulang
Protofirin
ringsideroblas
Meningkat
Meningkat
Normal
t
Normal
eritrosit
Feritin
Menurun
Normal 20-
Meningkat
Meningkat
serum
Elektrofoes
<20g/l
N
200 g/l
N
>50 g/l
Hb.A2
>50 g/l
N
is Hb.
2.11
meningkat
Terapi
Terapi terhadap anemia defisiensi besi adalah:11
26
Efek samping utama besi per oral adalah gangguan gastrointestinal yang
dijumpai pada 15-20%. Keluhan berupa mual, muntah, serta konstipasi. Untuk
mengurangi efek samping besi diberikan saat makan atau dosis dikurangi menjadi
3 x 100 mg. Pengobatan besi diberikan 3 sampai 6 bulan setelah kadar Hb normal
untuk mengisi cadangan besi tubuh. Dosis pemeliharan yang diberikan 100
sampai 200 mg.11
Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan preparat vitamin C,
tetapii dapat meningkatkan efek samping terapi. Dianjurkan pemberian diet yang
banyak mengandung hati dan daging yang banyak mengandung besi.11
2. Terapi besi parenteral
Terapi ini sangat efektif namun mempunyai resiko lebih besar dan
harganya lebih mahal. Indikasi pemberian parenteral adalah:11
a. Intoleransi terhadap pemberian besi.
b. Kepatuhan terhadap obat rendah.
c. Gangguan pencernaan seperti colitis ulseratif yang dapat kambung jika
diberikan besi.
d. Penyerapan besi terganggu, seperti gastrektomi.
e. Keadaan dimana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup
dikompensasi
oleh
pemberian
besi
oral,
seperti
hereditary
hemorrhagic teleangiectasis.
f. Kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek, seperti pada
kehamilan trimester 3 atau sebelum operasi.
g. Defisiensi besi fungsional relative akibat pemberian eritropoetin pada
anemia gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit kronik.
Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex (mengandung 50 mg
besi/ml), iron sorbitol citric acid complex dan iron ferric gluconate serta iron
sucrose yang lebih aman. Besi parenteral dapat diberikan intramuscular dalam
27
mencolok
Pasien membutuhkan peningkatan kadar Hb yang cepat seperti pada
kehamilan trimester akhir atau preoperasi.
memberikan respon baik bila retikulosit naik pada minggu pertama, mencapai
puncak pada hari ke-10 dan normal lagi setelah hari ke-14, diikuti dengan
kenaikan Hb 0,15 g/hari atau 2 g/dl setelah 3-4 minggu. Hb menjadi normal
setelah 4-10 minggu.11
Jika respon terhadap terapi tidak baik, maka perlu dipikirkan:
a. Pasien tidak patuh sehingga obat tidak diminum.
b. Dosus besi kurang.
28