Modul
: Sedimentasi
Pembimbing
Tanggal Praktikum
: 20 Oktober 2015
: 3 November 2015
Oleh
Kelompok
:8
Nama
(131411008)
(131411061)
(131411063)
Kelas
: 3A
I.
Tujuan Praktikum
Setelah praktikum mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi
2. Menghitung efisiensi pengendapan
II.
Dasar Teori
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan secara
Segi empat (rectangular). Pada bak ini, mengalir horisontal dari inlet menuju outlet,
sementara partikel mengendap ke bawah.
Lingkaran (circular) center feed. Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet
bak dibagian tengak bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet
disekeliling bak, sementara partikel mngendap ke bawah.
Lingaran (circular) periferal feed. Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling
lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran,
sementara partikel mengendap ke bawah.
perhitungan
dimensi
efektif
bak,
faktor-faktor
yang
mempengaruhiperformance bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus
lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan dengan penggunaan
perlengkapan
penyisihan
lumpur
dan
faktor
lain
diabaikan
untuk
menghitungperformance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin.
2) Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)
Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya
penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia
setelah proses koagulasi dan flokulasi.
Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang
relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan
ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen,
maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan
memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flokflok
yang terbentuk.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
3)
adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel
menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi
yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang
konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan
menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid danliquid.
Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah
sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum digunakan pada
pengolahan air buangan.
III.
Banyaknya lumpur
Luas bak pengendapan
Kedalaman bak pengendapan
Alat dan Bahan
Peralatan
Bahan
Turbidy meter
Bentonit (kapur)
TDS meter
PAC
pH meter
Air kran
Bak sedimentasi
Kertas saring
Lamella Clarifier
Gelas kimia
Gelas ukur
Pompa
oven
Neraca analitik
desikator
Krus tang
IV.
Prosedur
Air kran 80 L
Aqua clear 20 mL
Bentonit 24 gram
Unit sedimentasi
Efluen
Data Pengamaatan
Volume air umpan
Berat bentonit/kapur
Konsentrasi bentonit
Volume flokulan (aqua clear)
= 80 liter
= 24 gram
= 0,03%
= 20 mL
= 57498,75 cm3
= 32, p 56 NTU
= 27,93 NTU
= 7,1
= 6,5
=6
pH
7.2
6.7
6.7
6.8
6.5
6.8
6.9
6.8
Pengukuran TSS
Sebelum sedimentasi
Berta kertas saring kosong
Berat kertas saring + padatan
Berat padatan
Setelah sedimentasi
Berta kertas saring kosong
Berat kertas saring + padatan
Berat padatan
VI.
1,1 gram
1.1248 gram
0.0248 gram
0.9350 gram
0.9404 gram
0.0054 gram
Pengolahan Data
TSS (Total Suspended Solid)
Sebelum sedimentasi :
TSS
=
=
x 1000
x 1000
= 248 mg/L
Setelah sedimentasi :
TSS
x 1000
x 1000
= 54 mg/L
x 100%
x 100%
= 78 %
VII.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilaksanakan pengolahan limbah dengan cara
sedimentasi, secara batch, adapun yang dijadikan larutan limbahnya adalah air
sebanyak 80 liter dicampur dengan bentonit sebanyak 24 gram dan ditambah
flokulan aquaclear sebanyak 20 ml. Data yang diamati pada praktikum kali ini
adalah pH, kekeruhan, dan volume effluent. Data-data ini selanjutnya diolah untuk
mendapatkan effisiensi dari proses sedimentasi, serta kurva kurva dari data yang
didapatkan.
Berdasarkan grafik yang didapat pada pengaluran data, maka dapat dilihat trend
yang menunjukan bahwa terjadi penurunan dari kekeruhan pada larutan yang
diujikan. Hanya saja terdapat anomali dari data yang didapat, yakni pada menit
30. Anomali ini kemungkinan terjadi karena pada waktu 30 menit ada aliran
masuk berlebih dari tangki flokulasi, yang mengakibatkan terjadi pengadukan dan
pencampuran pada tangki sedimentasi. Aliran masuk berlebih disebabkan terjadi
penambahan air kedalam tangki flokulasi menggunakan gayung (manual) akibat
volume pada tangki flokulasi mengalami penuruan.
Pada pengamatan pH terhadap waktu, dapat dilihat bahwa grafik yang didapat
berfluktuatif. Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan sedang berada dalam
kondisi tidak stabil, selain itu, bila dilihat secara rentang, rentang pH ini sendiri
dapat dikatakan tidak terlalu jauh. Sehingga masih dapat dikatakan normal atau
sesuai.