Oleh :
dr. R.A. WITA FERANI KARTIKA
PUSKESMAS CIBEBER
CILEGON
2016
BAB I
PRESENTASI KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. AI
Umur
: 9 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
: 20 Mei 2015
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Tn. T
Pekerjaan Ayah
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Ny. W
Pekerjaan Ibu
Alamat
: Cikerai
Tanggal masuk
: 11 Januari 2016
ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh melalui alloanamnesis terhadap ibu dan ayah pasien.
A. Keluhan Utama
Kejang
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang anak laki-laki berusia 9 bulan datang dibawa oleh
keluarganya ke IGD Puskesmas Cibeber dengan keluhan kejang-kejang yang
disertai demam. Kejang terjadi sebanyak 2 kali. Kejang pertama terjadi pada
pukul 12.00. Lama kejang pertama kurang lebih 5 menit kemudian berhenti
sendiri. Setelah kejang pasien tampak lemas dan mengantuk. Keluarga
pasien kemudian membawa pasien ke Puskesmas. Dalam perjalanan, pasien
kembali kejang, lama kejang kurang lebih 10 menit. Setelah kejang pasien
tampak lemas dan mengantuk dan setibanya di Puskesmas pasien kembali
kejang. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan
atas dan kedua tungkai bawah kaku, mata melirik ke atas, keluar busa sedikit
dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Ibu pasien mengaku sebelum
kejang pasien mengalami demam tinggi yang belum turun hingga sekarang.
Demam terjadi sejak pagi tadi, terjadi mendadak dan langsung tinggi.
Demam disertai batuk serta muntah 1 kali, berisi cairan yang dimakan, tidak
ada darah. Keluhan pilek, sakit telinga dan keluar cairan dari telinga
disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien juga jadi susah makan,
tetapi masih mau minum. Pasien sempat dibawa ke RS Kurnia untuk berobat
dan dibekali obat demam yang dimasukkan lewat anus serta obat batuk dan
mual.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RS sebelumnya karena kejang saat demam.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kejang karena panas pada keluarga : (-)
Riwayat epilepsi
: (-)
E. Riwayat Pribadi:
Riwayat kehamilan:
o Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama. Ibu tidak pernah
mengalami sakit yang serius selama hamil. Riwayat minum alkohol,
jamu,
ataupun
obat-obatan
disangkal.
Ibu
memeriksakan
kehamilannya di posyandu.
Riwayat persalinan:
o Pasien lahir spontan, cukup bulan, ditolong bidan, langsung
menangis, berat lahir 3000 gram panjang lahir 47 cm.
Riwayat pasca lahir
o Tidak ada keluhan
F. Imunisasi
Jenis
II
III
IV
1.
BCG
2.
DPT
3.
Polio
4.
Campak
5.
Hepatitis
B
bulan
3 bulan
4 bulan
2 bulan
3 bulan
bulan
2 hari
2 bulan
3 bulan
4 bulan
-
Lahir
: sakit berat
Derajat kesadaran
: somnolen
Status gizi
Tanda vital
BB
: 6 kg
TB
: 50 cm
Nadi
Pernafasan
Suhu
Kulit
Kepala
: Bentuk mesocephal
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Tenggorok
Leher
Lymphonodi
:Retroaurikuler
Submandibuler
Thorax
: tidak membesar
: tidak membesar
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: SIC V kanan
Auskultasi
Redup relatif di
: SIC V kanan
Redup absolut
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: tympani
Palpasi
: nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor
kembali cepat.
Urogenital
Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Wasting
-
Sensorik
: (+2/+2)
R. Triseps
: (+2/+2)
R. Patella
: (+2/+2)
R. Archilles
: (+2/+2)
: (-/-)
: (-/-)
R. Oppeinheim : (-/-)
Meningeal Sign :
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinsky I
: (-)
Brudzinsky II
: (-)
Kernig sign
: (-)
+4 +4
+4 +4
VI.
DAFTAR MASALAH
1. Demam
2. Kejang (1 kali, kejang 4 menit, setelah kejang, pasien menangis)
VII.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Kejang Demam
dd : Infeksi Intrakranial
Gangguan Elektrolit
PENATALAKSANAAN
Terapi
1.
2.
3.
4.
X.
O2 nasal 2 lpm
Inj. Diazepam 5 mg per rektal
Paracetamol 80 mg per rektal
Rujuk ke RS
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia
Ad sanam
: dubia
Ad fungsionam
: dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG DEMAM
1.)
DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.1Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan
demam (suhu diatas 39oC per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat
atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia 1 bulan dan tidak ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.2
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam
adalah suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya
infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.3 Anak yang pernah kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam.1,3 Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 4 minggu (1
bulan) tidak termasuk kejang demam.1,3 Kejang demam harus dibedakan dengan
epilepsi, yaitu ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. 2 Definisi ini
menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis,
ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis
yang berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya
mengenai susunan saraf pusat.3 Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun menaglami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 2
2. EPIDEMIOLOGI
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus
merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada
tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering
pada laki-laki.3 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan
samapi 5 tahun.1Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%.2,10
3. KLASIFIKASI
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :
a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang
demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam.
b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :
1.)
2.)
Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial
3.)
4. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain
itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara
kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak dalam
perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama,
kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih dan kirakira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi
meningkat dengan usia dini, usia dibawah 18 bulan, cepatnya anak mendapat
kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat
keluarga kejang demam dan riwayat keluarga epilepsi. 5,6
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya gangguan
neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam
keluarga, lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu kali kejang
demam kompleks. 5,6
5. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida
(Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.9
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab
demam diluar susunan saraf pusat.
2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi
dalam keluarga.
3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.
b.
c.
Pemeriksaan Penunjang
1.) Pemeriksaan laboratorium
3.)
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada
keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks
pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.5
4.) Pencitraan
Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography
scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan
neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil
edema.5
8. DIAGNOSIS BANDING
Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya
meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal teriondikasi bila ada kecurigaan
1. Antipiretik
Tidak
ditemukan
bukti
bahwa
penggunaan
antipiretik
bulan,
sehingga
penggunaan
asam
asetilsalisilat
tidak
dianjurkan.2,3,5
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60%
kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8
jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan
menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 2539% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat
demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
c. Pemberian Obat Rumat
1. Indikasi Pemberian obat Rumat
Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan
ciri sebagai berikut (salah satu) ;
-
Kejang fokal
b.
c.
jarang.
Kejang
demam
pasca
imunisasi
tidak
memiliki
KEJANG
Diazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menit
KEJANG
Transfer ke Ruang Rawat Intensif
KETERANGAN :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
2.
BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis kejang demam kompleks pada kasus ini berdasarkan :
a. Anamnesis
-
kejang (1 kali, tidak berulang kurang dari 24 jam, lama kejang 4 menit,
setelah kejang pasien menangis)
b. Pemeriksaan fisik
Kami dapatkan suhu 38,2oC per axiler, faring hiperemis. Tidak
didapatkan reflek patologis maupun meningeal sign.
c. Pemeriksaan Penunjang
Penyebab dari kejang demam pada pasien kemungkinan berasal dari
infeksi faringitis akut.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan parasetamol 100 mg untuk
mengatasi demam, kemudian diberikan juga injeksi diazepam 3 mg secara intravena
jika terjadi kejang. Pemberian diazepam ini digunakan sebagai obat potong kejang.
Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah bahwa
kejang dapat timbul kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien
harus sedia obat penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas.
Dan perlu dijelaskan alasan pemberian obat rumatan adalah untuk menurunkan
resiko berulangnya kejang. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1 sampai 2 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI. Jakarta.
2. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia.
3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak.Badan penerbit IDAI. Jakarta
5. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI.
Jakarta.