Anda di halaman 1dari 40

Media Komunikasi Masyarakat

Perlindungan

Pelindung

Kepala BBPOPT

Penanggung Jawab

Kepala Bidang
Pelayanan Teknik Informasi
Dan Dokumentasi

Pimpinan Redaksi

Kepala Seksi
Informasi dan Dokumentasi

Wk. Pimpinan Redaksi


Kepala Seksi
Pelayanan Teknik

Redaktur Pelaksana

Sarsito Wahono Gaib Subroto


Baskoro Sugeng Wibowo
Elwidar Is
Mustaghfirin
Memed Jamhari
Lilik Retnowati
Edi Suwardiwijaya
Wayan Murdita
Urip S. Riyadi

Staf Redaksi
Dulhalim

Dokumentasi & Grafis


uripsr@ymail.com

Sirkulasi & Distribusi


Eri Budiyanto

Alamat Redaksi
Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari
Karawang - Jawa Barat (41374)
: (0264) 360581, 360368
: bbpopt@gmail.com

MENUJU PEKAN PERAMALAN II2016

ekan Peramalan OPT II 2016 adalah sarana informasi, dokumentasi


dan publikasi inovasi dan pemberian
penghargaan bagi innovator teknologi perlindungan tanaman untuk mensukseskan UPSUS PAJALE dan mampu memberikan
kontribusi dalam teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT bagi masyarakat petani di masa mendatang.
Pekan Peramalan OPT merupakan agenda
tiga tahunan BBPOPT sebagai wujud partisipasi aktif pada sistem
perlindungan tanaman yang akan dijadikan sebagai tolok ukur
pengembangan teknologi perlindungan tanaman dalam menghadapi
era globalisasi untuk mendukung upaya khusus peningkatan produksi
padi, jagung, kedelai (Pajale).
Kali ini mengambil tema : Pengelolaan OPT berteknologi tinggi,
ramah lingkungan dan berkelanjutan. (Hight Tecnology and Eco
Friendly for Sustainable Pest Management). Tujuan dari kegiatan ini
adalah 1) Sebagai sarana penyebarluasan dan tukar menukar informasi pengelolaan OPT melalui inovasi dan penerapan teknologi tinggi,
ramah lingkungan dalam mendukung terwujudnya ketersediaan pangan yang cukup dan berkelanjutan, 2) Meningkatkan kualitas serta
kreatifitas sumber daya manusia di bidang perlindungan tanaman, 3)
Sarana motivasi dan pemberian penghargaan bagi inovator teknologi
perlindungan tanaman.
Target kegiatan ini, terbukanya wacana tentang teknologi pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT serta antisipasi Dampak Perubahan Iklim (DPI) bagi seluruh stake holder perlindungan tanaman
pangan dengan berbagai perkembangannya. Tercapainya penambahan wawasan mengenai teknologi budidaya tanaman khususnya di
bidang perlindungan tanaman. Opening ceremony and keynote
Speaker Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP pada
tanggal 24 Mei 2016. Mari kita sukseskan acara Pekan Peramalan II
(23 - 29 Mei 2016) di Balai Besar Peramalan OPT Jatisari.
(Redaksi)***

http://.bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id
.

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

Daftar Isi
1
DARI REDAKSI

Menuju Pekan Peramalan OPT II


2016

3
SURAT PEMBACA

Pertanyaan seputar Bakteri Merah &


kegiatan Pekan Peramalan OPT

26
MIMBAR PROTEKSI

Mengenal Hama Ubi Jalar (Bag. I)

4
11
18

INFO PERAMALAN

PRAKIRAAN OPT UTAMA PADI


MT.2016

INFO PERAMALAN

PRAKIRAAN OPT UTAMA JAGUNG


MT.2016

INFO PERAMALAN

PRAKIRAAN OPT UTAMA KEDELAI


MT.2016

28
INFO KHUSUS

Nematoda Patogen Serangga


Sebagai Biopestisida Unggulan

30
TEKNOLOGI PERLINTAN
Kenali Penyakit Layu Stewart
pada Tanaman Jagung

32
RESEP TRADISIONAL
Ciplukan atasi Stroke

24

REPORTASE

Pertemuan Koordinasi Wilayah Regional II


Upsus Pajale Provinsi Riau

33
KLINIK TANAMAN

Tongkol Jagung Bengkak

34

HOT NEWS
Cover depan :
Sweeping OPT padi pada persemaian
Di Kabupaten Karawang
Foto : Urip SR
Cover belakang :
Sweeping serangga pada persemaian
Kegiatan penanganan daerah endemis OPT
utama padi MT. 2016
Foto : Urip SR

Getah Bening pada Manggis

36
UPSUS PADI

Sukses story : Kab. Grobogan peringkat


pertama Upsus Nasional

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dan pertanyaan dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat
redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang
maksimum 3 halaman kuarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting
tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya.
Alamat Redaksi: Buletin Peramalan
Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari - Karawang, Jawa Barat (41374)
Telp/Fax : (0264) 360581, 360368 E-mail: bbpopt@gmail.com, uripsr@ymail.com

Assalamualaikum Wr.Wb.....
Saya dari Sukabumi Kecamatan Ciemas ... ingin menanyakan apakah bakteri merah isolat nya sudah ada
di masing-masing intansi, jadi supaya lebih efektit, dan
apakah jika ada pertemuan workshop untuk semua
atau per wilayah. untuk THL-POPT yang baru..
Terima kasih
(Ihwan Nurdiansah - Sukabumi)
Jawab :
Pro : Ihwan Nurdiansah di Sukabumi
Wa'alaikum salam. Terima kasih pertanyaannya,
Bakteri Merah (Serratia,Sp) masih dalam taraf
pengembangan, sehingga masih belum bisa disebarkan ke tingkat petani
Sedangkan untuk workshop peningkatan kemampuan
teknis POPT-PHP biasanya ada kuota ditiap daerah,
peserta diajukan oleh BPTPH Provinsi.
Demikian jawabannya semoga puas. (Redaksi)***

Selamat siang ibu/bapak, saya ingin bertanya


apakah di acara Pekan Peramalan OPT terbuka
untuk umum? Dan bentuk kegiatannya seperti apa?
Terima kasih
(Annisa - Universitas Singa Perbangsa
Karawang)
Jawab:
Pekan Peramalan OPT merupakan agenda tiga tahunan BBPOPT sebagai wujud partisipasi aktif pada
sistem perlindungan tanaman yang akan dijadikan
sebagai tolok ukur perkembangan teknologi perlindungan tanaman dalam menghadapi era globalisasi
untuk mendukung upaya khusus peningkatan produksi
padi, jagung, kedelai (Pajale). Bentuk kegiatannya
adalah sebagai berikut :
Pameran Pembangunan Pertanian
Gelar Teknologi (Dem-Plot)
Seminar
Debat terbuka Perlindungan Tanaman
Lomba Karya Tulis Ilmiah
Lomba Inovasi Pertanian
Lomba Poster, dll.
Terbuka untuk umum dan gratis, silahkan datang ajak
teman-teman pada tanggal 23 - 29 Mei 2016 di Kantor
Balai Besar Peramalan OPT Jatisari.
Ditunggu kedatangannya. Salam (Red)***
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016

Oleh : Dwitya Rizqillah Gabriel, Busyairi Latiful Ashar,


POPT Ahli Pertama - BBPOPT

emasuki musim tanam (MT) 2016 berikut informasi prakiraan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang sudah dirilis, diharapkan instansi terkait di tingkat kabupaten/kota dan provinsi dapat dengan segera melakukan upaya untuk mencegah/
mengendalikan peningkatan populasi dan serangan OPT, sehingga kerugian yang lebih besar dapat
dihindarkan
Secara umum prakiraan serangan OPT utama tanaman padi di Indonesia pada musim tanam (MT)
2016 (182.419 Ha) mengalami kenaikan dibandingkan dengan kejadian MT. 2015/16 (175.340 Ha), namun
cenderung menurun dari kejadian MT. 2015 (196.184 Ha). Berdasarkan jenis OPT, prakiraan luas serangan
OPT utama padi pada MT. 2016 dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah adalah sebagai berikut :
Penggerek Batang Padi (PBP), Tikus, Wereng Batang Coklat (WBC), Hawar Daun Bakteri (HDB), Blas,
Ulat Grayak, dan Tungro. Secara rinci kejadian serangan OPT utama padi MT. 2015, dan MT. 2015/2016
serta prakiraan serangan OPT utama padi MT.2016 dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini :
Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2015 dan MT. 2015/2016
serta Prakiraan luas Serangan MT. 2016 di Indonesia.

OPT UTAMA

KLTS
MT. 2015
(Ha)

KLTS
MT. 2015/2016
(ha)

Prakiraan
Serangan
MT. 2016
(ha)

PBP

47.359

45.031

90.556

1.47

WBC

16.109

10.956

20.421

0.33

TIKUS

80.095

42.676

37.830

0.61

TUNGRO

2.325

1.491

2.214

BLAS

24.378

46.637

12.524

0.20

HDB/BLB

23.608

25.453

15.285

0.25

Ulat Grayak

2.311

3.097

4.064

0.07

196.184

175.340

182.419

No.

Jumlah

Sasaran
Tanam
MT. 2016
(Ha)

6.156..160

6.155.160

Prakiraan
Ser. OPT
Thd sasaran
Tanam (%)

0.04

2.97

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

Prakiraan serangan Penggerek Batang Padi (PBP)

Secara umum prakiraan serangan PBP pada


musim tanam (MT) 2016 mengalami kenaikan
dari kejadian MT. 2015/2016. Prakiraan serangan
PBP tertinggi terdapat di 3 (tiga) Provinsi yaitu di
Provinsi Jawa Tengah mencapai luas 20.269 Ha,
Jawa Barat seluas 15.493 Ha dan Sulawesi Tengah
seluas 5.395 Ha.
Prakiraan serangan Tikus

Pada musim tanam (MT) 2016 prakiraan serangan Tikus secara umum diprakirakan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kejadian
MT. 2015/2016. Serangan Tikus tertinggi diprakirakan terjadi di Provinsi Jawa Barat yang di prakirakan mencapai luas maksimum 4.184 Ha, Jawa
Tengah seluas 3.706 Ha dan Provinsi Aceh seluas
3.483 Ha.
Prakiraan serangan WBC

Prakiraan serangan Penyakit Blas

Secara umumnya serangan Penyakit Blas


pada musin tanam (MT) 2016 diprakirakan
akan menurun
dibandingkan dengan kejadian
MT.2015/2016.
Serangan penyakit blas tertinggi
akan terjadi di 3 (tiga) provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan dengan luas maksimum 1.976 Ha,
Provinsi Jawa Timur seluas 1.852 Ha, dan Provinsi
Jawa Tengah seluas 1.695 ha.
Prakiraan serangan hama Ulat Grayak

Prakiraan serangan Hama Ulat Grayak pada


musim tanam (MT) 2016 akan mengalami kenaikan dibandingkan dengan kejadian MT.
2015/2016. Provinsi yang diprakirakan terserang ulat
grayak tertinggi adalah Sumatera Selatan dengan
luas serangan maksimum 700 Ha, Gorontalo mencapai luas 547 Ha dan Sulawesi Selatan seluas 497
Ha.

Prakiraan serangan Penyakit Tungro

Prakiraan serangan Hawar Daun Bakteri/BLB

Prakiraan serangan OPT utama tanaman padi MT.


2016 dimasing-masing Provinsi di Indonesia secara
lengkap dapat dilihat pada tabel 2.

Secara umum prakiraan serangan hama WBC


pada musim tanam (MT) 2016 diprakirakan
mengalami kenaikan dibandingkan dengan kejadian
MT. 2015/2016. Serangan hama ini perlu diwaspadai
mengingat kondisi lapangan yang masih mendukung
perkembangan WBC antara lain adanya varietas
rentan yang masih ditanam, serta tanam tidak serentak sangat berpengaruh terhadap perkembangan
WBC. Serangan WBC tertinggi diprakirakan terjadi di
Provinsi Jawa Tengah yang di prakirakan mencapai
luas maksimum 3.478 Ha, Sumatera Selatan seluas
2.891 Ha dan Banten seluas 2.439 Ha.

Prakiraan serangan penyakit Hawar Daun


Bakteri/BLB pada musim tanam (MT) 2016
mengalami penurunan dibandingkan dengan kejadian
MT. 2015/2016. Prakiraan serangan penyakit Hawar Daun Bakteri/BLB tertinggi akan terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dengan luas maksimum 4.016
Ha. Serangan tertinggi berikutnya berada di Provinsi
Jawa Tengah seluas 2.475 Ha dan Provinsi Jawa
Tengah seluas 1.862 Ha.

Secara umum prakiraan serangan penyakit


Tungro pada musim tanam (MT) 2016 diprakirakan mengalami kenaikan dibandingkan dengan
kejadian MT. 2015/2016. Serangan tertinggi ulat grayak diprakirakan akan terjadi di 3 (tiga) Provinsi yaitu
di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas maksimum mencapai 705 Ha, di Provinsi Jawa Timur
seluas 305 Ha dan Provinsi Sumatera Barat seluas
251 Ha.

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

Tabel 2. Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT.2016


menurut Provinsi di Indonesia
No.

Propinsi

PBP
(ha)

TIKUS
(ha

WBC
(ha)

BLB
(ha)

BLAS
(ha)

Ulat Grayak
(ha)

Tungro
(Ha)

4.470

3.483

567

1.513

457

Aceh

Sumatera Utara

736

746

167

465

311

Sumatera Barat

306

1.466

1.071

153

251

Riau

2.763

287

283

43

102

49

Jambi

297

268

292

66

98

53

Sumatera Selatan

5.434

2.897

2.891

4.016

1.976

700

43

Bengkulu

540

661

136

191

238

118

137

Lampung

2.590

1.346

615

589

762

281

Kep. Babel

195

111

310

94

191

138

10

Kep. Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

15.493

4.184

2.099

2.475

1.432

13

Jawa Tengah

20.269

3.706

3.478

1.862

1.695

219

14

DI Jogjakarta

1.729

1.005

85

15

Jawa Timur

4.250

2.881

1.302

1.555

1.852

81

305

16

Banten

1.943

387

2.439

664

662

42

39

17

Bali

18

NTB

1.039

104

947

273

431

148

19

NTT

640

1.142

383

705

20

Kalbar

2.465

1.358

661

164

338

47

71

21

Kalteng

577

416

379

111

149

36

10

22

Kalsel

577

416

379

111

149

36

10

23

Kaltim

688

597

29

24

Sulawesi Utara

4.119

3.193

20

45

382

369

25

Sulteng

5.395

1.551

276

304

70

370

52

26

Sulsel

4.725

2.063

275

89

443

497

50

27

Sultra

4.119

3.193

20

45

382

369

28

Gorontalo

2.012

30

97

547

29

Sulbar

561

127

196

35

70

20

30

Maluku

1.293

43

1.387

16

105

90

22

31

Maluku Utara

415

40

25

26

32

Papua Barat

799

98

122

14

29

33

Papua

114

26

48

40

42

90.556

37.830

20.421

15.285

12.524

4.064

2.214

JUMLAH

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI


PADA TANAMAN PADI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS


PADA TANAMAN PADI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT


PADA TANAMAN PADI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN


BAKTERI (BLB) PADA TANAMAN PADI MT.2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLAS


PADA TANAMAN PADI MT.2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK


PADA TANAMAN PADI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TUNGRO


PADA TANAMAN PADI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

ASURANSI PERTANIAN
PETANI MERESPON POSITIF
Untuk mengatasi dampak pelemahan ekonomi yang tengah melilit perekonomian Indonesia, pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi tahap III. Dalam paket kebijakan ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah
mengeluarkan sejumlah kebijakan.

alah satu kebijakan yang dikeluarkan OJK adalah


merancang skema Asuransi Pertanian. Ini merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 19
Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani. Skema asuransi yang ditetapkan adalah Asuransi
Usaha Tani Padi (AUTP), dimana 20 % premi dibayar petani
dan 80 % dibayar pemerintah. Sedangkan total premi sebesar Rp. 180.000,-/ha/musim tanam (MT).
Premi adalah sejumlah uang yang dibayar sebagai untuk mendapatkan perlindungan asuransi. Maka
bantuan premi dari pemerintah Rp. 144.000,- /ha/MT, dan
sisanya swadaya petani Rp. 36.000,- /ha/MT. Jika luas
lahan yang diasuransikan kurang atau lebih dari 1 ha, maka
besarnya premi (dan ganti rugi) dihitung secara proporsional.
Sedangkan nilai pertanggungan ditetapkan sebesar Rp.
6.000.000,- per hektar/MT, dengan jangka waktu pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen. Nilai pertanggungan
menjadi dasar perhitungan premi dan batas maksimum
ganti rugi.
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016

10

Foto: Urip SR

Oleh : Dedi Darmadi, Wayan Murdita, Wahyudin

rakiraan serangan OPT utama tanaman Jagung di Indonesia pada MT.2016 yaitu seluas 15.903 Ha. Apabila
dibandingkan dengan kejadian MT. 2015/2016 seluas 12.610 Ha mengalami peningkatan namun apabila
dibandingkan dengan kejadian MT.2015 sebesar 15.222 Ha mengalami peningkatan. Prakiraan luas serangan
masing-masing OPT tanaman jagung yaitu : Lalat Bibit seluas 1.004 Ha, Penggerek Batang Jagung seluas 3.742 Ha,
Penyakit Bulai seluas 2.960 Ha, Tikus seluas 2.773 Ha, Penggerek Tongkol seluas 2.228 Ha, dan Ulat Grayak seluas
1.460 Ha. Secara rinci prakiraan serangan OPT utama tanaman jagung dapat dilihat pada tabel 3. sebagai berikut :

Tabel 3. Kejadian Serangan OPT Utama Jagung MT.2015 dan MT. 2015/2016 serta Prakiraan
luas Serangan MT.2016 di Indonesia.
No.

OPT UTAMA

KLTS
MT. 2015
(Ha)

KLTS
2015/2016
(Ha)

Prakiraan
Serangan
MT. 2016
(ha)

Sasaran
Tanam
MT. 2016
(Ha)

Persentase
Prakiraan
thd sasaran
Tanam (%)

567

655

1.004

0.07

Lalat Bibit

Penggerek Batang

1.981

2.625

3.742

0.25

Penyakit Bulai

2.284

2.062

2.960

0.20

Tikus

2.967

2.561

2.773

Penggerek
Tongkol

5.939

1.851

2.228

0.15

Ulat Grayak

817

1.252

1.460

0.10

Hawar Daun
Jagung

667

1.626

1.736

0.11

Jumlah

15.222

12.610

15.903

1.511.867

1.611.867

0.18

1.06

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

11

Prakiraan Serangan Hawar Daun Jagung

Prakiraan Serangan Penggerek Batang Jagung


Prakiraan serangan hama Penggerek Batang Jagung
MT. 2016 diprakirakan akan meningkat dibandingkan
dengan kejadian MT.2015/2016. Prakiraan tertinggi
diprakirakan akan terjadi di Provinsi Nusa Tenggara
Timur prakiraan serangan mencapai luas 1.021 Ha,
Provinsi Aceh seluas 398 Ha dan Provinsi Sulawesi
Selatan seluas 242 Ha.
Prakiraan Serangan Penyakit Bulai
Prakiraan serangan hama Penyakit Bulai MT. 2016
diprakirakan akan mengalami kenaikan dibandingkan
dengan kejadian MT.2015/2016. Prakiraan tertinggi
terdapat di 3 (tiga) Provinsi yaitu Jawa Tengah mencapai luas serangan 1.014 Ha, diikuti Provinsi Jawa
Tengah seluas 936 Ha, dan Provinsi Nusa Tenggara
Timur seluas 207 Ha.
Prakiraan Serangan Tikus
Prakiraan serangan Tikus MT.2016 akan mengalami
kenaikan dibandingkan dengan kejadian MT.
2015/2016. Tiga provinsi yang diprakirakan serangan
tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara seluas 1.086
Ha, diikuti Provinsi Jawa Timur 332 Ha, dan Provinsi
Sulawesi Selatan seluas 244 Ha.

Prakiraan serangan Hawar Daun Jagung MT.


2016 akan mengalami peningkatan dibandingkan
dengan kejadian MT. 2015/2016. Tiga provinsi
yang diprakirakan mengalami serangan tertinggi
adalah Provinsi Jawa Barat seluas 327 Ha, diikuti
Provinsi Sumatera Utara 273 Ha, dan Provinsi
Jawa Timur seluas 270 Ha.
Prakiraan Serangan Ulat Grayak
Prakiraan serangan Ulat Grayak MT.2016 akan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan kejadian MT. 2015/2016. Tiga provinsi yang diprakirakan mengalami serangan tertinggi adalah
Provinsi Aceh seluas 425 Ha, diikuti Provinsi
Gorontalo 237 Ha, dan Provinsi Nusa Tenggara
Timur seluas 106 Ha.
Prakiraan Serangan Lalat Bibit
Prakiraan serangan Lalat Bibit MT.2016 akan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan kejadian MT. 2015/2016. Tiga provinsi yang diprakirakan mengalami serangan tertinggi adalah
Provinsi Gorontalo seluas 154 Ha, diikuti Provinsi
Jawa Timur 138 Ha, dan Provinsi Jawa Tengah
seluas 133 Ha.
Prakiraan serangan OPT utama tanaman jagung
MT. 2016 dimasing-masing Provinsi di Indonesia
secara lengkap dapat dilihat di tabel 4.

Prakiraan Serangan Penggerek Tongkol Jagung


Prakiraan serangan Penggerek Tongkol Jagung
MT.2016 akan mengalami peningkatan dibandingkan
dengan kejadian MT. 2015/2016. Tiga provinsi yang
diprakirakan mengalami serangan tertinggi adalah
Provinsi Aceh seluas 452 Ha, diikuti Provinsi Jawa
Tengah seluas 230 Ha, dan Provinsi Nusa Tenggara
Timur seluas 186 Ha.

Gejala serangan lalat bibit jagung (Foto : Repro)

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

12

Tabel 4. Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT.2016


menurut Provinsi di Indonesia
No.

Propinsi

Penggerek
Batang
(ha)

Penyakit
Bulai
(ha)

TIKUS
(ha)

Penggerek
Tongkol
(ha)

Hawar
Daun
(ha)

Ulat Grayak
(ha)

Lalat
Bibit
(Ha)

Aceh

398

122

59

452

36

425

59

Sumatera Utara

42

17

1.086

14

273

52

11

Sumatera Barat

21

34

23

Riau

18

36

26

Jambi

12

Sumatera Selatan

113

82

72

45

12

19

26

Bengkulu

37

24

12

11

Lampung

61

52

18

61

65

42

60

Kep. Babel

10

Kep. Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

111

46

17

193

327

49

125

13

Jawa Tengah

311

936

111

230

253

97

133

14

DI Jogjakarta

15

32

20

48

31

15

Jawa Timur

102

1.014

332

109

270

61

138

16

Banten

17

Bali

18

NTB

179

11

14

112

22

21

11

19

NTT

1.021

207

72

186

61

106

20

Kalbar

50

96

95

81

14

36

21

Kalteng

13

22

Kalsel

10

23

Kaltim

64

27

48

55

10

24

Sulut

144

107

167

95

21

36

50

25

Sulteng

80

10

10

60

128

12

10

26

Sulsel

242

50

244

64

70

105

90

27

Sultra

100

35

66

25

99

28

Gorontalo

190

30

160

135

237

154

29

Sulbar

230

185

80

30

Maluku

29

18

11

31

Maluku Utara

20

13

32

Papua Barat

33

Papua

99

14

13

3.742

2.960

2.773

2.228

1.736

1.460

1.004

JUMLAH

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

13

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG


PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN LALAT BIBIT


PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

14

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENYAKIT BULAI


PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS


PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

15

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK TONGKOL


PADA TANAMAN JAGUNG MT.2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK


PADA TANAMAN JAGUNG MT.2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

16

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN HAWAR DAUN


PADA TANAMAN JAGUNG MT.2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

Teknis Pelaksanaan Asuransi Pertanian


A.

Kriteria Petani Penerima Manfaat

a.

Petani yang memiliki lahan dan melakukan usaha budidaya tanaman pangan pada lahan paling luas 2 (dua)
hektar.
Petani penggarap yang tidak memiliki lahan usaha tani dan
menggarap paling luas 2 (dua) hektar.

b.

c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah


organisme yang dapat mengganggu dan rusaknya
kehidupan tanaman atau menyebabkan kematian
pada tanaman pangan, termasuk didalamnya :
1.

Hama Tanaman : Penggerek batang, Wereng


batang coklat, Walang sangit, Tikus, Ulat grayak,
dan Keong mas.
Penyakit tanaman : Blas, Bercak coklat, BLB,
Tungro, Busuk batang, Kerdil Hampa, kerdil
rumput

B.

Kriteria Lokasi

2.

a.

Wilayah sentra produksi padi dan wilayah penyelenggaraan UPSUS padi.


Lokasi terletak dalam satu hamparan dalam satu kecamatan, atau satu wilayah irigasi sekunder.

D. Ganti Rugi

b.

C. Risiko yang dijamin


Asuransi usahatani padi memberikan jaminan atas kerusakan
pada tanaman yang diasuransikan yang diakibatkan oleh banjir,
kekeringan, dan OPT, dengan batasan-batasan sebagai berikut :
a. Banjir adalah tergenangnya lahan pertanian selama periode pertumbuhan tanaman dengan kedalaman dan jangka
waktu tertentu, sehingga menurunkan tingkat produksi
tanaman.
b. Kekeringan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman selama periode pertumbuhan tanaman yang
mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal, sehingga menurunkan tingkat produksi tanaman.

Ganti rugi diberikan apabila terjadi banjir, kekeringan


atau serangan OPT yang mengakibatkan kerusakan
tanaman padi yang dipertanggungkan dengan kondisi
persyaratan; (a) umur tanaman setelah melewati 10
hari setelah tanam (HST), (b) Intensitas kerusakan
mencapai 75 % dan Luas kerusakan tersebut
mencapai 75 % pada setiap luas petak alami.***

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

17

Foto : Urip SR

Oleh : Sujiono, Yoyo Kusprayogie

ecara umum prakiraan luas serangan OPT utama tanaman kedelai pada musim tanam (MT)
2016 adalah 5.972 ha. Berdasarkan jenis OPT, serangan tertinggi sampai dengan yang
terendah dari OPT utama pada tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Penggulung Daun
2.360 ha, Ulat Grayak 1.373 ha, Lalat Kacang 793 ha, Ulat Jengkal 569 ha, Penggerek Polong 497
ha, dan Tikus 379 ha. Rincian prakiraan serangan OPT utama pada tanaman kedelai MT. 2016 di
Indonesia dapat dilihat pada table 5. dibawah ini :
Tabel 5. Kejadian Serangan OPT Utama Kedelai MT.2015 dan MT. 2015/2016 serta Prakiraan luas
Serangan MT. 2016 di Indonesia.

No. OPT UTAMA

KLTS
MT. 2015
(Ha)

KLTS
MT. 2015/2016
(Ha)

Prakiraan
Serangan
MT. 2016
(ha)

Sasaran
Tanam
MT. 2016
(Ha)

Presentase
Prakiraan
thd sasaran
tanam (%)

Penggerek
Polong

877

318

497

0.09

Lalat Kacang

281

359

793

0.14

Ulat Grayak

1.783

992

1.373

Tikus

5
6

0.25
558.191

227

158

379

Penggulung
Daun

1.109

1.125

2.360

0.42

Ulat Jengkal

652

382

569

0.10

4.929

3.334

5.972

Jumlah

558.191

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

0.07

1.07

18

Prakiraan Serangan Penggerek Polong Kedelai


(Etiella zinckenella Tr.)

Prakiraan Serangan Ulat Grayak


(Spodoptera litura)

Serangan Penggerek Polong kedelai


pada MT. 2016 diprakirakan akan mengalami
peningkatan dibandingkan pada MT. 2015/2016.
Prakiraan luas serangan penggerek polong kedelai
tertinggi adalah Provinsi Aceh seluas 157 ha,
diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah seluas 66 ha
dan Provinsi Nusa Tenggara Barat seluas 52 ha.

Serangan ulat grayak pada musim


tanam MT. 2016 diprakirakan akan mengalami
peningkatan dibandingkan pada kejadian MT.
2015/2016. Prakiraan luas serangan tertinggi
ulat grayak pada tanaman kedelai berada di
Provinsi Aceh seluas 550 ha, Jawa Timur
seluas 194 ha dan Sulawesi Selatan seluas 96
ha.

Prakiraan Serangan Lalat Kacang (Ophiomyia


phaseoli) pada Kedelai
Serangan Lalat Kacang pada tanaman
kedelai pada musim tanam MT. 2016 diprakirakan
akan mengalami peningkatan dibandingkan pada
kejadian MT. 2015/2016. Prakiraan luas serangan
lalat kacang kedelai tertinggi adalah Provinsi Jawa
Tengah seluas 229 ha, Provinsi Nusa Tenggara
Barat seluas 220 ha dan Provinsi Jawa Barat
seluas 107 ha.

Prakiraan Serangan Tikus


(Rattus argentiventer) pada Kedelai
Prakiraan serangan hama Tikus pada MT.
2016 diprakirakan akan mengalami peningkatan
dibanding pada kejadian MT. 2015/2016. Prakiraan luas serangan tertinggi oleh tikus di Provinsi
Jawa Barat masing-masing seluas 96 ha, Provinsi
Jawa Timur seluas 71 ha, dan Sumatera Selatan
seluas 67 ha.

Prakiraan Serangan Penggulung Daun


(Lamprosema indicata F) pada Kedelai
Prakiraan serangan Lamprosema indicata pada musim tanam MT. 2016 diprakirakan akan mengalami peningkatan
dibandingkan pada kejadian MT. 2015/2016.
Prakiraan luas serangan tertinggi berada di
Provinsi Aceh seluas 921 ha, Jawa Tengah
seluas 465 ha dan Nusa Tenggara Barat
seluas 251 ha.
Prakiraan Serangan Ulat Jengkal (Plusia
chalcites Esp.) pada Kedelai
Prakiraan serangan Ulat jengkal pada
musim tanam MT. 2016 diprakirakan akan
mengalami peningkatan dibandingkan pada
kejadian MT. 2015/2016. Prakiraan luas serangan tertinggi Ulat Jengkal pada tanaman
kedelai berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat seluas 151 ha, Provinsi Jawa Tengah seluas
126 ha dan Provinsi Jawa Tengah seluas 126
ha.
Data prakiraan OPT utama tanaman
kedelai MT. 2015 di masing-masing Provinsi
secara rinci dapat dilihat pada tabel 6.
(Halaman 20)

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

19

Tabel 6. Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT.2016


menurut Provinsi di Indonesia
No.

Propinsi

Penggerek
Polong
(Ha)

Lalat
Kacang
(Ha)

Ulat Grayak
(Ha)

TIKUS
(Ha)

Penggulung
Daun
(Ha)

Ulat
Jengkal
(Ha)

Aceh

157

32

550

17

921

98

Sumatera Utara

20

31

38

Sumatera Barat

11

Riau

Jambi

13

26

Sumatera Selatan

28

56

24

67

35

10

Bengkulu

15

31

Lampung

50

43

Kep. Babel

10

Kep. Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

17

107

68

96

114

13

Jawa Tengah

66

229

76

465

126

14

DI Jogjakarta

25

15

16

15

Jawa Timur

27

194

71

191

49

16

Banten

36

17

Bali

25

18

NTB

52

220

13

33

251

151

19

NTT

20

Kalbar

11

21

KalTeng

22

KalSel

23

KalTim

24

Sulawesi Utara

32

13

25

Sulawesi Tengah

10

51

26

Sulawesi Selatan

30

98

33

27

Sultra

14

57

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

57

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

24

13

11

20

33

Papua

31

13

497

793

1.373

379

2.360

569

Jumlah

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

20

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK POLONG


PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN LALAT KACANG


PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

21

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK


PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS


PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

22

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGULUNG DAUN


PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2015
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT JENGKAL


PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2016
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

23

Foto : Urip SR

paya mewujudkan swasembada pangan, harus diakui bukan perkara mudah. Sejumlah persoalan
dari mulai teknis, non teknis sampai masalah alam, menjadi batu sandungan yang kerap
menghadang upaya ini. Namun pemerintah akan mengerahkan segala daya upaya yang dimilikinya
untuk merealisasikan target swasembada pangan, khususnya pada komoditas padi, jagung dan kedelai
(Pajale). Selain itu, pemerintah juga akan bekerja keras meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani.
Hal ini terlihat saat perjalanan Tim UPSUS Pajale
Balai Besar Peramalan OPT Jatisari di Propinsi Riau,
pada saat pertemuan koordinasi wilayah regional
(WILREG) II di Kota Dumai. Perjalanan darat dari
Pekan Baru memakan waktu tempuh 7 jam melalui
perjalanan darat dengan melintasi 3 (tiga) Kabupaten
yakni Kab. Pelalawan, Bengkalis dan Siak.
Pertemuan koordinasi di Provinsi Riau di
bagi menjadi 3 (tiga) Wilreg, takni wilreg I meliputi : 1)
Pekanbaru, 2) Kampar, 3) Rokan Hulu, 4) Kepulauan
Meranti. Kemudian Wilreg II meliputi : 1) Kab. Pelalawan, 2) Kuantan Singingi, 3) Indragiri Hulu, dan 4)
Indragiri Hilir. Sedangkan wilreg III meliputi : 1) Kab.
Rokan Hilir, 2) Bengkalis, Siak, dan 4) Kota Dumai.
Tim Upsus BBPOPT Jatisari di Provinsi Riau
dipimpin oleh langsung Kepala Balai Besar Ir. Sarsito
Wahono Gaib Subroto, MM, dengan tujuan
menyamakan persepsi para pemangku kepentingan
dalam pelaksanaan, mengidentifikasi/memecahkan
masalah pelaksanaan, melakukan pengawalan/
pengawasan terhadap pelaksanaan, dan meningkatkan sistem pelaporan Upsus Pajale.

Peserta pertemuan koordinasi wilayah regional II Upsus


Pajale Provinsi Riau (Foto : Urip SR)
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016

24

Dari pertemuan koordinasi Upsus Pajale


Provinsi Riau adalah terwujudnya persepsi yang sama para pemangku kepentingan dalam pelaksanaan,
mampu mengidentifikasi/memecahkan masalah, dan
fungsi pengawalan/pengawasan, serta mewujudkan
sistem pelaporan yang baik dan benar.
Agar data yang diterima semua pihak tidak
menimpbulkan kegaduhan, maka diperlukan beberapa langkah untuk peningkatan kualitas data meliputi :
akurasi pencatatan data, harmonisasi data di tingkat
kecamatan/kabupaten/provinsi, koordinasi pelaksanaan ubinan bersama di tingkat lapang, pengiriman
laporan tepat waktu, analisis dan pemahaman data
serta pemanfaatan/operasionalisasi hasil analisis
data.
Indeks realisasi tanam, potensi tanam di provinsi
Riau.
Sasaran dan realisasi tanam Provinsi Riau
periode Oktober 2015 adalah sebagai berikut : sasaran tanam seluas 15.468 ha dan realisasi seluas
15.718 ha dan pada bulan November 2015 sasaran
seluas 13.698 ha dan realisasi 13.462 ha.
Kemudian secara berturut-turut bulan Desember
2015 seluas 9.694 ha dan realisasi 8.760 ha, bulan
Januari 2016 sasaran seluas 9.634 ha dan realisasi
11.910, 76 ha. Sedangkan bulan Februari sasaran
tanam seluas 10.606 ha dan realisasi seluas 3.564,
69 ha dan bulan Maret luas sasaran tanam 16.244
ha.
Jenis lahan di Provinsi Riau
Jenis lahan di Provinsi Riau terbagi menjadi
3 (tiga) antara lain lahan irigasi, tadah hujan dan
pasang surut, dengan luas masing-masing sebagai
berikut :
Sawah irigasi 7.001 ha
Sawah Tadah Hujan 56.089 ha
Sawah Pasang Surut 23.023 ha
Sawah irigasi yang cukup luas secara berturut-turut di Kabupaten Kampar (3.134 ha), Kuantan
Singingi (2.311 ha), dan Rokan Hulu (1.011 ha).
Sedangkan sawah tadah hujan terluas di kabupaten
Rokan Hilir seluas (22.611 ha), selanjutnya sawah
pasang surut terluas di kabupaten Indragiri Hilir
seluas (23.245 ha).
Demikian profil Provinsi Riau dengan medan
yang cukup berat dengan potensi sawah irigasi yang
masih sempit dibandingkan dengan sawah tadah
hujan dan pasang surut. Keluhan di setiap sessi dialog antara petani, petugas (POPT-PPL_Babinsa TNI
AD) tidak terlepas dari minimnya mekanisasi pertanian seperti traktor dan mesin panen.

Tetapi keluhan tersebut ditanggapi oleh penanggung jawab Upsus Pajale Provinsi Riau Sarsito Wahono Gaib Subroto, yang mengutip
pernyataan Mentan Amran Sulaiman bahwa,
Pemerintah akan meningkatkan pemberian alat pertanian kepada petani di seluruh Indonesia. Tahun
lalu distribusi alat pertanian hanya 4 ribu unit. Tapi
tahun ini pemerintah akan memberikan 8 ribu unit. Ini
artinya bantuan alat pertanian naik 200 persen,
demikian mengutip pernyataan Mentan.
Program Upsus Padi, Jagung dan Kedelai
selain melalui Perbaikan Jaringan Irigasi (PJI),
Optimasi Lahan (OPL), juga Gerakan Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dan
Bantuan Sosial (Bansos) alat mesin pertanian. Untuk
kegiatan PJI, OPL dan GPPTT bansos berupa
transfer uang langsung ke Kelompok tani sesuai
dengan CPCL yang diusulkan. Sedang bansos alat
mesin pertanian berupa barang dan langsung
diberikan kepada
Peserta Temu Koordinasi
Peserta Pertemuan Koordinasi Upsus Pajale tingkat
Provinsi sebanyak 360 orang per tahun atau 120
orang per periode, dengan undangan untuk tingkat
kabupaten/kota masing-masing 8 orang/kab/kota antara lain : kepala dinas, kabid tanaman pangan,
kasubag bina program, Staf yang menangani data
tanaman pangan, kasi/staf yang menangani data bidang produksi, coordinator POPT, Koordinator
Penyuluh tingkat kabupaten/kota, dan Kasdim/
Pasiter.
Sedangkan tingkat Provinsi undangan yang hadir
antara lain LO pusat di BPTP, Kadis/kabid/sekretaris/
UPT lingkup dinas pertanian, kasi/staf bidang tanaman pangan, kasi/staf bidang PSP, kasubag
perencanaan/staf, kabid/kasi BPS Provinsi, Kasiter
dan staf, dan Bakorluh.
Skenario Pencapaian Produksi Padi 2016
Sasaran Upsus sebanyak 80,29 Juta Ton
Gabah Kering Giling (GKG), dengan parameter
peningkatan produkktivitas dan perluasan areal
tanam, dan diharapkan dengan peningkatan produktivitas bisa menyumbang produksi sebanyak 61,14
Juta Ton GKG sedangkan dari perluasan areal tanam
diharapkan menyumbang produksi 19,14 Juta Ton
GKG.
Semoga kerja keras pemerintah dan seluruh stake
holder pertanian ini segera terwujud.
Semoga!(USR)***

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

25

rganisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya tanaman
ubi jalar. Pengaruh OPT dalam proses produksi dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil. Untuk menekan
potensi kehilangan hasil tersebut diperlukan peningkatan pemahaman mengenai OPT dan cara pengelolaannya
oleh petugas dan masyarakat yang terkait dalam budidaya tanaman ubi jalar. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan,
berikut ini adalah deskripsi singkat serangga hama yang menyerang tanaman ubi jalar.

Hama Boleng/Lanas Cylas


formicarius
Fab.
( C o l e o p t e r a
:
Brentidae) .Tanaman Inang.
Tanaman inang kumbang Cylas adalah
ubi jalar dan tumbuhan liar dari genus
Ipomoea spp. Deskripsi dan Biologi.
Siklus hidup kumbang Cylas terdiri dari
Telur Larva Pupa Imago
(metamorfosis sempurna :
holometabola).
Telur.
Kumbang betina meletakkan telurnya
satu per satu kedalam rongga kecil
pada bagian pangkal batang atau
umbi. Telur Cylas berbentuk bulat dan
mengkilap. Rongga kecil tempat
meletakkan telur ditutupi dengan
lapisan pelindung sehingga sulit untuk
dilihat.
Larva.
Larva berkembang dan membuat
lubang gerekan di bagian dalam
pangkal batang atau umbi. Larva
berwarna putih, mempunyai bentuk
tubuh melengkung dan tidak berkaki.
Pupa.
Stadia pupa terjadi didalam umbi.
Pupa berwarna putih.
Imago.
Beberapa hari setelah keluar dari
pupa, kumbang dewasa muncul dari
umbi. Kumbang betina mencari umbi
sebagai tempat untuk bertelur dengan
cara masuk melalui celah/retakan
tanah karena kumbang betina tidak
bisa menggali tanah.

Jenis kelamin kumbang Cylas dapat


dibedakan berdasarkan bentuk
antenanya. Antena kumbang jantan
berbentuk filiform, ruas-ruas antena
memiliki ukuran sama dan silindris,
sedangkan pada kumbang betina
ruas terakhir/bagian ujung antena
berbentuk seperti gada. Kumbang
Cylas jantan memiliki mata faset lebih
besar daripada betina. Pada suhu
optimal yaitu sekitar 27-30C, satu
sik lus hid up C . form ica rius
memerlukan waktu sekitar 33 hari.
Umur kumbang (serangga dewasa)
berkisar antara 2,5 s/d 3,5 bulan.
Pada periode tersebut, kumbang
betina dapat menghasilkan telur
sekitar 100 250 telur. Pada kondisi
suhu dibawah suhu optimal,
perkembangan Cylas membutuhkan
waktu lebih lama.

Kerusakan.
Kumbang Cylas dewasa memakan
epidermis pangkal batang dan bagian
permukaan luar dari umbi sehingga
menyebabkan terbentuknya lubang
pada umbi. Lubang yang disebabkan
oleh aktivitas makan kumbang dapat
dibedakan dengan lubang yang
diakibatkan oleh aktivitas oviposisi
kumbang betina, karena lubang
tersebut lebih dalam dan ditemukan
adanya
kotoran/bekas
gerekan
(Gbr. 5). Larva yang berkembang
didalam umbi membuat lubang
gerekan
dan
menyebabkan
kerusakan. Akibat aktivitas larva pada
saat membuat lubang gerekan
mengakibatkan terbentuknya serbuk/
tepung pada rongga bekas gerekan
didalam umbi. Umbi yang rusak
menghasilkan senyawa beracun
(senyawa
terpene)
sehingga
mengakibatkan umbi tersebut tidak
dapat
dikonsumsi
meskipun
kandungan senyawa terpene pada
umbi kadarnya rendah dan tingkat
kerusakan fisiknya pun relatif ringan.
Gejala kerusakan yang timbul pada
pangkal batang yaitu terjadinya
malformasi, penebalan, dan adanya
peretakan pada bagian dalam
jaringan yang terserang (Gbr. 6).
Namun gejala pada pangkal batang
sulit ditemukan.

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

26

Penyebaran.
Kumbang Cylas merupakan hama penting pada tanaman
ubi jalar di seluruh dunia, terutama di daerah-daerah yang
beriklim kering. Dengan kata lain, kumbang Cylas
merupakan hama utama pada ubi jalar. C. formicarius
merupakan hama penting di India, negara-negara di Asia
Tenggara, Oseania, Amerika Serikat dan Karibia. Di
Afrika, C. formicarius ditemukan hanya di daerah NatalAfrika Selatan dan di pesisir Kenya.
Pengendalian.
Pada kondisi populasi kumbang Cylas tinggi, tidak ada
satu pun metode pengendalian yang dapat memberikan
perlindungan memadai terhadap pertanaman ubi jalar.
Integrasi beberapa teknik pengendalian, dengan
penekanan pada pencegahan serangan dari kumbang
Cylas merupakan tindakan perlindungan tanaman yang
lebih efektif.
Pengendalian secara kultur teknis. Pengendalian
secara kultur teknis terhadap kumbang Cylas telah terbukti
efektif dan harus menjadi dasar utama dari tindakan
pengendalian yang dilakukan. Pengendalian secara kultur
teknis meliputi : penggunaan bahan tanam (stek batang)
yang terbebas dari infestasi kumbang Cylas, melakukan
rotasi tanaman, membersihkan dan menyingkirkan sisasisa tanaman atau umbi sisa panen sebelumnya yang
tertinggal
di
lapangan
(sanitasi),
melakukan
penggenangan lapangan selama 24 jam setelah selesai
panen, membersihkan dan menyingkirkan inang alternatif
(tumbuhan inang liar), menanam ubi jalar jauh dari daerah
sumber serangan kumbang Cylas, pengurugan guludan
tanah di sekitar pangkal batang tanaman dan pengurugan
retakan-retakan tanah, dan menerapkan sistem pengairan
yang cukup untuk mencegah atau mengurangi retakan
tanah.
Perlakuan pada bahan tanam. Perendaman bibit
tanaman kedalam larutan Beauveria bassiana atau
insektisida (seperti karbofuran atau diazinon) selama 30
menit sebelum penanaman dapat mengendalikan
kumbang Cylas pada periode awal musim tanam.
Penggunaan varietas agak tahan. Varietas tahan atau
varietas yang mempunyai tingkat ketahanan yang tinggi
terhadap kumbang Cylas sampai dengan saat ini belum
ada. Beberapa varietas memiliki tingkat ketahanan yang
rendah hingga menengah. Varietas lainnya terhindar dari
serangan kumbang Cylas karena umbi yang dihasilkannya
terletak lebih dalam dari permukaan tanah atau karena
varietas tersebut mempunyai masa panen yang singkat
dan dapat dipanen lebih awal.

Feromon seks.
Feromon spesifik yang dihasilkan oleh kumbang Cylas
betina untuk menarik kumbang jantan telah berhasil
diidentifikasi. Feromon lures untuk C. formicarius sudah
tersedia secara komersial. Perangkap feromon digunakan
sebagai alat untuk memonitoring dan memantau
keberadaan populasi kumbang Cylas. Banyak perangkap
hasil rancangan petani dengan menggunakan bahan lokal
efektif untuk menangkap kumbang Cylas. Hasil tangkapan
perangkap bisa menjadi indikator ada tidaknya kumbang
Cylas. Jika pada perangkap tidak ditemukan kumbang
Cylas, itu merupakan indikasi bahwa pertanaman ubi jalar
di lapangan aman dari serangan kumbang Cylas.
Agens hayati.
Agens hayati yang dapat dimanfaatkan untuk
mengendalikan kumbang Cylas antara lain Beauveria
bassiana,
Metarrhizium
anisopliae,
nematoda
Heterorhabditis sp. dan Steinernema sp. Jamur
entomopatogen dapat menginfeksi dan membunuh
serangga dewasa (kumbang), sedangkan nematoda dapat
membunuh larva. Predator. Semut, laba-laba, kumbang
Carabidae dan cocopet merupakan predator-predator
umum yang mempunyai peranan penting sebagai musuh
alami kumbang Cylas. (Bersambung)***

Penulis:
Sujiono
POPT Ahli Pertama
BBPOPT
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016

27

ua genus nematoda patogen serangga (NPS), Steinernema dan Heterorhabditis, mempunyai beberapa
keunggulan sebagai agensia pengendalian biologi serangga hama dibandingkan dengan musuh alami
lain, yaitu daya bunuhnya sangat cepat, kisaran inangnya luas, aktif mencari inang sehingga efektif untuk mengendalikan serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak.
Mekanisme Patogenisitas
Mekanisme patogenisitas NPS terjadi melalui simbiosis dengan bakteri patogen Xenorhabdus untuk Steinernema dan Photorhabdus untuk Heterorhabditis. Infeksi NPS dilakukan oleh stadium larva instar III atau Juvenil
infektif (JI) terjadi melalui mulut, anus, spirakel, atau penetrasi langsung membran intersegmental integumen
yang lunak. Setelah mencapai haemocoel serangga, bakteri simbion yang dibawa akan dilepaskan ke dalam
haemolim untuk berkembang biak dan memproduksi toksin yang mematikan serangga. NPS sendiri juga mampu menghasilkan toksin yang mematikan. Dua faktor ini yang menyebabkan NPS mempunyai daya bunuh yang
sangat cepat. Serangga yang terinfeksi NPS dapat mati dalam waktu 24-48 jam setelah infeksi.

Cara Perbanyakan : Perbanyakan secara In Vivo

Cara Isolasi
NPS mudah diisolasi dari sampel tanah ber-pasir yang
porositasnya tinggi. Sampel tanah di tempatkan dalam
botol, kemudian diinfestasi dengan ulat lilin, ulat
Hongkong (Tenebrio molitor), atau ulat bambu.
Setelah diinkubasikan selama 5 hari, ulat akan mati
terinfeksi oleh nematoda. Ulat yang mati terinfeksi
Steinernema, tubuhnya tampak berwarna coklat muda,
sedangkan yang terinfeksi Heterorhabditis berwarna
coklat tua agak kemerah-merahan. Isolasi NPS dari
tubuh ulat dilakukan dengan cara menempatkan ulat
pada cawan petri yang beralaskan kertas saring
basah. Dalam waktu 23 hari, NPS akan keluar dari
tubuh serangga dan masuk ke dalam air di cawan
yang lebih besar.

Perbanyakan NPS secara in vivo dilakukan dengan


menggunakan ulat Hongkong (T. molitor). Ulat
Hongkong dimasukkan dalam bak plastik atau nampan yang dialasi dengan kertas saring atau kertas
koran. Suspensi Juvenil infektif diinokulasikan
secara merata pada kertas tersebut. Dalam waktu 7
hari, 80-90% ulat sudah terinfeksi oleh NPS. Ulat
yang terinfeksi dipindahkan ke rak perangkap yang
dialasi kain, kemudian ditempatkan dalam bak plastik yang berisi air. Setelah diinkubasikan selama 3-5
hari, Juvenil infektif NPS akan keluar dari serangga
dan masuk ke dalam air. Satu gram ulat Hongkong
bisa menghasilkan 65.000 Juvenil infektif.

Formulasi butiran NPS dengan alginate dan tanah liat


(Foto ; Repro BB-Biogen)
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016

28

Perbanyakan secara In Vitro


Perbanyakan secara in vitro dengan medium buatan
sebenarnya lebih sulit dan rumit karena sangat tergantung pada biakan bakteri primer, tetapi lebih
efisien untuk produksi skala besar atau komersial.
Medium yang digunakan adalah bahan berprotein
tinggi, seperti homogenat usus, ekstrak khamir, pepton, tepung kedelai, dan lain-lain. Perbanyakan bisa
dilakukan di medium cair atau semi padat. Medium
semi padat dengan spon paling umum digunakan
karena porositasnya tinggi. Nutrisi untuk perbanyakan diresapkan ke dalam spon dengan perbandingan 12,5 : 1 (medium : spon, satuan dalam
berat). Spon dimasukkan dalam botol atau plastik
tahan panas, kemudian disterilisasi. Setelah medium
dingin, bakteri simbion fase primer diinokulasikan ke
dalam medium. Bakteri dibiarkan berkembang biak
selama 2-3 hari sebelum diinokulasi dengan JI. NPS
dapat dipanen dua minggu kemudian. Setiap 1 g
medium spon dapat menghasilkan 90.000 Juvenil
infektif. Perbanyakan dengan medium cair dilakukan
dalam bubble column fermentor untuk memberikan
aerasi yang baik bagi perkembangan NPS.
Formulasi
Juvenil infektif diformulasikan menjadi biopestisida
dalam bentuk cair atau butiran. Formulasi cair yang
telah dikembangkan oleh BB-Biogen dikemas dalam
spon yang praktis untuk digunakan, disimpan, dan
ditransportasikan. Satu kemasan mengandung
200.000.000 Juvenil infektif. Formulasi butiran
dikembangkan menggunakan bahan dasar alginat,
tanah liat, atau tanah gambut. Ke dalam formulasi
juga ditambahkan bahan aditif yang berfungsi sebagai surfactant, anti desikan, dan nutrient stimulan.

Keefektifan
Biopestisida NPS telah terbukti efektif mengendalikan
penggerek batang padi, hama boleng (Cylas formicarius), Lyriomyza, ulat grayak (Spodoptera litura), penggerek tongkol jagung (Ostrinia furnacalis), ulat kantong, dan penggerek polong kedelai (Etiela zinkenella). (USR)***
Sumber :
Balai Besar Penetian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian
(BB-BIOGEN)

Tips

Aplikasi
Formulasi cair, butiran alginat, dan tanah liat diaplikasikan dengan teknik penyemprotan biasa setelah
dilarutkan dalam air. Sedangkan formulasi tanah liat
dengan cara ditabur. Biopestisida NPS diaplikasikan
dengan dosis 109 Juvenil infektif /ha. Waktu aplikasi
yang tepat adalah sore hari karena NPS sangat rentan terhadap kekeringan. Waktu satu malam cukup
bagi NPS untuk menemukan dan menginfeksi
inangnya.

KHASIAT BELIMBING WULUH

verhoa carambola (belimbing wuluh/belimbing


sayur) bermanfaat untuk mengatasi bahkan mengobati berbagai jenis penyakit. Penyakit yang
dapat diobati antara lain batuk, sariawan stomatitis, sakit
perut, parotitis, rematik, batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang, jerawat, panu, tekanan darah
tinggi (hipertensi), kelumpuhan, memperbaiki fungsi pencernaan, serta mengobati radang rectum.
Dengan mengkonsumsi belimbing wuluh (di dalam
berbagai sajian/kuliner), berarti secara tak langsung
seseorang telah menjaga tubuhnya dari ancaman berbagai
gangguan kesehatan seperti disebutkan diatas tadi.
Semoga.
(USR)***
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016

29

enyakit layu stewart pada tanaman jagung disebabkan oleh bakteri Pantoea stewartii subsp.stewartii (Pss) merupakan penyakit penting dan baru di Indonesia. Penyakit ini tergolong berbahaya, di Amerika Serikat dilaporkan
dapat menyebabkan kehilangan hasil berkisar antara 15-95%. Penyakit layu stewart merupakan penyakit tular
benih yang penting pada jagung, karena benih merupakan alat transportasi yang paling cocok untuk menyebar melintasi
batasan alaminya (Neergaard, 1977). Saat ini penyakit layu stewart tersebar di banyak negara seperti Eropa (Austria),
Amerika (Bolivia, Brazil, Canada, Costa Rica, Guyana, Mexico, Peru, Puerto Rica, dan USA), Asia (Cina, India, Malaysia,
Thailand, Vietnam), (Shurtleff,1980). Resiko dari penularan patogen melalui benih sangatlah penting, terutama dalam
pengiriman benih internasional. Lebih dari 50 negara telah melarang impor benih jagung dari Amerika Serikat.
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian nomor
51/Permentan/KR.010/9/2015, Bakteri ini termasuk ke dalam Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
Kategori A1 dan Golongan 1. Penyakit ini sudah ditemukan
di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Lombok. Khairul dan
Rahma (2007) telah mendeteksi keberadaan bakteri ini di
pertanaman jagung di Sumatera Barat dengan insidensi
penyakit berkisar 4-10%.
Dengan semakin meningkatnya lalu lintas
perdagangan benih dewasa ini dan belum memadainya
perangkat pengujian kesehatan benih di Indonesia,
dikhawatirkan penyakit ini telah masuk dan tersebar.
Penyakit layu stewart tergolong sulit dikendalikan, karena
menyerang tanaman pada berbagai fase pertumbuhan,
bersifat tular benih dan tular serangga. Sampai saat ini
usaha pengendalian penyakit ini masih menggunakan
insektisida sintetis yang mengandung imidachlopriod untuk
seed treatment (Stack, et al, 2006), namun dikhawatirkan
penggunaan bahan ini akan mempercepat pencemaran
lingkungan. Sesuai dengan program pertanian
berkelanjutan yang diterapkan di Indonesia maka teknik
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
harus mengacu pada Pengendalian Hama dan Penyakit
secara Terpadu (PHT). Salah satu komponen utama dari
program PHT adalah pengendalian hayati dengan
memanfaatkan agensia pengendalian hayati indigenous.
Keuntungan penggunaan agensia hayati antara lain: dapat
diperbaharui, memanfaatkan sumber daya lokal, dapat
diperbanyak dengan teknologi yang sederhana dan mudah
cara aplikasinya.

Gejala Penyakit Layu Stewart


Gejala penyakit stewart yang ditemukan di lapangan
cukup beragam, mulai dari tanaman layu, kerdil dengan
adanya garis hijau pucat kekuningan yang memanjang
pada permukaan daun dan gejala hawar berupa bercak
memanjang di sepanjang pertulangan daun dan pinggirnya
mengalami nekrosis. Beragamnya gejala serangan yang
muncul di lapangan merupakan ciri khas dari kasus
Pantoea stewartii. (Yang, 2000; Thomas, 2002; Luebker
L, 2003; Stack et al, 2006) mengemukakan bahwa secara
umum penyakit layu stewart terdiri atas dua fase: pertama
terjadi pada tanaman muda dan yang kedua terjadi pada
tanaman dewasa terutama setelah munculnya malai. Pada
tanaman muda luka water soaking yang panjang terdapat
di sepanjang daun (Luebker, 2003; Stack et al, 2006).

Gbr 1. Garis hijau pucat sampai kuning sepanjang tulang daun, dan
gbr 2. tanaman menjadi kering dan mati.

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

30

Daun memperlihatkan garis hijau pucat sampai


kuning (Gambar 1). Fase kedua dari penyakit stewart
terjadi setelah munculnya malai. Infeksi hanya bersifat lokal
(Yang, 2000). Umumnya gejala berupa bercak pada daun,
bercak berupa goresan hijau sampai kuning dengan
pinggiran yang tak beraturan dan bergelombang di
sepanjang tulang daun dan juga di seluruh permukaan
daun. Pada beberapa kasus, permukaan daun akan kering
dan mati dengan gejala seperti kekurangan nutrisi (Gambar
2). Baketri Pantoea stewartii subsp. Stewartii selain dapat
terbawa oleh benih, juga dapat bertahan di dalam tanah
dan batang jagung. Bakteri ini dapat ditularkan dari satu
tanaman ke tanaman lain dengan perantaraan vektor
Chaetocnema pulicaria. Bakteri yang sudah ada dalam
tubuh vektor Chaetocnema pulicaria akan dapat bertahan
di sepanjang hidupnya. Selain itu Diabrotica undecempunctata howardi (serangga dewasa dan larva), Chaetocnema
denticulata, larva Delia platura, Agriotes mancus, Phyllophaga sp. dan larva Diabrotica longicornis dapat menjadi
vektor bakteri Pantoea stewartii subsp. Stewartii.
Kandungan unsur hara N dan P yang tinggi dapat
meningkatkan intensitas serangan dari penyakit ini,
sedangkan kandungan Ca dan K yang tinggi cenderung
dapat menekan terjadinya serangan Pantoea stewartii.
Suhu udara yang tinggi juga dapat memperparah serangan
penyakit layu stewart.
Isolat Pantoea stewartii subsp. Stewartii berwarna
kuning, tidak motil (non motile), tidak mengasilkan spora
(non sporing), gram negatif dan berukuran 0.4-0.7 x 0.9-2.0
m.

Gbr 3. Pada serangan yang berat dapat menyebakan busuk pada


pangkal batang dan gbr 4. Hawar daun yang disebabkan oleh
Pantoea stewartii

Pengendalian
Pengendalian penyakit layu stewart dapat
dilakukan dengan cara penggunaan varietas yang tahan,
benih yang bebas penyakit (diseases-free seed),
penggunaan agensia hayati sebagai bioseed treatment
diantaranya adalah Bacillus polymixa (Aspiras dan Crus,
1985), Pseudomonas fluorescens (Machmud, 1985), strain
avirulen dari Ralstonia solanacearum (Chen and Echandi,
1984 ; Khairul et al, 2001), dan Bacillus subtilis (Khairul,
2005). Bacillus spp. telah banyak dilaporkan mampu
mengimunisasi berbagai jenis tanaman terhadap berbagai
jenis patogen ataupun serangga (Bargabus et al, 2004).
Guo et al. (1987) menyatakan bahwa dengan
melakukan penyimpanan benih pada suhu 8-15 C selama
200-250 hari dan diikuti dengan penyimpanan pada suhu
20-25 C selama 110-120 hari dapat mengeliminasi bakteri Pantoea stewartii subsp. Stewartii. (Wil)***
Referensi:
Aspiras,R.B & A.R. Cruz. 1985. Potential biological control of bacterial wilt in tomato and
potato with Bacillus polymyxa FU6 dan Pseudomonas flourescens pp. 89 92. In: Persley,
G.J. (ed) Bacterial Wilt Disease in Asia and the South Pasific. Proceeding of an international
workshop held at PCARRD. Los Banos, Philippines 8 10 October 1985. ACIAR Proceeding
N0.13. Canvera, Australia
Bargabus, R.L., Zidack, N.K., Sherwood, J.W., and Jacosen, B.J. 2004. Screening for the
identiication of potential biological agens that induce systemic acquired resisteance in sugar
beet. Biological Control 30: 342-350.
Chen, W.Y., Echandi, E. 1984. Effects of avirulent bacteriocin producing strain of Pseudomonas
solanacearum on the control bacterial wilt. Plant Pathology 33: 245-253.
Guo, Y.F.; Liang, Z.Q.; Lu, G.Q.; Xie, B.C. (1987) [Survival conditions of Erwinia stewartii in
stored corn]. Acta Phytophylactica Sinica 14, 39-44.
Khairul. U, A. Hanafiah dan Aprianto. 2001. Pemanfaatan strain avirulen Burkholderia solanacearum (E.F.Smith) Yabuuchi et al untuk pengendalian penyakit layu bakteri pada tanaman
cabai dan metoda aplikasinya. Laporan Penelitian Dana SPP/DPP Lembaga Penelitian Univ.
Andalas Padang.
Khairul. U. 2005. Analisis Keragaman Molekuler Bacillus subtilis Dengan Teknik RAPD
(Random Amplified Polymorphic DNA) Dan Studi Potensi Antagonisnya Terhadap Ralstonia solanacearum (E.F.Smith) Yabuuchi et al Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman
Cabai. Laporan Penelitian Dosen Muda (BBI). Dikti Depdiknas. Jakarta
Khairul. U, H. Rahma. 2007. Deteksi penyakit layu stewart oleh bakteri Pantoea stewartii
subsp. Stewartii. Penyakit baru pada tanaman jagung di Sumatera Barat. Laporan field trip
Lapangan Jurusan HPT. Padang. Tidak dipublikasi.
Luebker Leonard. 2003. Stewarts Wilt. Technical Resource.
http://www.ianrpubs.unl.edu/epublic/pages/index.jsp.
Machmud. M, 1985. Bacterial wilt in Indonesia. In Bacterial Wilt Disease in Asia and the
South Pasific. ACIAR Proceedings. 13 : 30-34
Neergaard P. 1977. Seed Pathology. Volume 1. New York: John Wiley & Sons.
NSR Departement of Primary Industry Agriculture Institute. 2004. National Diagnostic Protocol.
Stewarts Wilt of Maize (Pantoea stewartii subsp. stewartii). Australia.
Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of Corn Diseases. Second Edition. APS Press. The American Phytopathological Sociaty.
Stack J, Chaky J, and Giesler L. 2002. Publication Wilt of Corn in Nebraska.
http://www.unl.edu/unpub/search/default.shtml.
Thomas A. Zitter. 2002. Stewarts Bacterial Wilt-Still a Problem After 107 Years. Department of
Plant Pathology Cornell Universityu Ithaca, NY 14853.
Yang. XB. 2000. More on Stewarts wilt. Integrated Crop Management. May 29, 2000.

Penulis:
Willing Bagariang
POPT Ahli Pertama
BBPOPT
Gambar 5. Corn Flea Beetle (Chaetocnema pulicaria) sebagai vektor
Pantoea stewartii dan gambar 6. Serangan berat Chaetocnema
pulicaria pada tanaman jagung

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

31

anaman ciplukan Physalis peruviana mengandung flavonoid sumber antioksidan yang


manjur menggempur penyakit stroke. Ciplukan tumbuh liar di sawah atau pekarangan kosong.
Buahnya bulat dan berubah menjadi kuning ketika matang. Buah ciplukan berlindung di balik kantong. Physalis berarti kandung kemih, peruviana merujuk pada
salah satu asal Negara, yakni Peru. Tanaman ciplukan
sering dianggap sebagai gulma di sawah.
Penyakit stroke disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah dan pecahnya pembuluh darah yang
mengarah ke otak. Terganggunya aliran darah ke otak
mengakibatkan terganggunya juga pengaturan kinerja
syaraf motorik, itulah penyebab kelumpuhan pada sebagian organ tubuh.
Namun penyakit tersebut bisa diatasi dengan ramuan
herbal daun ciplukan atau buah ciplukan.
Senyawa-senyawa aktif dalam ciplukan antara lain saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin. Senyawa flvonoid
mencegah radikal bebas penyebab terganggunya metabolism lemak termasuk kolesterol dalam tubuh. Metabolisme lemak yang terganggu pangkal penumpukan
lemak jahat di saluran darah penyebab stroke.

Cara membuat
1. Ramuan daun :
Setengah genggam daun ciplukan diseduh dengan
air panas mendidih
Aduk merata dan biarkan 5-10 menit.
Setelah air berwarna kecoklatan minum selagi
hangat 3 kali sehari masing-masing satu gelas
2. Ramuan buah
Rebus 5 buah dengan 110 ml air selama 10 menit
sambil diaduk.
Setelah itu saring air rebusan, dinginkan dan diminum 2 kali sehari.
Untuk mempercepat proses penyembuhan hindari
konsumsi olahan daging, seafood dan jeroan.
Kontrol tekanan darah dan kolesterol, tekanan
darah normal 120/80 mmHg dan kolesterol 255 mg/
dl.
Selamat Mencoba semoga bermanfaat..!***
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016

32


TONGKOL JAGUNG BENGKAK
Tongkol jagung saya membengkak berwarna hitam, ada beberapa yang muncul. Bahkan hampir setiap kali menanam
jagung selalu ada yang bengkak. Saya petani dari kecamatan Campaka Purwakarta, yang mau saya tanyakan adalah
Tanaman jagung saya terserang apa, dan bagaimanakah cara mengendalikannya?
Mohon penjelasannya. Terima kasih.
Endang Sulaiman
Petani Kec. Campaka, Kab. Purwakarta
Jawa Barat
Jawab :
Cendawan ini menyerang butiran jagung, butiran yang terserang
menjadi besar, dari warna putih menjadi coklat kehitaman sehingga disebut penyakit gosong (Smuts). Jagung yang sudah
terserang tidak dapat dipanen lagi. Pembesaran butiran jagung
karena patogen merangsang pertumbuhan sel inang.
Gejala :
Cendawan penyebabnya yaitu Ustilago maydis. Penyakit ini menyerang tanaman jagung, terutama pada tongkolnya. Sampai
sekarang serangannya tidak begitu mendatangkan kerugian di
Indonesia, tetapi di Amerika Serikat penyakit ini sangat menurunkan produksi.
Penyebaran :
Pertumbuhan patogen cocok pada kondisi kering disertai suhu
tinggi pada awal pertumbuhannya. Penyebaran patogen melalui
benih (seed borne), tanah, aliran air, dan angin.
Pengendalian :

Jarak tanam jangan terlalu rapat. Tanaman jagung yang


terlalu subur akan mengakibatkan kelembaban yang tinggi.
Biasanya tanaman seperti itu mudah terserang penyakit
cendawan hitam.
Hindari penggunaan kompos atau pupuk kandang yang berbibit penyakit.
Perlakuan benih dengan fungisida, tetapi prosedur ini tidak
efektif jika tanah yang ditanami mengandung spora Ustilago
maydis.

Tongkol yang diserang penyakit gosong (smuts) terlihat membengkak berwarna ungu muda dan akhirnya menjadi hitam
(Foto : Suci Niscahya Bhakti)

Tanaman yang sakit dibakar dan jangan diberikan ternak atau digunakan dalam pembuatan
kompos.
Penanaman dengan varietas yang resisten

Biji sebelumnya di disinfeksi, misalnya dengan


larutan sublimat
Penerapan rotasi tanaman atau jangan terus
menerus menanam jagung di suatu tempat.
Selamat Mengendalikan!!!(SNB)***

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

33

pa itu penyakit BGR? Mungkin belum begitu banyak petani dan petugas lapangan yang mengetahui
bagaimana gejala penyakit BGR dan mungkin banyak yang mengira bahwa penyakit BGR tersebut
adalah penyakit baru. Penyakit BGR atau Bacterial Grain Rot merupakan penyakit yang menyerang
pada padi yang disebabkan oleh patogen dari golongan bakteri. Penyakit ini adalah penyakit yang hanya
menginfeksi pada biji. Penyakit BGR pertama kali dilaporkan di Jepang pada tahun 1956 oleh Goto dan Ohata
K di Kyusu Jepang. Selain di Jepang, penyakit ini juga ditemukan di Malaysia, Thailand, Philipinna, Srilanka,
Afrika Selatan, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali di temukan di
Tasikmalaya Jawa Barat pada tahun 1987. Penyakit ini tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Kalimantan Selatan.

Gejala Penyakit Bacterial Grain Rot

Penyebab Penyakit BGR

Penyakit BGR merupakan penyakit yang


terbawa oleh benih dan hanya menginfeksi pada biji.
Gejala penyakit hanya muncul pada biji dan tidak
muncul pada bagian daun, batang dan batang malai.
Infeksi patogen terjadi pada saat stadia pembungaan
dan menyebabkan biji menjadi tidak sempurna atau
busuk selama pengisian malai setelah penyerbukan.
Gejala penyakit dapat dideteksi pertama kali
dari perubahan warna pada sekam yaitu ada sedikit
dan sampai setengah sekam berwarna coklat. Pada
serangan yang berat, lama-kelamaan biji akan
berwarna abu-abu sampai hitam karena adanya serangan dari jamur saprofit sehingga identifikasi akan
menjadi sulit. Sebagian dari malai tidak berkembang
sempurna selama pengisian sehingga malai tetap
berdiri tegak dan tidak merunduk. Tangkai malai
pada benih yang terinfeksi masih berwarna hijau,
bercak coklat pada biji dan tangkai malai yang masih
hijau merupakan kunci dari identifikasi penyakit ini.
Biji-biji yang terinfeksi menyebar pada malai, tetapi
pada infeksi yang berat semua biji terserang. Endosperma biji yang terinfeksi dengan cepat mengering
dan membentuk 1-3 garis coklat kuning melingkari
bagian tengah biji. Penyakit ini dapat menyebabkan
kehilangan hasil sampai 70%.

Penyakit BGR ini disebabkan oleh sejenis


bakteri. Bakteri yang menyebabkan penyakit ini diidentifikasi sebagai Burkholderia glumae (dulu Pseudomonas glumae). Pada media Nutrient Agar (NA),
koloni bakteri berwarna putih dan tidak memiliki pigmen fluorescent pada medium Kings B. Bakteri ini
merupakan bakteri gram negative dan memiliki 1 - 3
flagella. Pada media selektif S.PG, bakteri Burkholderia glumae memiliki koloni bulat, cembung dengan
pinggiran halus dan warna koloni ungu terang.

Foto : Cahyadi Irwan

Foto : Cahyadi Irwan

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

34

Daur Hidup dan Epidemiologi


Penyakit ini dapat berkembang pada musim
kemarau dengan kondisi cuaca yang kering dan
panas. Suhu yang tinggi 32 o C pada siang hari dan
25 o C atau lebih pada malam hari, merupakan kondisi yang terbaik untuk perkembangan penyakit ini.
Kelembaban yang tinggi pada saat tanaman stadia
pembungaan merupakan kondisi yang kondusif bagi
patogen untuk menginfeksi tanaman. Penggunaan
pupuk nitrogen yang tinggi dapat mempercepat
perkembangan penyakit ini.

Pengendalian
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan
untuk penyakit ini adalah dengan menggunakan benih yang sehat dan berlabel, tidak menggunakan
benih yang berasal dari daerah endemis penyakit ini.
Perlakuan seed treatment akan menekan patogen
pada saat awal.
Pengaturan jarak tanam merupakan salah
satu tindakan pengendalian yang dapat dilakukan,
karena dapat menciptakan kondisi mikro yang tidak
kondusif bagi perkembangan penyakit BGR ini. Penanaman dengan jajar legowo 2:1 dapat menciptakan
kondisi mikro pertanaman yang tidak terlalu lembab
dan aerasi yang baik sehingga sehingga membuat
kondisi yang tidak kondusif bagi perkembangan
jamur patogen penyakit.
Pada daerah endemis penyakit BGR tidak
dianjurkan untuk menggunakan pupuk N yang tinggi.
Pupuk N yang berlebihan dapat memacu pertumbuhan anakan tetapi juga membuat lemahnya jaringan tanaman sehingga spora patogen menjadi mudah untuk menginfeksi. Selain itu anakan yang banyak juga menyebabkan kondisi iklim mikro pertanaman menjadi lembab.
Tepat dalam pengenalan gejala awal dan
tepat dalam pengendalian penyakit ini akan menekan
perkembangan dari penyakit ini sehingga dapat
meminimalkan kerugian dan kehilangan hasil.
(Anieks)***

REFERRED NAME
Burkholderia glumae (Kurita & Tabei 1967) Urakami
et al. 1994
TAXONOMIC POSITION
Kingdom: Proteobacteria
Class: Neisseriae
Order: Burkholderiales
Family: Burkholderiaceae
OTHER NAMES USED
Pseudomonas glumae Kurita & Tabei 1967

Tips

KETAN HITAM

etan hitam dapat memperbaiki kerusakan sel


hati (hepatitis dan Chirosis), mencegah
gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker
dan tumor, memperlambat penuaan, berfungsi sebagai antioksidan, membersihkan kolesterol dalam
darah, dan mencegah anemia. Ketan hitam juga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ketan hitam mengandung zat besi hingga
15,52 ppm. Selain bermanfaat bagi kesehatan tubuh,
beras hitam juga bermanfaat untuk kecantikan kulit.
(USR)***

ADA APA DENGAN HANJUANG

anjuan atau Cordyline sering dipakai sebagai


tanaman pelindung dan pembatas blok pada
sawah, ladang serta perkebunan the atau
kina di Indonesia.
Hanjuan, terutama Cordyline fruticosa, popular sebagai tanaman hias. Daun hanjuang dipakai sebagai
pembungkus makanan. Hasil penelitian menunjukkan, bungkus daun hanjuang memiliki kemampuan
antibacterial. Konon, bagi kalangan tertentu jika
hanjuang ditanam di pekarangan rumah akan dapat
menolakbahaya, pengusir roh jahat dan sebagainya.
Di beberapa daerah para petani pun meyakini bahwa
tanaman ini juga berfungsi untuk mengusir tikus,
serangga dan penyakit dari tanaman padi jika ditanam
menjelang saat menanam padi. Maka tak heran jika
hanjuang banyak ditemukan pada pojok petak atau
pematang serta di pintu air masuk sawah (USR)***

Penulis:
Anik Kurniati
POPT Ahli Pertama
BBPOPT

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

35

Sukses Story

KAB. GROBOGAN PERINGKAT


PERTAMA UPSUS NASIONAL

esungguhnya pertanian melekat dengan Kabupaten Grobogan. Kabupaten ini pun dikenal dengan
lumbung padi nasional, bahkan sebagai tempat lahirnya varietas tanaman jenis baru.
Sebagian besar penduduknya (53%) menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian. Kontribusi
terbesar terhadap PDRB Kabupaten Grobogan juga berasal dari sektor pertanian. Namun kata Kepala Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Grobogan Edhie Sudaryanto, petani di daerahnya masih
cenderung terfokus pada produksi saja. Hampir seluruh hasil pertanian berlarian keluar wilayah masih dalam
bentuk hasil produksi. Dalam lima tahun kedepan Kabupaten Grobogan akan lebih fokus pada pengembangan
agrobisnis. Tujuannya meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani serta peningkatan produktivitas hasilnya,kata Edhie. Nanti masyarakat petani ungkap Edhie memiliki kegiatan pertanian berkelanjutan. Dimana
mereka tidak lagi berhenti dengan memetik hasil produksi dan lantas menjualnya begitu saja. Tetapi mereka
akan mencoba menciptakan produk baru dari hasil produksi pertaniannya.
Sebagai contoh hasil jagung, bisa diubah menjadi bahan makanan kecil. Atau diubah menjadi produk yang
lainnya yang berbahan baku jagung. Dengan begitu akan muncul sektor usaha lainnya yang dapat mendukung
kontinuitas produksi pertanian, jelasnya.
Hubungan antara sektor pertanian dengan sektor industri pun menjadi sangat erat dan saling tergantung satu sama lain dalam paradigma pembangunan pertanian kedepan. Petani Grobogan dengan dukungan
pihak lainnya harus mulai bersiap menyusun sebuah kerangka dasar pembangunan pertanian yang kokoh dan
tangguh untuk menuju agribisnis.
Jumlah bantuan yang diberikan sebanyak 68
unit pompa air dan 141 unit traktor tangan. Namun
yang diserahkan secara langsung baru 20 unit pompa
air dan 41 unit traktor tangan. Menurut Mentan,
bantuan pompa air dan traktort angan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi padi di Grobogan. (USR)***

Ir. Edhie Sudaryanto, MM, Kepala Dinas Pertanian


Tanaman Pangan & Hortikultura Kabupaten Grobogan.
MAJALAH PERAMALAN OPT
Vol.15, No.1. April 2016

36

Foto: Urip SR)

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman


memuji keberhasilan Grobogan dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan, sehingga
sepantasnya jika Bupati Grobogan BambangPudjiono
diusulkan sebagai Bupati terbaik nasional dalam
mempertahankan produksi pangan terutama padi,
ungkap Mentan.
Bahkan kata Mentan, produksi padi di Grobogan mengalami surplus setiap tahunnya sebesar
150.000 ton,. Diharapkan daerah ini tetap bisa menjadi produsen padi terbesar di Jateng danbisa membantu stok pangan nasional, ujar Menteri ketika menyerahkan bantuan pompa air dan traktor kepada
petani Grobogan di Desa Jangkungharjo, kecamatan
Brati. Penyerahan bantuan alsintan oleh Mentan
dihadiri oleh ketua DPRD Kab. Grobogan Sri
Sumarni, Kapolres AKBP Indra Darmawan Iriyanto,
Dandim 0717 Letkol Inf Jaelan, Kepala Dinas
Pertanian Pangan Hortikultura (Dinpertan TPH) Edhie
Sudaryanto.

Seputar K ehidupan
dan
PENERAPAN TEKNOLOGI PENANGANAN
DAERAH ENDEMIS OPT UTAMA PADI
MT. 2016 DI KARAWANG

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

37

MAJALAH PERAMALAN OPT


Vol.15, No.1. April 2016

38

Anda mungkin juga menyukai