Anda di halaman 1dari 6

Yayasan Karya Kesehatan Santo Vincentius

RUMAH SAKIT SANTO VINCENTIUS

Jl P. Diponegoro No. 5 Singkawang 79123


Telepon: (0562) 631008, 636768, Fax: 633881, e-mail: rs_vincentius@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTO VINCENTIUS SINGKAWANG


NOMOR : 2983/RSSV-SK/DIR/IX/2015
TENTANG
KEBIJAKAN INSTALASI FARMASI
DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTO VINCENTIUS SINGKAWANG
Menimbang

:
a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Santo
Vincentius, diperlukan suatu proses pelayanan yang profesional.
b. bahwa untuk mengkoordinir, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
pelayanan farmasi di Rumah Sakit Santo Vincentius, dipandang perlu
untuk membuat kebijakan Instalasi Farmasi.
c. bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan Peraturan
Direktur tentang Kebijakan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Santo
Vincentius Singkawang.

Mengingat

:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


Undang Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 tahun 2014 tentang
klasifikasi dan perijinan RS
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
573/MENKES/SK/VI/2008 tentang Standar Profesi Asisten Apoteker.
Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Santo Vincentius
Singkawang No. 287/YKKSV-RSSV/SK/ADM-SOT/2013 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Santo Vincentius
Singkawang;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Kesatu

:
: PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
TENTANG KEBIJAKAN INSTALASI FARMASI.

SANTO

VINCENTIUS

Kedua

: Mencabut Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Santo Vincentius Nomor


4043/RSSV-SK /DIR/IX/2013 tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi.

Ketiga

: Kebijakan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Santo Vincentius sebagaimana tercantum


dalam lampiran Peraturan ini.

Keempat

: Kebijakan ini harus dibahas sekurang kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali dan
apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang
ada.

Kelima

: Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila


dikemudian hari terdapat kesalahan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

DITETAPKAN
: DI SINGKAWANG
PADA TANGGAL
: 22 September 2015
RS SANTO VINCENTIUS SINGKAWANG

Dr.Husin Basir, M.Sc., M.Kes.


Direktur

Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Santo Vincentius
Nomor : 2983 / RSSV-SK/DIR/IX/2015
Tentang : Kebijakan Pelayanan Farmasi
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT SANTO VINCENTIUS SINGKAWANG
1.

Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu, termasuk

2.

pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.


Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi atau perbekalan farmasi

3.
4.
5.

yang beredar di Rumah Sakit Santo Vincentius.


Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.
Instalasi farmasi memberikan pelayanan farmasi selama 24 jam ke seluruh unit kerja terkait.
Fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit meliputi Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan

6.

Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan.


Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit Santo Vincentius meliputi :
a.

Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah


sakit

b.
c.

Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal


Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

d.

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku


Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit


e.
Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
f.

Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan


persyaratan kefarmasian

g.

Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di


rumah sakit.

7.

Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan di Rumah Sakit Santo
Vincentius meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien.


Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga.
Memberi konseling kepada pasien atau keluarga.
Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
Melaporkan setiap kegiatan.

8.

Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, dan telah memilliki Surat Tanda

9.

Registrasi Apoteker dan Surat Ijin Praktik Apoteker.


Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-

peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan pengawasan distribusi.
10. Sediaan farmasi atau perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia
dan gas medis.
11. Dalam pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dalam hal distribusi atau penyaluran sediaan farmasi,
kepala instalasi sebagai penanggung jawab dapat dibantu oleh Apoteker, Asisten Apoteker dan /
atau tenaga teknis kefarmasian.
12. Apabila Apoteker tidak ada di tempat, dilakukan pendelegasian tugas kepada petugas yang
berwenang, yang harus melaporkan hal-hal yang perlu dilaporkan kepada Kepala Instalasi
Farmasi.
13. Perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan dikelola oleh masing-masing unit dibawah tanggung
jawab Kepala Unit atau Instalasi dan dilakukan pemantauan secara berkala oleh Instalasi
Farmasi.
14. Obat hanya dapat diberikan berdasarkan resep atau pesanan dari dokter yang memiliki Surat Ijin
Praktik di Rumah Sakit Santo Vincentius dan atau dokter yang telah dikenal.
15. Dokter yang menulis resep di Rumah Sakit Santo Vincentius harus lengkap terdiri dari nama
pasien, no Rekam Medis, umur, alamat, nama dokter penulis, nomor SIP dokter.
16. Penulisan obat untuk peresepan khusus seperti obat narkotika, obat psikotropika, obat
kemoterapi, dan bahan radioaktif dibatasi.
17. Obat yang dikeluarkan dari wadah aslinya diberi label untuk mencegah kesalahan dalam
pemberian obat.
18. Dokter Instalasi Gawat Darurat/Dokter Jaga dapat menerima pendelegasian penulisan resep dari
dokter yang memberi advis melalui telepon, termasuk apabila terjadi kesalahan peresepan
menjadi tanggung jawab Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bukan dokter Instalasi Gawat
Darurat/Dokter Jaga.
19. Apoteker mengkaji atau menelaah resep atau pesanan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di Rumah Sakit Santo Vincentius.
20. Resep hanya bisa dilayani apabila sudah memenuhi persyaratan administrasi dan pengkajian
atau telaah kefarmasian.
21. Telaah resep antara lain dilakukan terhadap :
a.

b.
c.
d.
e.

Ketepatan obat, dosis, frekuensi dan rute pemberian


Duplikasi terapi
Alergi atau reaksi sensitivitas
Berat badan pasien dan informasi fisiologis lain
Kontraindikasi

22. Dalam situasi emergensi, penulisan resep dapat dilakukan oleh Dokter Instalasi Gawat
Darurat/Dokter Jaga yang mempunyai kompetensi dan ditentukan oleh rumah sakit.

23. Bila ada resep yang tidak terbaca, petugas farmasi melakukan konfirmasi kepada petugas
ruangan yang bersangkutan dan atau dokter penulis resep.
24. Bila obat tidak tersedia di instalasi farmasi, petugas farmasi harus memberitahukan kepada
dokter penulis resep dan memberikan saran substitusinya.
25. Instalasi Farmasi melakukan stok opname perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi setiap 1tahun
sekali dan hasil kegiatan dilaporkan kepada Direktur.
26. Instalasi Farmasi melakukan stok opname perbekalan farmasi di ruangan/unit 1 bulan sekali.
27. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan dengan mekanisme yang menjamin keamanan dan
mutu perbekalan farmasi, dan seluruh tempat penyimpanan diinspeksi secara berkala.
28. Obat-obat emergensi (termasuk elektrolit konsentrat) disediakan di masing-masing ruangan atau
unit sesuai kebutuhan.
29. Penyimpanan obat emergensi

dilakukan dengan mekanisme yang menjamin keamanan,

kemudahan dan ketepatan dalam pengambilan obat emergensi.


30. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis,
tindakan tersebut diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja.
31. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan
dengan cara pembatasan akses (restrict access).
32. Instalasi farmasi melakukan penarikan obat yang mendekati kadaluarsa atau rusak.
33. Pengelolaan obat yang kadaluarsa dilakukan dengan cara dikembalikan kepada suplier sesuai
perjanjian yang telah disepakati atau dimusnahkan.
34. Pemusnahan obat kadaluarsa dilakukan oleh Tim Pemusnah yang dibentuk oleh Pimpinan Rumah
Sakit.
35. Obat pasien rawat inap dapat dikembalikan kepada instalasi farmasi jika terjadi alergi, pasien
pulang atau pasien meninggal dunia dan hal lain dengan persetujuan dokter.
36. Penyediaan obat didasarkan pada formularium rumah sakit dan standar obat yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
37. Kriteria obat yang boleh masuk formularium adalah obat yang terdaftar di DOEN Indonesia, obat
masuk Formularium Nasional BPJS untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat II dan obat yang diajukan
karena kebutuhan oleh SMF dan disetujui oleh Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit.
38. Kriteria obat yang dikeluarkan dari Formularium adalah obat yang tidak digunakan lagi karena
perkembangan ilmu pengobatan dan obat yang tidak jalan (slow moving) yang tidak masuk
dalam DOEN serta obat yang secara ilmiah/penelitian tidak terbukti bermanfaat bagi pasien.
39. Untuk menjaga kualitas, semua obat atau alat kesehatan dibeli dari distributor farmasi resmi atau
apotek rekanan yang telah menjalin kerjasama dengan rumah sakit.
40. Permintaan narkotika di tulis oleh dokter yang berwenang dengan mencantumkan nomor Surat
Izin Praktik (SIP).
41. Petugas yang berwenang untuk memberikan obat pada pasien rawat inap adalah perawat yang
telah selesai mengikuti masa orientasi dan memiliki STR (Surat Tanda Registrasi)/surat resmi
lainnya.

42. Petugas yang bertanggung jawab dalam hal pemberian obat pada pasien rawat jalan adalah
apoteker dan atau asisten apoteker yang telah memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker)
dan STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian).
43. Obat-obat yang dibawa oleh pasien harus dengan pengawasan diketahui oleh Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan serta dicatat dalam status pasien.
44. Obat contoh (obat sample) dikelola oleh Instalasi Farmasi dan hanya boleh diberikan kepada
pasien dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit.
45. Penyimpanan produk khusus seperti produk nutrisi dan radioaktif dilakukan sesuai dengan
spesifikasi yang diminta, dan seluruh tempat penyimpanan diinspeksi secara berkala.
46. Sebelum pemberian obat kepada pasien, petugas yang berwenang harus melakukan verifikasi
apakah obat yang akan diberikan sudah sesuai dengan resep.
47. Petugas ruangan yang melakukan verifikasi ulang adalah penanggung jawab shift dan atau ketua
tim dan atau perawat yang lebih senior.
48. Bila terjadi efek samping yang tidak diharapkan dalam pemberian obat, harus dicatat dalam
status pasien dan dilaporkan kepada Rumah Sakit.
49. Wewenang pencampuran obat suntik di bangsal rawat inap dilimpahkan kepada perawat selama
tenaga Apoteker bekum mencukupi, dan dilakukan sesuai dengan standar pencampuran obat
steril.

DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTO VINCENTIUS

dr. Husin Basir,M.Sc.,M.Kes.

Anda mungkin juga menyukai