:
a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Santo
Vincentius, diperlukan suatu proses pelayanan yang profesional.
b. bahwa untuk mengkoordinir, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
pelayanan farmasi di Rumah Sakit Santo Vincentius, dipandang perlu
untuk membuat kebijakan Instalasi Farmasi.
c. bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan Peraturan
Direktur tentang Kebijakan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Santo
Vincentius Singkawang.
Mengingat
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Kesatu
:
: PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
TENTANG KEBIJAKAN INSTALASI FARMASI.
SANTO
VINCENTIUS
Kedua
Ketiga
Keempat
: Kebijakan ini harus dibahas sekurang kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali dan
apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang
ada.
Kelima
DITETAPKAN
: DI SINGKAWANG
PADA TANGGAL
: 22 September 2015
RS SANTO VINCENTIUS SINGKAWANG
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Santo Vincentius
Nomor : 2983 / RSSV-SK/DIR/IX/2015
Tentang : Kebijakan Pelayanan Farmasi
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT SANTO VINCENTIUS SINGKAWANG
1.
Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
2.
3.
4.
5.
6.
b.
c.
d.
g.
7.
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan di Rumah Sakit Santo
Vincentius meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
8.
Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, dan telah memilliki Surat Tanda
9.
peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan pengawasan distribusi.
10. Sediaan farmasi atau perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia
dan gas medis.
11. Dalam pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dalam hal distribusi atau penyaluran sediaan farmasi,
kepala instalasi sebagai penanggung jawab dapat dibantu oleh Apoteker, Asisten Apoteker dan /
atau tenaga teknis kefarmasian.
12. Apabila Apoteker tidak ada di tempat, dilakukan pendelegasian tugas kepada petugas yang
berwenang, yang harus melaporkan hal-hal yang perlu dilaporkan kepada Kepala Instalasi
Farmasi.
13. Perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan dikelola oleh masing-masing unit dibawah tanggung
jawab Kepala Unit atau Instalasi dan dilakukan pemantauan secara berkala oleh Instalasi
Farmasi.
14. Obat hanya dapat diberikan berdasarkan resep atau pesanan dari dokter yang memiliki Surat Ijin
Praktik di Rumah Sakit Santo Vincentius dan atau dokter yang telah dikenal.
15. Dokter yang menulis resep di Rumah Sakit Santo Vincentius harus lengkap terdiri dari nama
pasien, no Rekam Medis, umur, alamat, nama dokter penulis, nomor SIP dokter.
16. Penulisan obat untuk peresepan khusus seperti obat narkotika, obat psikotropika, obat
kemoterapi, dan bahan radioaktif dibatasi.
17. Obat yang dikeluarkan dari wadah aslinya diberi label untuk mencegah kesalahan dalam
pemberian obat.
18. Dokter Instalasi Gawat Darurat/Dokter Jaga dapat menerima pendelegasian penulisan resep dari
dokter yang memberi advis melalui telepon, termasuk apabila terjadi kesalahan peresepan
menjadi tanggung jawab Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bukan dokter Instalasi Gawat
Darurat/Dokter Jaga.
19. Apoteker mengkaji atau menelaah resep atau pesanan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di Rumah Sakit Santo Vincentius.
20. Resep hanya bisa dilayani apabila sudah memenuhi persyaratan administrasi dan pengkajian
atau telaah kefarmasian.
21. Telaah resep antara lain dilakukan terhadap :
a.
b.
c.
d.
e.
22. Dalam situasi emergensi, penulisan resep dapat dilakukan oleh Dokter Instalasi Gawat
Darurat/Dokter Jaga yang mempunyai kompetensi dan ditentukan oleh rumah sakit.
23. Bila ada resep yang tidak terbaca, petugas farmasi melakukan konfirmasi kepada petugas
ruangan yang bersangkutan dan atau dokter penulis resep.
24. Bila obat tidak tersedia di instalasi farmasi, petugas farmasi harus memberitahukan kepada
dokter penulis resep dan memberikan saran substitusinya.
25. Instalasi Farmasi melakukan stok opname perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi setiap 1tahun
sekali dan hasil kegiatan dilaporkan kepada Direktur.
26. Instalasi Farmasi melakukan stok opname perbekalan farmasi di ruangan/unit 1 bulan sekali.
27. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan dengan mekanisme yang menjamin keamanan dan
mutu perbekalan farmasi, dan seluruh tempat penyimpanan diinspeksi secara berkala.
28. Obat-obat emergensi (termasuk elektrolit konsentrat) disediakan di masing-masing ruangan atau
unit sesuai kebutuhan.
29. Penyimpanan obat emergensi
42. Petugas yang bertanggung jawab dalam hal pemberian obat pada pasien rawat jalan adalah
apoteker dan atau asisten apoteker yang telah memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker)
dan STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian).
43. Obat-obat yang dibawa oleh pasien harus dengan pengawasan diketahui oleh Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan serta dicatat dalam status pasien.
44. Obat contoh (obat sample) dikelola oleh Instalasi Farmasi dan hanya boleh diberikan kepada
pasien dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit.
45. Penyimpanan produk khusus seperti produk nutrisi dan radioaktif dilakukan sesuai dengan
spesifikasi yang diminta, dan seluruh tempat penyimpanan diinspeksi secara berkala.
46. Sebelum pemberian obat kepada pasien, petugas yang berwenang harus melakukan verifikasi
apakah obat yang akan diberikan sudah sesuai dengan resep.
47. Petugas ruangan yang melakukan verifikasi ulang adalah penanggung jawab shift dan atau ketua
tim dan atau perawat yang lebih senior.
48. Bila terjadi efek samping yang tidak diharapkan dalam pemberian obat, harus dicatat dalam
status pasien dan dilaporkan kepada Rumah Sakit.
49. Wewenang pencampuran obat suntik di bangsal rawat inap dilimpahkan kepada perawat selama
tenaga Apoteker bekum mencukupi, dan dilakukan sesuai dengan standar pencampuran obat
steril.