PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
enzim telah berkembang pesat dan menempati posisi penting dalam bidang
industri. Kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan yang semakin tinggi
serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta lingkungan menjadikan teknologi
enzim sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan berbagai proses kimiawi
dalam bidang industri (Falch, 1991). Enzim merupakan katalisator pilihan yang
diharapkan dapat mengurangi dampak pencemaran dan pemborosan energi karena
reaksinya tidak membutuhkan energi tinggi, bersifat spesifik, dan tidak beracun
(Aunstrup, 1979).
Protease merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan
ikatan peptida pada protein. Protease adalah enzim penting yang memiliki nilai
ekonomi tinggi karena aplikasinya yang sangat luas. Industri pengguna protease di
antaranya ialah industri deterjen, kulit, tekstil, makanan, hidrolisat protein,
pengolahan susu, farmasi, makanan, bir, film, dan limbah (Moon dan Parulekar,
1993). Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila protease yang digunakan
mencapai 60% dari total enzim yang diperjualbelikan di seluruh dunia Kemajuan
dalam bidang bioteknologi memungkinkan semakin meluasnya penggunaan
enzim protease dalam berbagai produk komersial. Di Indonesia kebutuhan akan
enzim protease juga semakin meningkat, namun kebutuhan ini masih bergantung
pada produksi impor. Salah satu cara mengantisipasi ketergantungan terhadap
produksi impor tersebut perlu adanya usaha untuk memproduksi enzim protease
(Suhartono, 1989).
Sumber enzim adalah organisme hidup: tanaman, hewan dan mikroba,
karena fungsi enzim dari mikroba mempunyai kecenderungan lebih banyak
dipakai saat ini disebabkan beberapa alasan antara lain adalah kemudahan
pertumbuhan, produktivitas yang tinggi, sifat yang dapat diubah ke arah yang
lebih menguntungkan dan berkembangnya pengetahuan mengenai teknik
fermentasi, mutasi dan rekayasa genetik (Suhartono, 1989)
Penggunaan tumbuhan sebagai sumber protease dibatasi oleh tersedianya tanah
untuk penanaman dan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan. Disamping itu
proses produksi protease dari tumbuhan sangat memakan waktu. Protease
tumbuhan yang dikenal antara lain papain, bromelain, dan karetinase. Protease
hewan yang paling dikenal adalah tripsin, kimotripsin, pepsin, dan rennin. Enzim
ini dapat diperoleh dalam keadaan murni dengan jumlah besar (Boyer, 1971)
Enzim protease yang digunakan dalam bidang industri umumnya dihasilkan oleh
mikroorganisme karena memiliki beberapa keunggulan. Adanya mikroorganisme
yang unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha produksi enzim.
Oleh karena itu, penggalian mikroorganisme indigenouspenghasil protease perlu
dilakukan di Indonesia. Keragaman hayati yang tinggi memberikan peluang yang
besar untuk mendapatkan mikroorganisme yang potensial untuk dikembangkan
sebagai penghasil enzim.Mikroba yang telah dikembangkan secara komersial
sebagai
penghasil
protease
antara
lain
Bacillus
licheniformis,Bacillus
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Kualitatif Enzim Protease
Satu ose Pediococcus pentosaceus ditanam ke dalam media susu skim.
Diinkubasi pada suhu 37o C dan diamati zona bening yang terbentuk pada 48
jam.
Penentuan Aktivitas Enzim Protease
Aktivitas protease diukur secara kuantitatif dengan menggunakan metode
Bergmeyer (1983) dengan substrat kasein Hammarsten 2% (b/v). Terdapat tiga
perlakuan analisis yang dilakukan, yaitu blanko, standar, dan sampel. Larutan
enzim ditambahkan ke dalam tabung yang berisi 1 mL buffer fosfat 0,05 M
dengan variasi pH 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Perlakuan pada blanko dan standar,
enzim digantikan dengan akuades dan standar tirosin. Larutan diinkubasi pada
variasi suhu 300 C, 400 C, 500 C, dan 600 C selama 10 menit. Reaksi
hidrolisis dihentikan dengan penambahan 2 mL TCA 0,1 M. Pada blanko dan
standar ditambahkan 0,2 mL larutan enzim, sedangkan pada sampel
ditambahkan 0,2 mL akuades, kemudian larutan diinkubasi kembali pada suhu
37 C selama 10 menit, dilanjutkan dengan sentrifugasi pada kecepatan 6000
rpm dan suhu 4C selama 10 menit. Supernatan sebanyak 1,5 mL ditambahkan
ke dalam tabung berisi 5 mL Na2CO3 0,4 M dan 1 mL pereaksi folin fenol
ciocalteaus, lalu diinkubasi kembali pada suhu 37C selama 20 menit.
Absorban larutan diukur pada panjang gelombang 578 nm.
Pemurnian Parsial Ekstrak Kasar Protease Ekstrak kasar enzim protease
dimurnikan dengan cara pengendapan bertahap (NH4)2SO4 dengan fraksi 030%, 30%-45%, 45%-60%, 60-75%, dan 75-90 %. Jumlah konsentrasi garam
amonium sulfat yang ditambahkan pada masing-masing fraksi didasarkan pada
pendingin.
gambar 1
Pediococcus pentosaceus
presipitasi
adalah
penggumpalan
protein
non-enzim
dengan
(Tabel 1), ekstrak kasar enzim memiliki nilai aktivitas sebesar 0,311 U/ml pada
suhu optimum 50oC selama 10 menit atau aktivitas spesifik sebesar 0,542
U/mg. Fraksi presipitat memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
kemurnian enzim. Hal ini dapat dilihat setelah melalui pengendapan dengan
amonium sulfat konsentrasi 60-75% (b/v), aktivitas meningkat menjadi 0,501
U/ml dengan aktivitas spesifik 1,157 U/mg atau 2,135 kali lebih murni
dibandingkan ekstrak kasar
Tabel 1. Pemurnian parsial enzim protease dengan ammonium sulfat pada
konsentrasi optimum 60-75%
Aktifita
Aktifitas
Tingkat
Aktifitas
Spesifik
spesifik
kemurnia
Aktifitas
Enzim
ekstrak
presipita
n parsial
Kondisi
Enzim ekstrak
presipitat
kasar
optimum
Suhu
kasar (U/mL)
(U/mL)
500C
pH7
Substrat
0,311
0,304
kasein
Waktu
enzim
(U/Mg
(U/Mg)
(kali)
0,501
0,472
0,542
0,529
1,157
1,090
2,135
2,058
0,295
0,400
0,514
0,924
1,797
0,242
0,414
0,421
0,956
2,268
inkubasi
10 menit
banyak
mengandung
protein-protein
non
enzim
yang
dapat
meningkat
dikarenakan
protein
enzim lebih
banyak
yang
susu skim disebabkan oleh terdapatnya kandungan kasein yang tinggi didalam
susu skim.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, enzim kasar dan presipitat enzim protease yang
dihasilkan Pediococcus pentosaceus mempunyai aktivitas maksimum pada suhu
50oC, pH 7, dan waktu inkubasi 10 menit pada substrat kasein. Enzim protease
yang dimurnikan pada fraksi pengendapan 60-75% mempunyai nilai aktivitas dan
aktivitas spesifik maksimum. Nilai maksimum aktivitas enzim fraksi 60-75 %
pada berbagai variasi antara lain : 0,501 U/ml (suhu 50o C), 0,472 U/ml (pH 7),
0,400 U/ml (substrat kasein), dan 0,414 U/ml (waktu inkubasi 10 menit). Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menentukan bobot molekul enzim dan
melanjutkan tahap pemurnian enzim dengan metoda dialisis dan kromatografi
kolom Sephadex sehingga di dapat tingkat kemurnian enzim dan nilai aktivitas
spesifikenzim protease yang tinggi. Disamping itu Pediococcus pentosaceus yang
telah ditemukan ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebagai agen probiotik untuk
menunjang kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aunstrup, K. 1979. Production, Isolation, and Economic of Extracelullar
Enzyme. Appl. Biochem and Bioeng. 2: 27.
2. Bergmeyer, H.U.,
Bergmeyer,
J.,
1983. Methods of
Bacillus sp
Purification, and
Bacillus subtilis.
International
Conferences for Development and the Environment in the Arab World, Assiut
Univ., March 23-25.
8. Falch, E.A.
1991.
13.