Anda di halaman 1dari 18

B AB I

PE N DAH U LUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan publik
sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara
perusahaan dengan publik. Perusahaan dan publik adalah pasangan hidup yang saling
memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan
keberhasilan pembangunan bangsa. Dua aspek penting harus diperhatikan agar tercipta
kondisi sinegis antara keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa perusahaan
ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup publik. Dari aspek ekonomi, perusahaan
harus berorientasi mendapatkan keuntungan dan dari aspek social, perusahaan harus
memberikan kontribusi secara langsung kepada publik. Perusahaan tidak hanya
dihadapkan pada tanggung jawab dalam perolehan keuntungan semata, tetapi juga harus
memperhatikan tanggung jawab social kepada publik.
Pada hakekatnya Profesi Corporate Reputasi merupakan profesi dengan
menggunakan metode komunikasi yang meliputi berbagai teknik komunikasi. Dimana
didalam kegiatannya terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis
antara suatu badan / perusahaan dengan publiknya. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa Corporate Reputasi merupakan suatu fungsi management. Disini diciptakan suatu
aktifitas untuk membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi suatu
lembaga/ perusahaan disuatu pihak dengan publik dipihak lain.
Corporate Reputasi sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan
hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. (Scott M. Cutlip, 2007:6)
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam
menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga
dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan sehingga pesan yang disampaikan
dimengerti atau di terima dengan baik oleh penerima. Komunikasi itu sendiri tidak hanya
penting dalam kehidupan sehari-hari bagi individu dalam sebuah keluarga atau
1

masyarakat, komunikasi yang efektif juga dibutuhkan dalam sebuah organisasi atau
perusahaan terutama dalam mengimplementasikan visi dan misi perusahaan.
Corporate Reputasi (PR) merupakan teknik komunikasi yang dilakukan sebuah
lembaga, organisasi, ataupun perusahaan untuk menjalin kegiatan, hubungan, dan
komunikasi dengan masyarakat atau publik. Aktivitas Corporate Reputasi merupakan
proses yang berkelanjutan, dimana manajemen berusaha untuk memperoleh itikad baik
dan pengertian dari komunitasnya, dari para pegawainya, dan juga merupakan kelanjutan
proses penetapan kebijakan pihak manajemen dalam memberikan masukan dan saran
perbaikan untuk mempertahankan citra.
Corporate Reputasi di dalam hal ini merupakan sosok yang mewakili
kepentingan perusahaan. Keberhasilan Corporate Reputasi di dalam menjalankan
aktivitasnya dinilai akan membawa nama baik perusahaan di mata khalayaknya, dan juga
sebaliknya kegagalan PR akan membawa citra buruk perusahaan.
Corporate Reputasi mempunyai peranan, peranan Corporate Reputasi dalam
menjalin hubungan dengan publiknya itu sangat penting, baik dengan public internal
perusahaan maupun dengan public eksernal perusahaan. Kegiatan Corporate Reputasi
tidak hanya untuk menyampaikan informasi kepada publiknya saja melainkan juga
sebagai sarana penerangan di dalam perusahaan yaitu menerima dan memberikan segala
bentuk informasi yang diperlukan agar dapat membentuk komunikasi yang efektif dengan
publik-nya. Corporate Reputasi memerlukan ruang untuk menggambarkan peran dan
fungsinya dalam membangun atau membentuk citra positif bagi perusahaan, menjalin
hubungan yang harmonis dengan publik, dan juga menyelesaikan krisis yang terjadi di
dalam perusahaan. Krisis merupakan hal yang tidak dapat diprediksi, karena krisis itu
datangnya secara tiba-tiba dan juga kehadirannya sangat tidak diharapkan didalam
perusahaan. Krisis yang terjadi di perusahaan erat kaitannya dengan citra yang akan
timbul di lingkungan public, citra tersebut memiliki pengaruh terhadap reputasi
perusahaan.

REPUTASI

CITRA

PROYEKSI

IDENTITAS

NILAINILAI
NILAI-NILAI
PUSAT

Penampilan sesaat perusahaan dapat menampilkan citra, tetapi reputasi


membutuhkan konsistensi dan pemahaman tentang sikap dan tingkah laku
Hampir semua perusahaan pernah mengalami krisis dan masalah terhadap
reputasi, salah satunya adalah perusahaan pertambangan emas milik Amerika yang telah
melakukan kerja sama dengan Pemerintah Indonesia, yaitu PT. Freeport Indonesia, yang
memulai kontraknya pada tanggal 7 April 1967: Penandatanganan Kontrak Karya I,
dengan luas wilayah 10 km2 dengan lama konsesi 30 tahun, kemudian Desember 1967:
Pengeboran eksplorasi dimulai di Gertsberg, Desember 1972: Pengapalan perdana 10.000
ton tembaga ke Jepang, dan Juli 1976: Indonesia mendapat saham 8,5 persen saham
Freeport.

Kemudian pada tahun 1988 ditemukan cadangan bijih tembaga-emas di


Grasberg, jumlah deposite diperkirakan 200 juta ton. Dan saham PT. Freeport Indonesia
pun meningkat. Pada tahun 1988-1984 (1988-1994): Proses negosiasi Kontrak Karya
dimulai, setelah usulan Freeport Indonesia untuk memperpanjang Kontrak Karya I ditolak
pemerintah.
Pada Desember Tahun 1995: Penandatanganan Kontrak Karya II oleh pemerintah RI.
Masa konsesi 30 tahun. Bakri mulai membeli saham perusahaan setelah pemerintah
Indonesia tidak mau membelinya.
Hasil tambang yang dilakukan PT Freeport memberikan keuntungan yang sangat
besar bagi PT Freeport. Pada tahun 2005 PT Freeport Indonesia memperoleh keuntungan
sekitar 4.2 miliar dollar (sekitar 42 triliun rupiah). Dengan keuntungan sebesar itu
seharusnya Indonesia juga memperoleh keuntungan yang cukup besar.
Namun, pada kenyataannya hingga tahun 2005 Pemerintah Indonesia hanya
memperoleh royalti sebesar 2 triliun rupiah setiap tahunnya atas kepemilikan saham PT
Freeport sebesar 9.36%. Dalam siaran pers resmi PT Freeport Indonesia menyatakan telah
memberikan manfaat langsung kepada Pemerintahan Indonesia sebesar 1.8 miliar dolar
AS pada tahun 2007.
Peranan Corporate Reputasi sangat berpengaruh di masyarakat bahkan dapat
diandalkan untuk mempengaruhi dan mengendalikan pemikiran publik. Ketika
perusahaan mengalami perubahan pandangan dari public yang akan mempengaruhi
reputasi perusahaan, yang sangat dibutuhkan pada situasi tersebut adalah Corporate
Reputasi. Apabila Corporate Reputasi tidak dapat menjalankan tugasnya untuk
menjembatani hubungan antara perusahaan dan publiknya, maka citra perusahaan pun
akan dinilai tidak baik di mata publiknya.

I.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan bukti secara
empiris terhadap hal-hal yang disebut diatas, antara lain :
a. Untuk mengetahui pengaruh hadirnya praktisi Corporate Reputasi terhadap
kasus reputasi yang dialami perusahaan.
b. Untuk mengetahui pengaruh pembentukan management khusus untuk
mengatasi reputasi.
c. Untuk mengetahui criteria dan strategi pemecahan masalah terhadap reputasi.
I.3 Perumusan Masalah
1. Apakah pengaruh hadirnya praktisi Corporate Reputasi terhadap kasus
reputasi yang dialami perusahaan?
2. Apakah ada pengaruh dan untuk kepentingan apa pembentukan management
khusus untuk mengatasi reputasi?
3. Apakah ada criteria dan strategi pemecahan masalah terhadap reputasi?

B A B II
PE M B AH AS AN

II.1 Reputasi Perusahaan


Zeithaml (1988) mengemukakan bahwa kualitas yang dirasakan dari
suatu produk atau jasa erat hubungannya dengan reputasi yang diasosiasikan
dengan nama merek. Herbig, Milewicz dan Golden (1994) menyatakan bahwa
reputasi perusahaan dapat dilihat dari kompetensi perusahaan tersebut dan
keunggulan dibandingkan dengan kompetitornya.
Moorman dan Miner (1997) menyatakan bahwa keberhasilan perusahaan
secara maksimal dapat dicapai apabila perusahaan tersebut fokus terhadap core
business, sebab hal itu akan merefleksikan core competencies yang mereka
punyai. Keahlian perusahaan tercermin dalam pengetahuan dan pengalaman
perusahaan tersebut dalam industri yang dimasukinya (Brown dan Dacin, 1997;
Moorman dan Miner, 1997).
Menurut Brown dan Dacin (1997) reputasi perusahaan sangat penting
darisudut pandang pelanggan untuk memberikan gambaran terhadap kualitas
produk atau jasa yang dihasilkan. Reputasi dari perusahaan dalam sudut
pandangpelanggan dapat dijadikan jaminan bagi pelanggan untuk menilai kualitas
produk atau jasa.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut maka variabel reputasi
perusahaan dibentuk oleh tiga indikator, yaitu pengalaman perusahaan dalam
industri yang dimasukinya, kompetensi perusahaan, dan keunggulan perusahaan
dibanding competitor
-

Pengalaman Perusahaan
Yang dimaksud pengalaman perusahaan adalah seberapa lama perusahaan

tersebut telah berkecimpung dan eksis dalam industri yang dimasukinya. Semakin
lama perusahaan tersebut berada dalam bidang industri tertentu, maka perusahaan
6

tersebut terbukti focus terhadap inti bisnis yang mereja jalani, sehingga
kompetensi perusahaan tersebut aka semakin terlihat. Hal ini akan mendorong
reputasi perusahaan di mata masyarakat menjadi terlihat semakin baik.
-

Kompetensi Perusahaan
Kompetensi adalah kemampuan perusahaan

sumberdaya yang

berbeda,

untuk

mengekploitasi

dengan menggunakan berbagai proses organisasi

untuk mencapai hasil yang diinginkan (Grant, 1991; Amit and Schoemaker,
1993). Sedangkan menurut Bogner and Thomas (1994), kompetensi inti
sebagai keahlian khusus yang dimiliki perusahaan dan pengetahuan yang
diarahkan untuk mencapai tingkat kepuasan konsumen yang lebih tinggi
dibandingkan pesaingnya.
-

Keunggulan Perusahaan dibanding competitor


Untuk bisa bertahan dalam persaingan dan membentuk reputasi

perusahaan yang baik di mata masyarakat, perusahaan harus mempunyai


keunggulan

bersaing

(competitive

advantage)

dibandingkan

dengan

kompetitornya. Keunggulan bersaing akan menjadi senjata untuk menaklukkan


pasar dan kompetisi. Untuk membangun keunggulan bersaing, perusahaan bisa
melakukan beberapa langkah:
1. Mencari sumber-sumber keunggulan, misalnya keterampilan yang prima,
sumber daya yang berkualitas, dan lain-lain.
2. Mencari keunggulan posisi dibanding pesaing, dengan mengefisienkan
biaya produksi dan memberikan nilai tambah kepada konsumen.
3. Menghasilkan performa yang prima, dengan melihat kepuasan dan
loyalitas pelanggan, pangsa pasar, dan juga kemampulabaan (profitabilty)
dari produk ataupun jasa yang dihasilkan.

II. 2 Pengertian Manajemen Reputasi


Konsep dasar Manajemen : kata manajemen (management) berasal dari kata
Italia maneggiare yang berarti menangani (to handle). Juga bisa berasal dari kata
latin manus yang artinya menangani. Jadi kata manajemen pada dasarnya berarti
menangani / mengelola.
Untuk sehari-hari, kata manajemen bisa digunakan dalam 4 (empat) pengertian
yang berbeda:
1. Sebagai

proses-proses

pengorganisasian-perencanaan,

penggarahan,

penggiatan dan pengevaluasian.


2. Berarti suatu karrier atau pekerjaan.
3. Berarti kelompok orang yang bertanggung jawab dalam menjalankan sebuah
organisasi.
4. Sebagai sebuah ilmu atau seni tentang perencanaan, pelaksanaan dan
pengevaluasian.
Sehingga Pengertian Manajemen Reputasi ialah Mengacu pada konsep dasar
manajemen diatas, manajemen reputasi dapat berarti sebuah ilmu tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan pengevaluasian segala hal yang berkaitan dengan reputasi.

II.3 Definisi Manajemen Reputasi


Sejauhmana suatu organisasi atau perusahaan memandang perlunya
manajemen reputasi atau citra? Pertanyaan ini sangat signifikan untuk diajukan. Mengapa
demikian? Karena kini, public telah mengalami perubahan begitu cepat dalam
mencermati lingkungan yang ada di sekitarnya. Public telah memiliki ruang yang lebih
luas untuk mengetahui sepak terjang organisasi atau perusahaan. Sehingga tuntutan untuk
menjaga reputasi (image) baik menjadi sesuatu yang mendesak. Reputasi yang baik dari
suatu organisasi akan mempunyai dampak yang menguntungkan, merupakan asset,
karena reputasi mempunyai suatu dampak pada presepsi public dari komunikasi dan
operasi organisasi dalam berbagai hal, sehingga reputasi yang jelek akan merugikan
organisasi.
Dalam jangka panjang reputasi baik membawa banyak manfaat, baik pada saat
organisasi sedang jaya maupun pada saat-saat organisasi menghadapi berbagai macam
8

krisis. Membangun reputasi memang tidak sama dengan memperbaiki kembali bangunan
yang telah hancur. Ada factor kepercayaan public yang sangat kental melekat didalamnya
sehingga, bila reputasi jeblok, maka kepercayaan pubik yang melekat itu lepas dengan
cepat dan untuk menempelkannya kembali membutuhkan waktu yang lama. Dalam
kaitan ini, para praktisi PR memiliki peran kunci dalam memelihara reputasi, mengingat
jangkauan reputasi mampu melampaui batas-batas dimensi yang ada dan PR merupakan
jembatan yang sanggup menghubungkan komunikasi di batas-batas tersebut.

II.4 Tujuan Reputasi


Reputasi sebenarnya adalah nama baik. Setiap orang, organisasi, dan perusahaan
membutuhkan nama baik. Dari nama baik itulah, mereka dipercayai oleh orang,
oranganisasi maupun perusahaan. Itu sebabnya reputasi selalu terkait dengan
kepercayaan.
Nama baik hanyalah salah satu dimensi dari reputasi. Karena dalam reputasi juga
terkandung dimensi lain seperti dipandang luhur/tinggi diperlakukan sebagai bernilai dan
penting, serta kehormatan yang melekat pada pemilik reputasi. Reputasi sekarang
menjadi salah satu pusat perhatian dalam pratik PR dimanapun. Mengingat
perkembangan saat ini yang memungkinkan hancurnya nama baik karena sebab yang bias
jadi tak berhubungan langsung dengan nama organisasi atau produk yang dihasilkan
organisasi tersebut.
Reputasi akan berdampak pada public internal dan eksternal organisasi. Para
karyawan, sebagai public internal merasa bangga bekerja untuk organisasi yang memiliki
reputasi. Sedangkan public eksternal, seperti pelanggan, reputasi membuat mereka
merasa memilih produk yang tepat.
Reputasi membantu organisasi mencapai tujuan. Tujuan yang terbantu
penapaiannya adalah :
a. Peningkatan penjualan
b. Mendorong transaksi dan prakarsa strategis
c. Perekrutan pegawai baru dan membuat pegawai merasa betah bekerja
d. Mempertinggi saham perusahaan

II.5 Manfaat Reputasi


Definisi reputasi menurut Gaotsi dan Wilson (2001), evaluasi semua stakeholder
terhadap organisasi sepanjang waktu yang didasarkan atas pengalaman stakeholder
tersebut dengan organisasi.
Ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi organisasi, yaitu:
a. Keberadaan (being)
b. Tindakan (doing)
c. Berkomunikasi (communication)
d. Mendengarkan (listening)
e. Dan melihat (seeing)
Organisasi perlu melakukan tindakan yang terencana dengan baik untuk
membangun kesan dimata stakeholder-nya, maka kepercayaan terhadap organisasi bisa
terjaga.
Ada 7 (tujuh) sebab yang dianggap dapat menurunkan atau merusak reputasi
organisasi:
a. Kritik terhadap perusahaan atau produk yang dilakukan media cetak atau
penyiaran
b. Perilaku tidak etis perusahaan
c. Bencana yang menghentikan produksi
d. Tuduhan atau putusan pengadilan
e. Tuduhan dari kelompok-kelompok kepentingan atau pelanggan atas
keamanan produk
f.

Tuduhan dari pejabat pemerintah atas keaman produk

g. Kritik atas perusahaan atau produk di Internet


Dalam menghadapi penyebab-penyebab yang dapat menurunkan atau bahkan
merusak reputasi perusahaan, berikut ada tiga pendekatan dalam manajemen reputasi.
Pendekatan pertama menyangkut aspek-aspek sebagai berikut :
1. Analisis reputasi, yang dilakukan pada dasarnya untuk memahami
stakeholder organisasi, yakni pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan
terhadap organisasi. Langkah berikutnya adalah melihat hubungan diantara
10

stakeholder itu. Selanjutnya dikaji mana yang kiranya mendukung dan


mengkritik organisasi serta mempersiapkan materi komunikasi untuk
disampaikan pada stakeholder.
2. Perencanaan strategis, yang dasarnya melihat lingkungan internal dan
eksternal organisasi sehingga bisa diidentifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman organisasi. Lalu disusun rencana yang bisa
diimplementasikan, dengan mangacu pada visi dan misi organisasi.
Pemantauan terhadap media dapat menjadi masukan.
3. Stakeholders relations, pada dasarnya menyusun rencana komunikasi dan
relasi dalam konteks PR umumnya dan media relations khususnya,
berdasarkan hasil analisis peta jaringan dan relasi antara stakeholder.
4.

Pemantauan media, pada dasarnya merupakan kegiatan mengikuti apa yang


dilaporkan media, khususnya pemberitaan yang positif dan negatif bagi
organisasi. Dalam memantau media biasanya dilakukan kegiatan-kegiatan
seperti :
a. Tabulasi setiap berita
b. Menelaah berita-berita tersebut untuk menentukan apakah organisasi
diberitakan secara
c. Positif atau negative
d. Menilai apakah berita tersebut memuat pesan yang disampaikan
organisas
e. Mengidentifikasi pesan-pesan yang disampaikan organisasi disiarkan
media
f. Menilai isu-isu tertentu yang menjadi perhatian media
g. Menilai bagaimana reaksi stakeholder terhadap berita yang disiarkan
media

5.

Pelatihan media, pelatihan ini pada dasarnya untuk memberikan wawasan


tentang cara kerja media pada para staf PR satu organisasi.

6. Materi komunikasi, merupakan pesan yang disampaikan pada media atau


publik organisasi, berupa brosur, leaflet, isi situs web, dan sebagainya.
7. Media Relations, hubungan yang baik dengan media massa membantu
meningkatkan reputasi organisasi. Sebaliknya, reputasi organisasi akan
membuat media tertarik untuk menginformasikan organisasi tersebut karena
publik pada umumnya ingin mengetahui apa yang terjadi pada organisasi
11

yang baik organisasinya. Artinya ada dua sisi wujud relasi antara reputasi dan
media relations. Pada satu sisi, media relations yang baik akan menjadi
sarana untuk menjaga dan meningkatkan reputasi. Pada sisi lain, reputasi
akan mempermudah membangun media relations yang baik.
8. Government Relations, dengan mengingat pemerintah melalui lembagalembaga yang didalamnya menjalankan peran sebagai agen regulasi dan
pengambil kebijakan, maka hubungan yang baik dengan pemerintah juga
penting dalam menjaga relasi.
9. Manajemen isu dan manajemen krisis. Isu dan krisis bisa muncul tanpa
diduga. Karena organisasi pada umumnya memiliki prosedur baku dalam
manajemen isu dan manajemen krisis untuk berjaga-jaga bila terjadi krisis
atau berkembang isu yang merugikan organisasi.
Pendekatan kedua menguaraikan langkah-langkah yang lebih praktis dalam menjaga
reputasi oragnisasi disampaikan Lamotta (2004) yang menunujukan tahapan manajemen
reputasi sebagai berikut :
1.

Penelitian untuk mengetahui persepsi dan sikap khalayak terhadap


organisasi.

2.

Membangun konsensus tentang nilai dasar dan tujuan organisasi antara


manajemen dan karyawan.

3.

Mengidentifikasi janji penjualan yang unik (unique selling proposition/USP)


dan pesan yang bisa memperkuat USP.

4.

Dorongan pada organisasi yang dikembangkan secara internal dan eksternal.

5.

Iklan, media relations, materi untuk investor, siaran pers dan program
filantrofi organisasi dijalankan bersama-sama untuk menyebarluaskan pesan
yang konsisten dan komprehensif.

Pendekatan lain, sebagai pendekatan ketiga, dikembangkan firma PR, Morrissey &
Co dalam manajemen reputasi ini mencakup 4 aspek yang didasarkan pada sumber daya
organisasi untuk disampaikan pada publik, sebagai berikut :
1. penelitian
2. positioning
3. penyusunan pesan
4. Strategi
12

Ketiga pendekatan ini memiliki kesamaan. Pendekatan pertama lebih terperinci,


dibandingkan pendekatan kedua dan ketigadisebut analisis stakeholder kemudian
disusun pesan yang akan dikomunikasikan dan strategi pengkomunikasiannya. Pada
pendekatan ketiga bahkan sudah disebutkan publik yang akan dijaga persepsinya terhadap
organisasi yang mencakup publik internal dan eksternal.
Saat ini di Indonesia, manajemen reputasi belum begitu banyak mendapat perhatian
dari kalangan teoretisi PR. Namun praktik manajemen reputasi sudah mulai banyak
dilakukan organisasi. Munculnya bagian komunikasi perusahaan menjadi salah satu
indikator bahwa komunikasi yang dijalankan organisasi (bisnis) di Indonesia bukan
sekedar menjalin komunikasi dan mengembangkan relasi dengan publik, tapi juga
menjaga reputasi organisasi.

Keuntungan Asing vs Kesejahteraan Rakyat


Munggaran Satya Nugraha suaraPembaca
Hasil tambang yang dilakukan PT Freeport memberikan keuntungan yang sangat
besar bagi PT Freeport. Pada tahun 2005 PT Freeport Indonesia memperoleh
keuntungan sekitar 4.2 miliar dollar (sekitar 42 triliun rupiah). Dengan keuntungan
sebesar itu seharusnya Indonesia juga memperoleh keuntungan yang cukup besar.
Namun, pada kenyataannya hingga tahun 2005 Pemerintah Indonesia hanya
memperoleh royalti sebesar 2 triliun rupiah setiap tahunnya atas kepemilikan saham
PT Freeport sebesar 9.36%. Dalam siaran pers resmi PT Freeport Indonesia
menyatakan telah memberikan manfaat langsung kepada Pemerintahan Indonesia
sebesar 1.8 miliar dolar AS pada tahun 2007.
Apabila hal tersebut benar dan pengelolaan dana tersebut dilakukan secara benar
oleh pemerintah Indonesia seharusnya perekonomian masyarakat di Papua mengalami
peningkatan. Namun, pada kenyataannya sampai saat ini masyarakat Papua masih
mengalami kesulitan ekonomi.

13

Menurut statistik pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin di Papua berjumlah
760.350 orang dari jumlah penduduk 2.056.500. Selain itu adanya kasus kelaparan
yang menyebabkan meninggalnya hampir 100 orang di Yahukimo semakin
memperjelas adanya kesenjangan sosial antara pekerja asing di PT Freeport dengan
penduduk pribumi.
Hal ini sangat bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 2
dan 3 pada ayat 2 yang menyebutkan bahwa "Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara", dan
pada ayat 3 disebutkan bahwa "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat".
Kesenjangan sosial yang terjadi di sekitar pertambangan Freeport Indonesia
berdampak pada konflik yang terjadi di daerah sekitar lokasi pertambangan. Konflik
tersebut diawali dengan aksi protes mahasiswa Papua yang menuntut penutupan PT
Freeport Indonesia hingga berlanjut kepada aksi-aksi kekerasan seperti penculikan
terhadap pegawai PT Freeport Indonesia.
Pemerintah seharusnya dapat mengatasi masalah-masalah tersebut melalui
peraturan-peraturan yang ditetapkannya. Jauh dari itu apabila pemerintah mampu
mengelola SDA yang ada di Papua dan di Indonesia masyarakat Indonesia akan hidup
lebih sejahtera.
Selama ini banyak kekayaan alam yang seharusnya dapat menjadi pemasukan
negara dan dapat mensejahterakan rakyat diambil alih oleh pihak asing. Mereka
cenderung mengeksploitasi sumber daya alam kita untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya.
Prinsip

ekonomi

memang

mengajarkan

kita

untuk

bertindak

dengan

menggunakan modal yang sedikit untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-

14

besarnya. Tapi, hal tersebut bukan berarti kita boleh mengesampingkan nilai-nilai
kemanusiaan.
Potensi alam Indonesia sangat melimpah. Seharusnya kita menyadari itu dan
berusaha untuk mengelola sumber daya alam tersebut dan memanfaatkannya untuk
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Selain itu apabila kita dapat mengelola potensi
alam kita sendiri secara bijaksana tentu hal tersebut akan berdampak pada
membaiknya perekonomian Indonesia. Sudah saatnya berubah.

15

B A B III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah kita pelajari dan simak dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya krisis dan reputasi di sebuah organisasi/perusahaan tidak akan bisa
dihindari, sesempurna apa pun manajemen yang diterapkan karena salah satu sifat krisis
dan reputasi adalah tidak bisa diperhitungkan, yaitu krisis yang diakibatkan misalnya oleh
bencana alam. Selain itu, untuk krisis dan reputasi yang disebabkan karena faktor internal
organisasi/perusahaan, menurut teori, krisis ini akan selalu bepotensi terjadi, karena krisis
selalu menyertai dalam setiap fase pertumbuhan organisasi/perusahaan. Namun demikian,
setiap organisasi/perusahaan sebaiknya memiliki sebuah tim manajemen reputasi dengan
struktur dan rancangan manajemen reputasi yang baik, sehingga ketika krisis dan reputasi
benar-benar terjadi, tim telah siap melakukan langkah-langkah yang telah terencana
dalam menangani kasus reputasi. Humas juga memiliki andil besar dalam menangani
krisis dan reputasi, terutama ketika harus berhadapan dengan pihak pers yang berpotensi
membentuk opini publik negatif mengenai organisasi/perusahaan bersangkutan sebagai
efek dari terjadinya krisis dan reputasi.
Pelaksanaan peranan Corporate Reputasi pada PT. Freeport Indonesia dalam
mempertahankan citra pasca menghadapi reputasi perusahaan sangatlah penting. Hal ini
tentunya dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan hal
yang paling penting proses penyampaian informasi dari komunikator (Corporate
Reputasi) ke komunikan (publiknya). Corporate Reputasi merupakan fungsi
manajemen dalam teknik komunikasi yang dilakukan di sebuah perusahaan yaitu
PT. Freeport Indonesia untuk melaksanakan tanggung jawab dalam memberikan
informasi yang di komunikasikan kepada publiknya.
2. Corporate Reputasi PT. Freeport Indonesia hendaknya menjalankan perannya
dengan baik yaitu memberikan informasi yang akurat, menyelesaikan segala
sesuatu dengan tepat, yaitu ketika terjadinya krisis reputasi Corporate Reputasi.
3. Peranan Corporate Reputasi PT. Freeport Indonesia menjalankan keseluruhan
harus sesuai dengan ke empat peranan Corporate Reputasi yaitu sebagai

16

penasihat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah, dan teknisi


komunikasi dalam menunjukan tanggung jawabnya guna mempertahankan citra
perusahaan PT. Freeport Indonesia.
4. Alternatif pemecah masalah pada PT. Freeport Indonesia guna menghadapi krisis
dan reputasi yaitu dengan dibentuknya unit kendali . Unit kendali ini sebagai
bentuk tanggung jawab dan bagian dari peranan Corporate Reputasi dalam
membantu

perusahaan

memberikan

solusi

penyelesaian

masalah,

mengkomunikasikan, serta menjalin hubungan baik dengan pihak media.


III.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari makalah diatas mengenai peranan Corporate
Reputasi pada PT. Freeport Indonesia dalam mempertahankan citra pasca
menghadapi krisis reputasi perusahaan, maka saran yang dapat diberikan untuk
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses pelaksanaan sosialisai kepada masyarakat, Corporate Reputasi PT.
Freeport Indonesia diharapkan lebih menyeluruh di seluruh bagian wilayah yang
ada di Jakarta dan di luar daerah dan juga dilakukan secra terjadwal diharapkan
agar tidak ada tempat yang terlewatkan untuk diberi sosialisasi.

17

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fuad Afdhal. 2005. Tips & Trik Public Relations. Jakarta: Penerbit
Grasindo.
Beni Bevly. 2012. Corporate Social Responsibilty : Hikmah Kegagalan
dan Keberhasilan Strategi Bisnis di Amerika Serikat. San Francisco : San
Francisco School.
Dipohusodo Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid II.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Mike Beard. 2004. Menejemen Departamen Public Relations. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Suharyadi. 2007. Kewirausahaan : Membangun Usaha Sukses Sejak Usia
Muda. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Silih Agung Wasena. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta : Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/organizationdevelopment/mengukur-reputasi-perusahaan
http://jembatantiga.com/2015/01/mengukur-citra-dan-reputasi-perusahaan/
http://zainalpartao.blogspot.co.id/2010/09/apa-yang-dimaksud-denganreputasi.html

18

Anda mungkin juga menyukai