Anda di halaman 1dari 64

Bab I

Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang
Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita dan merupakan
penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker leher rahim. 1 Etiologi
dari kanker payudara belum diketahui dan strategi pencegahan primer atau upaya
intervensi masih belum memadai. Oleh karena itu, deteksi dini menjadi prioritas utama
dan praktik Pemeriksaan payudara sendiri secara reguler sebagai upaya pencegahan
sekunder yang akan mempengaruhi pengobatan, kualitas hidup dan kelangsungan hidup
bagi penderita kanker payudara.2
Menurut WHO, diperkirakan sekitar 519.000 wanita meninggal di tahun 2004 karena
kanker payudara. Sedangkan data dari American Cancer Society tahun 2006, sekitar 1.3
juta wanita terdiagnosis kanker payudara, dan tiap tahunnya di seluruh dunia kurang lebih
465.000 wanita meninggal karena penyakit ini.3 Angka kematian akibat kanker payudara
cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh penderita kanker ditemukan pada stadium lanjut.
Menurut GLOBOCAN (Global Burden of Cancer) tahun 2008 tingkat insidens bervariasi
di seluruh dunia dari 19.3 per 100.000 perempuan di Afrika Timur; 89.7 per 100.000
perempuan di Eropa Barat. Di sebagian besar Negara berkembang angka kejadian 40 per
100.000 perempuan. Hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran dan pengetahuan wanita
tentang kasus kanker payudara.4
Menurut data WHO terbaru yang dipublikasikan pada April 2011 kematian yang
disebabkan oleh kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052 atau 1.41% dari total
kematian. Dari data Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta tahun 2005 menunjukkan 80%
wanita tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan payudara sendiri. Dalam hal ini
deteksi dini dan diagnosis keganasan memegang peranan sangat penting untuk
memperbaiki prognosis, disamping faktor klinis lainnya.3
Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan untuk menurunkan angka mortalitas kanker
payudara dengan penemuan kanker payudara sedini mungkin dan pengobatan saat ukuran
masih kecil sebelum kanker tersebut bermetastasis.5 Dalam Jurnal Kesehatan dr. Soebandi
tahun

2015

menyebutkan

bahwa

meskipun

Sadari

merupakan

suatu

teknik

penyaringan/deteksi dini yang sederhana dan baik untuk penyakit payudara serta tidak
mahal, tidak nyeri, nyaman dan tidak berbahaya namun hanya sekitar dua pertiga wanita

mempraktikkannya sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dan hanya sepertiga yang


mempraktikkannya setiap bulan seperti yang dianjurkan.6
Efektifitas pelaksanaan Sadari itu sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan pemeriksa,
petunjuk yang mereka terima dan kebiasaan dalam melaksanakan Sadari. Selain itu, teori
perilaku yang diungkapkan oleh Lawrence Green, juga menyebutkan bahwa pengetahuan
merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perilaku kesehatan selain dari faktor
sikap, kepercayaan, tradisi dan persepsi. Beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak
rutin melakukan Sadari atau bahkan menghindarinya adalah rasa malas, takut,
beranggapan bahwa dirinya tidak beresiko, malu, tidak tahu tekniknya, merasa tidak perlu
lagi setelah menopouse, lupa dan tabuh.6,7
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berniat melakukan penelitian tentang
pengetahuan, sikap dan perilaku wanita mengenai Sadari dan faktor faktor yang
berhubungan seperti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, pekerjaan,
paritas, riwayat kanker payudara dalam keluarga, sumber informasi dan dukungan
keluarga. Selain itu juga, alasan lainnya adalah belum adanya data atau penelitian
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku Sadari
pada wanita usia 20 sampai 50 tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma.
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita dan merupakan
penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita.
1.2.2. Menurut WHO, diperkirakan sekitar 519.000 wanita meninggal di tahun 2004 karena
kanker payudara. Sedangkan data dari American Cancer Society, sekitar 1,3 juta
wanita terdiagnosis kanker payudara, dan tiap tahunnya di seluruh dunia kurang lebih
465.000 wanita meninggal karena penyakit ini.
1.2.3. Menurut data WHO terbaru yang dipublikasikan pada April 2011 kematian yang
disebabkan oleh kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052 atau 1.41% dari total
kematian.
1.2.4. Dari data Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta tahun 2005 menunjukkan 80% wanita
tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan payudara sendiri.
1.2.5. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi tahun 2015 menyebutkan bahwa meskipun Sadari
merupakan suatu teknik penyaringan/deteksi dini yang sederhana namun hanya sekitar
dua pertiga wanita mempraktikkannya sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dan
hanya sepertiga yang mempraktikkannya setiap bulan seperti yang dianjurkan.
1.2.6. Di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma belum ada data atau penelitian mengenai
faktor-faktor (usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, paritas, riwayat
2

kanker payudara dalam keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga) yang
berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku Sadari pada wanita usia 20
sampai 50 tahun.
1.3.

Hipotesis
Faktor usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, paritas, riwayat kanker
payudara di keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga berhubungan dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia 20 sampai 50 tahun mengenai pemeriksaan
payudara sendiri di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Wanita Usia 20 sampai 50 Tahun
Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri dan Faktor - Faktor yang Berhubungan di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
1.4.2. Tujuan Khusus
1.4.2.1.
Diketahuinya sebaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia 20
sampai 50 tahun mengenai pemeriksaan payudara sendiri di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
1.4.2.2.
Diketahuinya sebaran usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaan,
paritas, riwayat keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga pada pasien
wanita usia 20 sampai 50 tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni
2016.
1.4.2.3.

Diketahuinya hubungan usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaan,


paritas, riwayat keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga terhadap tingkat
pengetahuan mengenai Sadari pada pasien wanita usia 20 sampai 50 tahun di

Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.


1.4.2.4.
Diketahuinya hubungan usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaan,
paritas, riwayat keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga terhadap sikap
mengenai Sadari pada pasien wanita usia 20 sampai 50 tahun di Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
1.4.2.5.
Diketahuinya hubungan usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaan,
paritas, riwayat keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga terhadap perilaku
mengenai Sadari pada pasien wanita usia 20 sampai 50 tahun di Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
1.4.2.6.
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan terhadap sikap dan perilaku, serta
hubungan antara sikap terhadap perilaku mengenai Sadari pada pasien wanita usia 20
sampai 50 tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
3

1.5.
Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
1.5.1.1.
Diharapkan penelitian ini akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru
tentang hubungan pengetahuan, sikap, perilaku dan faktor-faktor apa saja yang dapat
meningkatkan angka Sadari.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

1.5.1.2.

pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.


1.5.2. Bagi Perguruan Tinggi
1.5.2.1.
Sebagai masukan dan acuan bagi mahasiswa fakultas kedokteran untuk
penelitian - penelitian berikutnya dan diharapkan dapat menjadi data dasar atau
pembanding serta masukan bagi peneliti yang lain berkaitan dengan hubungan
pengetahuan, sikap, perilaku dan faktor - faktor apa saja yang dapat meningkatkan
angka Sadari.
1.5.3. Bagi Puskesmas
1.5.3.1.

Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat, khususnya di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma
tentang perilaku Sadari.

1.5.4. Bagi Masyarakat


1.5.4.1.
Sebagai bahan pengetahuan dan memotivai masyarakat untuk mengetahui
pentingnya Sadari.

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu baik melalui penglihatan, pendengaran, rasa
dan raba. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya.8
4

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, pengetahuan yang dicakup dalam domain


kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu : (1) tahu merupakan mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya, (2) Memahami (comprehension) merupakan
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi secara benar, (3) Aplikasi merupakan kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi misalnya dalam pemecahan
masalah, (4) Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam
komponen komponen yang masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain, (5) sintesis merupakan kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian dari suatu bentuk keseluruhan yang baru, (6) Evaluasi (evaluation)
merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri.8
Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : (a) Pendidikan adalah
proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, (b) Usia merupakan
lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun); semakin cukup umur maka tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, (c)
pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarga, (d) sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan yang terdiri dari media
cetak yaitu surat kabar, majalah dan buku, dan media elektronik seperti radio, televisi dan
internet, (e) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar area dan sangat
berpengaruh pada perkembangan serta perilaku seseorang atau kelompok. 6
Pada penelitian di Cameroon pada tahun 2012 mengenai Breast SelfExamination and Breast Cancer Awareness in Women in Developing Countries: a survey
of women in Buea, Cameroondengan jumlah sampel sebanyak 120 wanita, didapatkan
74.17% responden pernah mendengar tentang pemeriksaan payudara sendiri (Sadari),
dimana setiap 6 dari 10 wanita tersebut (59.17%) mengerti bagaimana cara melakukan
Sadari.9
Demikian pula penelitian di Sudan pada Desember 2013 dengan judul
Knowledge, Attitude and Practice of Breast Self Examination Among Final Years
Female Medical Students in Sudan, didapatkan dari 200 responden, sebesar 86%
memiliki pengetahuan yang baik mengenai Sadari, dimana media seperti televisi dan
radio menjadi sumber informasi utama (65.5%) tentang Sadari.10
5

Berdasarkan penelitian pada 100 siswi di SMAN 62 Jakarta pada Januari 2013,
didapatkan 98% berpengetahuan baik tentang Sadari, namun sebanyak 84.3% tidak
melakukan Sadari. Berdasarkan hasil uji statistik pun diperoleh nilai p =1,000 (p > 0,05),
maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku Sadari. Sejalan dengan hasil studi yang dilakukan WHO
dan para ahli pendidikan kesehatan, terungkap memang benar bahwa pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah. Hal ini
berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya.11
2.2 Sikap
Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.8
Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni: (a) Kepercayaan (keyakinan), ide
dan konsep terhadap suatu objek; (b) kehidupan emosional atau evaluasi emosional
terhadap suatu objek; (c) kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku dapat bersifat langsung maupun melalui
perantara sikap. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktik. Untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Seperti halnya dengan pengetahuan,
sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan dimana saling berunut, yaitu: (a) menerima
adalah orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan; (b) merespon
merupakan memberikan jawaban dalam sebuah pertanyaan; (c) menghargai merupakan
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah; (d) bertangggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang
menjadi segala resiko.8
Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian dikenakan pendapat responden.8
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau
6

lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. Berikut
ini akan diuraikan peranan masing-masing faktor dalam membentuk sikap manusia antara
lain : (a) pengalaman pribadi membentuk seseorang terhadap stimulus; (b) pengaruh
orang lain di sekitar yang menjadi hal penting; (c) kebudayaan seseorang; (e) media
massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kepercayaan dan opini seseorang;
(f) lembaga pendidikan dan agama menjadi pengaruh dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu; (g) pengaruh faktor emosional
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 8
Berdasarkan penelitian pada 100 siswi di SMAN 62 Jakarta pada Januari 2013,
didapatkan sebanyak 82,7% responden bersikap positif dan memiliki perilaku Sadari
yang negatif, demikian pula sebanyak (91,7%) responden yang bersikap negatif,
memiliki perilaku Sadari yang negatif pula. Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku siswa dalam melakukan
pendeteksian dini yaitu Sadari.11
Pada penelitian di Negeria pada tahun 2015 dengan judul The Effectiveness of
Health Education on Knowledge Attitude and Practice of Breast Self-Examination
among Secondary School Girls in Nnewi North Local Government Area, Anambra
State, Nigeria didapatkan 98% responden bersikap positif mengenai pentingnya
dilakukan Sadari sebelum diberikan edukasi, dan 100% responden memiliki sikap yang
positif tentang Sadari setelah diberikan edukasi.12
2.3 Perilaku
Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus baik
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan manusia tersebut dipengaruhi
oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. 8
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua yaitu : (a) perilaku tertutup merupakan respon terhadap stimulus yang
masih terbatas perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain; (b) perilaku terbuka merupakan Respon terhadap stimulus tersebut sudah

jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain.8
Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (a) Faktor internal yaitu
karakteristik orang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya: kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya; (b) Faktor eksternal yaitu lingkungan,
baik lingkungan fisik, ekonomi, politik dan sebagainya.8
Perilaku sangat dipengaruhi oleh pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan
seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku. Semakin tinggi pendidikan maka
kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dalam lingkungan formal maupun
non formal terutama melalui media massa, dapat mengolah, menyajikan dan membagi
informasi sesuai dengan kebutuhan.8
Perilaku kesehatan di bidang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
(a) latar belakang yang meliputi norma-norma yang ada, kebiasaan, nilai budaya dan
keadaan sosial ekonomi yang berlaku dalam masyarakat; (b) sarana, dengan tersedia
atau tidak ada fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat; (c) cetusan
seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang baik dan bertempat
tinggal dekat dengan sarana kesehatan.8
Penelitian di Malaysia pada tahun 2010 mengenai Knowledge, Attitude and
Practice of Breast Self-examination Among Women in a Suburban Area in Terengganu,
Malaysia, didapatkan dari 86 responden, hanya 6 responden (7%) yang memiliki
perilaku yang baik dan memang tidak banyak berbeda dengan penelitian sebelumnya
lainnya. Hal ini sebagian besar dikarenakan memang belum banyak wanita yang tahu
bagaimana melakukan Sadari dengan benar.13
Demikian pula pada penelitian di Iraq tahun 2012 berjudul Knowledge, Attitude,
and Practice of Breast SelfExamination Among a Sample of The Educated Population
in Iraq, didapatkan dari 254 responden, hanya 80 responden (33.3%) yang melakukan
Sadari secara rutin, dengan frekuensi melakukannya setiap bulan sebanyak 152
responden (63.3%).14
Pada penelitian di Surakarta tahun 2015, dari 147 responden, sebanyak 109
responden (74.1%) tidak melakukan Sadari meskipun tingkat pengetahuan terhadap
Sadari baik (53.7%). Berdasakan hasil analisis bivariat mengenai hubungan
pengetahuan deteksi dini kanker payudara metode Sadari dengan perilaku melakukan
Sadari terdapat 25 (31,6%) responden. Dengan hasil uji Chi- Square di peroleh nilai p8

value 0,084 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan deteksi dini kanker payudara metode Sadari dengan perilaku Sadari wanita
usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Kota Surakarta.4
2.4 Payudara
2.4.1

Anatomi Payudara

Gambar 1. Anatomi Payudara15


Anatomi payudara berdasarkan :
-

Struktur terdiri dari jaringan glandular (15-20 lobus mayor), duktus laktiferus,

puting.
Suplai darah dan aliran aliran limfatik payudara yang teridir dari arteri subclavia
(arteri thoracica interna, arteri thoracica lateral, arteri thoracoacromial, arteri

interkostal) dan aliran limfatik mengalir melalui nodus limfe aksilar.


Persarafan oleh nervus interkostal T2 6.

2.4.2. Kanker Payudara


2.4.2.1 Definisi
9

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Sel kanker
dikarakteristikkan dengan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan kemampuan selsel ini untuk invasi jaringan normal secara lokal atau menyebar melalui tubuh, yang
melalui prosesnya disebut metastasis.1
2.4.2.2.Epidemiologi
Menurut WHO, diperkirakan sekitar 519.000 wanita meninggal di tahun 2004
karena kanker payudara. Sedangkan data dari American Cancer Society, sekitar 1,3
juta wanita terdiagnosis kanker payudara, dan tiap tahunnya di seluruh dunia kurang
lebih 465.000 wanita meninggal karena penyakit ini.3
2.4.2.3.Etiologi dan Faktor Resiko
Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan
penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan
tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan faktor resiko atau kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor resiko. Perlu diingat, apabila seorang
perempuan mempunyai faktor resiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan
menderita

kanker

payudara,

tetapi

faktor

tersebut

akan

meningkatkan

kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak perempuan yang


mempunyai satu atau beberapa faktor resiko tetapi tidak pernah menderita kanker
payudara sampai akhir hidupnya.16
Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen
dominan) dan genetik. Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena
beberapa faktor resiko dibawah ini : (a) Peningkatan berat badan yang bermakna pada
saat pasca menopause; (b) Diet ala barat yang tinggi lemak (western style); (c)
Minuman beralkohol. Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti : (a)
Peningkatan konsumsi serat; (b) Peningkatan konsumsi buah dan sayur.16
Faktor yang berhubungan dengan keadaan estrogen yaitu antara lain : (a)
menarche atau menstruasi pertama (kurang dari 12 tahun), Selama waktu ini, jaringan
payudara immatur, lebih aktif dan rentan terhadap pengaruh hormon; (b) Menopause
atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun); (c) Nullipara/belum
pernah melahirkan; (d) Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua/ lebih dari
10

30 tahun; (e) Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (7 tahun), studi
cohort yang dilakukan Gabrick, melaporkan bahwa ternyata penggunaan kontrasepsi
oral berhubungan dengan peningkatan risiko kanker yang signifikan (RR=3.3); (d)
Tidak menyusui dan menyusui lebih dari 1 tahun; (e) Radiasi pengion pada saat
pertumbuhan payudara; (f) Riwayat keluarga yang mempunyai kecenderungan untuk
terjadinya kanker payudara, yaitu gen BRCA1, BRCA2 dan juga pemeriksaan
histopatologi faktor proliferasi p53 germline mutation. Riwayat kanker pada
keluarga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit diantaranya 3 atau
lebih keluarga (saudara ibu klien atau bibi) dari sisi keluarga yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium, dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium usia di bawah 40 tahun, adanya keluarga dari sisi yang
sama terkena kanker payudara dan ovarium, adanya riwayat kanker payudara bilateral
pada keluarga , adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga.15,16
2.4.2.4.Manifestasi Klinis
Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa mamma yang tidak nyeri,
seringkali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadaran lateral
atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak
licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa
cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas.16
Perubahan Kulit16
(1) Tanda lesung: ketika tumor mengenai glandula mamae, ligamen itu memendek
hingga kulit setempat menjadi cekung disebut tanda lesung.
(2) Perubahan kulit jeruk (peau dorange): ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut
tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.
(3) Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masingmasing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak
nodul tersebar, secara klinis disebut tanda satelit.
(4) Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwarna
merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu dapat
menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut tanda kembang
kol
11

(5) Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut karsinoma mamae inflamatorik.


Tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan dapat disebut tanda peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada
kanker payudara waktu hamil atau laktasi.
Perubahan Papilla Mammae16
(1) Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi jaringan
subpapilar.
(2) Sekresi papilar (umumnya sanguineus): sering karena karsinoma papilar dalam
duktus besar atau tumor mengenai duktus besar.
(3) Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(penyakit Paget). Klinis tampak areola, papilla mamae tererosi, berkrusta, sekret,
deskuamasi, sangat mirip eksim.
Perubahan kelenjar limfe regional16
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multipel. Pada
awalnya mobile, kemudian dapat berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan
sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe klavikular juga dapat
menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian sangat kecil pasien
kanker mamae hanya tampil dengan limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa
mamae, kami menyebutnya karsinoma mamae tipe tersembunyi.
2.4.2.5.Deteksi Dini
Upaya deteksi dini kanker adalah usaha untuk menemukan adanya kanker yang
masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih
lokal, belum menimbulkan kerusakan berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan
waktu tertentu.1
Upaya ini sangat penting, sebab apabila kanker payudara dapat dideteksi pada
stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang cukup tinggi
(80-90%).1
Penapisan pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mamografi, karena sumber
daya di Negara-negara itu cukup memadai untuk melakukan program tesebut,
sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, penapisan secara massal dengan
12

USG dan mammografi belum memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu
pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga kesehatan terlatih yang diikuti dengan
promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker
payudara apabila ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan
meningkatkan kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih
lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan
yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker
payudara.1
Sadari sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-7 sampai ke-10,
terhitung hari pertama haid). Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20
tahun.Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 20-30%.Sensitivitas juga dipengaruhi oleh
cara melakukan Sadari dan variasi berdasarkan ukuran, lokasi, bentuk, komposisi dari
massa yang terpalpasi, akan tetapi lebih tergantung kepada ukuran dan tipe tumor.1

Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast


Examination)
1. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan
Sadari, sedangkan umur 20-30 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap tiga
tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat Sadari
dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada
kemungkinan keganasan.
2. Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun.

Pemeriksaan Ultrasonography (USG)


1 Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan pemeriksaan
2

lanjutan dengan USG maupun mammografi.


USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan
solid/ padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di bawah

usia 40 tahun.
Pemeriksaan Penapisan Mammografi
1. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan berkala, setiap satu tahun sekali
pada perempuan di atas 40 tahun.
2. Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan yang
tidak bergejala (opportunistic screening dan organized screening).

2.5

Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)


13

2.5.2

Definisi Sadari
Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan Sadari adalah suatu cara
yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara,
sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan secara berkala yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar
yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada
payudara. Jika Sadari dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan
benjolan pada stadium dini. Sebaiknya Sadari dilakukan pada waktu yang sama setiap
bulan. Bagi wanita yang mengalami menstruasi, waktu yang tepat untuk melakukan
Sadari adalah hari ke-7 setelah sesudah hari 1 menstruasi.1
Sadari adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk
mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting
untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara karena
penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.1

2.5.3

Tujuan Sadari
Adapun tujuan pemeriksaan payudara sendiri dilakukan adalah untuk mengetahui
adanya kelainan pada payudara sejak dini, sehingga diharapkan kelainan-kelainan
tersebut tidak ditemukan pada stadium lanjut yang pada akhirnya akan membutuhkan
pengobatan rumit dengan biaya mahal. Selain itu adanya perubahan yang diakibatkan
gangguan pada payudara dapat mempengaruhi gambaran diri penderita.1
Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan
bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu memeriksa diri
sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri sendiri dapat
meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari satu sentimeter.
Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat diobati dalam stadium dini.
Dan kemungkinan sembuh juga lebih besar.1,16
Pemeriksaan payudara sendiri adalah suatu prosedur untuk mengetahui kelainankelainan pada payudara dengan melakukan inspeksi secara berkala, misalnya sebelum
melakukan pemeriksaan payudara terlebih dahulu harus mencuci tangan agar tidak
terjadi infeksi pada payudara, serta penggantian bra merupakan salah satu dari
penanggulangan untuk pencegahan infeksi pada payudara. Tujuan dilakukannya
Sadari adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada payudara baik
struktur, bentuk ataupun tekstur.1
14

2.5.4

Manfaat Sadari
Manfaat periksa payudara sendiri adalah untuk mendeteksi sedini mungkin
adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat
diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk
dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara
teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita
yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah.1

2.5.5

Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri


Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap bulan jika wanita itu
sudah berumur diatas 40 tahun. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan mencurigakan
hendaknya memeriksakan ke dokter. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan dalam
tiga tahap, yaitu:1
1. Melihat payudara
a. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin
b. Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan
cermin yang besar
c. Lakukan kedua tangan disamping tubuh
d. Perhatikan payudara :
-

Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris?


Apakah payudara membesar atau mengeras?
Apakah arah putting tidak lurus ke depan atau berubah arah?
Apakah putting tertarik ke dalam?
Apakah putting atau kulit ada yang lecet?
Apakah ada perubahan warna kulit?
Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)?
Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?

e. Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus keatas.
f. Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan di
pinggang, dada di busungkan, dan siku tertaarik ke belakang.
2. Memijat payudara
a. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke
putting.
b. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu
15

(seharusnya, tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita yang sedang
menyusui).
3. Meraba payudara
a. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring
b. Akukan perabaab payudara satu persatu
c. Untuk memeriksa payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang
dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala
atau diletakkan dibawah kepala.
d. Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang
saling dirapatkan.
e. Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara hingga
keputing susu
f. Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi
payudara hingga keputing susu
g. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksa
h. Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagi
i. Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan: tekanana ringan
untuk meraba adanya benjolan dipermukaan kulit, tekanan sedang untuk
memeriksa adanya benjolan ditengah jaringan payudara, dan tekanan kuat
untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga
j. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak
sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitif
k. Setelah itu, dilakukan semua langkah perabaan dalam posisi berdiri.
Sebaiknya dilakukan saat sedang mandi (dengan menggunakan sabun)
Di Saudi Arabia, penelitian mengenai Knowledge, Attitude and Practice of
Breast Self Examination and Breast Cancer Among Female Medical Students in Taif,
Saudi Arabia pada tahun 2014 didapatkan 20.8% responden tidak tahu cara yang
benar melakukan Sadari, sedangkan sebanyak 45.7% responden tidak merasa memiliki
masalah dengan payudaranya sehingga tidak melakukan Sadari.10
Sedangkan di Jawa Barat, penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan
dengan perilaku pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran,
sebagian besar mahasiswi (56.25%) melakukan pemeriksaan Sadari dengan sesuai dan
hamper setengah (43.75%) dari responden melakukan Sadari secara tidak sesuai.17
16

Gambar 2. Cara MelakukanSadari1


2.5.6

Waktu Dilakukan Sadari


Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Sebaiknya
periksa payudara ibu 710 hari setelah hari pertama menstruasi (saat payudara
kemungkinan tidak mengeras dan nyeri). Jika wanita tidak mendapat menstruasi lagi,
wanita harus memilih hari/tanggal yang sama tiap bulan (misalnya hari/tanggal 1 tiap
bulan) untuk memeriksa payudara.16
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri saat mandi atau sebelum tidur.
Dengan memeriksa saat ibu mandi tangan dapat bergerak dengan mudah di kulit yang
basah.1
Pada penelitian di Nigeria pada Maret 2016 yang berjudul An Assessment of the
Knowledge and Practice of Self Breast Examination (BSE) amongst University
Students, didapatkan 33.5% responden melakukan Sadari terakhir kali kurang dari
sebulan yang lalu. Sebanyak 29% responden melakukan Sadari terakhir kali 2 6
bulan yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa para mahasiswi menyadari pentingnya
Sadari dan dengan rutin melakukan Sadari setiap bulannya.18
Penelitian di India pada tahun 2015 mengenai Knowledge, Attitude, and Practice
of Breast SelfExamination in Female Nursing Student, didapatkan sebanyak 63.3%
17

responden melakukan Sadari secara rutin setiap bulan dan 24.2% dalam waktu 5 hari
setelah menstruasi, meskipun tingkat perilaku dilakukannya Sadari masih rendah.14
Di Saudi Arabia, penelitian mengenai Knowledge, Attitude and Practice of
Breast Self Examination and Breast Cancer Among Female Medical Students in Taif,
Saudi Arabia pada tahun 2014 mengemukakan bahwa sebanyak 39% responden
justru tidak memiliki waktu yang rutin (irregular) atau tidak pernah melakukan
Sadari.10
2.6

Faktor-Kaktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Wanita


Usia 20-50 Tahun Mengenai Sadari

2.6.1. Usia
Menurut Harlock, usia menggambarkan kematangan fisik, psikis dan sosial yang
mempengaruhi proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa usia merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi penangkapan informasi yang pada akhirnya berpengaruh
pada peningkatan pengetahuan seseorang, termasuk pengetahuan tentang deteksi dini
kanker payudara.19
Usia adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai beberapa tahun.
Semakin cukup usia, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan
lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya.19
Penelitian juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh usia. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa
bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.19
Berdasarkan hasil penelitian usia ibu yang kurang dari 40 tahun ditemukan 21
responden (25.6%) ada riwayat keturunan terjadinya kanker payudara, tetapi ada 7
responden (8.5%) tidak ada ditemukan riwayat kanker payudara. Responden dengan
usia > 40 tahun ditemukan 25 (30.5%) ada riwayat keturunan, tetapi ada juga
ditemukan tidak ada riwayat keturunan terjadinya kanker payudara sebanyak 29
responden (35.4%). Menurut Tjipto ada kecenderungan meningkatnya resiko terkena
kanker sejalan dengan bertambahnya usia. Sebagaimana dari hasil penelitian ada 7
responden (8.5%) dengan usia kurang dari 40 tahun sudah terkena kanker payudara
dan tidak ada riwayat keturunan. Resiko terkena kanker payudara memang tidak sama
pada setiap wanita yang artinya bahwa resiko ibu berumur 30-40an tentu lebih rendah
18

dari pada wanita yang berusia 50-60an. Pada umumnya usia perempuan yang

lebih sering terkena kanker payudara adalah di atas 40 tahun, yang disebut
dengan cancer age group.5
Secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara umur ibu dengan
kejadian kanker payudara. Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0.025 (p <
0.05) dengan 2= 5.058, artinya ada hubungan yang signifikan antara usia
dengan riwayat keturunan terjadinya kanker payudara.5
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa seiring
dengan bertambahnya usia, maka risiko terjadinya kanker payudara juga akan
meningkat. Risiko terjadinya kanker payudara pada wanita berumur kurang dari
30 tahun cenderung lebih rendah dari pada usia 40 tahun ke atas.5
Pada usia > 40 tahun disebut masa pra-menopause. Pada masa ini hormon
progesteron tidak dapat dihasilkan dengan jumlah yang cukup sehingga produksi
hormon estrogen tidak dapat ditangkal. Hal inilah yang memicu untuk terjadinya
kanker payudara.5
Jika dihubungkan usia dengan pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya
Sadari, maka semakin bertambahnya usia, maka akan semakin banyak pengalaman
yang dimiliki oleh wanita usia subur, semakin banyak informasi yang diperoleh
wanita usia subur dan semakin memahami apa kegunaan dilakukannya Sadari untuk
kesehatan dalam upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker payudara.35
Pada penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku wanita
usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker payudara metode Sadari di wilayah
kerja Puskesmas Nusukan Surakarta, didapatkan umur responden yang paling banyak
yaitu pada kelompok usia 36-40 tahun sebanyak 31 (36%) responden, sedangkan
paling sedikit terdapat pada kelompok usia 46-49 sebanyak 9 (7%) responden.4
Demikian pula dari hasil penelitian distribusi pengetahuan wanita usia 20-50
tahun tentang Sadari berdasarkan umur, menunjukkan bahwa dari 67 responden,
sebagian besar respondennya berusia 20-30 tahun yaitu sebanyak 30 responden
(100%) dari jumlah tersebut tidak ada yang berpengetahuan rendah diikuti responden
yang berpengetahuan sedang sebanyak 9 responden (30%) dan responden yang
berpengetahuan tinggi sebanyak 21 responden (70%).5
Disebutkan pula dalam penelitian di Nigeria,

bahwa

sebanyak

195

responden(88.2%) tidak mengetahui usia yang ideal untuk memulai Sadari dan hanya
11.8% yang mengetahuinya.18
Penelitian yang meneliti wanita berumur 15 39 tahun menemukan bahwa 50%

19

dari respondennya pernah melakukan Sadari. Hal ini bisa terjadi karena wanita pada
usia tersebut mulai merasa adanya kewaspadaan terhadap diri mereka. Berbeda
dengan kelompok usia 39 tahun ke atas di mana kelompok usia tersebut belum
tumbuh kewaspadaan terhadap diri mereka sendiri.20
2.6.2. Tingkat Pendidikan
Dalam penelitian mengenai persepsi wanita berisiko kanker payudara tentang
pemeriksaan Sadari di Desa Namorambe tahun 2012, berdasarkan tingkat pendidikan
responden, diketahui bahwa proporsi terbesar responden yang pernah melakukan
Sadariadalah responden yang berpendidikan sarjana, dimana tampak bahwa proporsi
responden yang pernah melakukan Sadari makin tinggi seiring dengan makin
tingginya pendidikan yang diperoleh responden. Responden yang mayoritas pernah
melakukan Sadari berturut-turut adalah kelompok dengan tingkat pendidikan diploma
(81,8%) dan sarjana (80%).21
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Surakarta yang mendapatkan
distribusi frekuensi pendidikan responden paling banyak berpendidikan SMA yakni
sebanyak 67 (45%) responden. Paling sedikit responden berpendidikan Perguruan
Tinggi yakni sebanyak 14 (10%) responden.4
Data penelitian di Manado juga diperoleh karakteristik responden berdasarkan
pendidikan, didapatkan sebanyak 18 responden (13,30%) berpendidikan akhir sampai
perguruan tinggi (PT), sebanyak 78 responden (57,80%) berpendidikan akhir sampai
SMA, sebanyak 24 responden (17,80%) berpendidikan akhir sampai SMP, sebanyak
14 responden (10,40%) berpendidikan akhir sampai SD dan sebanyak 1 responden
(0,70%) tidak bersekolah.22
2.6.3. Dukungan Keluarga
Dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan periode Januari 2013 mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku Sadari, Analisis hubungan antara dukungan orang tua
dengan perilaku Sadari menunjukkan (76,3%) responden yang mendapatkan
dukungan orang tua yang baik memiliki perilaku Sadari yang negatif, demikian pula
sebanyak (93,5%) responden yang tidak mendapatkan dukungan orang tua yang baik
memiliki perilaku Sadari yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua
dengan perilaku Sadari pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Selain itu diperoleh
nilai OR sebesar 4,50 artinya siswa yang mendapatkan dukungan orang tua yang baik
20

memiliki peluang sebesar 4,50 kali untuk melakukan Sadari dibanding siswa yang
tidak mendapatkan dukungan orang tua yang baik.11
Hal ini juga sependapat dengan teori Green yang mengatakan bahwa perubahan
perilaku terhadap tindakan kesehatan tergantung dari ada dukungan, adapun salah satu
dukungan yang dapat diperoleh dari orang tua/keluarga, dengan demikian ini akan
menjadi penguat bagi remaja yang memutuskan melakukan tindakan deteksi dini.6
Dalam penelitian di Puskesmas Nusukan Surakarta, didapatkan Distribusi
frekuensi responden, sebagian besar keluarga responden yang tidak mendukung yaitu
sebanyak 76 (51,7%) responden. Keluarga responden yang mendukung yaitu
sebanyak 72 (48,3%) responden. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
belum mendapatkan dukungan secara baik dari keluarga masing-masing.4
2.6.4. Pekerjaan
Dalam penelitian di Surakarta, distribusi frekuensi pekerjaan responden yang
paling banyak sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yakni sebanyak 73 (49%) responden.
Paling sedikit responden mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil yaitu
sebanyak 3 (2%) responden. Selainsebagai ibu rumah tangga danPNS, wanita usia
subur di WilayahKerja Puskesmas Nusukan jugaada yang bekerja sebagaiwiraswasta
dan swasta serta masihada yang bersekolah atau pelajar.4
Berbeda dengan studi di Makassar tahun 2012, berdasarkan distribusi
frekuensitentang pekerjaan, didapatkan proporsi responden yang paling sering
melakukan Sadari adalah responden yang bekerja sebagai karyawan yaitu sebanyak
58,3% dibandingkan dengan kelompok yang tidak bekerja yaitu sebanyak 55%.19
2.6.5. Paritas
Menurut Tim Penanggulangan Kanker RS. Dharmais, studi analitik fakor risiko
pada kanker payudara menunjukkan adanya peningkatan sampai 50% pada wanita
yang tidak memiliki anak (nullipara). Wanita yang tidak pernah hamil memiliki risiko
terkena kanker payudara 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang pernah hamil. Dari
hasil penelitian diperoleh mayoritas responden yang terkena kanker payudara adalah
nullipara tetapi tidak dapat diketahui apakah responden karena tidak melahirkan atau
karena lama menikah. Hal inilah merupakan salah satu kelemahan penggunaan data
sekunder dalam penelitian.23
Secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara paritas dengan riwayat
keturunan terjadinya kanker payudara (p<0.05). Hal ini berhubungan dengan hormon.
Artinya bahwa ibu yang tidak pernah hamil dan menyusui tidak mengalami
diferensiasi jaringan pada payudara. Ibu/wanita yang hamil menghasilkan hormon
progesteron yang lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak hamil. Hormon inilah
21

yang dapat menekan produksi hormon esterogen yang merupakan pemicu terjadinya
kanker payudara.23
Dalam penelitian yang berjudul Practicing Breast Self-Examination Among
Women Attending Primary Health Care in Kuwaittahun 2012, didapatkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara wanita dengan jumlah paritas 1, 1-2, lebih sama
dengan 3 dengan perilaku Sadari.24
2.6.6. Status Pernikahan
Dalam penelitian mengenai persepsi wanita berisiko kanker payuradara tentang
Sadari di Kota Semarang, responden yang pernah melakukan Sadari adalah responden
yang sudah/ pernah menikah. Sebanyak 49,0% dari wanita yang belum menikah
pernah melakukan Sadari dan sebanyak 52,8% wanita yang sudah/pernah menikah
pernah melakukan Sadari.25
Sejalan dengan penelitian di Turkey, responden yang pernah melakukan Sadari
adalah responden yang sudah menikah. Sebanyak 70,7% dari wanita yang sudah
menikah pernah melakukan Sadari dan sebanyak 26,3% wanita yang belum menikah
pernah melakukan Sadari.26
2.6.7. Riwayat Kanker Payudara di Keluarga
Faktor genetik memiliki andil yang besar. Seseorang yang keluarganya pernah
menderita penyakit kanker, ada kemungkinan penyakit tersebut juga dialami oleh
keturunannya. Wanita dengan riwayat keluarga yang menderita kanker payudara pada
ibu, saudara perempuan ibu, saudara perem- puan, adik/kakak, resikonya 2 hingga 3
kali lebih tinggi. Apabila dilakukan pemeriksaan genetik terhadap darah dan hasil nya
positif, maka dapat meningkatkan peluang terkena kanker payudara pada
keturunannya, 2 hingga 3 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak mempunyai
riwayat keturunan.15
Penyakit biasanya menurun mengikuti garis ibu. Seseorang yang memiliki
anggota keluarga terkena kanker payudara, maka memiliki risiko yang sama. Untuk
mengetahui lebih dini walaupun ada riwayat keturunan maka dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan Sadari setiap bulan dan mammografi, khususnya pada usia 40
tahun keatas sesuai dengan anjuran.16
Pada penelitian di Nigeria, didapatkan responden dengan riwayat kanker payudara
di keluarga sebanyak 73 responden, dan yang tidak ada riwayat kanker payudara
sebanyak 171 responden. Dalam kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa variabel
seperti usia, tingkat pendidikan, riwayat kanker payudara di keluarga tidak signifikan
22

dalam perilaku Sadari.27


2.6.8. Sumber Informasi mengenai Sadari
Dalam penelitan di Malaysia tahun 2011 yang berjudul Practice and Barriers
Toward Breast Self-Examination Among Young Malaysian Women, didapatkan
sumber informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri, mayoritas disebutkan radio
dan televisi sebagai yang sumber informasi utama (38.2%), diikuti oleh anggota
keluarga (21.1%), teman (14.7 %) dan kemudian koran (12.4 %).13
Penelitian lain yang serupa melaporkan bahwa sumber-sumber informasi yang
paling penting tentang Sadari ditulis dalam buku, pendidikan akademik dan
profesional kesehatan lainnya. Misalnya, lebih banyak artikel di koran, serta seminar
dan lokakarya di komunitas lokal tentang kanker payudara dapat meningkatkan
pengetahuan.5
Dalam studi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah
dan demonstrasi dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan
keterampilan praktik Sadari diperoleh bahwa dari 55 responden, 27 (49.1%)
diantaranya sudah pernah mendengar informasi tentang Sadari dan 28 (50.9%)
responden diantaranya belum pernah mendengar informasi. Dari 27 (49,1%)
responden yang terpapar informasi tentang Sadari, 20% mengaku memperoleh
informasi dari televisi, 9.1% memperoleh informasi dari radio, 5.5% memperoleh
informasi dari teman dan guru, 3.6% memperoleh informasi dari tenaga kesehatan dan
lain-lain, 1,8% memperoleh informasi dari koran.28
2.6.9. Persepsi
Pada penelitian di Semarang mengenai persepsi wanita berisiko kanker payudara
tentang pemeriksaan payudara sendiri, persepsi wanita sebagian besar adalah persepsi
negatif.7
Hal ini terlihat sebanyak 74,8% responden merasa perilaku Sadari tidak
mempunyai keuntungan dan 70,1% responden merasakan hambatan untuk melakukan
Sadari.7
Hasil perhitungan ini tentu bertolak belakang dengan kenyataan bahwa responden
adalah wanita yang mempunyai faktor risiko kanker payudara. Seharusnya mereka
yang mempunyai faktor risiko kanker payudara akan merasa rentan untuk terkena
kanker payudara. Perbedaan ini bisa terjadi karena adanya proses kognitif dalam
menafsirkan stimulus yang diterima masing-masing responden mengenai kanker
payudara dan Sadari. Hal ini juga bisa terjadi oleh karena akses informasi serta tingkat
pengetahuan responden yang rendah mengenai kanker payudara dan Sadari. Seluruh
23

apa yang ada dalam individu, seperti pengalaman, perasaan, pemikiran, dan
sebagainya, ikut mempengaruhi proses persepsi individu terhadap objek yang sama.20
Hambatan-hambatan dalam perilaku Sadari antara lain adalah rendahnya
kewaspadaan wanita terhadap kanker payudara dan sedikitnya akses informasi yang
mereka dapatkan.22
Variabel persepsi keuntungan tentang Sadari mempunyai p value 0,022 dengan OR
95% CI : 1,779 (1,109 2,854), sedangkan variabel persepsi hambatan mempunyai p
value 0,015 dengan OR 95% CI : 2,144 (1,191 3,860). Oleh karena itu, diperoleh
hasil bahwa ada hubungan yang bermakna secara signifikan antara persepsi
keuntungan tentang Sadari dan persepsi hambatan untuk melakukan Sadari dengan
perilaku Sadari. Diperoleh nilai OR 1,779 untuk variabel keuntungan yang berarti
persepsi keuntungan yang positif mempunyai peluang 1,779 kali untuk menghasilkan
perilaku Sadari yang positif dibandingkan dengan persepsi keuntungan yang negatif.
Nilai OR 2,114 untuk variabel hambatan berarti persepsi hambatan yang positif
mempunyai peluang 2,114 kali untuk menghasilkan perilaku Sadari yang positif
dibandingkan dengan persepsi hambatan yang negatif.7

24

2.1.

Kerangka Teori

2.2.

Kerangka Konsep

25

Bab III
26

Metodologi Penelitian
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan
pendekatan cross- sectional terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku pasien wanita usia
20 sampai 50 tahun mengenai pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) dan faktor-faktor
yang berhubungan di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma periode Juni
2016.
3.3. Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Sumber data terdiri dari data primer. Data primer diambil dari subjek penelitian
dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada pasien wanita usia 20 sampai 50
tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma periode 2016.
3.4. Populasi
3.4.1. Populasi Target
Pasien wanita yang berusia 20 sampai 50 tahun.
3.4.2. Populasi Terjangkau
Pasien wanita yang berusia 20 sampai 50 tahun yang datang ke Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma periode 13 Juni sampai 16 Juni 2016.
3.5. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi

Semua pasien wanita yang berusia 20 sampai 50 tahun yang datang ke Puskesmas

Kelurahan Wijaya Kusuma periode 13 Juni sampai 16 Juni 2016.


Pasien wanita yang bersedia menjadi responden.
Pasien wanita yang belum terdiagnosis kanker payudara.

3.5.2. Kriteria Eksklusi

Wanita yang tidak bisa membaca dan menulis.


27

3.6. Sampel
3.6.1. Perhitungan Besar Sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus besar
sampel deskriptif sebagai berikut:
N = (Z)2 x p x q
d2
Keterangan:
N

= Jumlah sampel

= Derivat baku alfa = 1,96

= Proporsi kategori variabel yang diteliti

= 1-P

= Presisi = 10%

Tabel proporsi variabel bebas4,26


Variabel Bebas
Usia
Tingkat Pendidikan
Status Pernikahan
Pekerjaan
Paritas
Riwayat Keluarga
Sumber Informasi
Dukungan Keluarga

P
0,44
0,46
0,55
0,71
0,37
0,83
0,50
0,51

Q
0,56
0,54
0,45
0,29
0,63
0,17
0,50
0,49

N
94,65
95,42
95,07
79,09
89,54
54,20
96,04
96,00

Untuk menjaga kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out, maka dihitung:
N2

= N1 + (10% x N1)
= 96,04 + (0,1 x 96,04)
= 96,04 + 9,604
= 105,644 dibulatkan menjadi 106 subjek penelitian

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 106 orang.

3.6.2. Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan non-probability
sampling teknik consecutive sampling. Pada teknik ini, diambil setiap pasien wanita
usia 20 sampai 50 tahun yang datang dan mengambil nomor pendaftaran secara
berurutan di Puskesmas Wijaya Kusuma.
28

3.7. Cara Kerja


a.

Peneliti mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.

b.

Peneliti membuat kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data.

c.

Peneliti melakukan uji coba kuesioner pada wanita yang datang ke Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma periode Juni 2016

d.

Peneliti melakukan koreksi kuesioner.

e.

Peneliti menentukan jumlah sampel minimal 106.

f.

Peneliti memilih sampel menggunakan metode consecutive sampling. Peneliti


mengambil pasien wanita yang datang ke Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma
secara berututan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi.

g.

Peneliti melapor, meminta ijin dan persetujuan dari kepala Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma untuk melakukan penelitian terhadap pasien wanita yang berusia
20 sampai 50 tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma.

h.

Peneliti melakukan pengumpulan data, dengan menggunakan instrumen penelitian


berupa kuesioner.

i.

Peneliti melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.

j.

Penulisan laporan penelitian.

k.

Pelaporan penelitian

3.8. Identifikasi Variabel


Dalam penelitian ini digunakan variabel tergantung (dependent) dan variabel bebas
(independent).Variabel tergantung berupa pengetahuan, sikap dan perilaku wanita, dalam
hal ini pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan oleh pasien wanita berusia 20
sampai 50 tahun. Variabel bebas berupa usia, tingkat pendidikan, status pernikahan,
pekerjaan, paritas, riwayat keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga pada
pasien wanita yang berusia 20 sampai 50 tahun.
3.9. Definisi Operasional
3.9.1. Subjek Penelitian
Seluruh pasienwanita yang mengunjungi puskesmas dengan usia 20 sampai 50
tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteris eksklusi.
3.9.2. Pengetahuan

29

Pengetahuan adalah informasi atau pemahaman pada pasien wanita usia 20 sampai
50 tahun mengenai Sadari. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba.8

Alat ukur : Kuesioner


Cara ukur : Mengisi kuesioner tentang pengetahuan pasien wanita usia 20

sampai 50 tahun mengenai Sadari


Skala ukur : kategorik - ordinal
Cara hitung : total soal 10 buah, dengan pilihan jawaban masing-masing
sebanyak 4 buah. Skor menjawab benar adalah 4, mendekati benar adalah 3,

cukup adalah 2, dan salah adalah 1.


Total skor maksimal sebesar 10 x 4 = 40
Total skor minimal sebesar 10 x 1 = 10
Range antara skor maksimal dan minimal = 40 - 10 = 30
o Pengetahuan baik : (80% x 30) + 10 = 34 40
o Pengetahuan cukup: (60% x 30) + 10 = 28 33
o Pengetahuan kurang : 10 - 27

Kategori :
Kategori
Baik
Cukup
Kurang

Skoring
34 40
28 33
10 27

Koding
2
1
0

3.9.3. Sikap
Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup.8
Dalam hal ini sikap pasien wanita usia 20 sampai 50 tahun terhadap pemeriksaan
payudara sendiri.
30

Alat ukur : Kuesioner


Cara ukur : Mengisi kuesioner tentang sikap pasien wanita usia 20 sampai

50 tahun terhadap pemeriksaan payudara sendiri


Skala ukur : kategorik - ordinal
Cara hitung: Total soal 10 buah, dengan pilihan jawaban masing-masing
sebanyak 4 buah. Skor bertingkat, yaitu 4, 3, 2 dan 1 kemudian dilakukan
penjumlahan skor. Skor bila jawaban sangat setuju adalah 4, bila jawaban
setuju adalah 3, bila jawaban tidak setuju adalah 2, bila jawaban sangat

tidak setuju adalah 1.


Total skor maksimal sebesar 10 x 4 = 40
Total skor minimal sebesar 10 x 1 = 10
Range antara skor maksimal dan minimal = 40 - 10 = 30
o Sikap baik : (80% x 30) + 10 = 34 40
o Sikap cukup baik: (60% x 30) + 10 = 28 33
o Sikap kurang : 10 - 27

Kategori :
Kategori
Baik
Cukup
Kurang

Skoring
34 40
28 33
10 27

Koding
2
1
0

3.9.4. Perilaku
Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus baik
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah diamati atau
dilihat orang lain.8 Dalam hal ini perilaku wanita dalam melakukan praktik
pemeriksaan payudara sendiri.

Alat ukur : Kuesioner


Cara ukur : Mengisi kuesioner tentang perilaku pasien wanita usia 20

sampai 50 tahun terhadap pemeriksaan payudara sendiri


Skala ukur : kategorik - ordinal
Cara hitung: Total soal 10 buah, dengan pilihan jawaban masing-masing
sebanyak 4 buah. Skor bertingkat, yaitu 4, 3, 2 dan 1 kemudian dilakukan
penjumlahan skor.Skor bila jawaban selalu adalah 4, bila jawaban kadang31

kadang adalah 3, bila jawaban pernah adalah 2, bila jawaban tidak pernah

adalah 1.
Total skor maksimal sebesar 10 x 4 = 40
Total skor minimal sebesar 10 x 1 = 10
Range antara skor maksimal dan minimal = 40 - 10 = 30
o Perilaku baik
: (80% x 30) + 10 = 34 40
o Perilaku cukup baik: (60% x 30) + 10 = 28 33
o Perilaku kurang
: 10 - 27

Kategori :
Kategori
Baik
Cukup
Kurang

Skoring
34 40
28 33
10 27

Koding
2
1
0

3.9.5. Usia
Lama waktu hidup seseorang sejak ia dilahirkan hingga survey dilakukan.34

Alat ukur : KTP


Cara ukur :Mengurangi

tanggal/bulan/tahun di KTP.
Skala ukur : kategorik ordinal
Hasil Ukur : 20 30 tahun

tanggal/bulan/tahun

penelitian

dengan

31 40 tahun
41 50 tahun
Kategori
20 30 tahun
31 40 tahun
41 50 tahun

Koding
0
1
2

3.9.6. Tingkat Pendidikan


Pendidikan adalah merupakan tahapan pendidikan formal terakhir yang selesai
dijalani oleh responden yang mencakup tingkat SD atau sederajatnya, SMP atau
32

sederajatnya, SMA atau sederajatnya dan akademi atau perguruan tinggi atau
sederajatnya.27

Alat ukur
Cara ukur
Skala ukur
Hasil Ukur
o Rendah

: Kuesioner
: Mengisi kuesioner pada bagian checklist pendidikan terakhir.
: kategorik - ordinal
:
: Bila tidak tamat/tamat SD atau sederajatnya, tamat/tidak tamat

SMP atau yang sederajatnya


o Sedang : Lulus SMA dan sederajatnya
o Tinggi : Bila tamat akademi atau perguruan tinggi atau sederajatnya
mulai D3
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
3.9.7. Status Pernikahan

Koding
0
1
2

Wanita dan pria yang terikat di dalam lembaga pernikahan dan disertai surat nikah.
Cerai adalah perubahan dari status nikah menjadi status cerai yang masing-masing
bekas teman hidupnya belum meninggal. Janda/duda adalah perubahan dari status
nikah karena salah satu teman hidup meninggal/cerai.35

Alat ukur : Kuesioner


Cara ukur : Mengisi kuesioner pada bagian data pribadi responden
mengenai status pernikahan
Skala ukur : kategorikal - nominal
Hasil ukur :
o Belum menikah
o Menikah
Kategori
Sudah/pernah menikah
Belum Menikah

Koding
0
1

3.9.8. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan aktif dalam bentuk tugas atau kerja yang
menghasilkan pendapatan.27

Alat ukur

Cara ukur : Mengisi checklist kuesioner tentang status pekerjaan


Skala ukur : kategorikal - nominal
Hasil ukur :
o Bekerja

: Kuesioner

33

o Tidak bekerja
Kategori
Tidak Bekerja
Bekerja

Koding
0
1

3.9.9. Paritas
Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan
aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya
dihitung sebagai satu kali paritas.36

Alat ukur : Kuesioner


Cara ukur : Mengisi pada bagian data pribadi mengenai status paritas
Skala ukur : kategorik - nominal
Hasil ukur :
o Belum pernah melahirkan
o Pernah melahirkan
Kategori
Pernah melahirkan
Belum Pernah melahirkan

Koding
0
1

3.9.10. Riwayat Keluarga


Riwayat keluarga yang dimaksud adalah adanya riwayat kanker atau riwayat
adanya benjolan pada payudara dalam keluarga yaitu nenek, orang tua, dan
saudara kandung.36

Alat ukur : Kuesioner


Cara ukur : Mengisi checklist pada kolom riwayat keluarga yang telah
tersedia. Dikatakan tidak apabila tidak terdapat riwayat kanker atau
riwayat adanya benjolan pada payudara pada salah satu keluarga
responden (nenek, orang tua, dan saudara kandung); dikatakan ada jika
terdapat riwayat kanker atau riwayat benjolan pada payudara pada salah

satu keluarga responden (nenek, orang tua, dan saudara kandung).


Skala ukur: kategorik nominal
Hasil ukur:
o Tidak Ada
o Ada
34

Kategori
Tidak Ada
Ada

Koding
0
1

3.9.11. Sumber Informasi


Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Dalam hal ini
keterpaparan responden dengan informasi mengenai pemeriksaan payudara
sendiri baik dari media cetak (surat kabar, majalah, brosur, poster), media
elektronik (radio, tv, internet), atau petugas kesehatan.26

Alat ukur

: Kuesioner

Cara ukur

: Mengisi kuesioner pada bagian sumber informasi yang

didapat mengenai pemeriksaan payudara sendiri


Skala ukur
: kategorik nominal
Hasil ukur
:
o Media Cetak dan/ atau Elektronik
o Tenaga/Petugas Kesehatan atau keluarga
Kategori
Petugas Kesehatan
Media Cetak dan/ atau Elektronik

Koding
0
1

3.9.12. Dukungan Keluarga


Merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada anggota keluarga
(responden) dalam bentuk perhatian dan kepedulian keluarga terhadap kondisi
kesehatan responden berkaitan dengan pemeriksaan payudara sendiri.37
Keluarga adalah sekumpulan orang-orang (anggota rumah tangga) yang
dihubungkan dalam satu ikatan pernikahan, hubungan darah atau tidak memiliki
hubungan darah yang bertujuan mempertahankan budaya yang umum dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota keluarga.37

Alat ukur

: Kuesioner

Cara ukur

: Responden mengisi checklist pada bagian dukungan

keluarga yang telah tersedia pada kuesioner. Bila responden menjawab


tidak skor 0. Bila menjawab ya skor 1. Dukungan keluarga dikatakan
mendukung bila total skor > 2, tidak mendukung bila skor 2.

35

Skala ukur
Hasil ukur

: Nominal
: Tidak Mendukung dan Mendukung

Kategori
Mendukung
Tidak Mendukung

Koding
0
1

3.10. Teknik Pengolahan Data, Penyajian dan Analisis Data


3.10.1. Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, verifikasi dan
coding, kemudian data diolah dengan menggunakan program komputer yaitu program SPSS.
Pengolahan data untuk penelitian ini diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS yang
terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data. yang
diperoleh atau editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan catatan untuk memberikan kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori.
3. Tabulating
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan
teliti dan teratur lalu dihitung lalu dijumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk
tabel-tabel.
3.10.2. Penyajian Data
Data yang didapat disajikan secara tesktular dan tabular.
3.10.3. Analisis Data
Terhadap data yang telah diolah dilakukan analisis data sesuai dengan cara uji
statistik menggunakan uji Chi-square
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran atau deskripsi dari setiap
variabel yang diteliti yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, usia, tingkat
pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, paritas, riwayat kanker payudara di
keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga.
36

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara setiap
variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen. Uji Chi Square
hanya dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dua
variabel. Tujuan dari digunakannya uji Chi Square adalah untuk menguji
perbedaan proporsi atau persentase antara beberapa kelompok data. Derajat
kemaknaan () yang digunakan adalah 0,05, yang berarti dalam 100 kali
menolak Ho ada 5 kali menolak Ho padahal Ho benar; disebut juga tingkat
kepercayaan 95%. Keputusan dari hasil uji statistik menggunakan p value.
Nilai p atau p value diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana
perbedaan yang terjadi (bermakna atau tidak bermakna) antara 2 kategori atau
lebih yang dibandingkan. Jika p value maka Ho ditolak atau ada hubungan
yang bermakna di antara kedua variabel, sebaliknya jika p value > maka Ho
gagal ditolak atau tidak ada hubungan yang bermakna di antara kedua variabel.
3.10.4. Interpretasi Data
Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif antara variabel-variabel yang telah
ditentukan.
3.10.5. Pelaporan Data
Data disusun dalam

bentuk

pelaporan

penelitian

yang

selanjutnya

akan

dipresentasikan di hadapan staf pengajar Program Pendidikan Ilmu Kedokteran


Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada bulan Juni
2016 dalam Forum Pendidikan Ilmu Kesehatan Komunitas FK UKRIDA.
3.10.6. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, subjek penelitian diberikan jaminan bahwa data-data yang mereka
berikan, dijamin kerahasiaannya dan responden berhak menolak menjadi sampel.

3.10.7. Sarana Penelitian


3.10.7.1. Tenaga
37

Penelitian dilakukan oleh 4 orang mahasiswa kepaniteraan ilmu kedokteran


masyarakat, dengan dibantu oleh satu orang pembimbing yaitu dosen IKM.
3.10.7.2. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar kuesioner,
komputer, printer, program SPSS 23, internet, dan alat tulis.

Bab IV
Hasil Penelitian

38

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma pada tanggal
13 April 20 April 2016, didapatkan sampel sebanyak 117 wanita berusia 20 sampai 50
tahun. Hasil penelitian ini kami sajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Sebaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku pada Pasien Wanita Usia 20 sampai 50
Tahun di Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

Variabel
Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Frekuensi
8

Persentase (%)
6.8

50

42.7

Baik

59

50.4

Kurang
Cukup baik

12

10.3

65

55.6

Baik
Kurang
Cukup baik

40
106

34.2
90.6

5.1

Baik

4.3

Kurang
Cukup baik

Tabel 4.2. Sebaran Usia, Tingkat Pendidikan, Status Pernikahan, Pekerjaan, Paritas, Riwayat
Keluarga, Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga pada Pasien Wanita Usia 20 sampai 50
Tahun di Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
Variabel
Usia
Tingkat Pendidikan
Status Pernikahan
Pekerjaan
Paritas
Riwayat keluarga
Sumber informasi

20 30 tahun
31 40 tahun
41 50 tahun
Rendah
Sedang
Tinggi
Pernah/sudah Menikah
Belum menikah
Bekerja
Tidak bekerja
Pernah melahirkan
Belum pernah melahirkan
Riwayat keluarga (-)
Riwayat keluarga (+)
Tenaga kesehatan
Media cetak/elektronik

Frekuensi
57
43
17
55
54
8
107
10
26
91
100
17
110
7
45
72

Persentase (%)
48.7
36.8
14.5
47.0
46.2
6.8
91.5
8.5
22.2
77.8
85.5
14.5
94.0
6.0
38.5
61.5
39

Dukungan keluarga

Mendukung
Tidak mendukung

22
95

18.8
81.2

Tabel 4.3. Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Status Pernikahan, Pekerjaan, Paritas,
Riwayat Keluarga, Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga pada Pasien Wanita Usia 20
sampai 50 Tahun Terhadap Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri di
Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

40

Variabel
Variabel

Sikap
Value
Pengetahuan
Uji Uji Value
Kurang Kurang
Cukup Cukup
Baik Baik

20-30 tahun
20-30 tahun
31-40 tahun
31-40 tahun
Tingkat
Pendidikan

2
4

524
619

36 31
21 20

41-50 tahun
41-50 tahun
2
rendahrendah
8
dan tinggi 0
SedangSedang
dan tinggi

17
722
528

8 8
31 25
34 34

1145
15

58 54
7 5

38 KS X2KS=P0.226
= 0.568 Gagal Ditolak
2
(LR)
Gagal Ditolak

49

35

Status
Pernah/sudah
menikah
Pernah/sudah
menikah
Belum
menikah
Belum menikah
Pernikahan
Pernikaha
Pekerjaann
Pekerjaan
Paritas
Paritas

16 X2 X2 P =P0.672
= 0.449
16
(LR)(LR)
8
17 KS X2KS =P 0.785
= 0.619
23
(LR)

Ho
Ho

Tidak bekerja
Tidak bekerja
Bekerja
Bekerja
Pernah melahirkan
Pernah melahirkan
Belum pernah
Belum pernah
melahirkan
melahirkan
Tidak ada
Tidak ada

Riwayat
Riwayat
Keluarga
Keluarga
Sumber

8
0

2
8
0
8

0
Tenaga kesehatan
Media
cetak
Informasi
Sumber
Tenaga kesehatan
3
elektronik
Media
cetak
dan/ 5
Informasi
elektronik
Dukungan
Mendukung
Keluarga
Dukungan

Tidak mendukung
Mendukung
1

Keluarga

Tidak mendukung

43
5
7
11
44
1
6
10
46
2
4
5
dan/ 7
19
31

16
54
11
62

42
17
48
11
56

38
2
19
21

11

10
10

54

40

48

Gagal Ditolak
Gagal Ditolak

X2

P = 0.084
Gagal Ditolak
P = 0.165
Gagal Ditolak
5
(LR)
(LR)
35
X2
P= 0.653 Gagal Ditolak
KS
KS=0.637
Gagal Ditolak
5
(LR)

3
3
21
44
23
36

11

Gagal Ditolak
Gagal Ditolak

X2

KS

X2

X2

P=0.369 Gagal Ditolak


KS=0.207
Gagal Ditolak
(LR)
2
X
P=0.292 Gagal Ditolak
(LR)
P=0.993

(LR)
X2

31

X2

P=0.766

(LR)
P=0,871

(LR)

Gagal Ditolak
Gagal Ditolak
Gagal Ditolak

Tabel 4.4. Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Status Pernikahan, Pekerjaan, Paritas,
Riwayat Keluarga, Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga pada Pasien Wanita Usia 20
sampai 50 Tahun Terhadap Sikap Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan
Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

41

Kurang

Perilaku
Cukup

Baik

20-30 tahun
31-40 tahun

53
41

2
2

2
0

41-50 tahun
rendah
Sedang dan tinggi

12
50
56

2
1
3

3
4
1

97
9

5
1

5
0

Variabel

Tingkat
Pendidikan

Status
Pernah/sudah menikah
Belum menikah
Pernikaha
n
Pekerjaan
Paritas

Riwayat

Tidak bekerja

83

Uji

Value

Ho

X2

P = 0.039

Ditolak

P = 0.093

Gagal Ditolak

KS

KS = 0.141

Gagal Ditolak

X2

P = 0.810

(LR)
X2
(LR)

Gagal Ditolak

Bekerja

23

(LR)

Pernah melahirkan

90

KS

KS= 0.191

Belum pernah

melahirkan
Tidak ada

99

KS

KS=0.257

Gagal Ditolak

7
37
dan/ 69

0
4
2

0
4
1

X2

P=0.047

Ditolak

P=0.002

Ditolak

Keluarga
Sumber
Tenaga kesehatan
Media
cetak
Informasi
elektronik

Gagal Ditolak

(LR)

Dukungan

Mendukung

16

X2

Keluarga

Tidak mendukung

90

(LR)

Tabel 4.5. Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Status Pernikahan, Pekerjaan, Paritas,
Riwayat Keluarga, Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga pada Pasien Wanita Usia 20-50
Tahun Terhadap Perilaku Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Wijaya
Kusuma Periode Juni 2016.

Tabel 4.6. Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap pada Wanita Usia 20-50 Tahun Mengenai
Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
Variabel
Kurang

Sikap
Cukup

Uji

Value

Ho

Baik
42

Pengetahua

Kurang

40

12

dan Cukup
Baik

25

28

Pengetahuan

Kurang dan

P = 0.007

Ditolak

(LR)

Kurang

Variabel

X2

Perilaku
Cukup

54

52

Uji

Value

Ho

X2

P= 0.376

Gagal Ditolak

Uji

Value

Ho

X2

P= 0.064

Gagal Ditolak

Baik
1

Cukup

(LR)
Baik

Kurang

Variabel
Kurang dan

Perilaku
Cukup

73

33

Baik
1

Cukup

(LR)
Baik

Tabel 4.7. Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku Wanita Usia 20-50 Tahun Mengenai
Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

Tabel 4.8. Hubungan Sikap Terhadap Perilaku pada Wanita Usia 20-50 Tahun Mengenai
Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

Bab V
Pembahasan

43

5.1. Analisa Univariat Distribusi Sebaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Pasien Wanita Usia 20 sampai 50
Tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
Berdasarkan tabel penelitian 4.1 didapatkan bahwa pengetahuan wanita yang kurang
sebanyak 8 responden dengan presentase 6.8%. Kemudian pengetahuan wanita yang
cukup baik sebanyak 50 responden dengan presentase 42.7%. Dan pengetahuan wanita
yang baik sebanyak 59 responden dengan presentase 50.4%. Dapat disimpulkan bahwa
lebih banyak wanita yang berpengetahuan baik di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.1 didapatkan bahwa sikap wanita yang kurang
sebanyak 12 responden dengan presentase 10.3%. Kemudian sikap wanita yang cukup
baik sebanyak 65 responden dengan presentase 55.6%. Dan sikap wanita yang baik
sebanyak 40 responden dengan presentase 34.2%. Dapat disimpulkan bahwa lebih
banyak wanita yang memiliki sikap cukup baik di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.1 didapatkan bahwa perilaku wanita yang kurang
sebanyak 106 responden dengan presentase 90.6%. Kemudian perilaku wanita yang
cukup baik sebanyak 6 responden dengan presentase 5.1%. Dan perilaku wanita yang
baik sebanyak 5 responden dengan presentase 4.3%. Dapat disimpulkan bahwa lebih
banyak perilaku wanita yang kurang di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Wijaya
Kusuma.

5.2. Analisa Univariat Distribusi Sebaran Usia, Tingkat Pendidikan, Status Pernikahan,
Pekerjaan, Paritas, Riwayat Kanker Payudara di Keluarga, Sumber Informasi, dan
Dukungan Keluarga pada Pasien Wanita Usia 20 sampai 50 Tahun di Kelurahan
Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

44

Berdasarkan tabel penelitian 4.2 didapatkan bahwa usia wanita 20 30 tahun


sebanyak 57 responden dengan presentase 48.7%. Usia wanita 31 40 tahun sebanyak 43
responden dengan presentase 36.8%. Dan usia wanita 41 50 tahun sebanyak 17
responden dengan presentase 14.5%. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata banyak wanita
yang berusia 20 30 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.2 didapatkan bahwa jumlah wanita yang berpendidikan
rendah sebanyak 55 responden dengan presentase 47.0%. Jumlah wanita yang tingkat
pendidikannya sedang sebanyak 54 responden dengan presentase 46.2%. Dan jumlah
wanita yang tingkat pendidikannya tinggi sebanyak 8 responden dengan presentase 6.8%.
dapat disimpulkan bawah lebih banyak wanita yang tingkat pendidikannya rendah dan
sedang dibanding wanita yang tingkat pendidikannya tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.2 didapatkan bahwa wanita yang pernah atau sudah
menikah sebanyak 107 responden dengan presentase 91.5%. Dan jumlah wanita yang
belum menikah sebanyak 10 responden dengan presentase 8.5%. Dapat disimpulkan
bahwa lebih banyak wanita yang sudah atau pernah menikah di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.2 didapatkan bahwa wanita yang bekerja sebanyak 26
responden dengan presentase 26%. Dan wanita yang tidak bekerja sebanyak 91
responden dengan presentase 77.8%. dapat disimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang
tidak bekerja di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.2 didapatkan bahwa wanita yang pernah melahirkan
sebanyak 100 responden dengan presentase 85.5%. Dan wanita yang belum pernah
melahirkan sebanyak 17 responden dengan presentase 14.5%. Dapat disimpulkan bahwa
lebih banyak wanita yang pernah melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.2 didapatkan bahwa wanita yang tidak memiliki
riwayat kanker dalam keluarga sebanyak 110 responden dengan presentase 94%. Dan
wanita yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga sebanyak 7 responden dengan
presentase 6.0%. dapat disimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang tidak memiliki
riwayat kanker dalam keluarga di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.2 didapatkan bahwa sumber informasi yang didapat
dari tenaga kesehatan sebanyak 45 responden dengan presentase 38.5%. Dan sumber
informasi yang didapat dari media cetak/elektronik sebanyak 72 responden dengan
45

presentase 61.5%. Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak sumber informasi yang
didapatkan dari media cetak/elektronik di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Wijaya
Kusuma.
Berdasarkan tabel penelitian 4.2 didapatkan bahwa wanita yang mendapat dukungan
dari keluarga sebanyak 22 responden dengan presentase 18.8%. Dan yang tidak
mendukung sebanyak 95 responden dengan presentase 81.2%. Dapat disimpulkan bahwa
lebih banyak yang tidak mendapat dukungan keluarga di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma.

5.3. Analisa Bivariat Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Status Pernikahan,


Pekerjaan, Paritas, Riwayat Keluarga, Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga
Pada Pasien Wanita Usia 20 sampai 50 Tahun Terhadap Pengetahuan tentang
Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016

Usia
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.3 didapatkan nilai LR = 0,672 berarti Ho gagal
ditolak. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak adanya hubungan yang
bermakna antara usia dengan pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan payudara sendiri.
Usia juga menunjukan sifat berfikir yang sudah matang dan memiliki mental yang
diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi yang baru,
misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analgi dan berfikir
kreatif. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
beberapa tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya. Pada masa
dewasa ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Kemahiran, ketrampilan dan
profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kesenian.
Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryam Hanifah.yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pengetahuan
pemeriksaan payudara sendiri pada usia 20-50 tahun di Rt 05 dan Rt 06 Rw 02 Kelurahan
Rempoa mendapat nilai p = 0,081. Hal ini dikarenakan untuk meningkatkan pengetahuan
seseorang, selain umur ternyata juga dipengaruhi beberapa faktor yang lainnya juga,

46

seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan. Selain itu kemajuan teknologi dan informasi
yang tidak terbatas dan bisa diakses oleh setiap orang sehingga tidak jarang orang yang
lebih muda cenderung lebih pandai dan lebih sering berhubungan dan mengakses
informasi seperti internet sehingga cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi.4

Tingkat Pendidikan
Dari hasil penelitian didapatkan nilai KS = 0,785 berarti Ho gagal ditolak. Kesimpulan
yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri.
Pendidikan wanita usia subur terkait tentang pentingnya Sadari memiliki kontribusi
yang penting terkait dengan pemahaman pencegahan dini terjadinya kanker payudara.
Pendidikan wanita usia subur membuat penyerapan informasi yang diberikan semakin
mudah diketahui sehingga tingkat kesehatan akan semakin baik. Kurangnya pengetahuan
wanita subur tentang pentingnya Sadari disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah.
Hal ini disebabkan karena wanita usia subur tidak mengetahui apa kegunaan
dilakukannya pemeriksaan dini pada payudara.4

Status Pernikahan
Dari hasil penelitian didapatkan nilai KS = 0,226 berarti Ho gagal ditolak. Kesimpulan
yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara status
pernikahan dengan pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri.
Berdasarkan pedoman kanker payudara, status pernikahan menjadi faktor resiko untuk
terjadinya kanker payudara. Wanita yang tidak menikah memiliki risiko yang lebih besar
terkena kanker payudara daripada yang menikah. Jika wanita menikah pada usia yang
cukup tua kemungkinan untuk mendapatkan keturunan lebih kecil dibandingkan jika
menikah pada usia yang lebih muda. Pada wanita yang seperti ini, kemungkinan terkena
kanker payudara lebih besar.1 Pada penelitian yang dilakukan bertolak belakang dengan
teori, hal ini dipengaruhi oleh banyaknya jumlah responden yang pernah menikah dan
faktor-faktor lain selain pengetahuan.

Pekerjaan
Dari hasil penelitian didapatkan nilai LR = 0,165 berarti Ho gagal ditolak. Kesimpulan
yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dengan pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri.
Menurut Notoatmodjo, pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarga.8 Berbeda dengan studi di Lampung tahun 2013,
47

berdasarkan distribusi frekuensi tentang pekerjaan, didapatkan proporsi responden yang


paling sering melakukan Sadari adalah responden yang bekerja sebagai karyawan yaitu
sebanyak 58,3% dibandingkan dengan kelompok yang tidak bekerja yaitu sebanyak 55%.
Hal ini dipengaruhi kemungkinan adanya faktor lain oleh keterpaparan responden dengan
sumber informasi.

Paritas
Dari hasil penelitian didapatkan nilai KS = 0,637 berarti Ho gagal ditolak. Kesimpulan
yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas
dengan pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri
Menurut Tim Penanggulangan Kanker RS. Dharmais, studi analitik fakor risiko pada
kanker payudara menunjukkan adanya peningkatan sampai 50% pada wanita yang tidak
memiliki anak (nullipara). Wanita yang tidak pernah hamil memiliki risiko terkena
kanker payudara 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang pernah hamil. 29 Dari hasil
penelitian diperoleh mayoritas responden yang mempunyai pengetahuan cukup baik dan
baik pada pemeriksaan Sadari adalah responden yang pernah melahirkan dibandingkan
dengan responden belum pernah melahirkan. Penelitian bertolak belakang dengan teori
sehingga kemungkinan oleh adanya beberapa faktor lain seperti pengalaman mempunyai
seorang anak.23

Riwayat Keluarga
Dari hasil penelitian didapatkan nilai KS = 0,207 berarti Ho gagal ditolak. Kesimpulan
yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara
riwayat keluarga dengan pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri.
Menurut penelitian di Makassar, riwayat keluarga kanker payudara lebih tinggi
mempunyai risiko terhadap kanker payudara.19 Ini bertolak belakang karena hasil
penelitian yang dilakukan menyatakan tidak ada hubungan variabel riwayat keluarga
dengan variabel pengetahuan pemeriksaan Sadari. Hal ini dikarenakan peneliti tidak
mendapat adanya data statistik di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma sehingga
menjadi kelemahan dalam penelitian.
Seperti diketahui bahwa ibu yang menderita kanker payudara mempunyai risiko
terjadinya kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu tanpa riwayat keluarga
dengan kanker payudara. Hal ini terjadi karena kelainan gen pada ibu yang diwariskan
atau diturunkan pada anaknya perempuan.
48

Sumber Informasi
Dari hasil penelitian didapatkan nilai LR = 0,993 berarti Ho ditolak. Kesimpulan yang
ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat
keluarga dengan pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri.
Menurut penelitian di Menado yang mengatakan sumber informasi mengenai Sadari
terutama diperoleh responden dari puskesmas atau dokter. Hal ini dikarenakan tidak
adanya sinkronisasi antara penyuluhan dengan media cetak.22
Menurut Notoatmodjo, sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara
dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Penemuan
pengetahuan bisa diperoleh dengan adanya cara coba salah yaitu pengaruh kebudayan
dan pengaruh menerima pendapat dari orang yang melakukan aktivitas tanpa
membuktikan kebenaran. Hal ini yang dapat mempengaruhi responden dalan
mendapatkan pengetahuan selain dari media cetak dan tenaga kesehatan.8

Dukungan Keluarga
Dari hasil penelitian didapatkan nilai LR = 0,871 berarti Ho gagal ditolak. Kesimpulan
yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara
dukungan dengan pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri.
Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amir yang mengatakan
bahwa kesadaran untuk melakukan pemeriksaan Sadari atas kehendak sendiri.19 Hal ini
disebabkan karena kehendak sendiri menjadi faktor penguat dalam pengetahuan sehingga
tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pengetahuan
pemeriksaan Sadari.

5.4 Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Status Pernikahan, Pekerjaan, Paritas,


Riwayat Keluarga, Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga pada Wanita Usia
20-50 Tahun Terhadap Sikap Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri di
Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

Usia
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p = 0,449 (p> 0,05) berarti Ho gagal ditolak.
Kesimpulannya tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan sikap tentang
pemeriksaan payudara sendiri. Hal ini dikarenakan usia dikaitkan dengan kematangan
fisik, psikis, dan cara berfikir seseorang. Meskipun berdasarkan usia seseorang sudah
dianggap dewasa, tetapi jika belum matang dalam hal fisik dan psikis, akan
49

mempengaruhi seseorang dalam bersikap. Menurut Notoadmojo bahwa sikap itu suatu
sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.8
Rekomendasi dari WHO yang menganjurkan wanita sebaiknya melakukan
pemeriksaan payudara sendiri segera ketika mereka mulai mengalami pertumbuhan
payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda masih sulit untuk melakukan deteksi
dini kanker payudara dengan sadari karena payudara mereka masih berserabut (fibrous),
sehingga dianjurkan sebaiknya mulai mendeteksi kanker payudara dengan Sadari pada
usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan pada wanita sudah

terbentuk sempurna.3
Tingkat Pendidikan
Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p = 0,619 (p> 0,05) yang berarti Ho diterima.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dengan sikap tentang pemeriksaan payudara sendiri. Dari penelitian
ini didapatkan tingkat pendidikan responden sedang dan tinggi bersikap cukup terhadap
pemeriksaan payudara sendiri dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat
pendidikan rendah. Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang meskipun memiliki pendidikan yang sedang dan tinggi. Contohnya dalam hal
pengalaman pribadi atau orang lain, serta informasi yang diperoleh. Sebagian besar
responden tidak mempunyai pengalaman pribadi terhadap pemeriksaan payudara sendiri.
Kebanyakan dari mereka yang baru mengetahui pemeriksaan payudara sendiri saat di
pengisian kuesioner. Berbeda dengan penelitian di Universitas Hasanuddin yang
mengatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh berasal dari pendidikan formal dan
berfungsi sebagai alat ukur terhadap kecerdasan dan kualitas dan pembentukan sikap
serta prilaku sesorang. Sikap yang baik dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi atau
orang lain, serta informasi yang diperoleh.20

Status Pernikahan
Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p = 0,568 (p> 0,05) sehingga tidak ada
hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan sikap tentang pemeriksaan
payudara sendiri. Pada penelitian ini didapatkan responden yang pernah atau sudah
menikah mempunyai sikap cukup dan baik terhadap pemeriksaan payudara sendiri, yang
jika dibandingkan dengan responden yang belum pernah menikah.
Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi. Salah satunya dalam
hal waktu dan informasi tentang Sadari, dimana sebagian besar responden sudah menikah
dan mempunyai anak. Mereka mengaku waktu mereka lebih banyak mengurus anak dan
50

keluarga dirumah sehingga mereka lebih sulit untuk mendapatkan informasi dan
pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri.

Pekerjaan
Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p = 0,084 (p> 0,05) yang berarti Ho diterima.
Sehingga didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
sikap tentang pemeriksaan payudara sendiri. Pada penelitian ini didapatkan sebagian
besar responden tidak bekerja mempunyai skap yang cukup terhadap pemeriksaan
payudara sadari dibandingkan dengan responden yang bekerja. Hal ini dikarenakan
mereka sibuk untuk urusan kuliah atau pun pekerjaan lainnya jadi tidak ada waktu atau
bahkan sebagian besar responden kadang merasa malas untuk melaksanakan Sadari dan
dianggap kurang penting bagi responden.

Paritas
Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p = 0,653 yang berarti Ho diterima. Sehingga
didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan sikap
tentang pemeriksaan payudara sendiri. Dalam penelitian ini diapatkan responden pernah
melahirkan mempunyai sikap yang cukup terhadap pemeriksaan payudara sendiri
dibandingkan yang belum pernah melahirkan. Hal ini dikarenakan sikap merupakan
bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek yaitu perasaan mendukung
atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak, sehingga sikap
yang ditimbulkan merupakan kemauan dari seseorang tersebut, untuk mendukung atau
tidak mendukung. Dalam teori dijelaskan bahwa memang faktor risiko untuk kanker
payudara menunjukkan adanya peningkatan sampai 50% pada wanita yang tidak
memiliki anak dikarenakan berhubungan dengan hormon.8,15

Riwayat Keluarga
Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p = 0,369 (p> 0,05) yang berarti Ho diterima.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara riwayat keluarga dengan sikap tentang pemeriksaan payudara sendiri. Dalam
penelitian ini didapatkan responden yang tidak mempunyai riwayat kanker payudara di
keluarga mempunyai sikap yang cukup terhadap pemeriksaan payudara sendiri
dibandingkan dengan mereka yang tidak mempunyairiwayat kanker kpayudara di
keluarga. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan walaupun di dalam keluarga tidak terdapat
riwayat kanker, seseorang akan tetap waspada dan jika diberikan informasi mengenai
kanker dan pemeriksaan payudara sendiri, akan meningkatkan sumber pengetahuan dan
51

pasien dapat menunjukkan sikap yang positif. Mereka menganggap pemeriksaan Sadari
menjadi tidak penting sehingga menghiraukan akan pentingnya pemeriksaan payudara
sendiri.

Sumber Informasi
Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p = 0,292 (p> 0,05) yang berarti Ho diterima.
Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan
sikap tentang pemeriksaan payudara sendiri. Pada penelitian ini didapatkan sumber
informasi dari media cetak/elektronik lebih berpengaruh terhadap sikap pemeriksaan
payudara sendiri. Hal ini dikarenakan pada media cetak dan atau elektronik lebih mudah
dijangkau dibandingkan dengan tenaga kesehatan. Responden bisa mendapatkan
informasi dimana saja dan kapan saja tentang pemeriksaan payudara sendiri melalui
media cetak dan atau elektronik, apalagi di jaman modern seperti sekarang seseorang
lebih mudah mengakses informasi melalui internet. Ini menjadikan waktu mereka tidak
terbuang percuma untuk ke fasilitas-fasilitas kesehatan untuk mendapatkan informasi.
Hal ini sejalan dengan penelitian menurut Jeane (2014) dalam judul Hubungan Antara
Sumber Informasi dan Pengetahuan dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)
di Manado dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai probabilitas sebesar 1,000
dengan tingkat kesalahan () 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara
informasi dengan dengan sikap Sadari di Manado. Hal ini terjadi dikarenakan dalam
penelitian ini tidak diteliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap Sadari yaitu
misalnya pendidikan,media massa, dan sosial budaya yang bisa saja dapat diketahui lebih
jelas hal-hal yang mempengaruhi sikap Sadari.22

Dukungan Keluarga
Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p = 0,766 (p> 0,05) yang berarti Ho diterima.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan sikap tentang pemeriksaan payudara sendiri. Pada penelitian ini didapatkan
sebagian besar keluarga responden tidak mendukung pemeriksaan payudara sendiri. Hal
ini dikarenakan sebagian besar responden tidak tinggal bersama orang tuanya dalam
artian mereka tinggal dipondokan jadi keterbatasan orang tua untuk mengingatkan
anaknya untuk SADARI itu ada dan sebagian besar orang tua menganggap pemeriksaan
payudara sendiri untuk mencegah secara dini kanker payudara tidak penting.
Hal ini berbeda dengan penelitian menurut Ningrum yang mengatakan bahwa ada
hubungan dukungan keluarga tentang Sadari dengan tindakan Sadari pada mahasiswi
dengan nilai p = 0,032. Begitupun dengan penelitian Fatayati yang mengatakan ada
52

hubungan dukungan orang tua dengan kebiasaan Sadari dengan nilai sebesar =0,207 p
(0,028).20

5.5. Analisa Bivariat Antara Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Status Pernikahan,
Pekerjaan, Paritas, Riwayat Keluarga, Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga
Pada Pasien Wanita Usia 20 sampai 50 Tahun Terhadap Perilaku Tentang
Pemeriksaan Payudara Sendiri di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode
Juni 2016.

Usia
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0.039, yang berarti Ho ditolak.
Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian adalah adanya hubungan yang bermakna
antara usia dengan perilaku wanita mengenai pemeriksaan payudara sendiri. Namun
hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Septiani yang
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan
perilaku pemeriksaan payudara sendiri pada siswi SMAN 62 (p = 0,605).11
Hal ini mungkin disebabkan oleh usia yang tergolong muda mempunyai perilaku
aktif dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan juga tergantung dari tempat
wanita tersebut bersekolah atau bekerja. Perbedaan hasil dari kedua penelitian ini
mungkin juga disebabkan karena tidak pernah mendapatkan penyuluhan atau
informasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri.

Tingkat Pendidikan
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0,093, yang berarti Ho gagal
ditolak. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak adanya hubungan
yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku pemeriksaan payudara
sendiri. Hal ini dikarenakan kemampuan seseorang dalam melakukan pemeriksaan
payudara sendiri tidak berdasarkan dari tingkat pendidikannya, tetapi dari kesadaran
pada masing-masing individu. Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan dengan
penelitian yang dilakukan di kota Semarang tahun 2010 yang mengatakan responden
53

yang berpendidikan sarjana memiliki proporsi melakukan Sadari lebih tinggi seiring
dengan makin tingginya pendidikan yang diperoleh responden.7

Status Pernikahan
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0,141, yang berarti Ho diterima
gagal ditolak. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan
yang bermakna antara status pernikahan dengan pemeriksaan payudara sendiri.
Menurut Notoatmodjo terdapat hubungan antara kesakitan maupun kematian dengan
status kawin, tidak kawin, cerai dan janda. Namun pada penelitian yang dilakukan
tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan
pemeriksaan payudara sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa teori dari notoatmodjo
tidak selamanya berlaku pada responden, tempat dan waktu yang berbeda.
Hal ini sejalan dengan penelitian Yuniarti tahun 2005 pada perawat di RS Kanker
Dharmais yang menyebutkan tidak ada hubungan bermakna antara status pernikahan

dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri.23


Pekerjaan
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0,810, sehingga berarti Ho gagal
ditolak. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan
yang bermakna antara pekerjaan dengan pemeriksaan payudara sendiri. Adanya
pekerjaan seseorang akan meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan
pekerjaan yang dianggap penting dan cenderung mempunyai banyak waktu tukar
pendapat atau pengalaman antar teman dalam kantornya. Sehingga seorang wanita
yang mendapatkan informasi dari teman pergaulannya secara tidak langsung telah
memberikan informasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri dan menimbulkan
kewaspadaan. Oleh karena itu, seorang wanita akan meluangkan sedikit waktunya
untuk memeriksa payudaranya sendiri. Dalam penelitian ini didapatkan responden
yang paling banyak melakukan pemeriksaan payudara sendiri adalah responden yang
bekerja yaitu sebanyak 11,5%, dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja yang
melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 8,8%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ophi Indria
Desanti, dimana hasi penelitiannya menjelaskan bahwa lebih banyak wanita yang
bekerja melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebesar 58,3% dibandingkan dengan
yang tidak bekerja dan melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebesar 55%.7

Paritas
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0,191, sehingga berarti Ho gagal
ditolak. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan
54

yang bermakna antara paritas dengan pemeriksaan payudara sendiri. Menurut


Notoatmodjo, tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
kesehatan si ibu maupun si anak. terdapat hubungan antara tingkat paritas dan
penyakit-penyakit tertentu.8 Seperti diketahui bahwa wanita yang tidak mempunyai
anak dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Selain itu pada perempuan
yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak pernah dirangsang untuk
mengeluarkan air susu yang menyebabkan hormon esterogen menetap dalam tubuh
terus menerus tanpa diselingi oleh kehamilan, dialin pihak dapat dikatan bahwa
pemberian ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi risiko kanker payudara.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2005) pada
perawat di RS Kanker Dharmais yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna
antara paritas dengan perilaku Sadari.23

Riwayat Keluarga
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0,257, yang berarti Ho gagal
ditolak. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah tidak ada hubungan
yang bermakna antara wanita yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga dengan
pemeriksaan payudara sendiri. Seperti yang diketahui faktor genetik memiliki andil
yang besar, seseorang yang keluarganya pernah menderita penyakit kanker, ada
kemungkinan penyakit tersebut juga dialami oleh keturunannya. Wanita dengan
riwayat keluarga yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu,
adik/kakak, risikonya 2 hingga 3 kali lebih tinggi. Dalam penelitian ini riwayat
keluarga tidak berhubungan dengan perilaku Sadari mungkin disebabkan karena
walaupun di dalam keluarga tidak ada riwayat kanker, tetapi setiap individu memiliki
rasa cemas dan rasa takut, dan berinisiatif untuk melakukan Sadari.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti
tahun 2005 pada perawat RS Kanker Dharmais bahwa tidak ada hubungan antara
riwayat keluarga dengan perilaku Sadari.23

Sumber Informasi
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0.047, sehingga berarti Ho ditolak.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah ada hubungan yang
bermakna antara sumber informasi yang diterima dengan pemeriksaan payudara
sendiri. Menurut Notoatmodjo, dalam proses penyampaian informasi kesehatan
dibutuhkan alat bantu atau media agar hasil yang diperoleh dapat lebih efektif.
55

Informasi kesehatan yang efektif, khususnya informasi tentang kanker payudara dan
pemeriksaanya, sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap yang
benar. Informasi kesehatan tersebut dapat bersumber dari petugas kesehatan, media
massa, media elektronik, keluarga, teman dan sebagainya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anisa Nurul
Hanifah, menjelaskan bahwa responden yang tidak terpapar informasi mengenai
deteksi kanker payudara metode Sadari dan tidak melakukan Sadari sebanyak 60
(92,3%) responden, sedangkan responden yang terpapar informasi dan melakukan
Sadari 33 (40,2%) responden. Berdasarkan hasil uji Chi-square didapatkan nilai pvalue 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
keterpaparan informasi mengenai deteksi dini kanker payudara metode Sadari dengan
perilaku Sadari. Penelitian yang telah dilakukan bahwa responden yang melakukan
pemeriksaan payudara sendiri lebih banyak sudah terpapar informasi. Wanita yang
telah mengetahui atau memiliki informasi yang baik cenderung akan melakukan
pemeriksaan adari dibandingkan dengan yang belum mendapatkan informasi. Dalam
penelitian ini responden lebih banyak mendapatkan informasi dari media elektronik
atau media cetak, hal ini bisa dipahami karena banyak responden yang tidak bekerja
dan sebagai ibu rumah tangga, sehingga lebih banyak waktu untuk melihat siaran
seputar masalah kesehatan.4
Selain itu dalam penelitian di Malaysia tahun 2011 yang berjudul Practice and
Barriers Toward Breast Self-Examination Among Young Malaysian Women,
didapatkan sumber informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri, mayoritas
disebutkan radio dan televisi sebagai yang sumber informasi utama (38.2%), diikuti
oleh anggota keluarga (21.1%), teman (14.7 %) dan kemudian koran (12.4 %).13

Dukungan Keluarga
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0.002, yang berarti Ho ditolak.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah ada hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan pemeriksaan payudara sendiri. Keluarga
merupakan orang terdekat dengan responden dalam berinteraksi dan dalam
mengambil keputusan terutama dalam menentukan kemana akan mencari pertolongan
atau pengobatan. Dalam penelitian keluarga yang tidak mendukung lebih banyak
dibandingkan yang mendukung mengenai pemeriksaan payudara sendiri, sehingga
hanya sedikit pula dari keseluruhan responden yang melakukan pemeriksaan payudara

56

sendiri. Akan tetapi mayoritas responden yang melakukan tindakan Sadari lebih
banyak mendapatkan dukungan dari keluarganya dibandingkan dengan yang tidak.
Hal ini menunjukkan bahwa ketika responden mendapatkan dukungan keluarga yang
baik maka mereka juga akan melakukan tindakan atau berperilaku Sadari yang baik
serta rutin. Oleh karena itu informasi dan pengetahuan tentang Sadari tidak hanya
berfokus pada seorang wanita saja, akan tetapi anggota keluarga yang lain juga perlu
mendapatkan informasi tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anisa Nurul
Hanifah, yang menunjukkan bahwa responden yang tidak didukung oleh keluarga
mengenai deteksi kanker payudara metode Sadari dan tidak melakukan Sadari
sebanyak 65 (85,5%) responden sedangkan responden yang didukung oleh keluarga
dan melakukan Sadari sebanyak 27 (38,0%). Berdasarkan hasil uji Chi-square
didapatkan nilai p-value 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara dukungan keluarga mengenai deteksi dini kanker payudara metode
Sadari dengan perilaku Sadari.4
5.6. Analisis Bivariat Antara Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap pada Pasien
Wanita Usia 20 sampai 50 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri di
Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.
Dari hasil penelitian didapatkan nilap p adalah 0,007, yang berarti Ho ditolak (ada
hubungan). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah adanya hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan sikap terhadap pemeriksaan payudara sendiri. Hasil penelitian
sesuai dengan teori Notoatmodjo, bahwa pendidikan kesehatan merupakan salah satu
kegiatan promosi kesehatan dalam pemberian informasi atau pesan kesehatan untuk
memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar
memudahkan terjadinya perilaku sehat.8
Selain itu teori yang lain mengatakan pengalaman pribadi membuat responden
lebih tertarik untuk melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Di dalamnya
juga termasuk rasa takut, rasa cemas yang dirasakan oleh responden. Pengulangan yang
dilakukan oleh responden, baik dalam pengulangan dalam melakukan pemeriksaan
payudara sendiri maupun pengulangan dalam hal terus mengupdate informasi terkini
tentang tumor payudara dan Sadari akan membentuk sikap positif.6
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria tahun 2015
dengan judul The Effectiveness of Health Education on Knowledge Attitude and
57

Practice of Breast Self-Examination among FemaleUndergraduate Students of Bello


University Zaria, Nigeria, didapatkan 98% responden bersikap positif mengenai
pentingnya dilakukan pemeriksaan payudara sendiri sebelum diberikan edukasi, dan
100% responden memiliki sikap yang positif tentang pemeriksaan payudara sendiri
setelah diberikan edukasi.27
5.7. Analisis Bivariat antara Pengetahuan Terhadap Perilaku Pasien Wanita Usia 20
sampai 50 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Wijaya
Kusuma Periode Juni 2016.
Dari hasil penelitian didapatkan nila p adalah 0,376, yang berarti Ho diterima
(gagal ditolak). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak ada hubunga yang bermakna
antara pengetahuan dengan perilaku wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara
sendiri. Meskipun tidak terbukti adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan bukan satu-satunya faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo yang
menyebutkan bahwa berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.8 Hal ini juga sejalan dengan hasil studi yang dilakukan WHO dan para ahli
pendidikan kesehatan, memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi perilakunya
masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan tidak diimbangi dengan perilakunya.3
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arini
Estetia Putri yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku Sadari dengan nilap p adalah 0,680.5
5.8. Analisis Bivariat Antara Sikap Terhadap Perilaku pada Pasien Wanita Usia 20
sampai 50 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Wijaya
Kusuma Periode Juni 2016.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p adalah 0,064, sehingga berarti Ho diterima
(tidak ada hubungan). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah ada
hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku wanita dalam melakukan
pemeriksaan payudara sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
58

Arini Estetia Putri yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan dengan perilaku terhadap pemeriksaan payudara sendiri dengan nilai
p adalah 0,476.5 Jika seorang individu sudah memiliki sikap yang positif, belum tentu
akan diwujudkan dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh situasi pada saat itu yang
tidak memungkinkan untuk dilakukannya tindakan nyata, atau sikap mengacu pula pada
pengalaman seseorang.

Bab VI
Penutup
59

6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia 20 sampai
50 tahun mengenai pemeriksaan payudara sendiri dan faktor-faktor yang berhubungan di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma periode Juni 2016 dari 117 sampel ditemukan:
6.1.1. Pada subjek yang diteliti wanita yang berpengetahuan baik sebanyak kurang
sebanyak 8 (6.8%) responden. Kemudian pengetahuan wanita yang cukup baik
sebanyak 50 (42.7%) responden. Dan pengetahuan wanita yang baik sebanyak 59
(50.4%) responden. Setelah itu, wanita yang memiliki sikap kurang sebanyak 12
(10.3%) responden. Kemudian sikap wanita yang cukup baik sebanyak 65
(55.6%) responden. Dan sikap wanita yang baik sebanyak 40 (34.2%) responden.
Selain itu, wanita yang memiliki perilaku kurang sebanyak 106 (90.6%)
responden. Kemudian perilaku wanita yang cukup baik sebanyak 6 (5.1%)
responden. Dan perilaku wanita yang baik sebanyak 5 (4.3%) responden.
6.1.2. Pada subjek yang teliti, terdapat 57 subjek (48.7%) berusia antara 20 30 tahun,
55 subjek (47.0%) berpendidikan rendah, 107 subjek (91.5%) pernah atau sudah
menikah, 91 subjek (77.8%) tidak bekerja, 100 subjek (85.5%) yang pernah
melahirkan, 110 subjek (94.0%) tidak ada riwayat kanker payudara di keluarga,
72 subjek (61.5%) memperoleh informasi dari media cetak dan/elektronik dan
sebanyak 95 subjek (81.2%) tidak mendapat dukungan keluarga perihal Sadari.
6.1.3. Tidak terdapat hubungan antara usia, tingkat pendidikan, status pernikahan,
paritas, pekerjaan, riwayat keluarga, sumber informasi dan dukungan keluarga
terhadap pengetahuan dan sikap pasien wanita usia 20 sampai 50 tahun mengenai
pemeriksaan payudara sendiri di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma, Juni
2016.
6.1.4. Terdapat hubungan antara usia, sumber informasi dan dukungan keluarga terhadap
perilaku pasien wanita usia 20 sampai 50 tahun mengenai pemeriksaan payudara
sendiri di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma, Juni 2016.
6.1.5. Terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap sikap, namun tidak ada hubungan
antara pengetahuan terhadap perilaku maupun sikap terhadap perilaku Sadari

6.2. Saran
6.3.1. Kepada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma
60

1. Perlu kiranya dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan Sadari


sehingga dapat meningkatkan motivasi para ibu untuk melakukan pemeriksaan
Sadari.
2. Meningkatkan kesadaran akan pelaksanaan pemeriksaan payudara sendiri.
3. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan praktek dokter dan bidan
swasta maupun desa agar mau melaporkan data kanker payudara kepada pihak
puskesmas.
6.3.2. Kepada Wanita di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma
Ibu hendaknya meluangkan waktunya sebulan sekali untuk melakukan
pemeriksaan Sadari, mengingat pemeriksaan Sadari sangat penting untuk mencegah
kanker payudara secara dini.
6.3.3. Kepada Para Peneliti Selanjutnya
Mengingat penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya, maka
disarankan bagi peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang belum diteliti
dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI. Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. 2015;(April):147.
61

2. Al-Naggar RA, Al-Naggar DH, Bobryshev Y V., Chen R, Assabri A. Practice and
barriers toward breast self-examination among young Malaysian women. Asian
Pacific J Cancer Prev. 2011;12(5):11738.
3. WHO. Breast Cancer Detection [Internet]. World Health Organization. 2013 [cited
2016 Jun 14]. Available from: http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/
4. Hanifah AN, Kirwono B, Anisa Catur Wijayanti. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Perilaku WUS Dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara Metode
Sadari Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Surakarta. 2015.
5. Estetia Putri A. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang
Sadari Terhadap Perilaku Sadari Di Ma Kmi Diniyyah Puteri Padang Panjang Bulan
Februari 2011 [Internet]. Universitas Islam Negeri; 2011. Available from:
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/arini estetia putri.pdf
6. Soebandi JK. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi. 2016;4(1):28594.
7. Desanti OI, Sunarsih I, Supriyati. Persepsi Wanita Berisiko Kanker Payudara Tentang
Pemeriksaan Payudara Sendiri Di Kota Semarang, Jawa Tengah. Ber Kedokteran
Masyarakat. 2010;26(3):15261.
8. Notoadmodjo S. Kesehatan masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2015.
p.287-352
9. Atanga M, Suh B, Atashili J, Fuh EA, Eta VA. Breast Self-Examination and breast
cancer awareness in women in developing countries: a survey of women in Buea,
Cameroon. BMC Res Notes. 2012;5:1.
10.
Nemenqani DM, Abdelmaqsoud, Sahar H, Al-Hanouf A. Al-Malki, Abrar A.
Oraija EMA-O. Knowledge , attitude and practice of breast self examination and
breast cancer among female medical students in Taif , Saudi Arabia. J 70 Prev Med.
2014;4(2):6977.
11. Septiani S, Suara M. Faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada siswa SMAN 62 Jakarta 2012. J Ilm Kesehat.
2013;5(1):315.
12. Adogu POU, Omosivwe O, Ilika A. The Effectiveness of Health Education on
Knowledge Attitude and Practice of Breast Self- Examination among Secondary
School Girls in Nnewi North Local Government Area, Anambra State, Nigeria. Br J
Med Heal Res. 2015;2(August):25.
13. Rosmawati NHN. Knowledge, attitude and practice of breast self-examination among
women in a suburban area in Terengganu, Malaysia. Asian Pacific J Cancer Prev.
2010;11(6):15038.
14. Alwan N, Al-Attar W. Knowledge, Attitude, and Practice of Breast SelfExamination
Among a Sample of The Educated Population in Iraq. Eastern Mediterranean Health
Journal. 2012;18: 337-345
62

15. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2006.
16. Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2009.
17. Seftiani D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Sadari Pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran [Internet]. Vol. 1, Students EJournals.

2014.

p.

31.

Available

from:

http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/729
18. Florence AO, Felicia AE, Dorcas AA, Ade-aworetan FA. An Assessment of the
Knowledge and Practice of Self Breast Examination ( BSE ) amongst University
Students. Nigeria; 2016;(March):40915.
19. Amin RA. Faktor yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri
pada tenaga kesehatan wanita di puskesmas berstandar ISO kota Makasar. FKM
Makasar. 2012
20. Puspita Ningrum D. Skripsi Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sadari pada
Mahasiswi Fakultas Non Kesehatan di Universitas Hasanuddin.2016;73-4
21.
Simanullang P, Fakultas D, Keperawatan I, Darma U, Medan A,
Kunci K. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Melaksanakan Sadari di Dusun 1
Desa Namorambe Kecamatan Namorambe. 2012;6.
22. Etwiory J, Pelealu F J O, Tucunan A T. Hubungan antara Sumber Informasi dan
Pengetahuan dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) di Manado.2014;4.
23. Yuniarti, Eka. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri pada Perawat Wanita Di Ruang Rawat Inap RS Dharmais Tahun
2005. Skripsi, Depok: FKM UI.2005
24. Al-Azmy SF, Alkhabbaz A, Almutawa HA, Ismaiel AE, Makboul G, El-Shazly MK.
Practicing breast self-examination among women attending primary health care in
Kuwait. Alexandria J Med [Internet]. Alexandria University Faculty of Medicine;
2013;49(3):2816.

Available

from:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2090506812000826
25. Handayani Dwi Sri. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Para Wanita Dewasa Awal dalam Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan
Klaten.2008;8.
26. Erdem , Tokta EG. Knowledge , Attitudes , and Behaviors about Breast SelfExamination and Mammography among Female Primary Healthcare Workers in
Diyarbak J r , Turkey. 2016;2016.
27. Gwarzo UMD, Sabitu K, Idris SH. Short Report Knowledge and Practice of Breast
Self-Examination Among Female Undergraduate Students of Bello University Zaria,

63

Northwestern Nigeria. 2009;8(1):558.


28. Hidayati A, Salawati T, Istiana S. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui
Metode

Ceramah

dan

Demonstrasi

dalam

Meningkatkan

Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dan Ketrampilan Praktik


Sadari (Studi pada Siswi SMA Futuhiyyah Mranggen Kabupaten
Demak).

Kebidanan

[Internet].

2013;1(1).

Available

from:

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/551

64

Anda mungkin juga menyukai