Perlindungan
Pelindung
Kepala BBPOPT
Penanggung Jawab
Kepala Bidang
Pelayanan Teknik Informasi
Dan Dokumentasi
Pimpinan Redaksi
Kepala Seksi
Informasi dan Dokumentasi
Redaktur Pelaksana
Staf Redaksi
Dulhalim
Alamat Redaksi
Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari
Karawang - Jawa Barat (41374)
: (0264) 360581, 360368
: bbpopt@gmail.com
http://.bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id
.
Daftar Isi
1
DARI REDAKSI
3
SURAT PEMBACA
26
MIMBAR PROTEKSI
4
11
18
INFO PERAMALAN
INFO PERAMALAN
INFO PERAMALAN
28
INFO KHUSUS
30
TEKNOLOGI PERLINTAN
Kenali Penyakit Layu Stewart
pada Tanaman Jagung
32
RESEP TRADISIONAL
Ciplukan atasi Stroke
24
REPORTASE
33
KLINIK TANAMAN
34
HOT NEWS
Cover depan :
Sweeping OPT padi pada persemaian
Di Kabupaten Karawang
Foto : Urip SR
Cover belakang :
Sweeping serangga pada persemaian
Kegiatan penanganan daerah endemis OPT
utama padi MT. 2016
Foto : Urip SR
36
UPSUS PADI
Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dan pertanyaan dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat
redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang
maksimum 3 halaman kuarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting
tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya.
Alamat Redaksi: Buletin Peramalan
Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari - Karawang, Jawa Barat (41374)
Telp/Fax : (0264) 360581, 360368 E-mail: bbpopt@gmail.com, uripsr@ymail.com
Assalamualaikum Wr.Wb.....
Saya dari Sukabumi Kecamatan Ciemas ... ingin menanyakan apakah bakteri merah isolat nya sudah ada
di masing-masing intansi, jadi supaya lebih efektit, dan
apakah jika ada pertemuan workshop untuk semua
atau per wilayah. untuk THL-POPT yang baru..
Terima kasih
(Ihwan Nurdiansah - Sukabumi)
Jawab :
Pro : Ihwan Nurdiansah di Sukabumi
Wa'alaikum salam. Terima kasih pertanyaannya,
Bakteri Merah (Serratia,Sp) masih dalam taraf
pengembangan, sehingga masih belum bisa disebarkan ke tingkat petani
Sedangkan untuk workshop peningkatan kemampuan
teknis POPT-PHP biasanya ada kuota ditiap daerah,
peserta diajukan oleh BPTPH Provinsi.
Demikian jawabannya semoga puas. (Redaksi)***
emasuki musim tanam (MT) 2016 berikut informasi prakiraan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang sudah dirilis, diharapkan instansi terkait di tingkat kabupaten/kota dan provinsi dapat dengan segera melakukan upaya untuk mencegah/
mengendalikan peningkatan populasi dan serangan OPT, sehingga kerugian yang lebih besar dapat
dihindarkan
Secara umum prakiraan serangan OPT utama tanaman padi di Indonesia pada musim tanam (MT)
2016 (182.419 Ha) mengalami kenaikan dibandingkan dengan kejadian MT. 2015/16 (175.340 Ha), namun
cenderung menurun dari kejadian MT. 2015 (196.184 Ha). Berdasarkan jenis OPT, prakiraan luas serangan
OPT utama padi pada MT. 2016 dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah adalah sebagai berikut :
Penggerek Batang Padi (PBP), Tikus, Wereng Batang Coklat (WBC), Hawar Daun Bakteri (HDB), Blas,
Ulat Grayak, dan Tungro. Secara rinci kejadian serangan OPT utama padi MT. 2015, dan MT. 2015/2016
serta prakiraan serangan OPT utama padi MT.2016 dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini :
Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2015 dan MT. 2015/2016
serta Prakiraan luas Serangan MT. 2016 di Indonesia.
OPT UTAMA
KLTS
MT. 2015
(Ha)
KLTS
MT. 2015/2016
(ha)
Prakiraan
Serangan
MT. 2016
(ha)
PBP
47.359
45.031
90.556
1.47
WBC
16.109
10.956
20.421
0.33
TIKUS
80.095
42.676
37.830
0.61
TUNGRO
2.325
1.491
2.214
BLAS
24.378
46.637
12.524
0.20
HDB/BLB
23.608
25.453
15.285
0.25
Ulat Grayak
2.311
3.097
4.064
0.07
196.184
175.340
182.419
No.
Jumlah
Sasaran
Tanam
MT. 2016
(Ha)
6.156..160
6.155.160
Prakiraan
Ser. OPT
Thd sasaran
Tanam (%)
0.04
2.97
Pada musim tanam (MT) 2016 prakiraan serangan Tikus secara umum diprakirakan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kejadian
MT. 2015/2016. Serangan Tikus tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Jawa Barat yang di prakirakan mencapai luas maksimum 4.184 Ha, Jawa
Tengah seluas 3.706 Ha dan Provinsi Aceh seluas
3.483 Ha.
Prakiraan serangan WBC
Propinsi
PBP
(ha)
TIKUS
(ha
WBC
(ha)
BLB
(ha)
BLAS
(ha)
Ulat Grayak
(ha)
Tungro
(Ha)
4.470
3.483
567
1.513
457
Aceh
Sumatera Utara
736
746
167
465
311
Sumatera Barat
306
1.466
1.071
153
251
Riau
2.763
287
283
43
102
49
Jambi
297
268
292
66
98
53
Sumatera Selatan
5.434
2.897
2.891
4.016
1.976
700
43
Bengkulu
540
661
136
191
238
118
137
Lampung
2.590
1.346
615
589
762
281
Kep. Babel
195
111
310
94
191
138
10
Kep. Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
15.493
4.184
2.099
2.475
1.432
13
Jawa Tengah
20.269
3.706
3.478
1.862
1.695
219
14
DI Jogjakarta
1.729
1.005
85
15
Jawa Timur
4.250
2.881
1.302
1.555
1.852
81
305
16
Banten
1.943
387
2.439
664
662
42
39
17
Bali
18
NTB
1.039
104
947
273
431
148
19
NTT
640
1.142
383
705
20
Kalbar
2.465
1.358
661
164
338
47
71
21
Kalteng
577
416
379
111
149
36
10
22
Kalsel
577
416
379
111
149
36
10
23
Kaltim
688
597
29
24
Sulawesi Utara
4.119
3.193
20
45
382
369
25
Sulteng
5.395
1.551
276
304
70
370
52
26
Sulsel
4.725
2.063
275
89
443
497
50
27
Sultra
4.119
3.193
20
45
382
369
28
Gorontalo
2.012
30
97
547
29
Sulbar
561
127
196
35
70
20
30
Maluku
1.293
43
1.387
16
105
90
22
31
Maluku Utara
415
40
25
26
32
Papua Barat
799
98
122
14
29
33
Papua
114
26
48
40
42
90.556
37.830
20.421
15.285
12.524
4.064
2.214
JUMLAH
ASURANSI PERTANIAN
PETANI MERESPON POSITIF
Untuk mengatasi dampak pelemahan ekonomi yang tengah melilit perekonomian Indonesia, pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi tahap III. Dalam paket kebijakan ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah
mengeluarkan sejumlah kebijakan.
10
Foto: Urip SR
rakiraan serangan OPT utama tanaman Jagung di Indonesia pada MT.2016 yaitu seluas 15.903 Ha. Apabila
dibandingkan dengan kejadian MT. 2015/2016 seluas 12.610 Ha mengalami peningkatan namun apabila
dibandingkan dengan kejadian MT.2015 sebesar 15.222 Ha mengalami peningkatan. Prakiraan luas serangan
masing-masing OPT tanaman jagung yaitu : Lalat Bibit seluas 1.004 Ha, Penggerek Batang Jagung seluas 3.742 Ha,
Penyakit Bulai seluas 2.960 Ha, Tikus seluas 2.773 Ha, Penggerek Tongkol seluas 2.228 Ha, dan Ulat Grayak seluas
1.460 Ha. Secara rinci prakiraan serangan OPT utama tanaman jagung dapat dilihat pada tabel 3. sebagai berikut :
Tabel 3. Kejadian Serangan OPT Utama Jagung MT.2015 dan MT. 2015/2016 serta Prakiraan
luas Serangan MT.2016 di Indonesia.
No.
OPT UTAMA
KLTS
MT. 2015
(Ha)
KLTS
2015/2016
(Ha)
Prakiraan
Serangan
MT. 2016
(ha)
Sasaran
Tanam
MT. 2016
(Ha)
Persentase
Prakiraan
thd sasaran
Tanam (%)
567
655
1.004
0.07
Lalat Bibit
Penggerek Batang
1.981
2.625
3.742
0.25
Penyakit Bulai
2.284
2.062
2.960
0.20
Tikus
2.967
2.561
2.773
Penggerek
Tongkol
5.939
1.851
2.228
0.15
Ulat Grayak
817
1.252
1.460
0.10
Hawar Daun
Jagung
667
1.626
1.736
0.11
Jumlah
15.222
12.610
15.903
1.511.867
1.611.867
0.18
1.06
11
12
Propinsi
Penggerek
Batang
(ha)
Penyakit
Bulai
(ha)
TIKUS
(ha)
Penggerek
Tongkol
(ha)
Hawar
Daun
(ha)
Ulat Grayak
(ha)
Lalat
Bibit
(Ha)
Aceh
398
122
59
452
36
425
59
Sumatera Utara
42
17
1.086
14
273
52
11
Sumatera Barat
21
34
23
Riau
18
36
26
Jambi
12
Sumatera Selatan
113
82
72
45
12
19
26
Bengkulu
37
24
12
11
Lampung
61
52
18
61
65
42
60
Kep. Babel
10
Kep. Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
111
46
17
193
327
49
125
13
Jawa Tengah
311
936
111
230
253
97
133
14
DI Jogjakarta
15
32
20
48
31
15
Jawa Timur
102
1.014
332
109
270
61
138
16
Banten
17
Bali
18
NTB
179
11
14
112
22
21
11
19
NTT
1.021
207
72
186
61
106
20
Kalbar
50
96
95
81
14
36
21
Kalteng
13
22
Kalsel
10
23
Kaltim
64
27
48
55
10
24
Sulut
144
107
167
95
21
36
50
25
Sulteng
80
10
10
60
128
12
10
26
Sulsel
242
50
244
64
70
105
90
27
Sultra
100
35
66
25
99
28
Gorontalo
190
30
160
135
237
154
29
Sulbar
230
185
80
30
Maluku
29
18
11
31
Maluku Utara
20
13
32
Papua Barat
33
Papua
99
14
13
3.742
2.960
2.773
2.228
1.736
1.460
1.004
JUMLAH
13
14
15
16
a.
Petani yang memiliki lahan dan melakukan usaha budidaya tanaman pangan pada lahan paling luas 2 (dua)
hektar.
Petani penggarap yang tidak memiliki lahan usaha tani dan
menggarap paling luas 2 (dua) hektar.
b.
B.
Kriteria Lokasi
2.
a.
D. Ganti Rugi
b.
17
Foto : Urip SR
ecara umum prakiraan luas serangan OPT utama tanaman kedelai pada musim tanam (MT)
2016 adalah 5.972 ha. Berdasarkan jenis OPT, serangan tertinggi sampai dengan yang
terendah dari OPT utama pada tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Penggulung Daun
2.360 ha, Ulat Grayak 1.373 ha, Lalat Kacang 793 ha, Ulat Jengkal 569 ha, Penggerek Polong 497
ha, dan Tikus 379 ha. Rincian prakiraan serangan OPT utama pada tanaman kedelai MT. 2016 di
Indonesia dapat dilihat pada table 5. dibawah ini :
Tabel 5. Kejadian Serangan OPT Utama Kedelai MT.2015 dan MT. 2015/2016 serta Prakiraan luas
Serangan MT. 2016 di Indonesia.
KLTS
MT. 2015
(Ha)
KLTS
MT. 2015/2016
(Ha)
Prakiraan
Serangan
MT. 2016
(ha)
Sasaran
Tanam
MT. 2016
(Ha)
Presentase
Prakiraan
thd sasaran
tanam (%)
Penggerek
Polong
877
318
497
0.09
Lalat Kacang
281
359
793
0.14
Ulat Grayak
1.783
992
1.373
Tikus
5
6
0.25
558.191
227
158
379
Penggulung
Daun
1.109
1.125
2.360
0.42
Ulat Jengkal
652
382
569
0.10
4.929
3.334
5.972
Jumlah
558.191
0.07
1.07
18
19
Propinsi
Penggerek
Polong
(Ha)
Lalat
Kacang
(Ha)
Ulat Grayak
(Ha)
TIKUS
(Ha)
Penggulung
Daun
(Ha)
Ulat
Jengkal
(Ha)
Aceh
157
32
550
17
921
98
Sumatera Utara
20
31
38
Sumatera Barat
11
Riau
Jambi
13
26
Sumatera Selatan
28
56
24
67
35
10
Bengkulu
15
31
Lampung
50
43
Kep. Babel
10
Kep. Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
17
107
68
96
114
13
Jawa Tengah
66
229
76
465
126
14
DI Jogjakarta
25
15
16
15
Jawa Timur
27
194
71
191
49
16
Banten
36
17
Bali
25
18
NTB
52
220
13
33
251
151
19
NTT
20
Kalbar
11
21
KalTeng
22
KalSel
23
KalTim
24
Sulawesi Utara
32
13
25
Sulawesi Tengah
10
51
26
Sulawesi Selatan
30
98
33
27
Sultra
14
57
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
57
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua Barat
24
13
11
20
33
Papua
31
13
497
793
1.373
379
2.360
569
Jumlah
20
21
22
23
Foto : Urip SR
paya mewujudkan swasembada pangan, harus diakui bukan perkara mudah. Sejumlah persoalan
dari mulai teknis, non teknis sampai masalah alam, menjadi batu sandungan yang kerap
menghadang upaya ini. Namun pemerintah akan mengerahkan segala daya upaya yang dimilikinya
untuk merealisasikan target swasembada pangan, khususnya pada komoditas padi, jagung dan kedelai
(Pajale). Selain itu, pemerintah juga akan bekerja keras meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani.
Hal ini terlihat saat perjalanan Tim UPSUS Pajale
Balai Besar Peramalan OPT Jatisari di Propinsi Riau,
pada saat pertemuan koordinasi wilayah regional
(WILREG) II di Kota Dumai. Perjalanan darat dari
Pekan Baru memakan waktu tempuh 7 jam melalui
perjalanan darat dengan melintasi 3 (tiga) Kabupaten
yakni Kab. Pelalawan, Bengkalis dan Siak.
Pertemuan koordinasi di Provinsi Riau di
bagi menjadi 3 (tiga) Wilreg, takni wilreg I meliputi : 1)
Pekanbaru, 2) Kampar, 3) Rokan Hulu, 4) Kepulauan
Meranti. Kemudian Wilreg II meliputi : 1) Kab. Pelalawan, 2) Kuantan Singingi, 3) Indragiri Hulu, dan 4)
Indragiri Hilir. Sedangkan wilreg III meliputi : 1) Kab.
Rokan Hilir, 2) Bengkalis, Siak, dan 4) Kota Dumai.
Tim Upsus BBPOPT Jatisari di Provinsi Riau
dipimpin oleh langsung Kepala Balai Besar Ir. Sarsito
Wahono Gaib Subroto, MM, dengan tujuan
menyamakan persepsi para pemangku kepentingan
dalam pelaksanaan, mengidentifikasi/memecahkan
masalah pelaksanaan, melakukan pengawalan/
pengawasan terhadap pelaksanaan, dan meningkatkan sistem pelaporan Upsus Pajale.
24
Tetapi keluhan tersebut ditanggapi oleh penanggung jawab Upsus Pajale Provinsi Riau Sarsito Wahono Gaib Subroto, yang mengutip
pernyataan Mentan Amran Sulaiman bahwa,
Pemerintah akan meningkatkan pemberian alat pertanian kepada petani di seluruh Indonesia. Tahun
lalu distribusi alat pertanian hanya 4 ribu unit. Tapi
tahun ini pemerintah akan memberikan 8 ribu unit. Ini
artinya bantuan alat pertanian naik 200 persen,
demikian mengutip pernyataan Mentan.
Program Upsus Padi, Jagung dan Kedelai
selain melalui Perbaikan Jaringan Irigasi (PJI),
Optimasi Lahan (OPL), juga Gerakan Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dan
Bantuan Sosial (Bansos) alat mesin pertanian. Untuk
kegiatan PJI, OPL dan GPPTT bansos berupa
transfer uang langsung ke Kelompok tani sesuai
dengan CPCL yang diusulkan. Sedang bansos alat
mesin pertanian berupa barang dan langsung
diberikan kepada
Peserta Temu Koordinasi
Peserta Pertemuan Koordinasi Upsus Pajale tingkat
Provinsi sebanyak 360 orang per tahun atau 120
orang per periode, dengan undangan untuk tingkat
kabupaten/kota masing-masing 8 orang/kab/kota antara lain : kepala dinas, kabid tanaman pangan,
kasubag bina program, Staf yang menangani data
tanaman pangan, kasi/staf yang menangani data bidang produksi, coordinator POPT, Koordinator
Penyuluh tingkat kabupaten/kota, dan Kasdim/
Pasiter.
Sedangkan tingkat Provinsi undangan yang hadir
antara lain LO pusat di BPTP, Kadis/kabid/sekretaris/
UPT lingkup dinas pertanian, kasi/staf bidang tanaman pangan, kasi/staf bidang PSP, kasubag
perencanaan/staf, kabid/kasi BPS Provinsi, Kasiter
dan staf, dan Bakorluh.
Skenario Pencapaian Produksi Padi 2016
Sasaran Upsus sebanyak 80,29 Juta Ton
Gabah Kering Giling (GKG), dengan parameter
peningkatan produkktivitas dan perluasan areal
tanam, dan diharapkan dengan peningkatan produktivitas bisa menyumbang produksi sebanyak 61,14
Juta Ton GKG sedangkan dari perluasan areal tanam
diharapkan menyumbang produksi 19,14 Juta Ton
GKG.
Semoga kerja keras pemerintah dan seluruh stake
holder pertanian ini segera terwujud.
Semoga!(USR)***
25
rganisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya tanaman
ubi jalar. Pengaruh OPT dalam proses produksi dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil. Untuk menekan
potensi kehilangan hasil tersebut diperlukan peningkatan pemahaman mengenai OPT dan cara pengelolaannya
oleh petugas dan masyarakat yang terkait dalam budidaya tanaman ubi jalar. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan,
berikut ini adalah deskripsi singkat serangga hama yang menyerang tanaman ubi jalar.
Kerusakan.
Kumbang Cylas dewasa memakan
epidermis pangkal batang dan bagian
permukaan luar dari umbi sehingga
menyebabkan terbentuknya lubang
pada umbi. Lubang yang disebabkan
oleh aktivitas makan kumbang dapat
dibedakan dengan lubang yang
diakibatkan oleh aktivitas oviposisi
kumbang betina, karena lubang
tersebut lebih dalam dan ditemukan
adanya
kotoran/bekas
gerekan
(Gbr. 5). Larva yang berkembang
didalam umbi membuat lubang
gerekan
dan
menyebabkan
kerusakan. Akibat aktivitas larva pada
saat membuat lubang gerekan
mengakibatkan terbentuknya serbuk/
tepung pada rongga bekas gerekan
didalam umbi. Umbi yang rusak
menghasilkan senyawa beracun
(senyawa
terpene)
sehingga
mengakibatkan umbi tersebut tidak
dapat
dikonsumsi
meskipun
kandungan senyawa terpene pada
umbi kadarnya rendah dan tingkat
kerusakan fisiknya pun relatif ringan.
Gejala kerusakan yang timbul pada
pangkal batang yaitu terjadinya
malformasi, penebalan, dan adanya
peretakan pada bagian dalam
jaringan yang terserang (Gbr. 6).
Namun gejala pada pangkal batang
sulit ditemukan.
26
Penyebaran.
Kumbang Cylas merupakan hama penting pada tanaman
ubi jalar di seluruh dunia, terutama di daerah-daerah yang
beriklim kering. Dengan kata lain, kumbang Cylas
merupakan hama utama pada ubi jalar. C. formicarius
merupakan hama penting di India, negara-negara di Asia
Tenggara, Oseania, Amerika Serikat dan Karibia. Di
Afrika, C. formicarius ditemukan hanya di daerah NatalAfrika Selatan dan di pesisir Kenya.
Pengendalian.
Pada kondisi populasi kumbang Cylas tinggi, tidak ada
satu pun metode pengendalian yang dapat memberikan
perlindungan memadai terhadap pertanaman ubi jalar.
Integrasi beberapa teknik pengendalian, dengan
penekanan pada pencegahan serangan dari kumbang
Cylas merupakan tindakan perlindungan tanaman yang
lebih efektif.
Pengendalian secara kultur teknis. Pengendalian
secara kultur teknis terhadap kumbang Cylas telah terbukti
efektif dan harus menjadi dasar utama dari tindakan
pengendalian yang dilakukan. Pengendalian secara kultur
teknis meliputi : penggunaan bahan tanam (stek batang)
yang terbebas dari infestasi kumbang Cylas, melakukan
rotasi tanaman, membersihkan dan menyingkirkan sisasisa tanaman atau umbi sisa panen sebelumnya yang
tertinggal
di
lapangan
(sanitasi),
melakukan
penggenangan lapangan selama 24 jam setelah selesai
panen, membersihkan dan menyingkirkan inang alternatif
(tumbuhan inang liar), menanam ubi jalar jauh dari daerah
sumber serangan kumbang Cylas, pengurugan guludan
tanah di sekitar pangkal batang tanaman dan pengurugan
retakan-retakan tanah, dan menerapkan sistem pengairan
yang cukup untuk mencegah atau mengurangi retakan
tanah.
Perlakuan pada bahan tanam. Perendaman bibit
tanaman kedalam larutan Beauveria bassiana atau
insektisida (seperti karbofuran atau diazinon) selama 30
menit sebelum penanaman dapat mengendalikan
kumbang Cylas pada periode awal musim tanam.
Penggunaan varietas agak tahan. Varietas tahan atau
varietas yang mempunyai tingkat ketahanan yang tinggi
terhadap kumbang Cylas sampai dengan saat ini belum
ada. Beberapa varietas memiliki tingkat ketahanan yang
rendah hingga menengah. Varietas lainnya terhindar dari
serangan kumbang Cylas karena umbi yang dihasilkannya
terletak lebih dalam dari permukaan tanah atau karena
varietas tersebut mempunyai masa panen yang singkat
dan dapat dipanen lebih awal.
Feromon seks.
Feromon spesifik yang dihasilkan oleh kumbang Cylas
betina untuk menarik kumbang jantan telah berhasil
diidentifikasi. Feromon lures untuk C. formicarius sudah
tersedia secara komersial. Perangkap feromon digunakan
sebagai alat untuk memonitoring dan memantau
keberadaan populasi kumbang Cylas. Banyak perangkap
hasil rancangan petani dengan menggunakan bahan lokal
efektif untuk menangkap kumbang Cylas. Hasil tangkapan
perangkap bisa menjadi indikator ada tidaknya kumbang
Cylas. Jika pada perangkap tidak ditemukan kumbang
Cylas, itu merupakan indikasi bahwa pertanaman ubi jalar
di lapangan aman dari serangan kumbang Cylas.
Agens hayati.
Agens hayati yang dapat dimanfaatkan untuk
mengendalikan kumbang Cylas antara lain Beauveria
bassiana,
Metarrhizium
anisopliae,
nematoda
Heterorhabditis sp. dan Steinernema sp. Jamur
entomopatogen dapat menginfeksi dan membunuh
serangga dewasa (kumbang), sedangkan nematoda dapat
membunuh larva. Predator. Semut, laba-laba, kumbang
Carabidae dan cocopet merupakan predator-predator
umum yang mempunyai peranan penting sebagai musuh
alami kumbang Cylas. (Bersambung)***
Penulis:
Sujiono
POPT Ahli Pertama
BBPOPT
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016
27
ua genus nematoda patogen serangga (NPS), Steinernema dan Heterorhabditis, mempunyai beberapa
keunggulan sebagai agensia pengendalian biologi serangga hama dibandingkan dengan musuh alami
lain, yaitu daya bunuhnya sangat cepat, kisaran inangnya luas, aktif mencari inang sehingga efektif untuk mengendalikan serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak.
Mekanisme Patogenisitas
Mekanisme patogenisitas NPS terjadi melalui simbiosis dengan bakteri patogen Xenorhabdus untuk Steinernema dan Photorhabdus untuk Heterorhabditis. Infeksi NPS dilakukan oleh stadium larva instar III atau Juvenil
infektif (JI) terjadi melalui mulut, anus, spirakel, atau penetrasi langsung membran intersegmental integumen
yang lunak. Setelah mencapai haemocoel serangga, bakteri simbion yang dibawa akan dilepaskan ke dalam
haemolim untuk berkembang biak dan memproduksi toksin yang mematikan serangga. NPS sendiri juga mampu menghasilkan toksin yang mematikan. Dua faktor ini yang menyebabkan NPS mempunyai daya bunuh yang
sangat cepat. Serangga yang terinfeksi NPS dapat mati dalam waktu 24-48 jam setelah infeksi.
Cara Isolasi
NPS mudah diisolasi dari sampel tanah ber-pasir yang
porositasnya tinggi. Sampel tanah di tempatkan dalam
botol, kemudian diinfestasi dengan ulat lilin, ulat
Hongkong (Tenebrio molitor), atau ulat bambu.
Setelah diinkubasikan selama 5 hari, ulat akan mati
terinfeksi oleh nematoda. Ulat yang mati terinfeksi
Steinernema, tubuhnya tampak berwarna coklat muda,
sedangkan yang terinfeksi Heterorhabditis berwarna
coklat tua agak kemerah-merahan. Isolasi NPS dari
tubuh ulat dilakukan dengan cara menempatkan ulat
pada cawan petri yang beralaskan kertas saring
basah. Dalam waktu 23 hari, NPS akan keluar dari
tubuh serangga dan masuk ke dalam air di cawan
yang lebih besar.
28
Keefektifan
Biopestisida NPS telah terbukti efektif mengendalikan
penggerek batang padi, hama boleng (Cylas formicarius), Lyriomyza, ulat grayak (Spodoptera litura), penggerek tongkol jagung (Ostrinia furnacalis), ulat kantong, dan penggerek polong kedelai (Etiela zinkenella). (USR)***
Sumber :
Balai Besar Penetian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian
(BB-BIOGEN)
Tips
Aplikasi
Formulasi cair, butiran alginat, dan tanah liat diaplikasikan dengan teknik penyemprotan biasa setelah
dilarutkan dalam air. Sedangkan formulasi tanah liat
dengan cara ditabur. Biopestisida NPS diaplikasikan
dengan dosis 109 Juvenil infektif /ha. Waktu aplikasi
yang tepat adalah sore hari karena NPS sangat rentan terhadap kekeringan. Waktu satu malam cukup
bagi NPS untuk menemukan dan menginfeksi
inangnya.
29
enyakit layu stewart pada tanaman jagung disebabkan oleh bakteri Pantoea stewartii subsp.stewartii (Pss) merupakan penyakit penting dan baru di Indonesia. Penyakit ini tergolong berbahaya, di Amerika Serikat dilaporkan
dapat menyebabkan kehilangan hasil berkisar antara 15-95%. Penyakit layu stewart merupakan penyakit tular
benih yang penting pada jagung, karena benih merupakan alat transportasi yang paling cocok untuk menyebar melintasi
batasan alaminya (Neergaard, 1977). Saat ini penyakit layu stewart tersebar di banyak negara seperti Eropa (Austria),
Amerika (Bolivia, Brazil, Canada, Costa Rica, Guyana, Mexico, Peru, Puerto Rica, dan USA), Asia (Cina, India, Malaysia,
Thailand, Vietnam), (Shurtleff,1980). Resiko dari penularan patogen melalui benih sangatlah penting, terutama dalam
pengiriman benih internasional. Lebih dari 50 negara telah melarang impor benih jagung dari Amerika Serikat.
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian nomor
51/Permentan/KR.010/9/2015, Bakteri ini termasuk ke dalam Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
Kategori A1 dan Golongan 1. Penyakit ini sudah ditemukan
di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Lombok. Khairul dan
Rahma (2007) telah mendeteksi keberadaan bakteri ini di
pertanaman jagung di Sumatera Barat dengan insidensi
penyakit berkisar 4-10%.
Dengan semakin meningkatnya lalu lintas
perdagangan benih dewasa ini dan belum memadainya
perangkat pengujian kesehatan benih di Indonesia,
dikhawatirkan penyakit ini telah masuk dan tersebar.
Penyakit layu stewart tergolong sulit dikendalikan, karena
menyerang tanaman pada berbagai fase pertumbuhan,
bersifat tular benih dan tular serangga. Sampai saat ini
usaha pengendalian penyakit ini masih menggunakan
insektisida sintetis yang mengandung imidachlopriod untuk
seed treatment (Stack, et al, 2006), namun dikhawatirkan
penggunaan bahan ini akan mempercepat pencemaran
lingkungan. Sesuai dengan program pertanian
berkelanjutan yang diterapkan di Indonesia maka teknik
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
harus mengacu pada Pengendalian Hama dan Penyakit
secara Terpadu (PHT). Salah satu komponen utama dari
program PHT adalah pengendalian hayati dengan
memanfaatkan agensia pengendalian hayati indigenous.
Keuntungan penggunaan agensia hayati antara lain: dapat
diperbaharui, memanfaatkan sumber daya lokal, dapat
diperbanyak dengan teknologi yang sederhana dan mudah
cara aplikasinya.
Gbr 1. Garis hijau pucat sampai kuning sepanjang tulang daun, dan
gbr 2. tanaman menjadi kering dan mati.
30
Pengendalian
Pengendalian penyakit layu stewart dapat
dilakukan dengan cara penggunaan varietas yang tahan,
benih yang bebas penyakit (diseases-free seed),
penggunaan agensia hayati sebagai bioseed treatment
diantaranya adalah Bacillus polymixa (Aspiras dan Crus,
1985), Pseudomonas fluorescens (Machmud, 1985), strain
avirulen dari Ralstonia solanacearum (Chen and Echandi,
1984 ; Khairul et al, 2001), dan Bacillus subtilis (Khairul,
2005). Bacillus spp. telah banyak dilaporkan mampu
mengimunisasi berbagai jenis tanaman terhadap berbagai
jenis patogen ataupun serangga (Bargabus et al, 2004).
Guo et al. (1987) menyatakan bahwa dengan
melakukan penyimpanan benih pada suhu 8-15 C selama
200-250 hari dan diikuti dengan penyimpanan pada suhu
20-25 C selama 110-120 hari dapat mengeliminasi bakteri Pantoea stewartii subsp. Stewartii. (Wil)***
Referensi:
Aspiras,R.B & A.R. Cruz. 1985. Potential biological control of bacterial wilt in tomato and
potato with Bacillus polymyxa FU6 dan Pseudomonas flourescens pp. 89 92. In: Persley,
G.J. (ed) Bacterial Wilt Disease in Asia and the South Pasific. Proceeding of an international
workshop held at PCARRD. Los Banos, Philippines 8 10 October 1985. ACIAR Proceeding
N0.13. Canvera, Australia
Bargabus, R.L., Zidack, N.K., Sherwood, J.W., and Jacosen, B.J. 2004. Screening for the
identiication of potential biological agens that induce systemic acquired resisteance in sugar
beet. Biological Control 30: 342-350.
Chen, W.Y., Echandi, E. 1984. Effects of avirulent bacteriocin producing strain of Pseudomonas
solanacearum on the control bacterial wilt. Plant Pathology 33: 245-253.
Guo, Y.F.; Liang, Z.Q.; Lu, G.Q.; Xie, B.C. (1987) [Survival conditions of Erwinia stewartii in
stored corn]. Acta Phytophylactica Sinica 14, 39-44.
Khairul. U, A. Hanafiah dan Aprianto. 2001. Pemanfaatan strain avirulen Burkholderia solanacearum (E.F.Smith) Yabuuchi et al untuk pengendalian penyakit layu bakteri pada tanaman
cabai dan metoda aplikasinya. Laporan Penelitian Dana SPP/DPP Lembaga Penelitian Univ.
Andalas Padang.
Khairul. U. 2005. Analisis Keragaman Molekuler Bacillus subtilis Dengan Teknik RAPD
(Random Amplified Polymorphic DNA) Dan Studi Potensi Antagonisnya Terhadap Ralstonia solanacearum (E.F.Smith) Yabuuchi et al Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman
Cabai. Laporan Penelitian Dosen Muda (BBI). Dikti Depdiknas. Jakarta
Khairul. U, H. Rahma. 2007. Deteksi penyakit layu stewart oleh bakteri Pantoea stewartii
subsp. Stewartii. Penyakit baru pada tanaman jagung di Sumatera Barat. Laporan field trip
Lapangan Jurusan HPT. Padang. Tidak dipublikasi.
Luebker Leonard. 2003. Stewarts Wilt. Technical Resource.
http://www.ianrpubs.unl.edu/epublic/pages/index.jsp.
Machmud. M, 1985. Bacterial wilt in Indonesia. In Bacterial Wilt Disease in Asia and the
South Pasific. ACIAR Proceedings. 13 : 30-34
Neergaard P. 1977. Seed Pathology. Volume 1. New York: John Wiley & Sons.
NSR Departement of Primary Industry Agriculture Institute. 2004. National Diagnostic Protocol.
Stewarts Wilt of Maize (Pantoea stewartii subsp. stewartii). Australia.
Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of Corn Diseases. Second Edition. APS Press. The American Phytopathological Sociaty.
Stack J, Chaky J, and Giesler L. 2002. Publication Wilt of Corn in Nebraska.
http://www.unl.edu/unpub/search/default.shtml.
Thomas A. Zitter. 2002. Stewarts Bacterial Wilt-Still a Problem After 107 Years. Department of
Plant Pathology Cornell Universityu Ithaca, NY 14853.
Yang. XB. 2000. More on Stewarts wilt. Integrated Crop Management. May 29, 2000.
Penulis:
Willing Bagariang
POPT Ahli Pertama
BBPOPT
Gambar 5. Corn Flea Beetle (Chaetocnema pulicaria) sebagai vektor
Pantoea stewartii dan gambar 6. Serangan berat Chaetocnema
pulicaria pada tanaman jagung
31
Cara membuat
1. Ramuan daun :
Setengah genggam daun ciplukan diseduh dengan
air panas mendidih
Aduk merata dan biarkan 5-10 menit.
Setelah air berwarna kecoklatan minum selagi
hangat 3 kali sehari masing-masing satu gelas
2. Ramuan buah
Rebus 5 buah dengan 110 ml air selama 10 menit
sambil diaduk.
Setelah itu saring air rebusan, dinginkan dan diminum 2 kali sehari.
Untuk mempercepat proses penyembuhan hindari
konsumsi olahan daging, seafood dan jeroan.
Kontrol tekanan darah dan kolesterol, tekanan
darah normal 120/80 mmHg dan kolesterol 255 mg/
dl.
Selamat Mencoba semoga bermanfaat..!***
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016
32
TONGKOL JAGUNG BENGKAK
Tongkol jagung saya membengkak berwarna hitam, ada beberapa yang muncul. Bahkan hampir setiap kali menanam
jagung selalu ada yang bengkak. Saya petani dari kecamatan Campaka Purwakarta, yang mau saya tanyakan adalah
Tanaman jagung saya terserang apa, dan bagaimanakah cara mengendalikannya?
Mohon penjelasannya. Terima kasih.
Endang Sulaiman
Petani Kec. Campaka, Kab. Purwakarta
Jawa Barat
Jawab :
Cendawan ini menyerang butiran jagung, butiran yang terserang
menjadi besar, dari warna putih menjadi coklat kehitaman sehingga disebut penyakit gosong (Smuts). Jagung yang sudah
terserang tidak dapat dipanen lagi. Pembesaran butiran jagung
karena patogen merangsang pertumbuhan sel inang.
Gejala :
Cendawan penyebabnya yaitu Ustilago maydis. Penyakit ini menyerang tanaman jagung, terutama pada tongkolnya. Sampai
sekarang serangannya tidak begitu mendatangkan kerugian di
Indonesia, tetapi di Amerika Serikat penyakit ini sangat menurunkan produksi.
Penyebaran :
Pertumbuhan patogen cocok pada kondisi kering disertai suhu
tinggi pada awal pertumbuhannya. Penyebaran patogen melalui
benih (seed borne), tanah, aliran air, dan angin.
Pengendalian :
Tongkol yang diserang penyakit gosong (smuts) terlihat membengkak berwarna ungu muda dan akhirnya menjadi hitam
(Foto : Suci Niscahya Bhakti)
Tanaman yang sakit dibakar dan jangan diberikan ternak atau digunakan dalam pembuatan
kompos.
Penanaman dengan varietas yang resisten
33
pa itu penyakit BGR? Mungkin belum begitu banyak petani dan petugas lapangan yang mengetahui
bagaimana gejala penyakit BGR dan mungkin banyak yang mengira bahwa penyakit BGR tersebut
adalah penyakit baru. Penyakit BGR atau Bacterial Grain Rot merupakan penyakit yang menyerang
pada padi yang disebabkan oleh patogen dari golongan bakteri. Penyakit ini adalah penyakit yang hanya
menginfeksi pada biji. Penyakit BGR pertama kali dilaporkan di Jepang pada tahun 1956 oleh Goto dan Ohata
K di Kyusu Jepang. Selain di Jepang, penyakit ini juga ditemukan di Malaysia, Thailand, Philipinna, Srilanka,
Afrika Selatan, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali di temukan di
Tasikmalaya Jawa Barat pada tahun 1987. Penyakit ini tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Kalimantan Selatan.
34
Pengendalian
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan
untuk penyakit ini adalah dengan menggunakan benih yang sehat dan berlabel, tidak menggunakan
benih yang berasal dari daerah endemis penyakit ini.
Perlakuan seed treatment akan menekan patogen
pada saat awal.
Pengaturan jarak tanam merupakan salah
satu tindakan pengendalian yang dapat dilakukan,
karena dapat menciptakan kondisi mikro yang tidak
kondusif bagi perkembangan penyakit BGR ini. Penanaman dengan jajar legowo 2:1 dapat menciptakan
kondisi mikro pertanaman yang tidak terlalu lembab
dan aerasi yang baik sehingga sehingga membuat
kondisi yang tidak kondusif bagi perkembangan
jamur patogen penyakit.
Pada daerah endemis penyakit BGR tidak
dianjurkan untuk menggunakan pupuk N yang tinggi.
Pupuk N yang berlebihan dapat memacu pertumbuhan anakan tetapi juga membuat lemahnya jaringan tanaman sehingga spora patogen menjadi mudah untuk menginfeksi. Selain itu anakan yang banyak juga menyebabkan kondisi iklim mikro pertanaman menjadi lembab.
Tepat dalam pengenalan gejala awal dan
tepat dalam pengendalian penyakit ini akan menekan
perkembangan dari penyakit ini sehingga dapat
meminimalkan kerugian dan kehilangan hasil.
(Anieks)***
REFERRED NAME
Burkholderia glumae (Kurita & Tabei 1967) Urakami
et al. 1994
TAXONOMIC POSITION
Kingdom: Proteobacteria
Class: Neisseriae
Order: Burkholderiales
Family: Burkholderiaceae
OTHER NAMES USED
Pseudomonas glumae Kurita & Tabei 1967
Tips
KETAN HITAM
Penulis:
Anik Kurniati
POPT Ahli Pertama
BBPOPT
35
Sukses Story
esungguhnya pertanian melekat dengan Kabupaten Grobogan. Kabupaten ini pun dikenal dengan
lumbung padi nasional, bahkan sebagai tempat lahirnya varietas tanaman jenis baru.
Sebagian besar penduduknya (53%) menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian. Kontribusi
terbesar terhadap PDRB Kabupaten Grobogan juga berasal dari sektor pertanian. Namun kata Kepala Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Grobogan Edhie Sudaryanto, petani di daerahnya masih
cenderung terfokus pada produksi saja. Hampir seluruh hasil pertanian berlarian keluar wilayah masih dalam
bentuk hasil produksi. Dalam lima tahun kedepan Kabupaten Grobogan akan lebih fokus pada pengembangan
agrobisnis. Tujuannya meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani serta peningkatan produktivitas hasilnya,kata Edhie. Nanti masyarakat petani ungkap Edhie memiliki kegiatan pertanian berkelanjutan. Dimana
mereka tidak lagi berhenti dengan memetik hasil produksi dan lantas menjualnya begitu saja. Tetapi mereka
akan mencoba menciptakan produk baru dari hasil produksi pertaniannya.
Sebagai contoh hasil jagung, bisa diubah menjadi bahan makanan kecil. Atau diubah menjadi produk yang
lainnya yang berbahan baku jagung. Dengan begitu akan muncul sektor usaha lainnya yang dapat mendukung
kontinuitas produksi pertanian, jelasnya.
Hubungan antara sektor pertanian dengan sektor industri pun menjadi sangat erat dan saling tergantung satu sama lain dalam paradigma pembangunan pertanian kedepan. Petani Grobogan dengan dukungan
pihak lainnya harus mulai bersiap menyusun sebuah kerangka dasar pembangunan pertanian yang kokoh dan
tangguh untuk menuju agribisnis.
Jumlah bantuan yang diberikan sebanyak 68
unit pompa air dan 141 unit traktor tangan. Namun
yang diserahkan secara langsung baru 20 unit pompa
air dan 41 unit traktor tangan. Menurut Mentan,
bantuan pompa air dan traktort angan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi padi di Grobogan. (USR)***
36
Seputar K ehidupan
dan
PENERAPAN TEKNOLOGI PENANGANAN
DAERAH ENDEMIS OPT UTAMA PADI
MT. 2016 DI KARAWANG
37
38