Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-

perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam


arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya,
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.
Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang
mendalam dan kurang teliti.Karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti
pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang orang desa sudah mengenal
perdagangan, alat-alat transport modern, bahkan dapat mengakui berita-berita
menggenai daerah lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya
belum dikenal sebelumnya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial,
norma-norma

sosial,

pola-pola

prilaku

organisasi,

susunan

lembaga

kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,


interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin
terjadi perubahan-perubahan tersebut maka bilamana seseorang hendak membuat
penelitian perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang
dimaksudnya dasar penelitiannya mungkin tak akan jelas, apabila hal tersebut
tidak dikemukakan terlebih dahulu.
Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak sosiolog modern
yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan sosial dan
kebudayaan dalam masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi dalam
hubungannya dengan pembangunan ekonomi yang di usahakan oleh banyak

masyarakat Negara-negara yang memperoleh kemerdekaan politiknya setelah


perang dunia II. Sebagian besar ahli ekonomi mula-mula mengira bahwa suatu
masyarakat akan dapat membangun ekonominya dengan cepat, apabila telah
dicukupi dan dipenuhi syarat-syarat yang khusus diperlukan dalam bidang
ekonomi. Akan tetapi pengalaman mereka yang berniat untuk mengadakan
pembangunan ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang baru mulai dengan
pembangunan terbukti bahwa syarat-syarat ekonomis saja tak cukup untuk
melancarkan pembangunan.Di samping itu diperlukan pula perubahan-perubahan
masyarakat yang dapat menetralisasi faktor-faktor kemasyarakatan yang
mengalami perkembangan. Hal ini dapat memperkuat atau menciptakan factorfaktor yang dapat mendukung pembangunan tersebut. Sebaliknya, perlu diketahui
terlebih dahulu perubahan-perubahan di bidang manakah yang akan terjadi nanti
sabagai akibat dari pembangunan ekonomi dalam masyarakat. Perubahanperubahan di luar bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan karena setiap
perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula
perubahan-perubahan di dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lainnya.
Pada lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut selalu terkait proses saling
mempengaruhi secara timbal balik.
Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakatmasyarakat statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang
sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang
dinamis adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dengan
cepat.Jadi setiap masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat
yang statis. Sedangkan pada masyarakat yang lainya, dianggap sebagai
masyarakat yang dinamis. Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti
suatu kemajuan (progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidangbidang kehidupan tertentu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan
gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian
dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di

bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh
masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun
dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya,
sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-perubahan
sering berjalan secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat.
Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat berlangsung
terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi
unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.
B.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui:


1. Pengertian Perubahan Sosial Budaya
2. Teori-teori Perubahan Sosial
3. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya
4. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya
5. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
6. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
7. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
8. Proses Perubahan Sosial Budaya
9. SIkap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial budaya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian perubahan sosial budaya
Beberapa pakar mengemukakan pengertian perubahan sosial diantaranya
sebagaiberikut:
1. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam sistem
sosial adalah nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilakunya diantara kelompokkelompok dalam masyarakat. Selain itu Kingsley davis mendefinisikan perubahan
sosial sebagai perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat.
2. William F Ogburn berusaha memberikan pengertian tertentu, walau tidak
memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang
lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik
material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsurunsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
3. Mac iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural
elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer
dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke
dalam kedua kategori tersebut diatas. Sebuah mesin ketik, alat pencetak, atau
sistem keuangan, merupakan utilitarian elements, karena benda-benda tersebut
tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat dipakai
untuk memenuhi kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya civilization.
Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya
menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem
organisasi sosial, teknik dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api,
sekolah, hukum dan seterusnya dimasukan ke dalam golongan tersebut. Cultur
menurut Mac Iveradalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan
berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama rekreasi dan hiburan. Sebuah

potret, novel, drama, film, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture,
karena hal-hal itu secara langsung memenuhi kebutuhan manusia.
4. Gillin dan gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi
dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk ideologi maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk
pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial
adalah perubahan unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata
kehidupan sosial yang baru dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan
dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya.Perubahan budaya
adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan karena perubahan pola pikir
masyarakat sebagai pendukung kebudayaan.Unsur-unsur kebudayaan yang
berubah adalah sistem kepercayaan/religi, system mata pencaharian hidup, sistem
kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan tehnologi, bahasa, kesenian, serta
ilmu pengetahuan.
B. Teori-teori perubahan sosial
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk
merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial.
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan
social merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia.
Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan
dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti
misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau
kebudayaan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan
sosial bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya, pendapat-pendapat tersebut
pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadiankejadian. Pitirim

A.

Sorokin berpendapat

bahwa

segenap

usaha

untuk

mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam
perubahan-perubahan sosial , tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran
akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi
perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran
terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut
barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi.
Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier
yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis,
teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
pada aspek-aspek kehidupan sosial lainya (William F. Ogburn menekankan pada
kondisi tekhnologis). Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi
tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahanperubahan sosial.
Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan antara
kondisi dan faktor-faktor tersebut harus diteliti terlebih dahulu.Penelitian yang
obyektif akan dapat memberikan hukum-hukum umum perubahan sosial dan
kebudayaan, disamping itu juga harus diperhatikan waktu serta tempatnya
perubahan-perubahan tersebut berlangsung.
C. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
Teori-teori

mengenai

perubahan-perubahan

masyarakat

sering

mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahanperubahan kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan
pengertian dari masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian
tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan
antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat
dijelaskan.
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagiannya yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat dan
seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan
organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakanya perubahan pada logat bahasa

Aria setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak
mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.Perubahan-perubahan tersebut
lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial.Masyarakat
menurut kingsley davis adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara
organisasi-organisasi,

dan

bukan

hubungan

antara

sel-sel,

kebudayaan

dikatakanya mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul
karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran
secara simbolis dan bukan oleh karena warisan yang berdasarkan keturunan.
Apabila diambil definisi kebudayaan dari Tylor yang mengatakan bahwa
kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan.
Keseniaan, moral, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan
manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan-perubahan kebudayaan
adalah setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut.
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang
sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara
baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhankebutuhannya, dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat
diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, antara lain :
1.

Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap

masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.
2.

Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti

dengan perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya.


3.

Perubahan-perubahan

sosial

yang

cepat

biasanya

mengakibatkan

disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian


diri. Disorganisasi akan di ikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup
pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
4.

Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang

spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang
sangat kuat.
5.

Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai:

a.

Social proses : the circulation of various rewards, facilities, and personnel in

an existing structure.
b.

Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ

qualitatively from existing units.


c.

Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles and

organization
d.

Changes in group structure: the shifts in the composition of groups, the level

of consciousness of groups, and the relations among the groups in society.


D. Bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa
bentuk, yaitu :
1.

Perubahan Evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam

proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu
dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung
mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain,
perubahan sosial terjadi karena dorongan dari
usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan
hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh,
perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat agraris.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi,
yaitu:
Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat
mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang
sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat
tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan
manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.

Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap


perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada
pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
2.

Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat

dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya.Secara sosiologis


perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsurunsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif
cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak
direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam
tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat.
Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat
tertentu, antara lain adalah:
Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam
masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu
keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk
kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk
dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat.
Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh
masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya
perumusan sesuatu ideologi tersebut.
Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan
dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila
momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat
gagal.

10

Contoh dari perubahan Revolusi adalah: Kemerdekaan Indonesia merupakan


revolusi dari Negara terjajah menjadi Negara merdeka.
3. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki
Perubahan

yang

direncanakan adalah

perubahan-perubahan

yang

diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang
menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.Oleh karena itu,
suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan
pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga
disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian
anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi
Nasional (PIN) atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah
mengadakan program keluarga berencana (KB).
4.

Perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki


Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak

dikehendaki oleh masyarakat.Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan,


perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau
kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak
dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir
bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan
lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.Sebagai akibatnya,
banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang
mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.
5.

Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil


Perubahan berpengaruh besar

Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut


mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan
kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak
pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini

11

memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di


wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.

Perubahan berpengaruh kecil

Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang


terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti
bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahanperubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan
homolis.
E. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan
Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya bukanlah
merupakan faktor yang tunggal, tetapi menyangkut hal yang kompleks.banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Soeryono
Soekanto menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal yang menyebabkan
terjadinya perubahan dalam masyarakat.
1. Faktor internal
a.

Perubahan jumlah penduduk


Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa,

menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama


tentang hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem
hak milik atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik
individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang
sebelumnya tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain
(misalnya

transmigrasi).

Perpindahan

penduduk

tersebut

mangakibatkan

kekosongan misalnya dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang
selanjutnya dapat memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan.
b.

Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan

pada masyarakat meliputi beberapa hal berikut.

12

1)

Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat

atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu
dalam suatu masyarkat.
Contoh: penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.
2)

Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh

masyarakat.

Jadi,

invention

merupakan

bentuk

pengembangan

dari

discovery. Contoh: mobil, kreta api, dan lain-lain.


3)

Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang

ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal


serta dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan
menjadi invention, proses inovasi belum selesai.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain sebagai
berikut:
1) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
2) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
3) Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat
c.

Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat

mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa
perubahan sosial budaya dalam kehidupannya. Contoh: teknologi dalam industri
tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian
manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah banyak
membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga mengubah kehidupan
manusia menuju keadaan yang lebih baik. Namun, dalam kenyataannya,
teknologi juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru
dapat menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh : teknologi
komunikasi seperti dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi
dengan baik secara langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari
masyarakat, misalnya gaya hidup, kekerasan, dan lainya.

13

d.

Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif,

namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat
berupa hal-hal berikut:
1) Pertentangan antara individu di dalam masyarakat
2) Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat
3) Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
4) Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya
bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan
terjadinya perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di
dalam masyarakat dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.
e.

Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk

menerima unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan


budayanya.

Oleh

karena

itu,

masyarakat

yang

bersifat

terbuka

akan

mempermudah terjadinya perubahan-perubahan sosial maupun budaya.Contoh :


melalui pendidikan, seorang anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter
atau insinyur, sehingga dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat
keluarganya untuk memiliki kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.
f.

Pemberontakan atau revolusi

Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan


perubahan-perubahan sosial budaya yang besar. Contoh :revolusi kemerdekaan
Indonesia.
2. Faktor Eksternal
a.

Lingkungan alam (lingkungan fisik)


Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat

membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana


alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat
setempat.Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang
memporak porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata

14

pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi


sehingga beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian
di daerah tersebut
b.

Peperangan
Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada

umumnya berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap


paling benar oleh masyarakat mereka. Contoh : perang antara Amerika dan
sekutu terhadap Irak.Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya
mempengaruhi sistem politik, sosial , dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan
perubahan pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq
seperti emansipasi kaum perempuan Iraq.
c.

Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain


Kontak kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif

dan negatif. Contoh: kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaa barat


(Eropa). Pengaruh positifyang di dapat oleh masyarakat Indonesia antara lain
berupa

transformasi

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi. Adapunpengaruh

negatif yang diperoleh bangsa Indonesia dapat berupa sikap sekelompok anak
muda di dalam masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan (westernis).
Proses terjadinya pengaruh perubahan karena kontak kebudayaan dengan
masyarakat lain dijelaskan sebagai berikut:
1)

Difusi kebudayaan : penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain

2)

Akulturasi kebudayaan : pertemuan antar dua kebudayaan atau lebih di mana

kebudayaan asli masih tampak.


3)

Asimilasi kebudayaan: proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan

atau lebih. Faktor yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi,
pernikahan campur, atau sikap simpati terhadap kebudayaan lain.
Di dalam masyarakat yang mengalami suatu proses perubahan, terdapat faktorfaktor pendorong jalannya perubahan. Margono Slamet menyebutkan bahwa
terdapat kekuatan-kekuatan pendorong (motivational forces) yang mempengaruhi
perubahan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :

15

a. Adanya ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan
akan situai yang lain.
b. Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan yang
seharusnya bisa ada.
c. Adanya tekanan-tekanan dari luar, seperti persaingan atau kompetisi,
keharusan-keharusan menyesuaikan diri, dan sebagainya.
d. Adanya kebutuhan-kebutuhan daridalam untuk mencapai efisiensi dan
peningkatan, misalnya produktivitas.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
Laju perubahan sosial budaya setiap daerah berbeda-beda. Lihat saja,
masyarakat kota lebih cepat mengalami perubahan dibandingkan masyarakat desa.
Laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
dasar, yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan,
dan hasil-hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu
kebudayaan bertemu dan saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang
antara pedagang nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan
mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya.
Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan
mempercepat laju perubahan sosial budaya.
2) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang
enggan untuk berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil
karya orang lain. Setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya
yang bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah yang mendorong
munculnya perubahan sosial budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami
Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.

16

3) Sistem Pendidikan yang Maju


Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif.
Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang
sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan
pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi
mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
4) Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka
umumnya menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh
karena itu, orang akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan
hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti
kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
5).Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial
budaya dalam masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih
mudah menerima halhal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang
dirasa membawa kebaikan.
6) Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial
budaya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia
terdiri atas bermacam-macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang
ada tidak selamanya membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut
dapat menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi.
Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
7) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara
dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap
keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada
masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap
pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total.

17

8) Sistem Pelapisan Terbuka


Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal
yang lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju.
Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
9) Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam
perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang,
bukan sebagai pedoman hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang.
Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan perubahan.
10) Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima
perubahan tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang
menanggapi perubahan tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada
masyarakat yang mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal
baru mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.
b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami
perubahan yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak
mengetahui perkembangan masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan
sendiri. Mereka terkukung dalam kebudayaan mereka dan polapola pemikiran
yang masih sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di
pedalaman.
2) Masyarakat yang Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada.
Mereka menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat
dan kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut
untuk maju.

18

3) Pendidikan yang Rendah


Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima
hal-hal baru. Pola pikir dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana.
Mereka umumnya enggan mengikuti gerak perubahan yang ada. Artinya,
masyarakat statis dan tidak mengalami perubahan yang berarti.
4) Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested
interest)
Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan
perubahan sulit terjadi. Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah
menikmati kedudukannya akan menolak segala bentuk perubahan. Mereka akan
berusaha mempertahankan sistem yang telah ada. Mereka takut adanya perubahan
akan mengubah kedudukan dan statusnya dalam masyarakat.
5) Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada
umumnya.Oleh karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh
masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk menghindari kegoyahan dalam integrasi
masyarakat.
6) Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh
bangsa asing. Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka
senantiasa berprasangka buruk terhadap budaya asing. Akibatnya, mereka
menolak segala hal baru terutama berasal dari bangsa asing, walaupun akan
membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
7) Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Mengapa
demikian? Setiap orang memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang
paling mendasar. Oleh karena itu, perubahan yang bersifat ideologis tidak
mungkin terjadi terlebih pada masyarakat tradisional ketika ideologi dipegang
kuat dalam kehidupan sosial.

19

8) Adat atau kebiasaan


Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota
masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian
ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi didalam memenuhi kebutuhan
pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang
kepercayaan, system mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian
tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk di rubah.
G. Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan
1.

penyesuaian masyarakat terhadap perubahan


Keserasian

atau

harmoni

dalam

masyarakat

(social

equilibrium)

merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian


masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam
keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman,
karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali
terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat
menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatanya dengan
maksud menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadang kala unsur baru
dipaksakan masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat
menolaknya

karena

unsur

baru

tersebut

tidak

menimbulkan

kegoncangan,pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sikapnya dangkal dan hanya


terbatas pada bentukluarnya. Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak akan
terpengaruh olehnya, dan dapat berfungsi secara wajar.
Adakalanya unsur, unsur baru dan lama yang betentangan secara
bersamaan

mempengaruhi

norma-norma

dan

nilai-nilai

yang

kemudian

berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang
kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa
ketegangan-ketegangan serta kekcewaan diantara para warga tidak mempunyai
saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah
terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian

20

(adjustment) bila sebaliknya yang terjadi maka dinamakan ketidak penyesuaian


sosial (maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan penyesuaian dan individu yang ada dalam masyarakat
tersebut. Yang pertama menunjuk pada keadaan, di mana masyarakat berhasil
menyesuaikan

lembaga-lembaga

kemasyarakatan

dengan

keadaan

yang

mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunjuk


pada usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan

yang

telah

diubah

atau

diganti,

agar

terhindar

dari

disorganisasi psikologis. Di minangkabau misalnya dimana menurut tradisi


wanita mempunyai keududukan penting karena garis keturunan yang matrilineal,
terlihat adanya suatu kecenderungan di mana hubungan antara anggota keluarga
batih lebih erat. Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula
dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah
dianggap sebagai orang luar cenderung menguat.
2.

Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan


Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of

change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan.


Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu
perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau
dengan singkat, mengalami proses institutionalization (pelembagaan)
3.

Disorganisasi (disintergrasi) dan reorganisasi (reintergrasi)

a.

Pengertian
Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada

bagian-bagian dari suatu kebulatan, misalnya masyarakat, agar dapat berfungsi


sebagai organisasi, harus ada keserasian antar bagian-bagianya. Kriteria terjadinya
disorganisasi antara lain terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut
berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain yang sering timbul
adalah disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan dengan moral yaitu
anggapan-anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk.

21

Suatu disorganisasi atau disintergrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu


proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan reorganisasi atau reintergrasi adalah suatu proses pembentukan normanorma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang telah mengalami perubahan.
Tahap reorganisasi dilaksanakan apabilanorma-norma dan nilai-nilai yang
baru telah melembaga (institutionalized) dalam diri warga masyarakat. Berasil
tidaknya proses pelembagaan (institutionalization) tersebut dalam masyarakat,
mengikuti formula sebagai berikut. Pelembagaan (institutionalization) =
(efektivitas menanam) (kekuatan menentang masyarakat, Kecepatan menanam)
Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif penggunaan
tenaga manusia, alat, organisasi dan metode didalam menanamkan lembaga baru.
Semakin besar kemampuan tenaga manusia, alat-alat yang dipakai organisasi yang
tertibnya dan system penanaman sesuai dengan kebudayaan masyarakat makin
besar pula hasil yang dapat dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru itu.
b.

Suatu gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi


Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat

pernah dilukiskan oleh William.I.Thomas dan Florian Znaniecki dalam karya


klasiknya yang berjudul The Polish Peasant in Europe and Amerika. Khusus
tentang On disorganization and Reorganization mereka membentangkan pengaruh
dari suatu masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa
anggotanya, watak atau jiwa seseorang sedikit banyak merupakan pencerminan
kebudayaan masyarakatnya. Pada masyarakat-masyarakat tradisional, aktivitas
seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakatnya.Segala
sesuatu didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah suatu unsur saja,
itu berarti bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur masyarakat
seluruhnya. Struktur di anggap sesuatu yang suci, tak dapat di ubah-ubah dengan
drastis dan berjalan lambat sekali. Perubahan dari suatu masyarakat yang
tradisional menjadi masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula perubahan
dalam jiwa setiap anggota masyarakat itu.

22

c.

Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya

(cultural lag)
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu
perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami
kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat berubah, akan tetapi
ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur
kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah dari pada unsur-unsur kebudayaan
rohaniah. Apabila terdapat unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan yang
erat, maka tak ada persoalan mengenai tidal adanya keseimbangan lajunya
perubahan-perubahan. Misalnya suatu perubahan dalam cara bertani, tidak begitu
pengaruh terhadap tarian-tarian tradisional, akan tetapi sistem pendidikan anakanak mempunyai hubungan yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga
wanita pada industri, misalnya, apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka
kemungkinan akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antara-antara unsur-unsur
tersebut diatas, sehingga keserasian masyarakat terganggu.
Suatu teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan dalam
masyarakat adalah teori ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William
F.Ogburn, teori tersebut mulai dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan
tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhanya seprti di uraikan sebelumnya,
akan tetapi ada bagian yang tumbuh cepat, sedangkan ada bagian lain yang
tumbuhnya lambat. Perbedaan antara kemajuan dari berbagai bagian dalam
kebudayaan dari suatu masyarakat, dinamakancultural lag (artinya ketertinggalan
kebudayaan), juga suatu ketertinggalan (lag) terjadi apabila laju perubahan dari
dua unsur masyarakat atau kebudayaan (mungkin juga lebih) yang mempunyai
korelasi, tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.
H. Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, apapun bentuk
dan jenis unsur yang berubah akan meninggalkan suatu kondisi yang baru.
Peralihan

dari

kondisi

lama

kepada

kondisi

baru

tersebut

dinamakan transisi.Keadaan lama dan baru bukan merupakan keadaan yang


terpisah, melainkan saling menyambung.secara singkat dikatakan bahwa kondisi

23

sekarang merupakan hasil dari proses perubahan di waktu lampau dan kondisi
sekarang ini pun akan mengalami perubahan membentuk keadaan baru di masa
depan.
Selain ada unsur-unsur yang berubah, di dalam masyarakat terdapat juga
unsu-unsur sosial dan kebudayaan yang tidak mengalami perubahan.Unsur yang
tidak mengubah unsur kebudayaan fundamental yang diajadikan pedoman hidup,
misalnya ideology.
Selain itu ada pula unsur-unsur sosial atau kebudayaan yang jika berubah
dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan system atau menimbulkan
kegoncangan dalammasyarakat. Bierens de Hann menyebutkan adanya dua
unsur perubahan didalam masyarakat:
1.

Unsur statika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang cenderung

mempertahankan sesuatu keadaan untuk tidak berubah, seperti adanya vested


interest atau golongan orang-orang yang menghendaki status quo(keadaan yang
tetap).
2.

Unsur dinamika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang menghendaki

adanya perubahan, misalnya perubahan lingkungan alam, perubahan struktur


sosial, nilai-nilai sosial, dan sebagainya,
Oleh karena itu, masyarakat umum dan masyarakat Indonesia pada
khususnya, hendaknya menyikapi perubahan apapun yang terjadi secara
selektif.Masyarakat Indonesia harus mampu mempertimbangkan kekurangan dan
kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut harus
diantisipasi dengan perilaku-perilaku yang positif. Jangan sampai pada saat terjadi
perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan nilai
dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaananomie. Selain itu, masyarakat
Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan
budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini
menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial dan
budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada. Sikap
terbaik kita adalah haros selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu

24

memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam kehidupan
masyarakat.

25

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam
arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan mebandingkanya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya,
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial,
norma-norma

sosial,

pola-pola

prilaku

organisasi,

susunan

lembaga

kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,


interaksi sosial dan lain sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu.Namun
dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya,
sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-perubahan
mana sering berjalan secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu dan
tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan
reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.
B. Kritik dan Saran
Makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami berharap pembaca terutama Bapak Dosen dapat memberikan kritik dan saran
konstruktif kepada kami untuk perbaikan makalah agar lebih bagus lagi.

26

DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. Soerjono Soekanto, SH, MA,(1990).Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali pers.
Tim Absi Guru, (2007).IPS Terpadu untuk SMP Kelas 3. Jakarta: Erlangga
Wismuliani, Endar dkk, 2009, IPS : untuk SMP dan MTs Kelas IX, Jakarta : Pusat
perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 57 67.
http://gurumuda.com/
(http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan-sosial/)
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial

Anda mungkin juga menyukai