PENDAHULUAN
Melena atau berak darah merupakan keadaan yang diakibatkan oleh
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA). Hematemesis melena adalah salah
satu penyakit yang sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah sakit.
Sebahagian besar pasien datang dalam keadaan stabil dan sebahagian lainnya
datang dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan yang cepat dan
tepat.1,2
Ada empat penyebab SCBA yang paling sering ditemukan, yaitu ulkus
peptikum, gastritis erosif, varises esofagus, dan ruptur mukosa esofagogastrika.
Semua keadaan ini meliputi sampai 90 persen dari semua kasus perdarahan
gastrointestinal atas dengan ditemukannya suatu lesi yang pasti.1,3
Penegakan
pasti
etiologi
hematemetis
melena
dilakukan
dengan
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1
2.2
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Kc
Jenis Kelamin
: Pemempuan
Usia
: 87 tahun
Alamat
: Rt 10 Penyengat Rendah
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Status Perkawinan
: Janda
MRS
: 24 06 2016
Anamnesis
1. Keluhan Utama :
BAB berwarna hitam 2 minggu SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
2 minggu SMRS Os mengeluh BAB berwarna hitam seperti aspal,
frekuensi BAB 1-2 hari sekali, konsistensi tinja kadang lunak dan
kadang keras, baunya busuk, tidak disertai darah berwarna merah
segar. BAB warna hitam dikatakan berlangsung hilang timbul namun
tidak pernah berhenti sepenuhnya. Os juga mengeluh nyeri ulu hati
disertai mual dan muntah, muntah berisi makanan yang dimakan tidak
disertai darah, semakin hari perut os merasa perih. Nafsu makan tetap
baik, namun pasien merasa lemas. Keluhan pusing dan pandangan
berkunang-kunang disangkal. Riwayat demam lama (-), keluhan sesak
napas (-), batuk (-).
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Keadaan sakit
Kesadaran
: Sedang
: Tampak sakit sedang
: Kompos mentis, GCS 15 (E4, M5, V6)
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Tinggi/BB
Status gizi
18,2 BB normal
Sianosis (-), dispeneu (-), edema umum (-)
Cara berbaring
: Posisi berbaring telentang, aktif.
: 130/80 mmHg
: 84 x/menit
: 20 x/menit
: 36,7 C
: TB : 157, BB : 35 kg
BB
:
: 2
TB ( m ) 2 45
(1,57)
54
( 1,54 m ) 2
: IMT :
Status Generalis
Hidung
Deviasi septum (-), napas cuping hidung (-), rinore (-), pembesaran
konka (-), perdarahan (-), sumbatan (-), fungsi penciuman baik.
Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP 5-2 cm H2O,
kaku kuduk (-)
Kelenjar
Pembesaran kelenjar submandibula (-), submental (-), jugularis superior
(-), jugularis interna (-)
Paru-paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung
-
Palpasi
Perkusi
: Dengan batas
Kanan
Kiri
Atas
Auskultasi
Abdomen
-
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Ekstremitas
-
Superior
Inspeksi
: Deformitas (-)
Palpasi
Movement
Inferior
Inspeksi
: Deformitas (-)
Palpasi
Movement
HCT : 24,5 %
(36,0-48,0) RDW : 37,2 %
PLT: 203 103/mm3 (150-400)
MPV : 9,1 fl
PCT : 0,18 L %
(0,10-0,28) PDW : 13,8 %
%LYM
: 36,2 % (20 - 40)
GDS : 192
%MON
: 7,4 L % (1,0 -15)
%GRA
: 56,7 % (50,0-70,0)
# LYM
: 2,3 L 103/mm3 (0,6-4,1)
# MON
: 0,5 L 103/mm3 (0,1-1,8)
#GRA
: 3,5 H 103/mm3 (2,0-7,8)
2. Faal Ginjal
Ureum : 35,3 mg/dl
(15-39)
Kreatinin : 1,2 mg/dl
(L: 0,9-1,3. P: 0,6-1,1)
(11,5-14,5)
(7,4-10,4)
(10,0-17,0)
mg/dl
3. Pemeriksaan Elektrolit
Natrium
: 137,23 mmol/L (135-148)
Kalium
: 3,96
mmol/L (3,5-5,3)
Chlorida
: 102,07 mmol/L (98-110)
Kalsium
: 1,12
mmol/L (1,12-1,23)
2.5 Diagnosis Kerja
Melena et causa Suspek Gastritis Erosif
Anemia Hipokromik Mikrositer e.c. Perdarahan Saluran Cerna
2.6 Diagnosis Banding
-
2.7 Tatalaksana
1. Non-medikamentosa
- Tirah baring dengan mobilisasi
- Pasien dipuasakan
2. Medikamentosa
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Omeprazole 2 x 1 amp
- Inj Asam Tranexsamat 3x500 mg
- Mucogard syr 3 x 10 cc (ac)
6
Vitamin B Complek 3x 1
Tranfusi PRC dengan target Hb 10g/dl
Kolf
SADT Sediaan apusan darah tepi (SADT) untuk melihat jenis
anemia yang terjadi. ( Pada kasus anemia mikrositik hipokromik dapat
terjadi karena defisiensi besi ataupun penyakit kronis yang dialami oleh
pasien. Namun perlu juga diperiksa SADT untuk menentukan apakah
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
2.10 Follow Up
Tanggal
25 Mei 2016
Perkembangan
Terapi
S: mual, muntah berisi makanan, - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Omeprazole 1 x 1 amp
nyeri ulu hati, badan lemas, BAB
- Inj Asam Tanexsamat 3 x
warna hitam
500 mg
O:
- Mucogard syr 3 x 1 c (ac)
- Vit B Komplek 3 x 1
- KU : Sedang
- Fe 2x1 tab
- Kesadaran : CM
- Anjuran transfusi PRC 1
- TD : 120/70 mmHG
- N : 80 x/mnt
kolf
- RR : 19 x/mnt
- T : 36,7C
- Hb : 8,2 L g/dl
A : 1. Melena e.c gastritis erosive
dd/ulkus peptikum
2.Anemia
Mikrositik
saluran cerna
26 Mei 2016
KU : Sedang
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHG
N : 90 x/mnt
RR : 21 x/mnt
T : 37,2C
Hb : 9,4 L g/dl
Darah Rutin
- WBC : 5,1
- RBC : 34,43
- HB : 10,4
- HT : 30,9
- PLT : 212
- MCV : 69.4
- MCH : 23,4
- MCHC : 33,6
- GDS :188
Kimia Darah
- Ur : 22,9
- Kr : 1,1
- SGOT : 22,9
- SGPT : 10
IVFD RL 20 gtt/i
Inj omeprazole 1 x 1 amp
Inj Asam Tranexsamat 3 x
500 mg
Mucogard syr 3 x 1 c (ac)
Vit B Komplek 3 x 1
Fe 2x1 tab
Transfusi PRC 1 kolf,
Cek Hb ulang
Setelah Transfus
Cek
saluran cerna
27 Mei 2016
KU : Sedang
Kesadaran : CM
TD : 110/70 mmHG
N : 82 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 36,4C
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Omeprazole 1 x 1 amp
Lactulac 3xCI
Mucogard syr 3 x 1 c (ac)
Asam Tranexsamat 3 x
500 mg
Vit B Complek 3 x 1
IVFD RL 20 gtt/i
Inj omeprazole 1 x 1 amp
Mucogard syr 3 x C1 (ac)
Vit B complek 3 x1
Pasien APS
-
KU : Sedang
Kesadaran : CM
TD : 110/70 mmHG
N : 82 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 36,5C
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 MELENA
3.1.1 Definisi
Melena merupakan buang air besar berwarna hitam ter yang berasal
dari saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian
atas adalah saluran cerna di atas (proksimal) dari ligamentum Treitz, mulai
dari jejenum proksimal, duodenum, gaster dan esofagus.
3.1.2 Epidemiologi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) merupakan keadaan
gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Perdarahan dapat terjadi antara lain karena pecahnya
varises esofagus, gastritis erosif, atau ulkus peptikum. Delapan puluh persen
dari angka kematian akibat perdarahan SCBA di bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI/RSCM berasal dari pecahnya varises esofagus akibat penyakit
sirosis hati dan hepatoma.
10
dengan
hematemesis
melena
yang
disebabkan
11
timbul
melena
dari
pada
hematemesis.Tukak
dengan
makanan.
Sesaat
sebelum
timbul
Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari
hematemesis.
12
c. Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat
jarang dan pada umumnyadatang berobat sudah dalam fase lanjut,
dan sering mengeluh rasa pedih, nyeri di daerah ulu hatisering mengeluh
merasa lekas kenyang dan badan menjadi lemah. Lebih sering mengeluh
karenamelena.
3.1.5 Diagnosis
Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat bermanifestasi sebagai
hematemesis, melena atau keduanya. Dalam anamnesis yang perlu
ditekankan adalah :
1. Sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah yang
keluar
2. Riwayat perdarahan sebelumnya
3. Riwayat perdarahan dalam keluarg
4. Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain
5. Riwayat penggunaan obat-obatan NSAIDs dan anti koagulan
6. Kebiasaan minum alcohol
7. Mencari kemungkinan adanya penyakit hati kronik, demam berdarah,
demam tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes melitus, hipertensi, alergi
obat-obatan
8. Riwayat transfusi sebelumnya.
Pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan stigmata penyebab perdarahan,
seperti stigmata sirosis, anemia, akral dingin dan sebagainya. Status
13
hemodinamik saat masuk ditentukan dan dipantau karena hal ini akan
mempengaruhi prognosis. Untuk keperluan klinik, maka harus dibedakan
apakah perdarahan beeasal dari varises esofagus dan non-varises, karena
antara
keduanya
terdapat
ketidaksamaan
dalam
pengelolaan
dan
Perdarahan SCBA
Manifestasi klinik pada Hematemesis dan/melena
Perdarahan SCBB
Hematokesia
umumnya
Aspirasi nasogastric
Rasio (BUN/Kreatinin)
Aukultasi usus
Berdarah
Jernih
Meningkat > 35
< 35
Hiperaktif
Normal
ialah
endoskopi
gastrointestinal,
radiografi
dengan
barium,
Aktivitas Perdarahan
Kriteri Endoskopis
Perdarahan merembes
Terapi endoskopi dibagi atas modalitas, yaitu terapi topikal, terapi mekanik,
terapi injeksi, dan terapi termal. Pada terapi mekanik digunakan hemoklip
untuk menjepit tempat perdarahan atau melalui kabel elektrokauter. Teknik
18 pengikatan dengan rubber band banyak digunakan dalam proses
pengikatan varises.
3.1.7 Penatalaksanaan
Langkah resusitasi berupa pemasangan jalur intravena dengan cairan
fisiologis, bila perlu transfusi PRC, darah lengkap (whole blood), mpacked
cell, dan FFP.
15
sebagai
vasokonstriktor
pembuluh
splanknik,
sedangkan
3.2 GASTRITIS
3.2.1 Definisi
17
menahun
atau
penderita
yang
mengalami
gangguansistem kekebalan.
5. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi
alergi terhadap infestasi cacinggelang. Eosinofil (sel darah putih)
terkumpul di dinding lambung.
6. Gastritis atrofik
18
gastrektomi
parsial). Gastritisatrofik
bisa
Gastritis
klinisnya
(inflamasi
mukosa
lambung)
sering
19
atau
perforasi.
Pembentukan
jaringan
parut
bersifat
jinak
merupakanrespon
mukosa
lambung
terkontaminasi),
kafein,
alkohol
dan
aspirin
sel-sel
radang
Gastritis kronis
apabila
infiltrasi
dan rasa tidak nyaman di perut sebelah atas. Pada gastritis karena stress
akut, penyebabnya misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera
biasanya menutupi gejala-gejala lambung, tetapi perut sebelah atas terasa
tidak enak.
Bila penderita tetap sakit, ulkus bias menyebar dan mulai mengalami
perdarahan, biasanya dalam waktu 2-5 hari setelah terjadinya cedera.
Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan
lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun.
Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
Gejala dari gastritis erosif kronis berupa mual ringan dan nyeri
di perut
sebelah
atas.
Tetapi
banyak
penderita (misalnya
Pada gastritis eosinofilik, nyeri perut dan muntah bias disebabkan oleh
penyempitan atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke
usus dua belas jari. Pada penyakit Meniere, gejala yang paling sering
ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual, muntah
dan penurunan berat badan, lebih jarng terjadi. Tidak pernah terjadi
perdarahan lambung.
Penimbunan
jaringan
(edema)
21
23
yang
dapat
menunjuka
manfaat
tindakan
terrsebut
untuk
24
25
muncul dengan gastritis kronis alcohol dan obat yang diketahui mengiritasi
lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia devisiensi besi (yang
disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyait ini harus diobati, pada
anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B12 dan terapi yang
sesuai.
Gastritis
meningkatkan
kronis
istirahat
diatasi
dengan
memodifikasi
diet
pasien,
perantara
peradangan.
Selain
itu
prostaglandin
adalah
26
27
b. Thalasemia mayor
c. Anemia akibat penyakit kronik
d. Anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer (MCV 80-90 fl dan MCH 27-34 pg):
a. Anemia pasca perdarahan
b. Anemia aplastika
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia pada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindrom myelodisplastik
g. Anemia pada keganasan hematologik
3. Anemia makrositer (MCV > 95 fl) :
a. Bentuk megaloblastik
28
29
dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitif karena
timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat (Hb < 7 g/dl)
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia
a. Anemia defisiensi besi
Disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis dan kuku sendok
(koilonychia)
b. Anemia megaloblastik
Glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12
c. Anemia hemolitik
Ikterus, splenomegali dan hepatomegali
d. Anemia aplastik
Perdarahan dan tanda-tanda infeksi
3. Gejala penyakit dasar
Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan
anemia sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut.
Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang : sakit perut,
pembengkakan parotitis dan warna kuning pada telapak tangan. Pada
kasus tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti
misalnya pada anemia akibat penyakit kronik oleh karena arthritis
rheumatoid.1
3.3.4 Pemeriksaan Penunjang
30
Pemeriksaan laboratorium:
1. Pemeriksaan penyaring (screening test)
Untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin, indeks
eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan adanya
anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna
untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut.
3.3.5
32
Normal
Anemia
Anemia
defisiensi Fe
penyakit
kronis
Fe
plasma
70-90
30
30
250-400
>450
<200
Persen saturasi
30
15
Kandungan Fe di
++
+++
20-200
10
150
8-28
>28
8-28
(mg/L)
TIBC
makrofag
Feritin serum
Reseptor
transferin serum
Tabel perbedaan Fe pada lorang normal, Anemia defisiensi Fe, dan
anemia penyakit kronis.
33
terhadap
eritropoetin
berkurang,
sehingga
terjadi
anemia.
kultur sum-sum tulang manusia. Perbedaan efek IL-I melalui mediator INF
yang dihasilkan oleh limfosit T yang teraktivasi.
Kedua interferon tadi diduga dapat berlangsung menghambat CFU-E
tanpa melalui efek TNF-, serta dapat menekan progenitor non-erotroid.
Walaupun demikian, bagaimana peranannya dalam patogenesis anemia
secara pasti belum dapat dijelaskan karena masih banyak faktor-faktor lain
yang tak terduga yang mungkin berperanpenting dalam patogenesis anemia
jenis ini.1
35
merupakan hal yang harus dipahami oleh setiap dokter sebelum memberikan
transfusi, preparat besi maupun eritropoetin.1
BAB IV
ANALISIS KASUS
36
penyebab perdarahan saluran cerna atas. Akibat perdarahan tersebut pada pasien
ini ditemukan Hb 8,2 g/dL ketika datang ke rumah sakit dan meningkat hingga
10,2 g/dL setelah transfusi darah packed red cells 2 kolf, diberikan untuk
mengembalikan kebutuhan darah dalam tubuh.
Penatalaksanaan pada kasus ini dibagi menjadi dua yaitu nonmedikamentosa dan medikamentosa.
37
38
Pada kasus perdarahan saluran cerna, prognosis yang buruk dapat dijumpai
pada kasus-kasus di mana usia pasien >60 tahun, terdapat penyakit penyerta lain,
adanya kebutuhan transfusi, perdarahan yang berulang, perdarahan yang tetap
terjadi walaupun pasien telah dirawat di rumah sakit, perdarahan yang berasal dari
ruptur varises, dan terbukti terdapat perdarahan dalam waktu dekat melalui
endoskopi (terlihat pembuluh darah di dasar ulkus).3,4
Pada kasus ini, pasien berusia 86 tahun, datang dalam kondisi stabil, namun
pasien sudah pernah menjalani perawatan berulang di rumah sakit yang
membutuhkan transfusi darah. Hingga saat ini pasien belum menjalani
pemeriksaan endoskopi sehingga belum diketahui etiologi dari perdarahan saluran
cerna. Tidak terdapatnya tanda-tanda syok atau instabilitas hemodinamik
mengarahkan pemikiran akan kondisi pasien yang lebih baik. Secara fungsional
aktivitas pasien dapat mengalami gangguan karena anemia yang dialami. Lebih
lanjut dipikirkan juga dapat terjadi kekambuhan pada kasus ini oleh karena pada
riwayat penyakit didapatkan adanya riwayat perdarahan yang berulang walaupun
telah dilakukan perawatan di rumah sakit sebelumnya. Maka dari itu perlu
dilakukan eksplorasi lebih lanjut untuk mencari etiologi sehingga dapat dilakukan
terapi definitif.
DAFTAR PUSTAKA
39
1. Adi, P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : 2006, hal.289-292
2. Almani SA. Chirrosis of liver: etiology, complication, and prognosis. lackwell
publishing; 2009. hlm. 65-79.
3. PB PAPDI. Standar Pelayanan Medik. Jakarta: PB PAPDI; 2005.
4. Moradpour D, Blum HE. Chronic or recurring abdominal pain. In: Siegenthaler
W, ed. Differential diagnosis in internal medicine, from symptom to diagnosis,
1st ed. Thieme: New York; 2007: 273-99.
5. Bickley LS. The abdomen. In: Bickley LS, ed. Bates guide to physical
examination and history taking, 8th ed. Lippincott Williams & Wilkins: New
York; 2002: 317-66.
6. Sepe PS, Yachimski PS, Friedman LS. Gastroenterology. In: Sabatine MS, ed.
Pocket medicine, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia; 2008:
3.1-25.
7. Longo DL. Gastrointestinal bleeding. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL,
et al, eds. Harrisons manual of medicine, 17 th ed. McGraw Hill: New York;
2009: 259-62.
8. Smyth EM. Drugs used in the treatment of gastrointestinal diseases. In:
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ, eds. Basic & clinical pharmacology, 11 th
ed. McGraw-Hill: China, e-book ; 2009
9. Sastroamoro, S dkk., Panduan Pelayanan Medis Departemen Penyakit Dalam
RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo., Jakarta, 2007
10.Mansjoer, A dkk. Hematemesis Melena dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi
ketiga Jilid I, FKUI. Media Aesculapius : 2001, hal.634-636
11.Arif M dkk. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. ISO Farmakoterapi., PT.ISFI :
Jakarta. 2008
12.Mubin, AH. Diagnosis dan Terapi, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 2. EGC : Jakarta, 2006
13.Mycek, MJ., Harvey, RA., Champe, PC . Farmakologi Ulasan Bergambar.
Edisi 2., Widya Medika : Jakarta, 2001
40
41