Anda di halaman 1dari 8

KESIMPULAN

(Ribuan Nyamuk dan Kelelawar Pembawa Penyakit Di


teliti)

Telah dilakukan persiapan dan uji coba oleh Balai Besar


Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
( B2P2VRP) di Salatiga, Jawa Tengah yang dimulai tahun 2014
tentang ribuan hewan, seperti nyamuk, tikus, dan kelelawar
yang dianggap sebagai vektor (pembawa) atau reservoir
(sumber) penyakit.
Pengumpulan data Rikhus Vektorat dilakukan di 136 kabupaten
dengan 816 titik ekosistem yang ada di seluruh provinsi, baik
nyamuk, tikus, maupun kelelawar. Setidaknya ada 402.000 ekor
nyamuk yang dikenal sebagai vektor penyakit demam berdarah
dengue (DBD), malaria, dan chikungunya, kemudian sebanyak
56.280 tikus, dan 32.160 kelelawar.
Tujuan riset ini adalah untuk pemutakhiran data hewan-hewan,
yakni nyamuk yang dikenal sebagai vektor, serta tikus dan
kelelawar di Indonesia yang dikenal sebagai reservoir penyakit.
Karena itu, yang akan dikerjakan dalam jangka waktu tiga
tahun ke depan, mulai 2015-2017 adalah meneliti hewanhewan ini dan akan dicari kemungkinan kaitannya dengan
penyakit-penyakit yang lain.

KESIMPULAN
(Hubungan antara Kadar Karbon Monoksida (CO) Udara
dan Tingkat Kewaspadaan Petugas Parkir di Tiga Jenis
Tempat Parkir)

Tingkat polusi udara di Indonesia semakin meningkat, salah


satu sebabnya adalah bertambahnya jumlah kendaraan
bermotor yang meningkatkan jumlah emisi gas buang.
Beberapa macam komponen pencemaran udara yang berasal
dari gas buang kendaraan bermotor antara lain karon
monoksida (CO), nitroge (NOx), belerang oksida (SOx), hidro
karbon (HC), dan lain-lain. Kadar gas CO yang tinggi dalam
suatu ruangan dapat membahayakan manusia karena dapat
menimbulkan hipoksia jaringan dengan gejala kelemahan,
mual, muntah, vertigo, bahkan kematian. Sektor transportasi
menyumbangkan polutan gas CO yaitu 59% dari mobil bensin;
0,2% dari mobil diesel; 2,4% dari pesawat terbang; 0,1% dari
kereta api; 0,3% dari kapal laut dan sepeda motor serta lainnya
sebesar 1,8%. Tedapat perbedaan kadar CO udara 8 jam dan 12
jam pengukuran di Tempat Parkir Terbuka (TPB), dan Tempat
Parkir Semi Terbuka (TPSB) dengan Tempat Parkir Tertutup
(TPT). Tidak terdapat hubngan antara kadar CO udara dengan
tingkat kewaspadaan pada petugas parkir yang bekerja di TPT,
TPSB, TPB.

KESIMPULAN
(Pemanfaatan Metoe Aerasi Dalam Pengelolahan
Limbah Berminyak)
Limbah berminyak merupakan limabh yang dapat mencemri
lingkungan. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
mengelolah limbah berminyak adalah dengan metode aerasi.
Perlakuan aerasi yang diberikan adalah dengan beberapa
vareasi waktu diantaranya 12, 24, 48, dan 72 jam dengan
lajualiran udara 0,6 m/s. Hubungan waktu aerasi terhadap
kandungan minyak, lapisan minyak, nilai BOD, COD, TDS dan
TSS akan dianalisis dengan colerasi sedrahan dan deskritif.
Perlakuan aerasi dapat menurunkan kandungan minyak yang
pada air limbah dan dapat memisahkan minyak yang
terakumulasi di dalam air sehingga minyak dapat terdispersi ke
atas.
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa: semakin lama waktu aerasi maka kandungan minyak
didalam air limbah akan semakin berkurang; semakin lama
waktu aerasi yang diberikan pada air limbah maka nilai BOD 5 &
COD dari air limbah tersebut semakin kecil, penuruan paling
besar terjadi pada waktu aerasi 72 jam; penambahan lumpur
pada sampel di awal perlakuan menyebabkan nilai BOD 5 dan
COD masih lebih tinggi dari nilai BOD 5 dan COD sebelum
diberikan lumpur memiliki nilai BOD5 dan COD yang lebih
rendah; presentase penurunan nilai BOD 5, COD, TDS, dan TSS
dari sebelum perlakuan didapat presentase penurunan terbesar
pada waktu 72 jam.

KESIMPULAN
(Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan dan
Manusia)

Berdasarkan artikel tersebut beberapa hal dapat disimpulkan


sebagai berikut:
1. Sampah merupakan pencemar lingkungan, sekaligus
sebagai sumber penyakit yang mengancam kesehatan
manusia
2. Persepsi masyarakat terhadap sampah harus diubah; dari
bahan kotor yang harus dibuang menjadi bahan yang
bernilai ekonomi
3. Sampah organik bukanlah sesuatu yang harus dibuang,
tetapi dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk produk
yang bermanfaat bagi manusia seperti membuat kompos,
bokashi, dan batako
4. Pengelolaan sampah, tidak harus dilakukan dengan
memperanyak tempat pembuangan sampah, tetapi akan
lebih efektif dengan memnfaatkannya kembali
5. Sampah an-organik telah banyak dimanfaatkan dengan
mendaur ulang dan memanfaatkannya kembali, dan

sampah organik juga sangat potensial untuk diolah dan


dimanfaatkan kembali
6. Sampah yang tidak dikelola dengan baik: akan mejadi
smber pencemaran lingkungan dan sumber penyakit yang
sangat merugikan kehidupan manusia, sedangkan bila
dikelola akan menadi sumber ekonomi bagi masyarakat
7. Jangan pernah berfikir bahwa yang akan anda lakukan
tidak ada artinya tetapi lakukanlah semampu anda untuk
membuat lingkunga bersih dan sehat karena itu sangat
menguntungkan bagi kita semua

KESIMPULAN
(Kajian Penerapan Sistem Eko-Sanitasi Dalam
Pemanfaatan Kembali Limbah Manusia Yang
Terlupakan)
Keadaan sanitasi lingkungan di Indonesia baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan masih belum memadai, sehingga
menimbulakn dampak yang sangat mengkhawatirkan terhadap
kesehatan dan lingkungan. Salah satu faktor penting yang
menentukan derajat sanitasi lingkungan adalah pembuangan
limbah (tinja dan urine) manusia.
Selama ini limbah manusia (tinja dan urine) masih dianggap
oleh sebagian besar masyarakat kita sebagai suatu barang
yang tidak berguna dan harus dibuang karena tidak
dikehendaki. Sejauh ini pengalaman di seluruh dunia telah
menyediakan berbagai pilihan teknologi sanitasi terutama onsite, hanya masalahnya tidak semua teknologi tersebut telah
dimasyarakat secara luas karena berbagai keterbatasan. Masih

terjadinya salah pengelolaan sehingga tidak menjamin


pembasmian bakteri pathogen dalam upaya-upaya
pemanfaatan kembali limbah manusia untuk keperluan
pertanian, kolam ikan dan produksi biogas, sehingga masih
memungkinkan terjadinya penularan penyakit.

KESIMPULAN
Proper Food Handling, Food Safety, and Sanitation
Practices
Dari artikel ini dapat disimpulkan bahwa dalam pengolahan
makanan dan kebersihannya perlu diperhatikan beberapa hal:
1. Mencuci tangan
Pekerja harus mencuci tangan setelah menyentuh tubuh,
menggunakan toilet, memegang binatang, batuk atau
bersin, dan merokok, dll.
2. Kebersihan
Pekerja harus menjaga kebersihan dirinya dan lingkungan
kerjanya.
3. Tidak menyentuh makanan langsung dengan tangan
kosong
4. Temperatur

5. Alat-alat makan
Alat-alat makan harus dijaga dari kontaminasi silang
dengan bakteri yang terdapat pada bahan makanan yang
sedang disimpan. Alat makan harus dicuci dan di sterilkan
setelah digunakan.
6. Pencucian

KESIMPULAN
Cholera Epidemic Associated with Consumption of
Unsafe Drinking Water and Street-Vended Water Eastern Freetown, Sierra Leone,2012

Dari artikel berikut dapat disimpulkan bahwa serangan wabah


kolera di kota Sierra Leones sebesar 0,41% sedangkan pada
daerah yang lebih padat penduduk serangan kolera bisa
mencapai 0,95%. Penyebaran ini terjadi karena padatnya
penduduk, kurangnya infrastruktur air, ketidaktahuan dari
penjual makanan di jalan dan jarangnya fasilitas sanitasi dan
hygiene yang baik. Penggunaan klorin pada air minum dapat

membantu masalah kebersihan air minum dalam jangka


pendek tapi untuk jangka panjang diperlukan investasi dalam
pemipaan saluran air yang terkontrol dan praktek hygiene perlu
dilakukan untuk mencegah wabah kolera dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai