Kasus Mandiri Miopia PDF
Kasus Mandiri Miopia PDF
ODS MYOPIA
Disusun Oleh:
Alvito Wira Tiza
Pembimbing:
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
dr. Dwidjo Prariknjo, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ODS MYOPIA
Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepanitraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II
dr. Soedjono Magelang
Dokter Pembimbing,
BAB I
STATUS PASIEN
: Nn. N
Umur
: 18 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Status
: Belum menikah
Pekerjaan
: Pelajar
Tanggal Pemeriksaan
: 7 Januari 2016
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada hari Kamis, 7 Januari 2016 pukul 10.00 WIB
secara autoanamnesis di poli mata RST . Dr. Soedjono Magelang.
a. Keluhan Utama
Pengelihatan kabur pada kedua mata.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan pengelihatan mata kanan dan kiri kabur
saat melihat jauh. Pasien merasakan keluhan sejak 2 tahun yang lalu pada
saat pasien masih SMP. Pasien memiliki kebiasaan sering membaca buku
sambil tiduran dan suka berada di depan laptop selama berjam-jam.
Pengelihatan kabur pada kedua mata timbul secara perlahan, awalnya
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Status Gizi
: Baik
Kooperatifitas
Vital Sign :
: Kooperatif
- Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
- Nadi
: 80x/menit
- RR
: 18x/menit
- Suhu
: 36C
b. Status Oftalmikus
No.
1
Pemeriksaan
Oculus Dexter
Oculus Sinister
6/9
6/12
S 0,5 6/6
S 1,0 6/6
Enoftalmus
Eksoftalmus
Strabismus
Simetris
Simetris
Vulnus laceratum
Benjolan
Edema
Hematom
Hiperemia
Visus
Bulbus Oculi
Gerak bola mata
Suprasilia
Kedudukan
Jaringan parut
Palpebra
Entropion
Ektropion
Trikiasis (-)
Trikiasis (-)
Injeksi Konjungtiva
Injeksi siliar
Sekret
Perdarahan
Bangunan patologis
Simblefaron
Putih
Putih
Cembung
Cembung
Infiltrat
Ulkus
Sikatrik
Tidak Dangkal
Tidak Dangkal
Hipopion
Hifema
Warna
Coklat
Coklat
Kripta
Sinekia
Sentral
Sentral
Bentuk
Bulat
Bulat
Diameter
3 mm
3 mm
Silia
5
Konjungtiva:
subkonjungtiva
Sklera
Warna
Laserasi
Kornea
Kejernihan
Kecembungan
COA
Kedalaman
10
Iris
Pupil
Letak
11
Refleks pupil
Sinekia
Jernih
Jernih
+ (cemerlang)
+ (cemerlang)
Fokus -1
Fokus -2
2:3
2:3
Myopia Cresent
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Fundus Trigoid
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Normal
Normal
Lensa
Kejernihan
12
Fundus Refleks
13
Funduscopy
Papil N.opticus
Aa/vv Rario
14
TIO
ODS Miopia
Dipertahankan karena pada keluhan pasien didapatkan pandangan kabur
untuk melihat jauh dan lebih merasa nyaman apabila melihat dalam jarak
dekat. Ketika dikoreksi dengan lensa sferis negatif, tajam pengelihatan
membaik.
OD 6/9 visus dikoreksi S 0,5 6/6
OS 6/12 visus dikoreksi S 1,0 6/6
ODS Hipermetropia
Disingkirakan karena pasien tidak memiliki keluhan pandangan kabur
ketika melihat jauh dan dekat. Hasil pemeriksaan visus koreksi dengan
menggunakan lensa sferis positif pandangannya bertambah kabur.
1.7 Penatalaksanaan
Medika mentosa :
o Oral
: Tidak dilakukan
o Topikal
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Non Medikamentosa :
o Kacamata dengan lensa sferis negative OD S 0,5 dan OS S
1,0
1.8 Edukasi
1.9 Prognosis
PROGNOSIS
OD
OS
Quo ad visam
Dubia Ad Bonam
Dubia Ad Bonam
Quo ad sanam
Dubia Ad Bonam
Dubia Ad Bonam
Quo ad fungsionam
Ad Bonam
Ad Bonam
Quo ad kosmetikam
Ad Bonam
Ad Bonam
Quo ad vitam
Ad Bonam
Ad Bonam
1.10
Komplikasi
Ablasio retina
Strabismus
1.11
Rujukan
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan karena dari pemeriksaan klinis
tidak ditemukan kelainan yang berkaitan dengan disiplin ilmu kedokteran
lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, aquos humor, lensa dan
vitreus humor. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan
media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Hasil
pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan
panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media
penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan
benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea.
Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan
bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi
atau istirahat melihat jauh
yang
bervariasi
selama
berakomodasi,
juga
berfungsi
untuk
2.4 Miopia
A. DEFINISI
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang
memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina.
Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar
yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di
B. KLASIFIKASI
Dikenal beberapa tipe dari miopia :
1. Miopia Aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada
orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter
anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar
3 dioptri.
2. Miopia Refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
Menurut derajat beratnya, miopia dibagi dalam :
1. Miopia ringan, dimana miopia berada antara 1-3 D
2. Miopia sedang, dimana miopia berada antara 3-6 D
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 D
papil
yang
disebut
annular
patch.
Dijumpai degenerasi
dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau
yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer
(degenerasi latis).
Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering
dijumpai, berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai
pigmentasi, garis putih bercabang-cabang dan bintik kuning keputihan.
Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia dan sering disertai
ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio retina.
C. GEJALA KLINIS
Gejala subjektif miopia antara lain:
a.
b.
c.
Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi ).
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau
3.
D. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan
pada mata. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Refraksi Subyektif
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dengan Snellen chart. Adapun
syarat-syarat pemeriksaan ini, antara lain :
a. Jarak pemeriksa dan penderita sejauh 6 m.
b. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan tenang, baik pemeriksa
maupun penderita.
1. Kacamata
- Keuntungan :
o Memberikan perbaikan pengelihatan dengan mengoreksi bayangan
pada myopia
o Memundurkan bayangan ke retina
o Mencegah munculnya pteregium yang biasanya diakibatkan oleh
paparan langsung angin atau debu terhadap mata
- Kerugian :
o Tepi gagang dan tebalnya lensa mengurangi lapang pandang
o Sering merasa ada yang mengganjal pada daerah hidung
o Apabila ada di lingkungan yang cukup dingin kaca sering
berembun
2. Lensa kontak
- Keuntungan :
o Luas lapang pandang tidak berubah
o Tidak
memerlukan
undercorrection
jika
pasien
menderita
anisometropia
o Dapat digunakan dengan tujuan kosmetik yaitu menghindari
pemakaian kacamata tebal pada miopia tinggi
- Kekurangan :
o Mata lebih mudah terkena infeksi, apabila pemakaiannya kurang
bersih
o Lebih mudah terjadi erosi kornea
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita miopia antara lain ablasi
retina dan strabismus esotropia. Ablasi retina terjadi karena pada miopia tinggi
terbentuk stafiloma sklera posterior yang terletak dipolus posterior, maka retina
harus meliputi permukaan yang lebih luas sehingga teregang dan menimbulkan
fundus tigroid. Akibat regangan mungkin dapat menyebabkan ruptura dari
pembuluh darah retina dan mengakibatkan perdarahan yang dapat masuk kedalam
badan kaca, mungkin juga terjadi ablasi retina akibat timbulnya robekan karena
tarikan. Strabismus esotropia terjadi karena pada pasien miopia memiliki pungtum
remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan konvergensi
yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini
menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Bila terdapat
juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, HS. 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Cetakan I. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
2. Vaughan A dan Riordan E 2000. Ofthalmologi Umum. Ed 17 .Cetakan 1.
Widya Medika, Jakarta.
3. Nana Wijana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta. Abadi
Tegal.1993
4. Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003:5
5. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam:
Ilmu
PenyakitMata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilm
u Penyakit Mata FK UGM,2007;185-7
6. Ilyas S. Optik dan refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata
untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai penerbit
Sagung Seto,2002